Anda di halaman 1dari 15

Tuntunan sholat bagi orang

sakit/menjelang ajal
1. Mufidatun Nisak 1130019064.
2. Lucky Ramadhani 1130019037.
3. Faizatur Rokhman 1130019031.
4. Firda Datil Amalia 1130019083.
5. Achmad Sholakhuddin Ridhoi 1130019033.
6. Nur Hidayat 1130019013.
7. Fatimatuz Zahro 1130019118.
8. Lingga Anatasya 1130019105.
9. Nesta Adewata 113001909
10. Lintang Aulia Mauludi 1130019086
11. Dessy Eka Safitri 1130019101
Pengertian
Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha’ah). Tunduk(al-khundu).
Ubudiyah artinya tunduk (all-khundu) dan merendahkan diri (tazallul).
Menurut al-Azhri, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk
kepatuhan kepada Allah.Menurut Ilmu Fiqih ibadah ialah amal perbuatan
hamba Allah yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena
memuliakan keagungan Tuhannya.Macam-macam peribada tanada lima
ibadah pokok yang bias disebut arkanulislam yaitu :1. Ibadah lisan 3. Ibadah
badaniahmurniharianialah 3. Ibadah badaniahtahunanialah 4. Ibadah harta 5.
Ibadah badaniahShalat salah satu rahmat Allah yang terkandung dalam
persyariatan shalat adalah Dia menjadikan shalat sebagai pelebur dosa, dan
Dia pun hanya membatasinya sebanyak lima waktu dalam sehari semalam
namun menjadikan pahalanya setara dengan pahala shalat lima puluh waktu.
Fungsi danTujuan Sholat Ibadah
shalat mempunyai pengaruh yang amat besar bagi kemaslahatan dan
kebaikan hidup jasmani dan rohani :a. Bagi jasmani
1) Mementingkan kesucian dan kebersihan. Apabila shalat ditunjukkan
kepada Allah yang Maha Suci, maka salah satu syaratnya harus bersuci.
2) Menguatkan tubuh, yakni melakukan shalat berarti juga melakukan
latihan jasmani (bersenam). Gerakan-gerakan shalat seperti berdiri
tegak, angkat tangan, rukuk, tegak kembali, sujud, dan lain-lain adalah
gerakan dasar dalam olahraga. Gerakan-gerakan tersebut berpengaruh
untuk menguatkan otot, urat, persendian, melancarkan peredaran
darah dan lainnya.
b. Bagi rohani
1) Hidup tenang, tidak gelisah yakni pada umumnya manusia bersifat keluh kesah, kecewa, dan
gelisah baik ia orang kaya atau miskin.
2) Memperkuat rasa syukur, ialah ia merasa dan menyatakan kegembiraan atas nikmat, rahmat
dan karunia Allah yang patut dinikmati dan disyukuri. Bukan dinikmati lalu diingkari. Ibnu
Qoyyim membagi nikmat itu ada dua macam :
a) Nikmat permanen dan kontinyu. Cara mensyukuri nikmat ini dengan ibadah yang kontinyu
(terus-menerus). Jiwa raga manusia dengan segala bagian-bagiannya adalah nikmat
permanen yang mesti disyukuri secara kontinyu pula, yaitu dengan jalan mengabdikan jiwa
raga seutuhnya itu untuk beribadah atau menyembah Allah.
b) Nikmat yang datangnya secara insidentil, tidak disangka-sangka. Cara mensyukurinya
dengan sujud syukur dan melakukan amal sholeh yang sejalan dengan jiwa dan makna
syukur. Hal ini dimaksudkan agar yang bersangkutan terhindar dari sifat sombong dan
membanggakan diri,jiwa. Shalat dapat membuat kita belajar mendisiplinkan waktu, patuh
terhadap peraturan syarat dan rukun, serta membangun persatuan, persaudaraan,
toleransi, dan lain-lain (Abdul Aziz & Abdul Wahab, 2013
Sholat Orang Sakit
Setiap rumah sakit memiliki bimbingan rohani pasien dengan maksud untuk memberikan
bimbingan agama atau bimbingan keagamaan kepada pasien. Bimbingan shalat lima waktu bagi
pasien rawat inap merupakan kegiatan bimbingan rohani yang dilakukan di RS. Karena pasien di
rumah sakit mengalami beberapa masalah seperti psikis dan lainnya. Sehingga mereka tidak
dapat menyelesaikannya sendiri.
