Anda di halaman 1dari 5

Orang Kafir Bekerja di Perusahaan

Orang Islam
Oleh: Ustadz Ammi Bur Baits
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Secara umum, kaum muslimin diperbolehkan memperkerjakan orang
kafir di perusahaan atau lembaga milik orang islam. Terdapat beberapa
dalil yang menunjukkan hal ini. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari
mengatakan dalam judul bab,

َ‫" َجاز‬،‫سالَ ِم‬


ْ ‫اإل‬ َ ِ ْ‫س ِل ُم َحرْ بيًّا ِفى دَار ا ْل َحر‬
ْ ‫باب ِإ َذا وَ َّك َل ا ْل ُم‬
ِ ‫َار‬
ِ ‫ أوْ ِفى د‬، ‫ب‬ ِ ِ

Dibolehkan orang muslim mewakilkan orang kafir harbi di negeri harbi,


atau di negara islam. (Shahih Bukhari, 8/349).

Dan pendapat fiqih Bukhari, bisa diketahui dari setiap judul bab dalam
shahihnya.

Kemudian Imam Bukhari menyebutkan hadis dari Abdurrahman bin


Auf Radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
ِ َ‫ وَ َأ ْح َفظ َ ُه ِفى ص‬، ‫اغيَ ِتى ِب َم َّك َة‬
‫اغيَ ِت ِه ِبا ْل َم ِدينَ ِة‬ ِ َ‫ف ِكتَابًا ِب َأنْ ي َْح َفظ َ ِنى ِفى ص‬
ٍ َ‫َكاتَبْتُ أُ َميَّ َة بْنَ خَ ل‬

Saya menulis surat kepada Muawiyah bin Khalaf untuk menjaga


kerabatku di Mekah, dan aku akan menjaga kerabatnya di Madinah. (HR.
Bukhari 2301).

Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan maksud Bukhari,

‫ووجه أخذ الترجمة من هذا الحديث أن عبد الرحمن بن عوف وهو مسلم في دار اإلسالم فوض إلى‬
‫أمية بن خلف وهو" كافر في دار الحرب ما يتعلق بأموره والظاهر اطالع النبي صلى هللا عليه و سلم‬
‫عليه ولم ينكره قال بن المنذر توكيل المسلم حربيا مستأمنا وتوكيل الحربي المستأمن مسلما ال خالف‬
‫في جوازه‬
Imam Bukhari berpendapat demikian untuk hadis ini, karena
Abdurrahman bin Auf adalah seorang muslim yang tinggal di negeri
muslim. Beliau menyerahan urusan kepada Umayah bin Khalaf, orang
kafir yang berada di negeri harbi (negara musuh islam), terkait dengan
urusannya. Nampaknya, ini atas sepengetahuan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan beliau tidak mengingkarinya. Ibnul Mundzir mengatakan,
orang muslim mewakilkan suatu urusan kepada orang kafir harbi atau
kafir mustakmin, atau sebaliknya, orang kafir mewakilkan kepada orang
muslim, diperbolehkan tanpa ada perbedaan pendapat ulama.
(Fathul Bari, 4/480).
Kaum muslimin boleh memperkerjakan orang kafir, dalam urusan yang
tidak mempersyaratkan harus dikerjakan orang muslim dan jujur. Karena
itu, orang murtad juga boleh bekerja di lembaga kaum muslimin.

Ibnu Qudamah mengatakan,

‫وإن وكل مسلم كافرا فيما يصح تصرفه فيه صح توكيله" سواء كان ذميا أو مستأمنا أو حربيا أو مرتدا‬
‫ألن العدالة غير مشترطة" فيه وكذلك الدين كالبيع وإن وكل مسلما فارتد لم تبطل الوكالة" سواء لحق‬
‫ إن لحق بدار الحرب بطلت وكالته" ألنه صار منهم‬: ‫ وقال أبو حنيفة‬.‫بدار الحرب أو أقام‬

Orang muslim yang mewakilkan urusannya kepada orang kafir dalam


urusan yang boleh dikerjakan, status mewakilkannya sah. Baik dia kafir
dzimmi, mustakmin, harbi, maupun orang murtad. Karena sifat adil (jujur
dan baik) dalam ini bukan menjadi syarat. Demikian pula utang, seperti
dalam jual beli. Jika ada orang muslim yang mennjadi wakil, lalu dia
murtad, maka status transaksi mewakilkan tidak batal. Baik dia pindah ke
negeri kafir atau tetap tinggal di negeri muslim.

