Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Farhan (2018) Pada dasarnya manusia berada dalam kondisi yang sehat. Adapun
keadaan sakit merupakan sifat sementarayang menimpa hidup seseorang. Apabila kondisi
seseorang yang sehat itu berubah dan ditimpa penyakit, apakah dia harus berhenti
melaksanakan ibadah yang sifatnya wajib sampai ia kembali sehat?
Dalam kenyataaanya, sholat bagi orang yang sakit adalah contoh paling baik bagaimana
seharusnya beradaptasi dengan berbagai perubahan situasi, sehingga sehingga kita bisa
tetap melaksanakan pekerjaan. Jika salah satu aspek kesehatan orang yang sholat iru hilang,
dia tetap bisa melaksanakan ibadah sholat dengan baik. ‘imran ibn Hushain meriwayatkan
bahwa Nabi Saw, bersabda “sholatlah kamu sambil berdiri jika kamu tidak mampu Sambil
duduk, jika kamu tidak mampu juga sambil berbaring jika tidak sambil berisyatarlah”
Penyakit itu tidak dianggap sebagai halangan untuk tetap melaksanakan sholat. Selama
seseorang masih bernapas. Dia harus tetap melaksanakan sholat dan mengadaptasikan
dirinya dengan kualitas kesehatannya. Pelaksanaan sholat itu sesuai dengan yang telah
diajarkan Rasulullah Saw. Agar dia beradaptasi dengan kondisi kesehatan yang
dimilikinya. Dengan demikian, tujuan sholat yang paling utama akan senantiasa terjaga,
yakni hubungan dengan Allah Swt.
Sementara itu ketika kesehatannya hilang dan dia tidak berada dalam kondisi sadar,
kewajiban untuk melaksanakan sholat menjadi gugur. Namun, apabila kesadarannya telah
kembali, dia pun harus melaksanakan sholat dengan cara yang dibolehkan oleh kondisi
kesehatannya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana prinsip-prinsip kesehatan dalam Islam?
b. Bagaimana cara perawat membimbing pasien dalam bersuci wudhu atau tayamum?
c. Bagaimana cara perawat dalam membimbing ibadah sholat pasien?
d. Bagaimana cara perawat dalam membimbing ibadah puasa pasien?
e. Apa saja doa-doa untuk kesembuhan pasien?

1
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip kesehatan dalam islam.
b. Mahasiswa dapat memahami dan membimbing pasien dalam bersuci wudhu atau
tayamum.
c. Mahasiswa dapat memahami dan membimbing pasien untuk ibadah sholat
d. Mahasiswa dapat memahami dan membimbing pasien untuk ibadah puasa
e. Mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan doa-doa kepada pasien.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.1. Prinsip-Prinsip Islam dalam Kesehatan


Secara umum pengertian rumah sakit dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 44
tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Dengan demikian, yang dimaksud rumah sakit islam/syariah
adalah rumah sakit yang dalam pengelolaannya mendasar pada maqoshid syariah yaitu
penjagaan agama, jiwa, keturunan, akal dan penjagaan harta. Dengan kata lain yang
dimaksud rumah sakit islam/syariah adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan tata
pengelolaannya berdasarkan prinsip syariah (Farhan, 2018).
Sedangakan orang sakit adalah orang yang lemah, yang memerlukan perlindungan dan
sandaran. perlindungan tidak hanya berbentuk materil tetapi juga berbentuk spiritual.
Kunjungan terhadap orang sakit sangat berpengaruh pada jiwanya. Sebab secara psikologis,
orang sakit sangat membutuhkan kehadiran orang yang dapat menghiburnya,
menghilangkan kesepiannya dan memotivasinya(Saleh dan Maimunah, 2012)..
Faktor spiritual akan memberikan kekuatan dalam jiwanya untuk melawan serangan
penyakit lahiriah. Oleh karena itu, menjenguk orang sakit, menanyakan keadaannya dan
mendoakannya merupakan bagian dari pengobatan menurut orang-orang yang mengerti.
Sehingga banyak hadist Nabi SAW yang menganjurkan untuk menjenguk orang yang sakit
dengan bermacam-macam metode.
Namun, dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tidak dapat melaksanakannya
secara mandiri tanpa bantuan dari tenaga kesehatan terutama perawat. Terkait dengan
thoharoh(Bersuci) dan ibadah bagi orang sakit, Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin
berkata:”sesungguhnya bagi orang sakit itu ada hukumnya secara khusus dalam hal bersuci
dan shalat(juga puasa dan ibadah haji). Karena dia dalam keadaan yang (walaupun sakit)
tetap dituntut oleh syari’at islam untuk menjalankan syari’at itu(Saleh dan Maimunah,
2012).

3
Dalam konteks inilah, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dengan misi al
hanafiyyah as samhah (kemudahan dan toleransi) yang dibangun atas asas toleransi dan
kemudahan. Allah SWT telah berfirman :

‫وما جعل عليكم في الدين من حرج‬


“Dia sekali kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan”. (Q.S. Al hajj:78)(Rauf, 2018).
Selain itu, dalam sebuah hadist dalam buku (Saleh dan Maimunah, 2012) dijelaskan:
“ Jika aku memerintahkan kalian untuk melakukan sesuatu, maka lakukanlah sesuai
dengan kemampuan kalian”. (HR Bukhari Muslim)
Berdasar kaidah-kaidah yang mendasar inilah maka Allah SWT. telah meringankan
ibadah orang-orang yang terkena udzur atau halangan sesuai dengan udzur mereka. Supaya
mereka dapat beribadah kepada Allah tanpa mengalami kesukaran dan kesulitan. Menurut
(Saleh dan Maimunah, 2012) berikut ini adalah cara bersuci dan beribadah bagi orang yang
sakit.
1. Bersuci bagi Orang yang Sakit
Islam mewajibkan umatnya untuk menjaga kesucian atau kebersihan badan, dengan
istilah thaharoh. Bahkan sebelum, melaksanakan ibadah yang ditentukan, seorang muslim
diwajibkan bersuci dari kotoran atau najis.sedangkan kesucian dan kebersihan sangat
berkaitan dengan kesehatan. Dengan demikian islam memberikan tuntunan untuk
melaksanakan hidup suci dan sehat.
Thaharah menurut bahasa adalah bersih dan suci. Thaharah menurut istilah (syara’)
adalah bersuci untuk menghilangkan segala jenis najis maupun hadas yang melekat
didalam tubuh agar dapat melaksanakan ibadah dalam keadaan suci. Thaharah dari hadas
dan najis itu menggunakan air. Adapun tata cara bersuci bagi orang sakit sebelum
menunaikan ibadah sholat.
a. Membersihkan Najis
Orang yang sakit wajib membersihkan najis atau kotoran yang ada di dalam
tubuh, pakaian dan tempat tidurnya. Kewajiban itu berlaku bila ia mampu, yakni tidak
mempunyai kesulitan atau bahaya, tidak merasa sakit atau bertambah parah sakitnya,
tidak memperlambat kesembuhannya, ada orang yang membantu untuk
membersihkan najis, tanpa menimbulkan bahaya dan hal-hal lain yang termasuk

4
kemampuan. Orang sakit tidak wajib membersihkan najisnya tersebut bila ia tidak
mampu.
Orang sakit dengan kondisi tersebut boleh sholat dengan najis yang menempel
pada tubuhnya. Sholatnya sah dan tidak wajib diulang untuk menjauhkan kesulitan.
Hal itu berlaku, baik benda najisnya menempel pada baju, tubuh, atau pembalut,
pengikat atau perban yang diletakkan diatas lukanya atau tepat yang dipakai untuk
sholat seperti ranjang, kursi, lantai atau menempel dengan benda najis seperti orang
yang membawa botol kencing atau tinja.
Namun, bila orang yang sakit itu mampu untuk mengganti pakaian yang suci
maka hal itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Maksudnya ia akan diberi pahala jika
melakukannya dan tidak berdosa jika tidak melakukan, bahkan jika menimbulkan
mudhorot dia berdosa karena kesengajaan untuk membahayakan dirinya sendiri.
Adapun benda najis yang sering mengenai orang sakit diantaranya : kencing, kotoran,
wadhi, darah dan muntah.
Madzi adalah caira putih yang bening sedikit kental, keluar ketika bercumbu atau
berkhayal tentang sesuatu yang menimbulkan rangsangan. Wadzi adalah cairan putih
yang kental, keluar setelah bekerja berat, lelah, sakit dsb. Sedangkan mani adlah
cairan putih dan kental, baunya seperti adonan roti, memancar secara berturut-turut
saat memuncaknya syahwat.
Adapun orang yang memiliki penyakit seperti beser, diare, madzi, dan wadhi,
maka menurut Imam Malik dimaafkan apa yang mengenai tubuh dan bajunya, jika
keluar dengan sendirinya. Hal tersebut dilakuka demi menghindari kesulitan bagi bagi
orang yang sakit, kaena najis tersebut sulit dihindari.
Mengenai tata cara menghilangkan najis (membersihkan najis) najisnya adalah
tergantung pada tempat yang terkena najis.
1) Jika najis menempel dinaju atau pakaian, maka dicuci dengan air sampai hilang
najis dan bekasnya(seperti warna dan baunya). Bila warnanya masih ada seperti
(bekas darah)maka dimaafkan demi kemudahan.
2) Jika najis menempel diranjang (kasur/tilam)yang tebal, maka najis tersebut
ditutup dengan sprei yang suci. Ini dilakukan jika memungkinkan dan bila tidak