Orang yang menjalankan ibadah shalat dengan khusyu’(konsentrasi), akan terbebas dari keluh
kesah apabila mengalami stress kehidupan. Oleh karena itu apabila seseorang mendapat
kesenangan ataupun cobaan kesusahan, hendaknya tetap shalat.
Istinja adalah bebersih dari buang air kecil maupun besar termasuk fitrah karena mengandung
unsur membersihkan tempat. Mencuci tempat keluar kotoran dari salah satu jalan depan dan
belakang (qobul dan dubur). Menurut tiga imam, istinja wajib bagi bagi orang yang hendak
mendirikan shalat. Jikalau kotoran sudah melewati tempat jalan keluar, maka ia wajib dibasuh.
Istinja dapat dilakukan dengan menggunakan air, batu, dan semisalnya. Caranya, tempat najis
dibersihkan dengan air hingga diketahui bahwa ia sudah bersih.
Tayamum adalah mengajarkan diri meneyntuh debu atau tanah yang suci
untuk mengusap wajah dan kedua tangan dengan sekali. Dan tayamum
hanya boleh dilakukan karena ketiadaan air, karena sakit, atau cuaca yang
sangat dingin.
Kemudian pembimbing rohani pun memberitahu dan menjelaskan
bagaimana saja shalat bagi orang sakit. Orang sakit yang mampu berdiri
harus shalat dengan berdiri kecuali bersadar pada dinding, tongkat dan
lainnya, ia wajib berdiri dengan bersandar. Bagi yang mampu berdiri, harus
berdiri. Dan bila lemah, boleh duduk. Bagi yang mampu berdiri bila shalat
sendiri dan tidak mampu berdiri bila shalat berjamaah harus shalat
berjamaah dan bila lemah boleh duduk. Pendapat lain menyatakan harus
shalat sendirian mengingat pentingnya berdiri dalam shalat. Bagi yang
mampu berdiri dan tidak bisa ruku’ serta sujud, kewajiban berdiri tidak
gugur bahkan ia harus shalat berdiri kemudian berisyarat ruku’ semampunya
kemudian duduk bila mampu dan berisyarat sujud semampunya.
Dan bila tidak bisa duduk terasa berat untuk duduk, boleh berisyarat sujud
sementara ia berdiri.Tidak mampu secara hakikat atau hukum termasuk dalam
kategori lemah misalnya khawatir penyakit semakin baertambah, penyakit akan
lama, kepala pusing atau amat sakit karena posisi berdiri atau bila shalat dengan
berdiri kencingnya terus menetes, baunya menyebar kemana-mana atau tidak
mampu berdiri. Bagi yang shalat dengan duduk, lebih baik duduk dengan kaki
bersilang dibawah paha namun ia boleh duduk dengan kondisi apapun. Bagi yang
mampu duduk dan tidak bisa sujud, harus ruku’dan berisyarat sujud. Bila tidak bisa
ruku’ atau sujud cukup berisyarat ruku’ atau sujud dengan cara sujud lebih rendah
dan ruku’ tidak boleh meninggikan sedikit pun tempat sujud diharamkan oleh
kewajiban berisyarart. Bila yang bersangkutan meletakkan sesuatu untuk bersujud
dan kepalanya condong benda itu, shalatnya sah, tidak haram atau tidak makruh
karena berisyarat yang dia mampu telah dilakukan.
