Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Kelompok 15/4C
1. Anis Nurul Lailih 1130016077
2. Moh Haris Susanto 1130016080

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018

i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak. Dalam penyusun materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan Meningitis yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi, referensi. Makalah ini disususn oleh berbagai
rintangan. Baik itu yang dating dari penyusun maupun dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya pada mahasiswa
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempuna.

Surabaya, 16 February 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.............................................................................................3
1.1 latar Belakang............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II Tinjauan Teori..........................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................5
2.2 Anatomi......................................................................................................5
2.3 Pataofisiologi..............................................................................................6
2.4 Etiologi........................................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala.......................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Labolatorium........................................................................8
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................8
BAB III Asuhan Keperawatan............................................................................9
3.1 Pengkajian.................................................................................................9
3.2 Masalah Keperawatan yan Lazim Mucul...................................................9
3.3 Diagnosis.................................................................................................10
BAB IV Penutup................................................................................................17
4.1 Kesimpulan...............................................................................................17
4.2 Saran........................................................................................................18
Daftar Pustakan.................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang
pada orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,
namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai
suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis),atau bahkan
kedalamotak (meningoensefalitis). (Satyanegara, 2010).
Pada umumnya angka kejadian cerebral palsy di RS Dr. Moewardi
Surakarta pada tahun 2011 terdapat 3 kejadian pada anak, Ditahun 2012
terjadi penurunan angka kejadian cerebral palsy menjadi 2 kejadian pada
anak. Meskipun angka kejadiannya sedikit, namun cerebral palsy dapat
menyebabkan terjadinya kecacatan dan kematian yang tinggi, sehingga
penulis tertarik melakukan penelitian pada pasien cerebral palsy.
Meningitis adalah peradangan selaput otak sumsum tulang belakang,
atau keduannya. Penyebab dari meningitis adalah bakteri atau virus,
meningitis sering didahului oleh infeksi pernapasan, tenggorok, atau tanda
dan gejala flulike. Sejumlah kuman neiseria meningitidis merupakan
penyebab meningitis yang sering. Penyakit ini mempunyai insiden pada
anaka dibawah usia 5tahun, dengan puncak insidensi pada anak usia 3-
5bulan. Bentuk meningitis yang berat, yaitu meningokoksemia yang memiliki
serangan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Tanda dan gejala meliputi
demam tinggi, letargi, menggigil, dan timbul ruam pada kulit.(Katblen Morgan
Speer, 2008). Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput
otak(araknoidea dan piamater) (Sujono Riyadi, Sukarmin, 2009)
Antibiotik sesuai jenis agen penyebab, Steroid untuk mengatasi
inflamasi, Antipiretik untuk mengatasi demam, Antikonvulsan untuk menjegah
kejang, Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan, pembedahan: Seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel
Peritoneal Shunt) Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk membebaskan tekanan intracranial yang diakibatkan
oleh terlalu banyaknya cairan serbrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel
diotak menuju rongga peritoneum. Prosedur pembedahan ini dilakukan
didalam kamar operasi dengan anastesi umum selama 90menit. Rambut
dibelakang telingga dicukur, lalu dibuat insis tapal kuda dibelakang telinga
dan insisi kecil lainnya didinding abdomen. Lubang kecil dibuat pada tulang
kepala, lalu selang kateter dimasukkan kedalam ventrikel otak. Kateter lain
dimasukkan kedalam kulit insisi dibelakang telinga

iv
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka menjadi rumusan masalah
“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien Anak yang menderita
Meningitis?”