5
mungkin maka boleh shalat di atas kasur tersebut, shalatnya sah demi
menghindari kesulitan.
3) Jika najis yang menempel ditubuh pasien itu tidak mungkin dicuci dengan air
karena ada bahaya, merasa sakit atau memperlambat kesembuhannya, maka boleh
dicuci dan dibersihkan dengan alkohol sampai bersih dari kuman.
4) Jika pasien tersebut mengganti baju, pelarut atau pembalut yang sudah najis,
maka sunah hukumnya atau tidak wajib. Tetapi jika hal itu menimbulkan bahaya
seperti terasa sakit maka ia berdosa karena kesengajaan untuk membahayakan diri
sendiri.
b. Istinja’
Istinja’ artinya bersuci untuk membersihkan (sisa) buang air kecil atau buang air
besar pada kedua tepat keluarnya masing-masing. Apabila orang sakit selesai dari
membuang kotoran, baik dari qubul (alat kelamin) atau dubur (anus) maka bersucilah
dengan air atau benda lainnya yang dibolehkan untuk bersuci. Benda yang boleh
digunakan untuk bersuci, adalah air, dan benda yang mampu menyerap najis dan
membersihkankannya seperti : tisu, kertas , kain dan batu.
Orang yang sakit wajib ber-istinja’ jika ia tidak mampu (sebagaimana
membersihkan najis). Istinja’ tidak sah hukumnya, jika kotoran yang melekat di
badan tidak dihilangkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, air seni atau kotoran yang
menempel harus dihilangkan dengan cara membersihkan dan membasuh qubul atau
dubur dengan air bersih. Saat beristinja’ hendaknya dengan tangan kiri. Sedangkan
bagi orang yang sakit yang tidak mampu beranjak dari tempat tidur, maka hendaknya
minta bantuan pada orang lain (muhrimnya). Apabila tidak memungkinkan untuk
membasuh anggota tubuh yang wajib dibasuh, maka dia harus menghapusnya
walaupun hanya dengan selembar kain basah.
c. Wudhu
Wudhu artinya bersuci dari hadas kecil, diperintahkan sebelum mengerjakan
shalat. Di dalam hadis Nabi Saw riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Rasullulah
SAW bersabda: “Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian yang
sedang hadas sehingga ia berwudhu ”.(HR. Muslim)

6
Berdasarkan dalil tersebut, orang yang sakit wajib berwudhu bila tidak
mempunyai kesulitan atau bahaya, tidak merasa sakit atau bertambah parah sakitnya,
tidak memperlambat kesembuhannya, ada orang yang membantu wudhu, tanpa
menimbulkan bahaya, dan lain-lain yang termasuk kemampuan seperti memakai air
yang hangat atau sakit ringan.
Sebaliknya, orang sakit tidak wajib berwudhu bila ia merasa kesulitan atau
berbahaya, tidak mampu bergerak, merasa sakit atau bertambah parah sakitnya, dan
tidak ada orang yang membantu untuk wudhu persediaan air sangat sedikit, air sangat
dingin dan tidak ada alat pemanasannya dan hal lain yang termasuk ketidakmampuan.
Sebagai gantinya, ia boleh bertayammum demi menghindari kesulitan dan bahaya.
Hal ini berdasarkan ayat Al-Qur’an yang berbunyi : Jika orang sakit itu tidak boleh
terkena air untuk wudhu dan tidak mendapatkan debu atau debunya berbahaya jika
terkena anggota tayammum, maka boleh sholat tanpa wudhu dan tayammum.
Shalatnya dihukumi sah dan tidak diwajibkan untuk mengulangi lagi. Shalat yang
dilakukan oleh orang tersebut disebut faqid al-Thahurain, yaitu orang yang
disebabkan dari kewajiban wudhu dan tayammum.
Hal yang penting dipahami adalah apabila orang sakit melakukan wudhu, tidak
bisa menyempurnakan wudhu atau menyucikan anggota wudhu sebagaimana ketika
dalam keadaan sehat, maka dalam syariat islam di ajarkan tatacara wudhu bagi orang
sakit, di antaranya :
1) Wudhu bagi pasien dengan sakit ringan
Bagi pasien dengan penyakit ringan dianjurkan untuk melakukan wudhu
secara sempurna, yakni berwudhu dengan memperhatikan syarat, fardhu dan
sunnahnya. Bila dia tidak mampu wudhu sendiri, maka boleh dibantu oleh
perawat sejenis kelamin. Adapun tatacara wudhunya adalah sama sebagaimana
wudhu yang dilakukan oleh orang sehat ketika hendak mengerjakan sholat
(meliputi sunnah dan fardhunya wudhu), yaitu:
a) Membaca tasmiyah (basmallah)
b) Menyuci kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan
c) Berkumur sambil membersihkan gigi
d) Menghirup air kedalam hidung kemudian mengeluarkannya

7
e) Berniat wudhu
f) Membasuh wajah 3 kali diiringi niat berwudhu
g) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku 3 kali, dimulai dari tangan kanan
kemudian tangan kiri
h) Mengusap sebagian rambut kepala 1 atau 3 kali
i) Mengusap kedua telingan keluar dan dalam sebanyak 3 kali
j) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki 3 kali, dimulai dari kaki kanan
kemudia kaki kiri
k) Terbib atau berurutan, yakni mengerjakan rukun wudhu yang kedua hingga
terakhir setelah mengerjakan rukun yang pertama. Kemudian berdoa.
2) Wudhu bagi orang sakit enuresis (Ngompol)
Bila seseorang mengidap penyakit enoresis, yaitu penyakit yang ditandai
dengan keluarnya beberapa tetes air kencing diluar kontrol diri, sehingga
membatalkan wudhu, dan juga orang mengalami kentut terus menerus, maka
kedua orang tersebut disamakan dengan wanita istihadhah, yaitu wanita yang
mengeluarka darah luar masa haid dan nifas. Dalam istilah fiqih disebut daim al-
hadas (orang yang selalu berhadhas kecil), dan jika hendak menunaikan shalat
maka wajib melakukan lengkah-langkah berikut:
a) Membersihkan najisnya yaitu darah bagi wanita mustahadha dan air seni bagi
penderita enuresis
b) Membalut tempat keluarnya najis
c) Berwudhu setiap kali akan sholat fardhu pada tepat waktunya
d) Segera mengerjakan shalat, kecuali menunggu jamaah atau melakukan sholah
sunah qobliyah
e) Berwudhu lagi jika ingin bmelakukan shalat fardha yang lain
Apabila langkah-langkah diatas masih dirasakan berat oleh yang
bersangkutan, maka boleh menunaikan shalat secara jama’ baik jama’ taqdim
maupun jama’ taq’khir.
3) Wudhu bagi orang yang kakinya diamputasi atau buntung
Apabila ada orang yang tangannya terputus hingga lengannya, atau kakinya
terputus hingga lututnya atau komplikasi penyakit, seperti penderita diabetes

8
sehingga kakinya atau sebagaian darinya diamputasi, maka cara wudhunya
adalah:
a) Jika anggota wudhu yang diamputasi tangan lengan atau kaki, maka ia tidak
diwajibkan untuk membasuhnya ketika berwudhu
b) Jika yang diamputasi sebagian dari anggota wudhu, maka ia tetap
berkewajiban membasuh anggota yang tersisa.
4) Wudhu bagi orang yang berbadan imitasi
Apabila seseorang kehilangan salah satu dari anggota badan yang wajib
dibasuh atau diusap ketika berwudhu, maka telah gugur kewajiban membasuh
atau mengusap tanpa harus bertanyammum karena kehilangan anggota badan
yang harus betayammum karena kehilangan anggota badan yang harus dibasuh
atau diusap meskipun menggantinya dengan anggota badan imitasi (palsu).
Ada sebagaian ulama yang berpendapat, apabila terputus pada pergelangan,
maka wajib membasuh atau megusap permulaan anggota badan yang terputus itu,
misalnya mulai dari sikunya, yakni wajib baginya untuk membasuh permulaan
lengan atasnya jika kakinya terpotong mulai dari mata kaki, maka wajib baginya
untuk membasuh dari ujung tulang keringnya.
5) Wudhu bagi orang yang patah organnya
Bila ada salah satu anggota tubuh yang patah, misalnya lengan,bahu, paha,
betis, tulang dan lainnya maka digips dengan kayu atau papan sebagai upaya
penyembuhan agar anggota yang patah dapat bersambung kembali. Kayu atau
papan yang diletakkan pada bagian tubuh itu disebut “jabirah”atau pembalut luka.
Jabirah secara bahasa adalah sesuatu yang dipakai untuk memperbaiki sesuatu
yang rusak. Menurut istilah fiqih, jabirah ialah sesuatu (perban) yang diletakkan
diatas anggota badan yang wajib dibasuh atau dikenai air ketika bersuci untuk
suatu keperluan. Misalnya gips yang dipakai oleh orang yang patah tulangnya,
atau plester yang dipakai untuk melindungi luka, atau rasa nyeri pada punggung
dan yang sejenisnya.
Ketika bersuci (wudhu) jabirah tersebut tidak diboleh dibukak atau dilepas
karena dapat membahayakan dirinya, dalam hal ini ia diberi keringanan menurut
pendapat shahih, tidak disyaratkan memakai jabirah itu dalam kondisi suci. Sebab

