Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

PENDIDIKAN
PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

07
Fakultas Ekonomi Program Kode MK Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom
Bisnis Studi

Abstract Kompetensi
Pancasila sebagai sistem - Mahasiswa mampu
filsafat adalah suatu kesatuan yang menjelaskan tentang filsafat
- Mahasiswa mampu
saling berhubungan untuk satu menjelaskan Pancasila sebagai
tujuan tertentu,dan saling system
berkualifikasi yang tidak terpisahkan - Mahasiswa mampu
satu dengan yang lainnya. Jadi menjelaskan dalam wujud nilai-
nilai fillsafat .
Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling
berkaitan satu sama lain,dan
memiliki fungsi serta tugas masing-
masing.
Pembahasan
A. Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari
Bahasa Yunani yaitu Philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu Philos (cinta) atau
Philia (persahabatan, tertarik kepada) dan Sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam
bahasa Arab disebut Failasuf. Dalam artian lain Filsafat adalah pemikiran fundamental
dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki (hikmat, kebijaksanaan);
karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik, yang dijadikan
pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung). Berbagai tokoh filosof dari berbagai
bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik mereka;
yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah berkembang berbagai aliran
filsafat: materialisme, idealisme, spiritualisme; realisme, dan berbagai aliran modern:
rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme; marxisme-komunisme;
sosialisme dll.
Pancasila dapat digolongkan sebagai fiisafat dalam arti produk, sebagai
pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia di mana pun mereka berada. Sebelum
seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat terlebih dahulu ia akan berpikir
tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya dilakukan.
Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan ini disebut nilai. Nilai
adalah sifa! keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia baik lahir maupun batin. Setiap orang di dalam kehidupannya, sadar atau tidak
sadar, tentu memiliki filsafat hidup atau pandangan hidup. Pandangan hidup atau filsafat
hidup seseorang adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, ketepatary dan
manfaatnya. Hal itulah yang kemudian menimbulkan tekad untuk mewujudkan dalam
bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
Nilai-nilai sebagai hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kehidupan
yang dianggap paling baik bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila, baik sebagai filsafat
maupun sebagai pandangan hidup. Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi
dan murni (tidak terikat langsung dengan suatu objek), yangmendalam, dan daya pikir

2012 Pendidikan Pancasila


2 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
subjek manusia dalam memahami segala sesuatu dalam mencari kebenaran. Berpikir
aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran
filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaary secara
mendasar (fundamental dan hakiki).
Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau
sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi
yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah
berkembang dan terbentuk sebagai suatu nilai yang melembaga (dengan negara)
sebagai suatu paham (isme), seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme, nazisme,
fasisme, theokratisme, dan sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsh
dan negara modern.
B. Sistem filsafat
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia sebagai
subjek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehiduparu cita-cita dan keyakinan
yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar
antarajaran filsafat. Meskipun demikiary antarajaran tokoh-tokoh filsafat mempunyai
persamaary sehingga dapat digolongkan dalam aliran berdasarkan watak dan inti
ajarannya. Jadi, aliran filsafat terbentuk atas beberapa ajaran filsafat dari berbagai tokoh
dan dari berbagai zaman. Tegasnya, perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan
waktu lahirnya filsafa! melainkan oleh watak isi dan nilainya.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi kehidupan
yang mendasar. Suatu sistem fiisafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan
hakikat realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya
pengetahuan manusia dan logika. Sebaliknya, filsafat yang mengajarkan hanya sebagian
kehidupan (sektoral, frakmentaris) tak dapat disebut sistem filsafat, melainkan hanya
ajaran filosofis seorang ahli filsafat.

C. Aliran-aliran filsafat

Aliran-aliran utama yang ada sejak dahulu sampai sekarang, meliputi sebagai
berikut (Lab. Pancasila IKIP. 7990:20-27).
a. Aliran materialisme
Aliran materialisme mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan termasuk
makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi
(misalnya: benda-ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum
sebab-akibat (hukdm kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran idealisme spritualisme

2012 Pendidikan Pancasila


3 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Aliran idealisme atau spritualisme mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas
dirinya dan kesemestaary karena ada akal budi dan kesadaran rohani. Manusia yang
tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas semata. Jadi,
hakikat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide dan spirit).
c. Aliran realisme
Aliran realisme menggambarkan bahwa kedua aliran di atas, materialisme dan
idealisme yang bertentangan itu, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).
Sesungguhnya, realitas kesemestaary terutama kehidupan bukanlah benda (materi)
semata-mata. Kehidupary seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan hewan dan
manusia, mereka hidup berkembang biak, kemudian tua, akhirnya mati. Pastilah
realitas demikian lebih daripada materi. Karenanya, realitas itu adalah paduan benda
(materi dan jasmaniah) dengan yang nonmateri (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus
pada manusia, tampak dalam gejala daya pikiran, cipta, dan budi. Jadi, realisme
merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dengan non-materi.
D. Nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filsafat
Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuaan yang mendalam tentang
Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui sila-
sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila-sila, kita cari pula intinya. Setelah kita ketahui
hakikat dan intinya, maka selanjutnya kita cari hakikat dan pokok-pokok yang terkandung
di dalamnya, yaitu sebagai berikut.
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur sikap dan tingkah
laku manusia Indonesia, dalam hubungannya dengan Tuhan masyarakat, dan alam
semesta.
b. Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupanbernegara,
seperti yang diatur oleh UUD 1945. Untuk kepentingan-kepentingan kegiatan praktis
operasional, hal ini diatur dalam Tap. MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Perundang-undangan yaitu sebagai berikut.
1) Undang-Undang Dasar 7945.
2) Ketetapan MPR.
3) Undang-Undang.
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu).
c. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, dan
merupakan uraian terinci dari Proklamasi 17 Agustus 7945 yang dijiwai
Pancasila.