Ketentuan dalam masalah keringanan
1. Sakit tidak menggunakan kewajiban shalat
2. Lakukan yang bisa dilakukan
3. Keringanan tidak boleh mengarang sendiri
Bentuk Keringanan yang Syar’i

Berikut ini adalah beberapa bentuk keringanan yang diberikan kepada orang sakit secara syar’i :
a) Keringanan dalam bersuci
Dalam perkara bersuci untuk mengangkat hadats, apabila tidak dimungkinkan bagi orang yang sedang
sakit untuk menggunakan air, baik untuk berwudhu' atau mandi janabah, maka para ulama menetapkan
kebolehan bertayammum.
b) Keringanan tidak dapat berdiri
Berdiri merupakan rukun di dalam shalat fardhu, dimana seorang bila meninggalkan salah satu dari
rukun shalat, maka hukum shalatnya itu tidak sah. Namun bila seseorang karena penyakit yang
dideritanya, dia tidak mampu berdiri tegak, maka dia dibolehkan shalat dengan posisi duduk.
c) Keringanan tidal dapat ruku’
Sebagaimana kita ketahui bahwa ruku’ di dalam shalat adalah rukun yang bila tidak dikerjakan, maka
shalat itu tidak sah hukumnya. Dan alasan sakit membolehkan seseorang tidak melakukan gerakan
ruku’ yang seharusnya. Hanya saja para ulama agak sedikit berbeda tentang posisi yang menggantikan
ruku.
a. Jumhur Ulama
Menurut jumhur ulama, bila orang sakit tidak mampu melakukan gerakan ruku, maka dia mengambil posisi
dasar yaitu berdiri. Ruku’nya hanya dengan mengangguk saja.
b. Al-Hanafiyah
Namun menurut pendapat Al-Hanafiyah, orang yang tidak mampu melakukan gerakan ruku’, secara otomatis
tidak lagi wajib melakukan posisi berdiri. Sehingga dia shalat sambil duduk saja, rukunnya dengan cara
mengangguk dalam posisi duduk, bukan dari posisi berdiri.
d) Keringanan tidak dapat sujud
Posisi sujud adalah bagian dari rukun shalat yang apabila ditinggalkan akan membuat shalat itu menjadi tidak
sah. Namun orang yang sakit dan tidak mampu untuk melakukan gerakan sujud, tentu tidak bisa dipaksa. Dia
mendapatkan keringanan dari Allah SWT untuk sebisa-bisanya melakukan sujud, meski tidak sempurna.
e) Keringanan tidak wajib shalat berjamaah
Meskipun jumhur ulama tidak mewajibkan shalat berjamaah, namun mazhab Al-Hanabilah berpendapat
bahwa shalat berjamaah di masjid bersama imam hukumnya fardhu 'ain.
Salah satu dalil yang dipakai untuk mewajibkan shalat berjamaah
adalah bahwa Rasulullah SAW tetap mewajibkan Abdullah bin Ummi
Maktuh yang buta untuk ke masjid shalat berjamaah.
f) Keringanan tidak wajib shalat jumat
Seluruh ulama sepakat bahwa orang sakit termasuk mereka yang gugur
kewajibannya untuk mengerjakan shalat Jumat. Namun demikian, dia
tetap diwajibkan mengerjakan shalat Dzhuhur sendirian.
Ketentuan Orang Sakit Dalam Sholat
Salat Bagi Orang SakitDalam kondisi sakit terkadang membuat seseorang menjadi susah untuk
berdiri hingga tidak mampu melakukan gerakan salat. Ajaran agama Islam berusaha
memudahkan umatnya untuk dapat beribadah dengan tenang, tulus ikhlas, dan merasa dekat
dengan Allah.
1. Tata Cara Orang Sakit dalam Sholat
a. Salat Posisi Duduk-Kalau tidak sanggup berdiri, boleh mengerjakan sambil duduk sambil
menghadap kiblat. Bisa duduk layaknya duduk di antara dua sujud atau duduk sambil
meluruskan kaki.
-Tergantung pada sakit yang di derita.
-Cara mengerjakan gerakan ruku ialah dengan duduk membungkuk sedikit.