9
kecelakaan patah tulang dan yang lainnya bisa terjadi secara tiba-tiba dan harus
segera digips meski dalam kondisi hadas.
6) Wudhu bagi orang dengan luka bakar
Bagi orang yang menderita luka bakar yang menyebabkan ia tidak bisa
berwudhu, misalnya merasa kesulitan yang luar biasa untuk mengalirkan air di
atas lukanya, atau ada bahaya seperti merasa sakit atau bertambah parah sakitnya
(menurut pengalamann atau keterangan dokter), atau kedua tangan dan kakinya
memakai gips dan bentuk-bentuk lain ketidakmampuan untuk berwudhu, maka
dalam kondisi semacam ini, orang tersebut wajib menempuh langkah-langkah
berikut:
a) Jika mampu mengusap sebagian yang terluka atau yang sakit dengan air tanpa
ada bahaya atau rasa sakit, atau memperlambat kesembuahan,maka wajib
mengusapnya (dengan menyempurnakan anggota wudhu yang lain). Caranya:
tangan diletakkan ke dalam air, lalu diibaskan kemudian diusapkan ke bagian
tubuh yang sakit atau terluka secara langsung sebanyak satu kali.
b) Jika tidak mampu mengusapnya karena takut merasa sakit, bbertambah
sakitnya atau terlambat sembuhnya, maka bagian tubuh yang terluka dibalut
(tidak keluar dari batasanya) kemudian di usap dengan air di atas perban
(balutannya) dalam istilah fiqih, cara ini disebut “ al-mash ala al-jabiriah’’
yaitu mengusap perban.
c) Jika untuk mengusap pun merasa takut, maka diganti dengan tayammum
sebagai ganti dari tidak dibasuhnya bagian atau beberapa bagian tubuh yang
tidak mungkin dicuci atau diusap. Dia boleh berwudhu untuk bagian-bagian
yang boleh dikenai air, dan bertayammum bagi anggota badan yang tidak
dicuci atau diusap saat berwudhu.
Terkait dengan wudhu bagi orang sakit, terdapat hal-hal yang dapat
membatalkan wudhu dan yang tidak membatalkannya. Adapun hal-hal yang tidak
membatalkan wudhunya pasien adalah:
a) Terus menerus mengeluarkan kencing atau kentut, darah, nanah, madzi, wadhi
atau mani.

10
b) Darah luka, seperti darah yang keluar dari hidung, gigi berdarah, diambil
darah.
c) Muntah, misal, cairan kuning yang keluar dari selang yang dipasang pada
empedu, muntah makanan atau semisal baik sedikit atau banyak tidak
membatalkan wudhu’.
d) Dahak
e) Selang yang dimasukkan ke dalam paru-paru, lambung, usus, empedu, dada,
hidung, telinga, dan yang sejenisnya
Sedangkan hal-hal yang membatalkan wudhu orang sakit adalah sebagai berikut:
a) Pingsan, hilang akal, bius dan tidur, Semua hal ini membatalkan wudhu,
karena ada kemungkinan keluarnya angin dari lubang dubur baik sebentar
mupun lama, baik akibat sakit atau pengaruh obat atau karena terjadi sesuatu
atau karena sebab lainnya.
b) Tidur dengan posisi duduk (pantat menempel lantai) meski tidurnya pulas
atau tertidur ketik berdiri, ruku’ atau sujud (menurut Imam Hanafi) tidk
membatalkan wudhu dan shalat karena kondisi semacam ini pada umumnya
susah kelur angin (kentut).
c) Kentut. Merasakan ada sesuatu yang keluar dari perutnya yaitu angin (gas
dalam perut) yakni kentut.
d) Menyentuh kemaluan. Menyentuh kemaluan sendiri atau kemaluan orang lain,
misalnya dokter memeiksa kelamin pasien dengan telapak tanganbagian depan
memakai alas atau sarung tangan (handspoon).
e) Menyentuh lawan jenis. Misalnya dokter laki-laki memeriksa pasien
perempuan atau perawatan perempuan mengobati pasien laki-laki.
f) Mengeluarkan alat atau selang dari saluran kencing, anus dan vagina karena
menjalani pemeriksaan atau pengobatan. Termasuk mengeluarkan jari-jari dari
vagina setelah pemeriksaan .

11
d. Tayammum
Tayammum adalah menyapu telapak tangan dengan debu atau tanah yang bersih
ke muka dan kedua tangan sampai siku-siku disertai dengan niat orang yang sakit
diberi keringanan untuk bertayamum dengan ketentuan: dapat membahayakan jiwa
dan anggota tubuh jika terkena air, bertambah parah atau lama sembuhnya jika
terkena air, muncul penyakit baru jika tersentuh air, sebagian anggota badan sakit dan
sebagian yang lain sehat. Dalam hal ini, yang sehat dibasuh dengan air (wudhu) dan
yang sakit ditayammumkan.
Tayammum hanya dapat digunakan untuk satu kli shalat karena ia menjadi
pengganti dari wudhu. Debu yang sah digunakan tayammum adalah debu yang bersih
dan suci,di mana pun debu itu didapatkan. Bila dirumah sakit,maka debu itu dapat
ditaruh di suaatu wadah, dan bila tidak dsediakan, maka boleh tayammum pada
dinding ruangan atau ditempat tidur pasien, selama ada debunya. Pasien melakukan
tayammum sendiri, dan bila tidak mampu maka boleh ia dibantu orang lain (perawat)
yang sejenis kelaminnya. Adapun tata cara tayammum yang berhubungan dengan
fardhu dan sunnahnya sebagai berikut :
1) Membaca basmalah
2) Menepukkan atau enempelkan kedua telapak tangan di atas tanah (debu)
3) Menium debu yang menempel pada kedua telapak tangan tersebut supaya deu
menipis
4) Berniat tayammum. Kemudian mengusapkan debu pada wajah
5) Membersihkan atau menghibaskan kedua telapak tangan. Kemudian menepukny
lgi ke tangan
6) Meniup debu yang menempel pada kedua telapak tangan tersebut supaya debu
menipis
7) Mengusapkan debu pada kedua tangan dari ujung jari-jari sampai siku, yaitu debu
di telapak tangan kiri diusapkan ke tangan kanan sampai siku-siku dan debu
ditelapak tangan kanan diusapkan ke tangan kiri sampai siku-siku
8) Tertib (berurutan)
9) Berdoa sebagaimana doa setelah wudhu

12
Beberapa hal yang harus dapat membatalkan tayammum bagi orang sakit adalah
sebagai berikut:
1) Apa saja yang dapat membatalkan wudhu
2) Mampu memnggunakan air. Yakni jika penyebab tidak bisa wudhu hilang, dan
pasien mampu berwudhu tanpa menimbulkan kesulitan, atau bahaya seperti
bertambah sakit atau terlambat sembuhnya, maka wajib baginya berwudhu dan
taymmumnya yang semula menjadi batal.
3) Masuk waktu shalat yang berikutnya. Yakni tayammum hanya sah digunakan
untuk satu kali shalat fardhu. Jika hendak mmelakukan shalat fardhu yang lain,
ian wajib bertayammum lagi.
e. Mandi
Bila orang sakit mempunyai hadas besar, maka sebelum shalat ian wajib
melaksanakan mandi wajib, yaitu dengan menyiram air keseluruh badan secara
merata. Kewajiban mandi ini berlaku jika mampu,yakni bila pasien tidak
mendaapatkan kesulitan ataupun bahaya (sebagaimana diuraikan pada bahasan
menghilangkan najis istinja’ dan wudhu). Sebaiknya, ia tidak wajib mandi jika tidak
mampu, yakni bila orang sakit itu mendapatkan kesulitan atau bahaya wudhu, maka
dalam keadaan semacam ini, boleh tayammum sebagai pengganti dari mandui.
Kemudian ia mengajarkan shalat. Kebolehn tayammum itu disadarkan pada ayat 6
surah al-Maidah sebagaimana di sebutkan di atas. Namum apabila ia wajib mandi,
dan tidak boleh tayammum. Ia tidak wajib mengulang shalat yang dilakukan dengan
tayammum karena shalatnya dinilai sah.
2. Sholat bagi orang yang sakit
Sholat termasuk rukun isalam yang kedua yang diwajibkan bagi orang yang
beriman sesuai dengan waktunya, dimanapun kita berada dan dalam keadaan sehat,
dalam peperangan ataupun dalam kedaan sakit kita tetap diwajibkan sholat selama akal
pikirannya masih sehat dan dilakukan semampunya.
Sholat merupakan ibadah mahdhah atau langsung bagi umat islam yang berfungsi
sebagai mi’raj bagi mereka dan sarana komunikasi dengan Allah agar selalu
mengingatNya. Dalam hadist Nabi Saw ditegaskan bahwa sholat adalah tiang agama dan