Sementara Abu Hannifah mengatakan, jika orang mustad tadi pindah ke


negeri kafir, maka transaksi mewakilkan menjadi batal, karena orang ini
menjadi bagian dari mereka.
(al-Mughni, 5/245)
Tidak Boleh di Posisi Strategis
Para ulama memberikan batasan, tidak boleh memperkerjakan atau
menunjuk orang kafir di posisi strategis. Seperti posisi yang menentukan
kebijakan yang menyangkut hajat kaum muslimin atau posisi yang
memunngkinkan mereka menipu kaum muslimin.

Para ulama berdalil dengan keterangan dari sahabat Zaid bin


Tsabit Radhiyallahu ‘anhu,
‫ َقا َل « ِإ ِنّى وَ اللَّ ِه مَا آمَنُ يَ ُهو َد‬.َ‫ب يَ ُهود‬ ِ ‫ َأنْ َأتَ َعلَّ َم لَ ُه َك ِلم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َأمَرَ ِنى رَ سُو ُل اللَّ ِه‬
ِ ‫َات ِكتَا‬
ُ‫ش ْه ٍر َحتَّى تَ َعلَّمْ تُ ُه لَ ُه َقا َل َفلَمَّا تَ َعلَّمْ تُ ُه َكانَ ِإ َذا َكتَبَ ِإلَى يَ ُهو َد َكتَبْت‬
َ ُ‫ َقا َل َفمَا مَرَّ ِبى ِنصْ ف‬.» ‫ب‬
ٍ ‫عَ لَى ِكتَا‬
‫ِإلَي ِْه ْم وَ ِإ َذا َكتَبُوا ِإلَ ْي ِه َقرَ ْأتُ لَ ُه ِكتَابَ ُه ْم‬

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruhku untuk


belajar bahasa tulisan orang yahudi. Beliau bersabda, “Demi Allah, saya
tidak mempercayai orang yahudi untuk menerjemahkan surat.”
Kata Zaid, ‘Hanya dalam waktu setengah bulan, saya bisa menguasai
bahasa yahudi. Setelah saya memahaminya, apabila beliau hendak
mengirim surat ke orang yahudi, saya yang menulisnya. Dan jika beliau
mendapat surat, saya yang membacakan surat mereka.’ (HR. Abu Daud
3647, Turmudzi 2933 dan dishahihkan al-Albani).
Dalam Aunul Ma’bud, Syarh Sunan Abu Daud, dinyatakan,

‫أي أخاف إن أمرت يهوديا بأن يكتب كتابا إلى اليهود أو يقرأ كتابا جاء من اليهود" أن يزيد فيه أو ينقص‬

Artinya, beliau khawatir, ketika beliau memerintahkan orang yahudi


untuk mengirim surat ke suku yahudi lainnnya atau membacakan surat
dari yahudi, akan ditambah-tambahi atau dikurangi. (Aunul Ma’bud,
Syarh Sunan Abi Daud, 10/56)