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Meningitis
2. Mengetahui Anatomi Fisiologi dari Meningitis
3. Mengetahui Patofisiologi dari Meningitis
4. Mengetahui Etiologi dari Meningitis
5. Mengetahui Tanda dan Gejala dari Meningitis
6. Mengetahui Pemeriksaan Laboratorium dari Meningitis
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Meningitis
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan Diagnosa Meningitis

v
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang
pada orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,
namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai
suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis), atau bahkan kedalam
otak (meningoensefalitis).(Satyanegara, 2010).
Meningitis adalah peradangan selaput otak, sumsum tulang belakang,
atau keduannya. Penyebabnya adalah bakteri atau virus, meningitis sering
didahului oleh infeksi pernapasan, tenggorok, atau tanda dan gejala flulike.
Sejumlah kuman neiseria meningitidis merupakan penyebab meningitis yang
sering. Penyakit ini mempunyai insiden pada anaka dibawah usia 5tahun,
dengan puncak insidensi pada anak usia 3-5bulan. Bentuk meningitis yang
berat, yaitu meningokoksemia yang memiliki serangan cepat dan dapat
menyebabkan kematian. Tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi,
menggigil, dan timbul ruam pada kulit.(Katblen Morgan Speer, 2008).
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak(araknoidea dan
piamater) (Sujono Riyadi, Sukarmin, 2009)

2.2 Anatomi Fisiologi


Selaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter,
Aranoid, Piameter. Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali
didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan
terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikel durameter yang
memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri
adalah tulang horizontal dari durameter yang memisahkan lobus oksipitalis
dari serebum. Araknoid merupakan membrane lembut yang bersatu
ditempatnya dengan parameter, Diantaranya terdapat ruang subarnoid
dimana terdapat arteri dan vena serebra dan dipenuhi oleh cairan
serebospinal. Sistemamagna adalah bagian terbesar dari ruang subaranoid
disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan
medulla oblongata.
Piameter merupakan membrane halus yang kayak akan pembuluh
darah kecil yang mensuplai darah keotak dalam jumlah yang banyak.
Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan
seluruh medulla spinalis.
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai organism yang bervariasi,
tetapi ada ada tiga tipe utama yakni:
1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri
pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan
basil influenza.
2. Tuberculosis, yang disebabkan oleh hasil tuberkel
(Mycobacterium tuberculose).
3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen – agen virus yang
sangat bervariasi.

vi
2.3 Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus seperti
streptokokus, stapilokokus, meningokokus, pnemokokus, dan dari golongan
lain seperti diatas menginfeksi tonsil, bronkus, saluran cerna. Mikroorganisme
tersebut mencapai otak mengikuti aliran darah. Diotak mikroorganisme
berkembangbiak membentuk koloni. Koloni mikroorganisme itulah yang
mampu menginfeksi lapisan otak (meningen). Mikroorganisme menghasilkan
toksik dan merusak meningen. Kumpulan toksik mikroorganisme, jaringan
meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu membentuk cairan
yang kental yang disebut puistula. Karena sifat cairannya tersebut penyakit ini
populer disebut meningitis purulenta.
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen
sampai ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian menaikkan suhu sebagai
tanda adanya bahay. Kenaikan suhu dihipotalamus akan diikuti dengan
peningkatan mediator kimiawi akibat peradangan seperti prostaglandin,
epinefrin, neropinefrin. Kenaikan mediator tersebut dapat merangsang
peningkatan metabolism sehingga dapat terjadi kenaikan suhu diseluruh
tubuh, rasa sakit kepala, peningkatan respon gastrointestinal yang
memunculkan rasa mual dan muntah.
Volume postula yang semakin meningkat dapat mengakibatkan
peningkatan desakan didalam intracranial. Desakan tersebut dapat
meningkatkan rangsangan dikorteks serebri yang dapat pusat pengaturan
sistem gastrointestinal sehingga merangsang munculnya muntah dengan
cepat, juga dapat menjadi gangguan pusat pernapasan. Peningkatan tekanan
intracranial tersebut juga dapat mengganggu fungsi sensorik maupun motorik
serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum sehingga penderita
mengalami penurunban respon kesadaran terhadap lingkungan (penurunan
kesadaran). Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan pengeluaran sekresi
trakeobronkial yang berakibat pada penumpukan secret ditrakea dan bronkus
sehingga bronkus dan trakea menjadi sempit.
Peningkatan tekanan inrakranial juga dapat berdampak pada
munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga
memunculkan kejang. Respon saraf perifer juga tidak bisa berlangsung
secara kondusif, ini yang secara klinis dapat memunculkan respon yang
patologis pada jaringan tersebut seperti munculnya tanda kernig dan
brudinsky. Kejang yang terjadi pada anak dapat mengakibatkan spasme pada
otot bronkus. Spasme dapat mengakibatkan penyempitan jalan napas.