13
pembeda antara orang islam dan orang kafir. Selain itu, amal pertama kali yang akan
dihisab di hari kiamat adalah sholat(Bahnasi, 2010).
Menurut Saleh dan Maimunah (2012) melihat betapa pentingnya sholat dengan
segala aspeknya, maka setiap orang mukmin yang mukallaf (dewasa) diwajibkan
menegakkan sholat sepanjang hidupnya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Namun, dewasa ini banyak umat islam yang melalaikan sholat ketika tertimpa sakit.
Sebagian menganggap kewajiban sholat itu gugur karena sakit, dan sebagian yang lain
tidak menunaikan sholat ketika sakit karena beragam alasan yang bermuara dengan
alasan tidak mengetahui tata caranya, mengetahui tata caranya tetapi malas bahkan
sengaja meninggalkan sholat. Oleh karena itu, setiap orang mukmin dituntut untuk
mempelajari islam secara kaffah atau utuh, khusus masalah sholat sehingga mereka
menyadari akan kewajibannya untuk menunaikan sholat dalam kondisi apapun, selama
akal pikirannya masih sehat atau normal dan dilakukan sesuai dengan kemampuannya
berdasarkan tuntunan ajaran islam.
a. Syarat sahnya sholat bagi orang sakit
Terkait syarat sahnya sholat telah dijelaskan dalam Q.S Al Hajj ayat 78, bahwa
syarat sahnya sholat bagi orang sakit berbeda dengan syarat sahnya sholat bagi orang
sehat. Sebab, dalam hal ini terdapat kesulitan yang luar biasa bagi orang sakit dan
bertolak belakang semangat islam dalam memberikan kemudahan.
Dalam pandangan islam, berbagai ibadah bukan merupakan tujuan, tetapi
merupakan sarana pembersihan hati agar orang yang melakukan dapat berlaku baik
dalam berinteraksi dengan sesama. Orang sakit hanya diwajibkan untuk melakukan
sholat sesuai kemampuannya, apa yang tidak bisa dilakukannya boleh ditinggalkan
dan sholatnya sah serta tidak perlu diulang ia pun akan mendapat pahala seperti pahala
yang diperolah orang sehat.
b. Ketentuan sholat bagi orang sakit
Seluruh ketentuan sholat, baik syarat maupun rukunnya berlaku bagi setiap muslim
mukallaf yang sehaat dan yang sakit. Hanya saja bagi orang yang sakit mendapatkan
rukhshoh atau keringanan dalam hal tata cara menunaikan sholat, seperti ia boleh
sholat sambil duduk jika tidak kuat berdiri dan lain sebagainya. Aadapun ketentuan
sholat bagi orang sakit adalah sebagai berikut.

14
1) Suci badan, pakaian, dan tempat
2) Menutup aurat
3) Menghadap kiblat
4) Berdiri, ruku’ dan sujud
5) Takbirotul Ikhrom
6) Membaca Al faatihah
7) Mengucapkan salam
8) Menjamak antara dua sholatc
c. Cara sholat bagi orang sakit
Mengenai tata cara sholat bagi orang sakit diantaranya telah dijelaskan dalam
hadist Nabi Saw. Yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’I yaitu:
“Dan jika tidak mampu berbaring, maka terlentanglah. Allah tidsak membebani
seseorang kecuali sesuai kemmapuannya.”
Berdasarkan hadist-hadist tersebut, dapat secara dipahami bahwa tata cara sholat
bagi orang sakit. Secara berurutan ada empat, yiatu:
1) Sholat sambil berdiri
Orang yang sakit wajib sholat sambil berdiri bila mampu, dan tidak
khawatir sakitnya bertambah parah. Sebab, berdiri dalam sholat wajib adalah salah
satu rukunnya. Hal ini berdasarkan keumuman hadis ‘imran ibn husyain tersebut
diatas, dan berdasarkan firman Allah Swt yang berbunyi:
“Berdirilah untuk Allah dalam sholatmu dengan khusyu”
Orang yang sakit wajib sholat dengan berdiri bila mampu walaupun dengan
menggunakan tongkat , atau bersandar ke tembok atau berpegangan dengan tiang.
Bial orang sakit mamapu berdiri namun, tidak mampu ruku’ atau sujud maka tetep
tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa ruku’
menunduk untuk rukuk. Bila tidak mampu untuk membungkukkan punggungnya
sama sekali maka cukup denngan menundukkan lehernya. Kemudian duduk lalu
menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke
tanah sedapat mungkin.
2) Sholat sambil duduk

15
Orang yang sakit boleh mengerjakan sholat sambil duduk, jika ia tidak
kuat untuk berdiri karena kondisi sakitnya dengan ketentuan:
a) Posisi duduk boleh memilih diantara yang mudah ia lakukan, seperti duduk
bersila, karena duduk bersila secara umum lebih enak dan tuma’ninah atau
tenang, duduk iftirasy atau duduk tahiyat awal dan duduk dengan
menselonjorkan kedua kaki. Bila ia tidak bisa duduk bersila atau duduk iftirasy
maka boleh duduk diatasa kursi.
b) Menghadapkan wajah dan dada kearah kiblat
c) Dimaulai dengan niat dan takbirorul ikhrom kemudian membaca surat al
faatihah.
d) Bila ruku’ cukup dengan membungkukkan punggung sampai dahi lurus
didepan lutut serta meletakkan tangannya dilututnya.
e) Bila sujud maka sujud seperti biasa. Bila tidak mampu, maka ia
membungkukkan badan yang lebih rendah seperti ketika ruku’. Bila tidak
mampu, maka ia menundukkan kepalanya lebih rendah dari pada ketika ruku’.
f) Ketika tasyahud akhir, ia duduk tawarruk atau duduk tahiyat akhir. Bila tidak
mampu, maka duduk iftirasy atau duduk yang termudah baginya.
g) Mengucapkan salam kekanan dan kekiri.
3) Sholat sambil berbaring
Orang yang sakit boleh mengerjakan sholat sambil tidur berbaring jika ia
tidak mampu berdiri dan duduk dengan ketentuan:
a) Berbaring dengan posisi (miring kekanan)pada lambung sebelah kana sembari
seluruh anggota tubuhnya dihadapkan kearah kiblat. Bila tidak mampu, boleh
miring kekiri atau pada lambung sebelah kiri.
b) Kepala berada disebelah utara dan kaki disebelah selatan.
c) Telapak tangan kanan menempel ke tangan kiri(sedekap) yang keduanya
berada dibawah dada diatas pusar.
d) Dimulai dengan niat dan takbirotul ikhrom secara ucapan. Kemudian membaca
surat al faatihah.
e) Mengucapkan salam tanpa menoleh kekanan dan kekiri.
4) Sholat sambil terlentang

16
Orang sakit boleh mengerjakan sholat sambil tidur terlentang jika ia tidak
mampu tidur berbaring dengan ketentua:
a) Kepala berada disebelah timur, kedua tangan sedekap dan kedua kaki
disebelaah barat menghadap kiblat. Bila memungkinkan kepala ditahan dengan
bantal agar wajah dapat menghadap kea rah kiblat.
b) Dimulai dengan niat dan takbirotul ikhrom. Kemudian membeca surat al
faatihah.
c) Ruku’ dan sujud menggunakan isyarat kepala, dengan menoleh sampai dahi
atau wajahnya didekatkan ketempat sholat. Ketika sujud isyarat kepala lebih
rendah dari pada ruku’nya. Bila tidak mampu, maka lakukan dengan
mengedipkan mata.
d) Mengucapkan salam
d. Kondisi yang terjadi didalam sholat
Beberapa kondisi yang sering dialami oleh orang sakit ketika menunaikan sholat
adalah sebagai berikut.
1) Mengeluarkan darah
Jika seserorang sholat dengan luka berdarah, yakni darahnya menetes saat
sholat, maka dalam kasus ini islam memandang sebagai sesuatu yang sulit
dihindari adalah dimaafkan dengan arti darah tersebut tidak menghalangi sahnya
sholat yang ia lakukan. Akan tetapi dengan syarat: bukan karena ulah orang itu,
tidak melampaui tempatnya dan darah tersebut tidak bercampur dengan benda lain.
2) Ragu adanya kentut
Jika ragu dengan adanya kentut saat sholat, maka hendaknya ia melanjutkan
sholatnya sampai ia mendengar suara kentut atau mencium baunya. Jika ia
mendapati salah satu hal tersebut maka hendaknya ia mengulangi wudhu.
3) Keluar air kencing
Bagi penderita yang kentut atau kencing secara terus menerus dan tidak dapat
dihentikan, bila ditengah-tengah sholat meneteskan air seni atau kentut maka
sholatnya tetap sah demi menghindari kesulitan dan mengambil kemudahan,
4) Lupa dalam sholat