-Gerakan tangan sama layaknya salat biasanya.
-Cara mengerjakan sujud, bisa dengan cara sujud biasanya. Kecuali bagi yang salat dengan
meluruskan kaki, gerakan ruku bungkuknya lebih sedikit daripada bungkuk dalam sujud.
b. Salat Posisi Tidur-Jika orang sakit tidak dapat mengerjakan salat dengan duduk, boleh
menunaikannya dengan posisi tidur terlentang wajah menghadap kiblat, dan posisi
bantal lebih tinggi.
-Cara mengerjakan ruku cukup menggerakkan kepala ke muka atau sedikit menekuk.
-Cara mengerjakan sujud dengan menggerakkan kepala lebih dalam ke muka atau lebih
ditundukkan. Jikalau ada sakit yang menghalangi kedua gerakan tersebut, semisal leher
di gips.
-Orang sakit bisa melakukan dengan isyarat mata yang dibuka dan ditutup sebagai ganti
gerakan.
-Posisi tidur juga bisa dengan cara badan miring ke kanan atau ke arah kiblat. Gerakan
ruku dan sujud pun sama.Jika semua cara di atas tidak memungkinkan sama sekali,
orang sakit bisa menunaikan salat dalam hati, selama akal dan jiwa masih ada
Faktor Penyebab Kurang Tepat Dan Sempurna Cara Pelaksanaan Shalat
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kurang tepat dan sempurna
cara pelaksanakan shalat adalah :
1. Alasan karena sakit
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, ilmu pengetahuan adalah
menempati yang teristimewa (terpenting) dalam urusan agama, baik dalam bidang ibadah maupun dalam bidang mu’amalah
terutama dalam pengalamannya. Karena tidak mungkin dapat beramal tanpa disertai dengan ilmu. Dan suatu amal dikerjakan
tanpa ilmu, amatlah rendah nilainya disisi Allah. Dari ungkapan tersebut dapat disebutkan sebelumnya bahwa tidak ada
alasan untuk mendirikan dan kewajiban itu tidak akan pernah gugur pada diri kaum muslimin selagi akal dan pikirannya
masih sehat.
2. Faktor Malas
Faktor malas ini juga menjadi penghambat terhadap kurang tepat dalam pelaksanaan shalat Orang yang meninggal shalat
karena kemalasan serta masih meng’ittiqatkan kewajibannya shalat itu atas dirinya, maka Imam Malik dan Asy-Syafi’I
menetapkan bahwa orang tersebut dipandang Fasiq dan disuruh bertaubat. Jika tidak mau bertaubat, niscaya dibunuh, selaku
suatu hukuman yang mesti dilakukan, sebagai alas an adalah mereka
mengambil hujjah dengan sabda Rasaulallah SAW : Sahalat adalah ibadah yang paling utama untuk membuktikan ke Islaman
seseorang. Untuk mengukur keislaman seseorang dapat dilihat
kepada kerajinan dan keikhlasan seseorang dalam mengerjakan shalalatnya, karena iman dan islam tidak dapat dipisah-pisah
satu sama lainnya.
Tinjauan Hukum Islam
Shalat adalah tiang agama. Barangan siapa mendirikannya maka dia telah
mendirikan agamanya, dan barang siapa menghancurkannya maka dia telah
menghancurkan agamanya. Shalat adalah salah satu kewajiban agama yang
dilakukan berkali-kali pada setiap hari. Shalat berbeda dengan zakat yang
hanya wajib ditunaikan satu tahun sekali. Shalat berbeda dengan puasa yang
hanya diwajibkan dalam satu bulan pada setiap tahunnya. Shalat juga berbeda
dengan haji yang hanya wajib dilaksanakan sekali seumur hidup. Shalat juga
adalah satu-satunya kewajiban di dalam agama Islam yang tidak boleh
dimajukan ataupun ditunda pelaksanaannya selama seseorang mampu
melaksanakannya dalam bentuk yang telah diperintahkan oleh ajaran agama.

Anda mungkin juga menyukai