2.4 Etiologi
Penyebab meningitis adalah mikroorganisme yang tidak spesifik (satu jenis
tertentu seperti penyakit typus).
1. pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
2. Pada anak – anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
Neiseria meningitidis dan Diplococcus pneumonia.
Bakteri tersebut diatas dikenal sangat toksik karena dapat
mengakibatkan jaringan cepat rusak dan menghasilkan pustule sehingga
sering disebut penyakitnya dengan meningitis purulenta. Biasanya
mikroorganisme tersebut diatas sampai menginfeksi otak setelah didahului

vii
infeksi pada penyakit lain seperti bronchitis, tonsillitis, pneumonia.
Perpindahan tersebut yang terbanyak melalui sistem homogen.

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala meningitis secara umum:
1. Aktivitas / istirahat;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter, kelemahan, hipotonia
2. Sirkulasi;Riwayat endokarditis, abses otak, tekanan darah meningkat, nadi
menurun, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase aku.
3. Eliminasi;Adanya inkontinensia atau retensi urin
4. Makanan/cairan;Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek,
mukosa kering
5. Hygiene;Tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori;Sakit kepala, partesia, kehilangan sensi, “Hiperalgesia”
meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan oenglihatan, diplopia, fotopibia,
ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil
keputusan, afasia, pupil aniosokor, hemiparese, hemiplegia,
tanda”Brudzinski”positif, reflex abdominal menurun, reflex kremesterik hilang
pada laki – laki
7. Nyeri/kenyamanan;sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosentivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengadu/mengeluh
8. Pernapasan;Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas menaik, letargi dan
gelisah
9. Keamanan;Riwayat masdoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis,
abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel
sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes
simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran;Riwayat hipersensitif terhadap obat, diabetes
mellitus
Tiga tanda dan gejala meningitis secara khusus:
1. Anak dan Remaja
a. Demam
b. Mengigil
c. Sakit kepala
d. Muntah
e. Perubahan pada sensorium
f. Peka rangsang
g. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
h. Agitasi
2. Bayi dan Anak kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak – anak usia 3bulan dan 2tahun.
a. Demam
b. Muntah
c. Fontanel menonjol
d. Peka rangsang yang nyata
3. Neonatus
a. Menolak untuk makan
b. Kemampuan menghisap menurun
c. Muntah atau diare

viii
d. Tonus buruk
e. Kurang gerakan
f. Menangis buruk
g. Leher biasanya lemas
h. Tanda – tanda non-spesifik
i. Hypothermia atau demam
j. Peka rangsang
k. Mengantuk
l. Kejang
m. Ketidakteraturan pernapasan atau apnea
n. Sianosis
o. Penurunan

2.6 Pemeriksaan Laboratorium


1. Pungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah menurun, protein meningkat, tekanan cairan meningkat,
asam laktat meningkat, glukosa serum meningkat, identifikasi organism
penyebab.
2. kultur darah, untuk menetapkan organism penyebab
3. kultur urin, untuk menetapkan organism penyebab
4. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organism penyebab
5. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi; Na+naik dan K+turun
6. Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH
7. MRI, CT-scan/angiografi