17
Seringkali orang sakit lupa dalam sholatnya, misalnya meninggalkan salah satu
rukun sholat, karena ingatannya yang lemah, atau karena sakit, sibuk, atau berada
bibawah pengaruh obat. Dlam hal ini diwajibkan baginya untuk sujud sahwi yang
dilakukan sebelum salam.
e. Pembatalan dan Non Pembatalan sholat
Beberapa hal yang menjadikan batal dan tidaknya sholat bagi orang sakit adalah
sebagai berikut.
1) Gerakan banyak yang berturut-turut, hal ini hukumnya tidak membatalkan sholat
bagi orang yang sakit karena dalam keadaan darurat.
2) Batuk, bersin, menangis, rintihan sakit, berdehem dan yang semisalnya. Hal ini
hukumnya tidak membatalkan sholat bagi orang yang sakit karena dalam keadaan
darurat.
3) Sisa- sisa makanan didalam mulut, hal ini membatalkan sholat sesuai kesepakatan
para ulama.
4) Selang yang dimasukkan kedalam urat nadi atau yang semisalnya. Hal ini
hukumnya tidak membatalkan sholat bagi orang yang sakit karena dalam keadaan
darurat.
5) Menahan kencing atau berak, meninggalkan hidangan makanan dan rasa kantuk
yang berat. Hal ini hukumnya tidak membatalkan sholat bagi orang yang sakit
maupun orang sehat, namun hukumnya makruh karena mengurangi konsentrasi
dalam beribadah.
6) Memakai sandal, kaos kaki dan sepatu, Hal ini hukumnya tidak membatalkan
sholat bagi orang yang sakit karena dalam keadaan darurat.
f. Hukum Sholat Yang ditinggalkan Pasien
Sholat yang ditinggalkan oleh orang sakit selama menjalani perawatan medis di
rumah sakit memiliki ketentuan sebagai berikut.
1) Jika seseorang sakit kemudian tidak sadarkan diri beberapa hari, yang
menyebabkan ia tidak mengerjakan sholat dan akhirnya meninggal dunia, maka
orang tersebut dibebaskna dari kewajiban mengganti sholat.
2) Jika pasien yang tidak sadarkan diri, baik karena tidak sadarkan diri, jatuh,
tertimpa sesuatu, maupun karena dibawah pengaruh obat untuk tindakan operasi

18
itu sembuh, maka wajib baginya untuk menunaikan sholat yang ditinggalkan
selama sakitnya.
3) Jika pasien terlupa atau tertidur secara tidak sengaja sehingga meninggalkan
sholat, maka ketika ia ingat atau terbangun dan mengetahui bahwa dirinya belum
mengerjakan sholat maka sejak itulah ia langsung mengerjakan sholat. Kewajiban
mengerjakan sholat bagi pasien tidak sadarkan diri yang kemudian sembuh
kembali.
4) Jika seseorang sakit kemudian meninggal dunia, dan mempunyai tanggungan
sholat sebelum ajalnya, maka menurut mayoritas ulama, sholatnya tidak dapat
digantikan oleh keluarga mayat juga tidak dapat diganti dengan fidyah sebagai
tebusan dari sholat yang ditinggalkan. Hal ini dikarenakn sholat merupakan ibadah
badaniyah nafsiah atau ibada individual sebagai sarana komunikasi antara seorang
hamba kepada Tuhannya dan akan dipertanggung jawabkan secara pribadi. Jika
seorang muslim meninggalkan sholat secara sengaja baik dalam keadaan sehat
maupun sakit maka akan ke neraka saqar.
3. Puasa bagi Orang Sakit , Hamil dan Menyusui
Menurut Saleh dan Maimunah (2012) Puasa adalah rukun islam yang keempat
yang diwajibkan atas orang-orang yang beriman agar menjadi insan yang bertaqwa.
Puasa menjadi sah dengan terpenuhinya segala syarat puasa dan fardhunya. Beberapa
syarat wajibnya puasa adalah berakal sehat, baligh, dan kuat berpusa. Beberapa syarat
sahnya puasa adalah muslim dan mumayyiz, suci dari haid dan nifas dan dalam hari-hari
diperbolehkan puasa.
a. Bila seseorang sakit dalam waktu tertentu (bisa diharapkan kesembuhannya), maka ia
boleh berbuka puasa di bulan ramadhan tetapi ia wajib menggantinya sesuai dengan
jumlah hari yang ditinggalkannya, dihari lain diluar bulan bulan ramadhan. Kebolehan
itu bersifat memudahkan karena adanya kesulitan.
Kewajiban qadha ini, tidak wajib dikerjakan segera setelah orang sakit tersebut
sembuh, atau hilnagnya halangan atau berakhirnya bulan ramadhan. Akan tetapi, boleh
dilakukan kapan saja ketika dia sanggup dan sebelum datangnya bulan ramadhan
berikutnya.

19
b. Bila seseorang sakit menahun atau sepanjang hidupnya dan divonis oleh dokter ahli
tidak boleh berpuasa untuk menjaga kesehatan tubuhnya, maka ia boleh berbuka puasa
dibulan ramadhan, tetapi wajib menggantinya dengan membayar fidyah, yakni
memberikan makan kepada satu orang miskin untuk setiap puasa yang
ditinggalkannya. Makanan itu sesuai dengan makanan pokok Negara setempat dengan
ukuran setengah sha’ nabawi(610 gram, digenapkan 1 kg)gandum, kurma, atau beras.
Lebih utama jika makanan itu dilengkapi dengan lauk pauknya yang layak.
c. Ibu hamil dan menyusui boleh berbuka puasa di bulan ramadhan. Kebolehan tidak
berpuasa bagi kedua wanita tersebut adalah untuk menghindari bahaya pada dirinya
sesuai dengan kaidah fidyah yang artinya, “”Menghindari bahaya itu lebih
diutamakan dari pada mendapat kebaikan.”
d. Bila ibu hamil atau ibu menyusui berbuka puasa karena khawatir terhadap:kesehatan
dirinya, kesehatan diri dan janin yang dikandungnya, kesehatan diri dan bayi yang
disusuinya maka wajib bagi keduanya untuk mengqodho puasa sebanyak hari puasa
yang ditinggalkan ketika ibu sudah sanggup melaksankannya. Keadaan ini seperti
orang sakit yang khawatir terhadap kesehatannya jika ia berpuasa.
e. Bila ibu hamil dan ibu menyususi berbuka puasa karena khawatir terhadap
keselamatan janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya, maka menurut
pendapat Ibn Abbas dn Ibn Umar keduanya hanya wajib membayar fidyah saja.
f. Bila ibu hamil yang sedang berpuasa mendapatkan bercak darah atau flek maka darah
yang keluar dianggap darah kotor, dan ia menyempurnakan puasanya sampai maghrib.
Namun, bila ia mengalami keguguran disiang hari dan janinnya sudah berbentuk
manusia usia empat bulan keatas maka puasanya batal, dan wajib mengqodhonya
setelah suci dari nifas. Tetapi bila janinnya berusia kurang dari empat bulan, maka ia
tetap melanjutkan puasanya sebagaimana biasa dan darah yang keluar dianggap darah
kotor.

