Anda di halaman 1dari 4

TEORI AKAD

1. Definisi akad, tasharuf, dan iltizam


2. Rukun dan substansi akad
3. Syarat-syarat akad dan implikasi hukumnya
4. Kehendak akad dan hal-hal yang merusak akad
5. Pembagian jenis-jenis akad
6. Berakhirnya akad

1. Definisi Akad
Secara linguistik, akad memiliki makna “ar-rabtu” yang berarti menghubungkan
atau mengaitkan. Dalam arti yang luas, akad dapat diartikan sebagai ikatan antara
beberapa pihak.
Dalam makna istilah Fiqh yakni keinginan seseorang dalam melakukan sesuatu,baik
keinginan tersebut bersifat pribadi (diri sendiri), seperti talak, sumpah, ataupun
terkait dengan keinginan pihak lainnya.
Menurut Istilah akad merupakan keterkaitan antara ijab dan qobul yang dibenarkan
oleh syara’, dan memiliki implikasi hukum tertentu
Ijab dan qabul merupakan ucapan atau tindakan yang mencerminkan kerelaan dan
keridoan kedua belah pihak untuk melakukan kontrak atau kesepakatan tetapi tidak
boleh bertentangan dengan syara’.
Akad memiliki memiliki implikasi hukum tertentu, dengan adanya akad akan
menimbulkan pindahnya munculnya ataupun berakhirnya suatu hak dan
kewajiban.
2. Tasharuf
Segala sesuatu yang dilakukan seseorang berdasarkan kemauannya baik
berupa perkataan atau perbuatan dan mempunyai efek syara’ terhadap orang
itu. Seperti jual-beli dan berburu, seperti waqaf, wasiat,, mencuri dan
membunuh

3. Iltizam
Segala Tasharuf yang menyebabkan adanya kemunculan hak perpindahan
dan berakhirnya, entah dilakukan 1 orang seperti waqaf terhadap selain
harta, atau daru 2 orang seperti jual-beli atas harta

4. Rukun Akad
Rukun akad dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bisa digunakan untuk
mengungkapkan kesepakatan atas dua kehendak, atau sesuatu yang bisa disamakan
dengan hal itu dari tindakan, isyarat, atau korespondensi.
Menurut mazhab hanafi rukun akad hanya 1 yaitu sighot atau ijab qabul. Adapun
rukun-rukun yang lainnya merupakan derifasi dari sighot.
Menurut jumhur ulama, rukun akad terdiri dari:
1.) Akid atau pihak yang berakad
2.) Ma’kud alaih atau objek akad
3.) Sighot atau ijab qabul

5. Substansi Akad
Merupakan pilar terbangunnya sebuah akad. Substansi akad diartikan
sebagai maksud pokok/tujuan yang ingin dicapai dengan adanya akad yang
dilakukan. Hal ini merupakan sesuatu yang penting, karena akan
berpengaruh terhadap implikasi tertentu

6. Syarat Akad
Menurut Mazhab Hanafi, syarat yang ada dalam akad dapat dikategorikan menjadi
3 bagian, yaitu Syarat sahih, syarat fasid, dan syarat bathil
 Syarat Shahih
Syarat yang sesuai dengan substansi akad, mendukung dan memperkuat
substansi akad, dibenarkan oleh Syara’ atau sesuai dengan ‘urf (kebiasaan)
masyarakat.

-Contoh syarat yang sesuai substansi akad:


syarat yang diajukan oleh penjual untuk membayarkan harga barang, atau
menyerahkan barang bagi pembeli
-Contoh syarat yang mendukung substansi akad:
Seorang penjual meminta kafil (penjamin) atau barang jaminan lainnya
(kolateral)
-Contoh syarat yang dibenarkan syara’:
Syarat adanya hak khiyar (memilih) bagi salah satu pihak yang bertransaksi
-Contoh syarat sesuai ‘urf:
Adanya garansi atas obyek transaksi seperti mobil, elektronik, dsb

 Syarat Fasid
Syarat yang tidak sesuai dengan salah satu kriteria yang ada dalam syarar
shahih, serta syarat itu memberikan manfaat bagi salah satu pihak

-Contoh: Menjual rumah dengan syarat penjual harus menempatinya selama


setahun

 Syarat Batil
Syarat yang tidak memenuhi kriteria syarat shahih, dan tidak memberikan
nilai manfaat bagi salah satu pihak atau lainnya. Akan tetapi malah
menimbulkan dampak negatif bagi salah satu pihak.

-Contoh: Penjual mensyaratkan kepada pembeli untuk tidak menjual barang


yang dibelinya kepada seseorang,
Menjual mobil dengan syarat tidak boleh dikendarai oleh seseorang, dlsb

7. Implikasi Akad
Setiap akad memiliki tujuan dasar yang ingin diwujudkan, seperti
perpindahan kepemilikan dalam akad jual beli, kepemilikan manfaat bagi penyewa
dalam akad ijarah (sewa), dlsb
Dengan terbentuknya akad, akan muncul hak dan kewajiban diantara pihak
yang bertransaksi.
Dalam jual-beli, pembeli berkewajiban untuk menyerahkan uang sebagai harga atas
obyek transaksi dan berhak mendapatkan barang, sedangkan bagi penjual
berkewajiban untuk menyerahkan barang, dan berhak menerima uang sebagai
kompensasi barang.

8. Kehendak akad
Kehendak berakad terbagi menjadi 2:
- Kehendak batin (tidak terlihat) atau maksud dan niat
- Kehendak Dzahir(nampak) yaitu shigahdalam akad yang mewakili dari
niat dan maksud
Akad tidak akan terlaksana apabila salah satu kehendak ini tidak
terpenuhi.
9. hal-hal yang merusak akad
- Keterpaksaan
Salah satu asas akad dalam hukum Islam adalah kerelaan/ ridho, dari
para pihak yang melakukan akad.
Dilihat dari akibat yang ditimbulkan, para ulama membagi ikrah
(keterpaksaan) menjadi 2 macam:
+ Pemaksaan sempurna: yaitu yang berakibat pada hilangnya jiwa,atau
anggota badan, atau pukulan keras yang bisa mengakibatkan cacat fisik
pada dirinya atau kerabatnya.
+ Pemaksaan tidak sempurna: yaitu mengakibatkan rasa sakit yang ringan
atau berupa pukulan yang ringan.
Pemaksaan yang berpengaruh pada akad adalah pemaksaan yang tidak
disyari’atkan, tidak dibenarkan secara hukum.
- Kesalahan mengenai obyek
- Penipuan (tadlis) pada obyek akad
+Tadlis perbuatan
+ Tadlis ucapan
+ Tadlis dengan menyembunykan cacat pada obyek akad
- Ketidakseimbangan obyek akad (ghaban)
- Ketidakpastian (taghrir)

10. Pembagian jenis-jenis akad

11. Berakhirnya akad


Akad akan berakhir dengan 2 hal:
- Al-Fukhsu atau membubarkan
- Kematian

Anda mungkin juga menyukai