2.7 Penatalaksanaan
1. Obat anti inflamasi
a. Meningitis tuberculosa
1) Isoniazid 10-20 mg/kg/24 jam oral, 2kali sehari maksimal 500gr
selama 1½tahun.
2) Rifamisin 10-15 mg/kg/24 jam oral, 1kali sehari selama 1tahun
3) Streptomomisin sulfat 20-40 mg/kg/24jam sampai 1minggu, 1-2 kali
sehari, selama 3bulan
b. Meningitis bacterial, umur kurang 2bulan
1) Sefalosporin generasi ke-3
2) Ampisilin 150-200 mg(400gr)/kg/24jam IV, 4-6 kali sehari.
c. Meningitis bacterial, umur lebih dari 2bulan
1) Ampisilin 150-200mg (400mg)/kg/24jam IV 4-6 kali sehari
2) Sefalosforin generasi ke 3

2. Pengobatan simtomatis
b. Diazepam IV 0.2-0.5 mg/kg /dosis, atau rectal 0.4-0.6/mg/kg/dosis
kemudian dilanjutkan dengan fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3kali sehari
c. Turunkan demam dengan antipiretik parasetamol atau salisilat
10mg/kg/dosis sambil dikompres air

p. Pengobatan suportif
a. Cairan intravena
b. Pemberian O2 agar kontrasepsi o2 berkisar antara 30-50%.

ix
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Neurologis
a. Kejang – kejang
b. Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
c. Mata terbenam (setting-sun sign)
d. Kekakuan kuduk
e. Tanda kernig positif
f. Tanda brudzinski positif
g. Reaktivitas pupil menurun
h. Iritabilitas
i. Opitotonus
j. Sakit kepala
k. Tangisan dengan nada tinggi

2. Respirasi
a. Baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit tenggorok, atau tanda dan
gejala flulike

3. Gastrointestinal
a. Muntah

4. Integumen
a. Ubun – ubun menonjol
b. Petekie
c. Ekstremitas dingin
d. Ruam
e. Sianosis
f. Demam

3.2 Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul


1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
edema serebral/penyumbatan aliran darah
2. Risiko cedera yang berhubungan dengan kejang
3. Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan daya tahan tubuh berkurang

x
3.3 Diagnosis
A. Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respons Kardiovaskular/pulmonal
00201
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
(2008, 2013,; LOE 2.1)
Definisi: rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan.

Faktor risiko
1. Agens farmaseutikal
2. Aterosklerosis aortic
3. Baru terjadi infark miokardium
4. Diseksi arteri
5. Embolisme
6. Endokarditis infektif
7. Fibrilasi atrium
8. Hiperkolesterolemia
9. Hipertensi
10. Kardiomiopatri dilatasi
11. Katup prostetik mekanis
12. Koagulasi intravascular diseminata
13. Koagulapati (mis., anemia sel sabit)
14. Masa protrombin abnormal
15. Masa tromboplastin parsial abnormal
16. Miksoma atrium
17. Neoplasma otak
18. Penyalahgunaan zat
19. Segmen ventrikel kiri akinentik
20. Sindrom sick sinus
21. Stenosis karotit
22. Stenosis mitral
23. Terapi tombolitik
24. Tumor otak(mis., gangguan serebrovaskular, penyakit neurologis,
trauma, tumor)

xi
NOC
(Nursing Outcomes Classification)
Risiko Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif
Definisi: Beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan cerebral yang
mengganggu kesehatan
Outcomes yang berhubungan dengan bantuan resiko
1. Status sirkulasi
2. Pengetahuan: Menejemen penyakit arteri perifer
3. Menejemen diri: Penyakit arteri coroner
4. Menejemen diri: Penyakit areteri perifer

NIC
(Nursing Interventions Classification)
Perfusi Jaringan Otak, Risiko Ketidakefektifan
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah
1. Manajemen edema serebral
2. Monitor tekanan intracranial (TIK)
3. Monitor neurologi

B. Domain 11 :Keamanan/perlindungan
Kelas 2. Cedera fisik
00035
Risiko cedera
(1978, 2013)
Definisi: rentan mengalami cidera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber devensif individu, yang
dapat menganggu kesehatan.
Faktor risiko