20
2.2 Peran Perawat dalam Membimbing Ibadah Pasien
Menurut Arifiani (2010) Keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan.
Peran perawat sangat penting di dunia kesehatan, sebagai perawat yang profesional harus
mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dengan memperhatikan kebutuhan
dasar manusia (KDM), dan mampu memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis,
dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok, dan
masyarakat. Selain itu parawat yang profesional harus memiliki visi transendental .
Visi transendental adalah sebuah cita-cita dan harapan suatu profesi dimana semua
aktivitas, pengabdian, dan tujuan hidupnya tidak hanya beriorientasi kesuksesan dunia
tetapi sampai akhirat. Bahkan kesuksesan akhirat menjadi prioritas dibanding
kesejahteraanya yang fana,sementara,sebentar diibaratkan seperti sebuah titik. Sedangkan
kehidupan akhirat berlangsung selamanya seperti garis tak berujung.
Koenig HG et al. (2001) dalam artikel (Arifiani, 2010) menyatakan sekitar 64%pasien
menghendaki agar para dokter memberikan terapi psikoreligius dalam bentuk membimbing
berdoa dan berdzikir. Aspek spritual merupakan salah satu aspek yang paling penting yang
perlu diperhatikan oleh perawat, karena itu perawat dituntut harus mampu dalam
membingbing pasien melaksanakan ibadahnya kepada tuhan. Melalui ibadah pasien
mendapatkan ketenangan jiwa, pencerahan, dan rasa nyaman.
Christy (1998) dalam bukunya yang berjudul “Prayer as Medicine” dalam artikel
(Arifiani, 2010) mengungkapkan pengaruh kegiatan spiritual terhadap kesadaran pasien
menjadi lebih tenanga, pasrah, tegar dan pada akhirnya akan meningkatkan sistem imun
tubuh. Beberapa cara perawat dalam membimbing ibadah pasien, yaitu membimbing
berdoa, mengingatkan waktu solat, membimbing bertayamum, membimbing solat,
membimbing membaca Al-Quran, membimbing berpuasa dan beribadah lainnya.
1. Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.
Keutamaan doa ini adalah wujud pasrah pada Alloh yaitu dengan memuji Alloh untuk
menyembuhkan penyakit, bahwa tiada obat kecuali hanya dengan kekuasaan Alloh.
2. Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
a. Ingatkan pada pasien bahwa sudah tiba waktu untuk melaksanakan solat
b. Tanyakan pada pasien mau melakukan ibadah solat atau tidak

21
c. Tanyakan apakah perlu bimbingan untuk melaksanakan solat atau tidak
d. Tanyakan apakah pasien mampu berwudlu atau tidak, apabila tidak, perawat akan
membantu pasien untuk bertayamum
Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri, maka bisa
dengan posisi duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk pasien bisa melakukan dalam
posisi berbaring dengan menghadap ke arah kiblat. Dan untuk pasien yang kondisinya
sangat lemah bisa melakukan solatnya dalam hati.
3. Membimbing pasien membaca Al-Quran
Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang sakit,
rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan termotivasi untuk sembuh.
Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada mengeluh
atas penyakit yang dideritanya.
4. Membimbing pasien untuk berpuasa
Jika kondisinya memungknkan bagi pasien yang ingin melaksanakan ibadah puasa
misalnya dibulan ramadhan. Serta memberi pengertian kepada pasien yang kondisinya
tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
5. Membimbing pasien berdoa dan berdzikir
Perawat harus membimbing pasien untuk selalu berdoa dan berserah diri kepan allah
agar diberi kesembuhan. Perawat juga harus membimbing pasien yang mendekati
ajalnya dengan menuntun mengucapkan lafal laa ilaha illalah.
6. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan Psikologi
Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan emosi pasien, baik
lingkungan negative atau positif. Jika pasien berada di dalam lingkungan yang negative,
kondisi lingkungan tersebut akan menyebabkan stress fisik dan mempengaruhi
emosinya. Peran perawat dalam kondisi ini yaitu berkomunikasi dengan pasien,
memberikan arahan kepada keluarga tentang cara berkomunikasi yang baik kepada
pasien. Perawat harus memberikan harapan yang tidak jauh dari kenyataannya dan
perawat juga harus menasihati pasien sesuai dengan kondisi penyakit pasien tersebut.
7. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan sosio
Ada 3 peran perawat dalam memenuhi kebutuhan sosiologi bagi pasien, yaitu

22
a. Mediator : Perawat sebagai penghubung, perantara, atau penengah antara
pasien dengan pihak medis lainnya atau antara pasien dengan pihak lembaga
kesehatan lainnya.
b. Motivator : Perawat sebagai pendorong, pemberi motivasi, dan pemberi
semangat dalam mnghadapi masalah yang dihadapi si pasien.
c. Advocator : Perawat sebagai pembela pasien bila terjadi masalah antara
pasien dengan pihak medis.
d. Asilitator : Perawat sebagai pemberi informasi bila ada suatu hal yang tidak
dimengerti ataupun tidak diketahui.
8. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
Spiritualitas merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya
dengan Tuhan yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya
Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. Peran
perawat disini adalah untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual.
Perawat harus bisa membimbing pasien dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan si
pasien. Bila perawat berbeda keyakinan dengan si pasien, perawat semampunya
membimbing pasien dalam beribadah atau meminta bantuan perawat lain yang
keyakinannya sama dengan si pasien.
9. Membimbing rohani terhadap pasien
Bimbingan rohani terhadap pasien berarti kita sebagai perawat menjadi
pembimbing pasien beribadah.
2.3 Doa-Doa untuk Kesembuhan Pasien
Menurut Saleh dan Maimunah (2012) Doa merupakan suatu permohonan atau permintaan
secara sungguh-sungguh yang datangnya dari manusi kepada Tuhannya untuk
mendaptakan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada disisiNya. Seorang hamba
yang memanjatkan doa kepada Allah, secara langsung telah mengakui akan kelemahannya
serta keterbatasan dirinya, sekaligus mengakui pula bahwa Allah adalah dzat yang Maha
Mulia yang mempunyai kekuasaan yang amat luas sehingga layak dijadikan sebagi tujuan
dari segala hajat dan permohonan hamba-hambanya yang beriman.
Berdoa merupakan sarana aatu media yang efektif dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah. Manusi yang diberi ujian seperti sakit dalam hidupnya adalah semata takdir

23
dan kekuasaan Allah. Dia berkuasa untuk mendatangkan atau menghilangkannya. Didalam
AAl qur’an Allah berfirman :
“Atau siapakaah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia
berdoa kepadaNya dan yang menghilangkan kesusahan.”
Ayat tersebut menjelaskna keinginan untuk mendaptakan kesembuhan dari sakit yang
dideritanya, dapat diraih dengan cara berdoa kepada Allah, yakni memohon kepada Allah
agar menyembuhkan sakit atau penyakit yang dialaminya.
Delain itu, harapan agar dikabulkan oleh Allah, hendaknya ketika berdoa emilih waktu
yang mustajab, berdoa untuk tujuan kebaikan, berdoa dengan bacaan-bacaan yang berasal
dari ayat al qur’an dan hadist Nabi Saw, dan manusi harus menjaga dirinya dari makanan
yang haram.
1. Doa Merawat Orang sakit
Berikut beberapa bacaan doa yang diambil dari hadist Nabi Saw, yang dapat
diamalkan oleh pasien sendiri dan paramedis ketika melaksanakan tugsanya baik
dipuskesmas, rumah sakit ataupundi instansi kesehatan lainnya.
a. Doa Ketika Menerima pasien

‫اَهللُ يَ ْش ِف َك‬
“Semoga Allah memberi Kesembuhan Kepada Anda”.
(Saleh dan Maimunah, 2012)
b. Doa ketika Memulangkan Pasien

ُ َ ‫اَللّ ُه َّم ا ِِّن ا‬


َ ِ‫ع ْوذُبِ َك ِم ْن زَ َوا ِل نِ ْع َمتِ َك َوت َ َح ُّو ِل َعافِيَت َ َك َوفَ ْجاَةِ نَفَقَتِ َك َو َج ِميْع‬
‫س َختِ َك‬
“YA Allah, aku berlindung kepada Mu dari hilangnya nikmatMu dan perubahan
kesehatan dari Mu, siksa Mu secara tiba-tiba, dan semua murkaMu” (Saleh dan
Maimunah, 2012).

c. Doa Ketika Memeriksa Pasien

‫ع ْوذُ بِا هللِ َوقُ ْد َرتِ ِه ِم ْن ش ِ َّر َما أ َ ِجدُ َوا ُ َحاذ ُِر‬
ُ َ‫بِ ْس ِم هللاِ أ‬
“Dengan menyebut nama Allah, aku berlindung kepada Allah dan kekuasanNya dari
kejahatan sesuatu yang kau jumpai dan aku takuti.” (Saleh dan Maimunah, 2012).