Dalil lain yang menunjukkan kesimpulan ini adalah hadis dari


A’isyah Radhiyallahu ‘anha, yang menceritakan kisah hijrahnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah. A’isyah
mengatakan,
‫ى َها ِديًا‬ ِ ‫ال ِمنْ بَ ِنى ال ِ ّدي ِل ثُ َّم ِمنْ بَ ِنى عَ ْب ِد ب‬
ٍّ ‫ْن عَ ِد‬ ً ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – وَ َأبُو" بَ ْك ٍر رَ ُج‬ ُّ ‫ستَ ْأ َجرَ الن َِّب‬
ْ ‫ا‬
ِ ‫ين ُكف‬
‫َّار‬ ِ ‫ وَ ْهوَ عَ لَى ِد‬، ‫ْن وَ ا ِئ ٍل‬ ِ ‫َاص ب‬ ِ ‫ف ِفى آ ِل ا ْلع‬ ٍ ‫خ ِِرّ يتًا – ا ْلخ ِِرّ يتُ ا ْلمَاهِرُ ِبا ْل ِهدَايَ ِة – َق ْد َغمَسَ يَ ِمينَ ِح ْل‬
‫يح َة‬َ ‫ صَ ِب‬، ‫ َف َأتَا ُهمَا ِبرَ ا ِحلَتَي ِْهمَا‬، ‫ث لَيَا ٍل‬ ِ َ‫ وَ وَ عَ دَا ُه َغارَ ثَوْ ٍر بَ ْع َد ثَال‬، ‫ َف َأ ِمنَا ُه َف َد َفعَا ِإلَ ْي ِه رَ ا ِحلَتَي ِْهمَا‬، ‫ْش‬
ٍ ‫ُقرَ ي‬
‫يق‬ ْ ‫ى َف َأخَ َذ ِب ِه ْم َأ‬
"ُ ‫س َف َل َم َّك َة وَ ْه َ"و ط َ ِر‬ ُّ ‫ وَ ال َّد ِلي ُ"ل ال ِ ّدي ِل‬، ‫ وَ ا ْنطَلَ َ"ق َم َع ُهمَا عَ امِرُ بْنُ ُف َهيْرَ َة‬، َ‫ َفارْ تَ َحال‬، ‫ث‬ ٍ َ‫لَيَا ٍل ثَال‬
‫السَّا ِح ِل‬

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr  Radhiyallahu ‘anhu,


menyewa seseorang dari bani ad-Dil dan bani Abd bin Adi sebagai
penunjuk jalan dan pakar peta. Mereka bagian dari kerabat al-Ash bin
Wail. Ketika itu, dia beragama sepeti musyrikin quraisy. Nabi dan Abu
Bakr mempercayai orang ini dan menyerahkan tungganggnya kepada
mereka. Mereka janjian untuk bertemu di gua tsaur 3 hari lagi. Orang
inipun datang dengan membawa tunggangannya di pagi malam ketiga.
Lalu mereka berangkat. Dan Amir bin Fuhair juga ikut bersama mereka.
Si penunjuk jalan mengambil jalur pantai. (HR. Bukhari 2263).
Imam Ahmad berpendapat bolehnya bekerja sama dengan orang yahudi
dan nasrani, dengan syarat tidak ada peluang bagi mereka untuk
menguasai kekayaan perusahaan, dan tidak boleh mengurusi kekayaan
tanpa didampingi orang islam. Hanya orang islam yang mengurusi
kekayaan, karena yahudi dan nasrani menerapkan sistem riba. (simak al-
Mughni, 5/3)

Dalam kitabnya ayatul ahkam, as-Shabuni menjelaskan pendapat


mayoritas ulama,

،‫" فال يظهر دخوله في المنع‬،‫ كنحت الحجارة والبناء" والنجارة‬،‫أما استخدام الكافر في عمل ال والية فيه‬
‫وهذا قول جمهور الفقهاء‬

Memperkerjakan orang kafir dalam urusan yang bukan posisi strategis,


seperti tukang batu, kuli bagungan, atau tukang kayu, tidak termasuk
dilarang. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. (Rawai’ al-Bayan,
1/574).
Dr. Sa’duddin al-Kabi mengatakan,

.‫وقد عامل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اليهود في المزارعة وهو عمل محدود ومقيد بالزراعة‬
‫ جاز في غيرها‬،‫ كالمزارعة‬،‫وإذا جاز عمل المشرك فيما ال ضرر فيه وال والية‬

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperkerjakan orang yahudi


untuk mengurusi kebun kurma, dan ini pekerjaan terbatas, hanya
mengurusi kebin kurma. Jika dibolehkan memperkerjakan orang musyrik
dalam urusan yang tidak membahayakan dan tidak memberi
kesempatan mereka untuk berkuasa, semacam ngurusi pertanian, berarti
boleh untuk kasus lainnya. (al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah, hlm.
674)

Anda mungkin juga menyukai