Eksternal
1) Agens nosocomial
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Gangguan fungsi psikomotor
4) Hambatan fisik (mis., desain, struktur, pengaturan komunitas,
pembangunan, peralatan)
5) Hambatan sumber nutrisi (mis., vitamin, tipe makanan)
6) Moda transportasi tidak sama
7) Pajanan pada kimia toksik
8) Pajanan pada pathogen
9) Tingkat imunisasi dikomunitas
Internal
1) Disfungsi biokimia
2) Disfungsi efektor

xii
3) Disfungsi imun
4) Disfungsi integrasi sensori
5) Gangguan mekanisme pertahanan primer (mis., kulit robek)
6) Gangguan orientasi afektif
7) Ganggaun sensai (akibat dari cedera medula spinalis, diabetes
mellitus, dll)
8) Hipoksia jaringan
9) Malnutrisi
10)Profil darah yang abnormal
11)Usia ekstrem

NOC
(Nursing Outcomes Classification)
Risiko Cidera
Definisi: Berisiko mengalami cidera akibat kondisi lingkungan berinteraksi
dengan pribadi yang sumber – sumbernya adaptif dan defense
Outcomes untuk Menilai dan Mengukur Kejadian aktual dari Diagnosis
1. Kejadian jatuh
2. Keparahan cidera fisik
Outcomes yang Berhubungan dengan Faktor Risiko
1. Respon Alergi: Sistemik
2. Keseimbangan
3. Koagulasi Darah
4. Ambulasi

NIC
(Nursing Interventions Classification)
Cedera, Risiko
Definisi: Berisiko mengalami cidera sebagai akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defense individu
Intervensi Keperawatan yang Disarankan untuk Menyelesaikan masalah:
1. Manejemen alergi
2. Menejemen penyakit menular
3. Menejemen demensia

xiii
C. Domain 11 :keamanan/perlindungan
Kelas 6. Termoregulasi
00007
Hipertermia
(1986, 2013,; LOE 2.2)
Definisi : suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi
Batasan karakteristik
1. Apnea
2. Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
3. Gelisah
4. Hipotensi
5. Kejang
6. Koma
7. Kulit kemerahan
8. Kulit terasa hangat
9. Letargi
10. Postur abnormal
11. Stupor
12. Takikardia
13. Takipnea
14. Vasodilatasi

Factor yang berhubungan


1. Ages farmaseutikal
2. Aktivitas berlebihan
3. Dehidrasi
4. Iskemia
5. Pakaian yang tidak sesuai
6. Peningkatan laju metabolisme
7. Penurunan perspirasi
8. Penyakit
9. Sepsis
10. Suhu lingkungan tinggi
11. Trauma

xiv
NOC
(Nursing Outcames Classification)
Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Outcomes untuk Mengukur Penyelesaian dari Diagnostik
1. Termoregular
2. Termoregulasi: Bayi Baru Lahir
Outcomes Tambahan untuk Mengukur Batasan Karakteristik
1. Status Neurologi
2. Status Neurologi: Otonomik
3. Tanda – tanda vital
Outcomes yang berkaitan dengan factor yang berhubungan atau Outcames
Menengah
1. Reaksi transfusi darah
2. Status kenyamanan: Fisik
3. Tingakt Ketidaknyamanan
4. Hidrasi

NIC
(Nursing Intervention Classification)
Hipertermia
Definisi: Peningkatan Suhu Tubuh diatas Kisaran Normal
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:

1. Memandikan
2. Menejemen lingkungan
3. Menejemen cairan
4. Control infeksi

D. Domain 11: Keamanan/Perlindungan


Kelas 1. Infeksi
00004
Resiko infeksI
(1989, 2010, 2013; LOE 2.1)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multipikasi organism patogenik

yang dapat mengganggu kesehatan

Factor Risiko
1. Kurang pengetahuan untuk menghindari pathogen
2. Malnutrisi

xv
3. Obesitas
4. Penyakit kronis (mis., diabetes melitus)
5. Prosedur invasive
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
1. Gangguan integritas kulit
2. Gangguan peristalsis
3. Merokok
4. Pecah ketuban dini
5. Pecah ketuban lambat
6. Penurunan kerja siliaris
7. Penurunan pH sekresi
8. Stasis cairan tubuh
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
1. Imunosupresi
2. Leucopenia
3. Penurunan hemoglobin
4. Supresi respon inflamasi (mis., interleukin )
5. Vaksinasi tidak adekuat