24
d. Doa ketika Menjenguk Pasien

‫ب ْال َع ْر ِش ْال َع ِظ ِم أَ ْن َي ْش ِف َي َك‬


َّ ‫أَ ْسأ َ ُل هللاَ ْال َع ِظي َْم َر‬
“Aku memohon kepada Allah, yang Maha Agung, Tuhan ‘Arsy yang Maha Agung,
agar Allah memberi kesembuhan kepadaMu “ (Aziz, 2015).
e. Doa Memohon Kesembuhan Total

َ ‫ي ا ََِّل اَ ْن‬
‫ت ِشفَا ًء‬ َ ‫اف ََلشَا ِف‬
ِ ‫ش‬ ِ ‫ب ْال َبا ْ ِس اِ ْش‬
َ ‫ف َوا َ ْن‬
َّ ‫ت ال‬ َّ ‫اَللّ ُه َّم َر‬
َ ‫ب النَّ ِس ُم ْذ ِه‬
َ ‫ََل يُغَا د ُِر‬
‫سقَ ًما‬
“YA Allah, tuhan semua manusia. Dzat yang menghilangkan penyakit ini.
Sembuhkanlah dia, engkau yang menyembuhkan. Tiada yang dapat menyembuhkan
kecuali engkau yaitu kesembuhan yang tidak menuinggalkan rasa sakit lagi.”
(Saleh dan Maimunah, 2012).
f. Doa Meminta Perlindungan dari Penyakit Ganas

‫ىء اَلَ ْسقَ ِام‬ َ ‫ص َو ْال ُجنُ ْو ِن َو ْال ُجذَ ِام َو ِم ْن‬
ِ ّ‫س ِي‬ ِ ‫ع ْوذُبِ َك ِمنَ ْالبَ َر‬
ُ َ ‫اَللّ ُه َّم اِ ِنّى أ‬
“aku berlindung kepadaMu dari penyakit saopak, gila, kusta, serta dari berbagai
penyakit buruk lainnya yang mengerikan ” (Saleh dan Maimunah, 2012).
g. Doa akan minum Obat

‫امسح الباءس بيدك الشفاءَلكاشف له انت‬


“Hilangkanlah penyakit wahai Tuhan semua manusia. Hanya di tanganMu ada
kesembuhan. Tidak ada yang dapat menghilangkan penyakit selain engkau. ” (Saleh
dan Maimunah, 2012)
h. Doa sesudah Minum Obat

‫اساءل هللا العظيم رب العرش العظيم ان يشفيني‬


“YA Allah, tuhan semua manusia. Dzat yang menghilangkan penyakit ini.
Sembuhkanlah dia, engkau yang menyembuhkan. Tiada yang dapat menyembuhkan
kecuali engkau yaitu kesembuhan yang tidak menuinggalkan rasa sakit lagi.”(Aziz,
2015)
i. Doa menjelang Operasi

25
‫حسبناهللا ونعم الوكيل علئ هللا توكلنا‬
“Allahlah yang mencukupi segala kebutuhna kami, Dialah yang sebaik-baik
melindungi kami. Hanya kepada Allah, kami berserah diri.” (Saleh dan Maimunah,
2012).
j. Doa untuk Pasien Kritis

‫يا حي يا قيوم برحمتك اشتغيث‬


“YA Allah yang Maha Hidup dan Maha mengurus segalanya. Dengan rahmat Mu
kami meminta pertolongan” (Saleh dan Maimunah, 2012)

26
BAB 3
APLIKASI TEORI (JURNAL)
3.1 Jurnal 1
JUDUL : Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian Ma’anil Hadits)
dalam Perspektif Imam Musbikin
PENULIS : Muhammad Afif
HASIL :
Pengertian Wudhu dan kesehatan :
Wudhu adalah membersihkan anggota tubuh tertentu melalui suatu rangkaian aktivitas
yang dimulai dengan niat, membasuh wajah, kedua tangandan kaki serta menyapu kepala.
Secara praktis, wudhu merupakan wujud dari gerakan-gerakan membasuh dan atau
mengusap anggota tubuh.Wudhu adalah praktik melemaskan otot-otot tertentu dari
kontraksi atau ketegangan. Gerakan-gerakan wudhu mengajarkan harmonisasi dan
kelenturan, dua hal yang sangat menyehatkan tubuh fisik kita. Sedangkan kesehatan
menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehatan manusia,
Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat memfungsikan semua
organ tubuhnya dengan baik.Dalam artian, empat aspek kesehatan, yakni kesehatan badan
(fisik), mental (jiwa/rohani), sosial dan ekonomi dapat berjalan dengan baik, sehingga
seseorang dapat menjalani kehidupannya dengan baik pula.
Wudhu adalah proses kebersihan yang dilakukan oleh seseorang untuk membasuh
bagian-bagian tubuh sebanyak lima kali dalam sehari. Wudhu sendiri mengandung dua
aspek kebersihan yaitu kebersihan lahir berupa pencucian bagian tubuh manusia dan
kebersihan batin yang ditimbulkan oleh pengaruh wudhu kepada manusia berupa
pembersihan dari kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh anggota-anggota tubuh. Di
samping itu bila kita melihat wudhu dari segi kesehatan medis, ada banyak manfaat bagi
orang yang mengerjakan wudhunya dengan baik. Adapun aspek kesehatan dari bagian-
bagian wudhu adalah sebagai berikut:
1. Berkumur-Kumur
Berkumur-kumur ketika melakukan wudhu, dapat : Menghilangkan bau mulut,
Mencegah penyakit pilek, Menjaga kesehatan gigi, Pencegahan dini dari penyakit
periodontitis.

27
2. Istinsyāq (memasukkan air ke dalam hidung serta mengeluarkannya saat wudhu)
Dengan melakukan istinsyaq sebanyak tiga kali disaat berwudhu, maka mikroba
dan bakteri yang berada di dalam lubang hidung akan ikut keluar. Seperti yang sudah
diketahui, bahwa kebanyakan penyakit disebabkan mikroba yang masuk melalui hidung
dan tenggorokan, kemudian pindah ke dalam tubuh sehingga timbullah penyakit. Ini
merupakan penemuan kedokteran yang terdapat dalam hikmah istinsyaq disaat
berwudhu agar hidung terbebas dari bakteri virus dan penyakit. Dengan melakukan
istinsyaq, juga akan menghindarkan seseorang terserang penyakit sinusitis yaitu
peradangan rongga-rongga udara disekitar hidung.
3. Membasuh Wajah
Membasuh wajah dengan air ketika wudhu, juga akan dapat mencegah munculnya
jerawat pada diri seseorang. Jerawat terkadang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat
dihindari, terutama bagi mereka yang berjenis kulit wajah kering dan berminyak.
Sehingga begitu terkena panas terik seperti di pantai, jerawatpun langsung muncul. Oleh
sebab itu,dengan membasuh air ke wajah setiap wudhu akan membuat kulit muka tidak
terlalu kering dan kulit yang berminyak pun hilang dan bersih dari kotoran yang
menempel pada kulit wajah. Dan juga air wudhu yang dibasuhkan kewajah, akan dapat
menyegarkan kulit wajah dan lebih jauh hal ini akan berpengaruh pula pada mata
sehingga menjadi lebih fresh dan tidak terasa melelahkan serta dapat menyembuhkan
sakit mata.
4. Membasuh tangan
Membasuh tangan ketika wudhu akan menghilangkan kotoran yang ada pada
tangan. Yang demikian ini tentu sangat besar sekali manfaatnya dalam rangka untuk
menghilangkan debu, mikroba ataupun berbagai macam bibit penyakit. Sebab banyak
sekali penyakit ‘besar’ yang sering kali dialami oleh seseorang seperti: penyakit kulit
hingga diare berawal dari kotoran yang ada pada tangan. Manfaat lain dari membasuh
tangan hingga siku ketika wudhu adalah untuk menghilangkan keringat dari permukaan
kulit dan membersihkan kulit dari lemak yang dipartisi oleh kelenjar kulit, dan ini
biasanya menjadi tempat yang ideal untuk berkembang biaknya bakteri.

28
5. Mengusap kepala
Manfaat Mengusap kepala ketika wudhu : Mengurangi tekanan darah tinggi atau
hipertensi dan pusing kepala. Sebab air dingin yang dibasuhkan ke wajah ataupun
diusapkan ke kepala akan memiliki pengaruh yang baik untuk akviftas dan kebugaran
seseorang, dan dapat menghilangkan penyakit kepala serta kelelahan otak.(Musbikin,
2009). Manfaatnya bagi rambut Manfaat lain yang bisa dirasakan dari wudhu, terutama
ketika menyapu kepala adalah membuat rambut menjadi lebih bersih dan terasa segar.
Bahkan apabila kita mempelajari ajaran islam tidak hanya memerhatikan kebersihan
rambut kepala, tetapi islam juga menyuruh kita untuk merapikan rambut, sehingga enak
dipandang.
6. Mengusap dua telinga
Membasuh kedua telinga berguna untuk menghilangkan debu yang menempel,
atau kotoran dari udara yang menumpuk dan menempel, pada zat lilin yang dikeluarkan
oleh telinga. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan lemahnya pendengaran
ataubahkan peradangan kuping yang bila menyebar kebagian dalam dapat mengacaukan
keseimbangan tubuh, karena telinga bagian dalam menjadi pusat keseimbangan tubuh.
7. Membasuh kaki
Termasuk hal yang penting dalam berwudhu adalah membasuh kedua kaki.
Karena kedua kaki sepanjang hari, sering berada dalam sepatu atau kaos kaki, sehingga
sering menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau yang tidak sedap tidak akan hilang
kecuali bila dibasuh berkali-kali dan benar-benar bersih. Oleh karena itu, di antara sunnah
wudhu adalah membersihkan sela-sela antara jari-jari kaki dengan jari-jari tangan untuk
menghilangkan keringat dan kotoran yang menumpuk di dalamnya. Dan membasuh
antara sela-sela jari dengan baik dapat mencegah tumbuhnya jamur dan mencegah
pembiakannya.

29
4.2 Jurnal 2
JUDUL : PEMBELAJARAN IBADAH SHALAT DALAM PERPEKTIF PSIKIS DAN
MEDIS
PENULIS : Deden Suparman, MA
HASIL :
Shalat adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam yang telah
memenuhi syarat (mukallaf). Dan shalat juga sebagai garis demarkasi antara muslim dan
non muslim. Adapun makna shalat adalah :”Suatu perbuatan yang diawali dengan
takbirotul ihrom (takbir pertama yang mengharamkan hal-hal yang halal sebelum dilakukan
takbir) dan diakhiri dengan salam yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.Ada juga
yang mengatakan bahwa shalat itu sebagai media olah raga yang bersifat jasmani dan
rohani. Pendapat ini bisa diterima karena semua gerakan shalat itu mengandung unsur
kesehatan. Dan jika seseorang mengalami gangguan penyakit atau kondisinya kurang sehat,
maka tidak dapat melakukan shalat dengan baik dan benar. Apabila shalat itu dilakukan
dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan yang telah digariskan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan secara menyeluruh baik pisik maupun psikis. Hal ini telah
dilakukan penelitian oleh dokter A. Saboe. Dia adalah seorang dokter muslim yang taat
yang ingin membuktikan kebenaran ajaran Islam, khususnya masalah gerakan shalat dari
awal hingga akhir. Beberapa pembelajaran shalat yang dikaitkan dengan medis, dapat
dirilist sebagai berikut:
1. Ruku’ dengan posisi yang benar akan memberikan manfaat antara lain; Menjaga
melekatnya tulang tungging dengan tulang belakang sehingga persendian menjadi licin,
dapat memperbaiki letak bayi yang kurang baik bagi ibu yang sedang hamil, sehingga
pada saat melahirkan tidak mengalami patah tulang tunggingnya, Memperlancar
sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh, terutama ke otak/kepala sebagai pusat
susunan syaraf. Menyembuhkan kelainan-kelainan tulang belakang bagi anak-anak
akibat posisi duduk yang kurang baik pada saat belajar misalnya penyakit kiposis
(bungkuk), lordosis (menjorok ke depan) dan skoliosis (bengkok ke kanan atau ke kiri).
2. Sujud dengan posisi yang benar akan berpengaruh positif pada tubuh,yaitu:
Otot menjadi kuat, limpa terpijit sehingga aliran darah menjadi lancar karenanya,
Berkembangnya otot dada bagi wanita, sehingga menghasilkan buah dada yang montok

30
dan bagus bentuknya, Sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh akan lancar,
keperluan darah di otak pun akan terpenuhi. Karena otak adalah pusat susunan syaraf,
maka terpenuhi atau tidaknya kebutuhan darah di otak akan banyak berpengaruh
terhadap seluruh tubuh.
3. Duduk tahiyat dengan posisi yang benar mengandung banyak manfaat, yaitu :
a. Bagi Wanita. Duduk tahiyat yang benar akan memperkuat bagian-bagian kemaluan,
sehingga di saat melahirkan tidak mudah terjadi kerobekan. Dengan demikian juga
terjaganya tiga lubang yang sangat berdekatan. Tiga lubang tersebut adalah saluran
kencing, lubang senggama, lubang dubur atau poros.
b. Bagi Laki-laki. Dengan posisi duduk tahiyat yang benar kaki memijit kemaluan,
sehingga akan mengakibatkan lancarnya air seni, zakar (penis) dapat ereksi dengan
baik dan testis akan dapat memproduksi sperma lebih banyak dan sehat serta hidup.
Telapak kaki kanan yang dapat menanggulangi penyakit kaki leter yang biasanya
menyebabkan tidak tahan berdiri atau berjalan.
4. Cara turun untuk sujud dan bangkit dari sujud yang baik dan benar akan dapat
memperkuat otot kaki , baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan. Ketika hendak
sujud, bagian tubuh yang pertama kali menyetuh tempat sujud adalah kedua lutut,
kemudian kedua telapak tangan dan akhinya barulah muka. Selanjutnya jika bangun
dari sujud bagian yang pertama kali diangkat adalah muka, kemudian kedua telapak
tangan dan akhirnya barulah kedua lutut.
Gerakan shalat menurut para ilmuwan dan dokter salah satu terbaik untuk
menyembuhkan rematik (terutama untuk tulang punggung), yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan otot. Berdasarkan saran dokter tidak ada solusi yang berbaik untuk
menghindari rematik sejak dini dengan melaksanakan sholat 5 waktu secara konsisten
dan juga banyak melakukan gerak untuk meminimalisir kemungkinan penyakit tulang
punggung, memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin mengembalikan keseimbangan
pada persendian dan otot tubuh, dan otot tubuh, dan hendaknya hal ini tetap dilaksanakan
walaupun ada kerusakan tulang atau setelah penggunaan gips. Dapat disimpulkan bahwa
gerakan sholat adalah jenis gerakan terbaik yang selaras dengan saran dokter dan mampu
mengembalikan fungsi otot dengan baik, gerakan yang dimaksud diantaranya gerakan
rukuk, berdiri tegak, sujud dalam waktu yang lama dan dilakukan berulang Gerakan

31
shalat pun merupakan gerakan olah raga ringan yang baik untuk melancarkan peredaran
darah tubuh, lancarnya peredaran darah , akan melancarkan suply oksigen dan nutrisi
keseluruh organ tubuh dan otak. Selain baik untuk jantung dan peredaran darah , gerakan
shalat ini juga dapat memperkuat tulang karena tulang yang banyak digerakan secara
terus menerus akan menjadi lebih baik ,lebih tebal tidak gampang kropos atau dapat
terhindar dari steoporosis, karena mengandung lebih banyak kalsium dibanding tulang
yang tidak sering digerakan.

32
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Orang sakit tetap diwajibkan melaksanakan ibadah yang sifatnya wajib. Hendaknya ia
melaksanakan kewajiban tersebut sekuat dayanya. Jika ia merasa kesulitan dalam
melaksanakan ibadah, maka ia tetap melaksanakan sesuai kondisi yang dimudahkan. Orang
sakit tetap wajib sholat selama akal pikirannya normal dan sadar, dan melakukan sesuai
dengan kadar kemampuannya. Karena beribadah merupakan sarana dan media yang efektif
dalam mendekatkan diri kepada Allah . Dengan melaksanakan ibadah dan berdoa kepada
Allah dan selalu mengingatNya maka akan membuat hati dan jiwa selalu tenang dan
tentram. Aktifitas doa sangat berguna bagi seseorang yang sedang ditimpa musibah seperti
sakit dalam upaya menenangkan hati dan jiwanya sehingga membantu dalam proses
kesembuhan dari sakitnya.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah
di susun, dan dapat menginterpretasikannya di dalam melakukan tindakan keperawatan.
Selain itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan
penulisan makalah kedepannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Farhan, Muhammad. 2018. Penerapan Prinsip-Prinsip dalam Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang.Jakarta: Pustaka.
Bahnasi, Muhammad. 2010. “Sholat Bersama Nabi Saw”. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Saleh, Nanang Rahman dan Maimunah. 2012. “Bimbingan Ruhani Pasien”. Surabaya:
Amantra.
Saleh, Nanang Rahman dan Maimunah. 2012. “Bimbingan Ibadah Pasien”. Surabaya:
Amantra.
Nur Arifiani, Annisa.2010. ”Keperawatan Religion”.
https://keperawatanreligionannisanurarifiani.wordpress.com/2010/12/13/peran-
perawat-dalam-membimbing-pasien-beribadah/ (Kamis,27 september 2019, Jam
22.05)
Aziz, Mohammad Ali. 2016. “Doa-doa Keluarga Bahagia ”. Surabaya: PT. Duta Aksara
Mulia.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teoridan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/download/3746/pdf(Sa
btu, 28 September 219, jam 11.15)
Mustaqim, A. (2016). Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi Berbagai Teori Dan
Metode Memahami Hadits Nabi. Yogyakarta: Idea Press.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/download/3746/pdf(Sa
btu, 28 September 219, jam 11.15)
Afif, Muhammad. 2018. “Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian
Ma’anil Hadits) dalam Perspektif Imam Musbikin”
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/download/3746/pdf(Sa
btu, 28 September 219, jam 11.15)
Rauf, Abdul Aziz Abdur Rauf. 2018. “Al Quran Hafalan Mudah”. Bandung: Cordoba.
Suparman, Deden. 2015. “Pembelajaran Ibadah Shalat Dalam Perpektif Psikis Dan
Medis”. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/viewFile/188/203(Sabtu 28
September 2019, jam 11.30)

34

Anda mungkin juga menyukai