xvi
NOC
(Nursing Outcames Classification)
Resiko infeksi
Definisi: Berisiko terserang organisme pathogen
Outcomes untuk menilai dan mengukur kejadian actual dari Diagnosis
1. Keparahan infeksi
2. Keparahan infeksi: Baru Lahir
Outcomes yang berhubungan dengan factor risiko
1. Penyembuhan luka bakar
2. Status imunitas
3. Status nutrisi
4. Kesehatan mulut

NIC
(Nursing Interventions Classifications)
Infeksi, resiko
Definisi: Mengalami peningkatan resiko terserang organism patogenik
Intervensi Keperawatan yang Disarankan untuk menyelesaikan masalah:
1. Perawatan Amputansi
2. Manejemen Batuk
3. Kontrol infeksi: Intraoperatif
4. Peresepan Obat

xvii
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang
pada orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang
subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga
subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis),
atau bahkan kedalam otak (meningoensefalitis).
2. Selaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter,
Aranoid, Piameter. Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi
kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat
pada tulang dan terdapat sinus venous.
3. Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus seperti
streptokokus, stapilokokus, meningokokus, pnemokokus, dan dari
golongan lain seperti diatas menginfeksi tonsil, bronkus, saluran cerna.
4. Penyebab meningitis adalah mikroorganisme yang tidak spesifik (satu
jenis tertentu seperti penyakit typus).
a. pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah
Diplococcus pneumonia dan Neiseria meningitidis,
stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak – anak bakteri tersering adalah Hemophylus
influenza, Neiseria meningitidis dan Diplococcus pneumonia.
5. Aktivitas / istirahat;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter, kelemahan, hipotonia Sirkulasi;Riwayat
endokarditis, abses otak, tekanan darah meningkat, nadi menurun,
tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut
Eliminasi;Adanya inkontinensia atau retensi urin
Makanan/cairan;Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit
jelek, mukosa kering Hygiene;Tidak mampu merawat diri
6. Pungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah menurun, protein meningkat, tekanan cairan meningkat,
asam laktat meningkat, glukosa serum meningkat, identifikasi
organism penyebab. kultur darah, untuk menetapkan organism
penyebab kultur urin, untuk menetapkan organism penyebab Kultur
nasofaring, untuk menetapkan organism penyebab Elektrolit serum,
meningkat jika anak dehidrasi; Na+naik dan K+turun Osmolaritas urin,
meningkat dengan sekresi ADH MRI, CT-scan/angiografi
7. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab, Steroid untuk mengatasi
inflamasi, Antipiretik untuk mengatasi demam, Antikonvulsan untuk
menjegah kejang, Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak
yang masih bisa dipertahankan, pembedahan: Seperti dilakukan VP
Shunt (Ventrikel Peritoneal Shunt) Ventriculoperitoneal Shunt adalah
prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membebaskan tekanan
intracranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan
serbrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel diotak menuju rongga
peritoneum. Prosedur pembedahan ini dilakukan didalam kamar
operasi dengan anastesi umum selama 90menit. Rambut dibelakang
telingga dicukur, lalu dibuat insis tapal kuda dibelakang telinga dan
insisi kecil lainnya didinding abdomen. Lubang kecil dibuat pada tulang

xviii
kepala, lalu selang kateter dimasukkan kedalam ventrikel otak. Kateter
lain dimasukkan kedalam kulit insisi dibelakang telinga.

4.2 Saran
Diharapkan lebih memotivasi kepada keluarga agar keluarga
mengetahui dan mencari informasi tentang perawatan anak pada cerebral
palsy.

xix
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi,sujono dan sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Speer,Katbleen Morgan. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik , Ed 3.
Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, Ed 10.
Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda, Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Jogja

xx

Anda mungkin juga menyukai