2012 Pendidikan Pancasila


4 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
kebulatan yang utuh.
e. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, tercerrnin dalam pokok-pokok yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945.
f Berdasarkan penjelasan otentik ULJD 1945, undang-undang dasar menciptakan pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada pasal-pasalnya.
Hal ini berarti, pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 menjelmakan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan dari jiwa
Pancasila.
g. Berhubung dengan itu, kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan
berdasarkan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
h. Nilai-nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat Indonesia dan belum tertampung
dalam pembukaan UUD 7945, perhtdiselidiki untuk memperkuat dan memperkaya
nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
1945, dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Nilai-nilai yang menunjang dan memperkuat kehidupan bermasyarakat dan
bernegara dapat kita terima, asal tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa
dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, misalnya referendum atau
pemilihan presiden secara langsung.
2) Nilai-nilai yang melemahkan dan bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 tidak dimasukkan sebagai nilai-
nilai Pancasila. Bahkan harus diusahakan tidak hidup dan berkemban glagidalam
masyarakat Indonesia, misalnya demonstrasi dengan merusak bangunan / kanto4,
penjahat dihakimi mass4 atau penjarahan.
3) Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945,
dipergunakan sebagai batu ujian dari niiai-nilai yang lain agar dapat diterima
sebagai nilai-nilai Pancasila.
Secara filosofis, dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai
Pancasila adalah pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai
pedoman dalam bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan meliputi
bidang ekonomi, politik, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Sebagai
ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangan dasar dan hakiki rakyat
Indonesia, dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang
Maha Pencipta. Dasar normatif yang dapat kita sebut filsafat negara, diperlukan
sebagai kerangka untuk'menyelenggarakan negara. Falsafah Negara merupakan
norma yang paling mendasar untuk mengecek apakah kebijakan legislatif

2012 Pendidikan Pancasila


5 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sudah dan eksekutif sesuai dengan persetujuan dasar masyarakat?

E. Pancasila Dalam Perspektif Filsafat


Apabila kita berbicara tentang filsafaf ada dua hal yang patut diperhatikan filsafat
sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Keduanya akan berguna bagi
ideologi Pancasila. Filsafat sebagai metode menunjukkan cara berpikir dan cara
mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan
ideologi Pancasila. Sedangkan Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, niiai
dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan
menyeluruh. Pembahasan filsafat dipat dilakukan secara deduktil yakni dengan mencari
hakikat Pancasila, serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif. Dapat juga dilakukan secara induktif, yakni
dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat merefleksikannya, dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Dengan demikian" filsafat Pancasila dapat disajikan sebagai bahan-bahan yang
sangat penting bagi penjabaran ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila adalah
keseluruhan prinsip normatif yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia dan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Namun, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-
konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia melainkan bagi
manusia pada umumnya. Manusia adalah makhluk yang khas , yaitu dilengkapi rasio dan
kehendak bebas, maka etika atau filsafat moral merupakan bagian yang penting. Di sini
dibahas arti kesusilaan ukuran kesusilaan prinsip-prinsip susila, baik dalam kehidupan
pribadi, maupun dalam kehidupan sosial. Wawasan filsafat meliputi bidang-bidang
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang ini dapat dianggap
mencakup kesemestaan.
1. Aspek ontologi
Ontologi menurut Runes ialah teori tentang keberadaan ada atau eksistensi.
Menurut Aristoteles, ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan
disamakan artinya dengan metafisika.
Pada awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti hakikat sesuatu yang
ada di sekitarnya, yaitu alam dan kehidupan. Apakah realitas yang tampak ini
merupakan suatu realitas sebagai wujudnya, yakni benda (materi)? Apakah ada suatu
rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup, seperti

2012 Pendidikan Pancasila


6 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tumbuh-tumbuhan hewar! dan manusia? Apakah sesungguhnya alam semesta,
binatang-binatang, matahari, dan bulan yang beredaq, menjadikan siang dan malam
bergerak (beredar) terus-menerus? Itu semua adalah contoh-contoh masalah yang
ada pada awal pemikiran manusia.
Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi)
manusia, benda, ada alam semesta (kosmologi), juga ada mutlak yang tidak terbatas
sebagai maha sumber ada semesta. Artinya, ontologi menjangkau adanya Tuhan dan
alam gaib, seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (Alam di balik dunia, alam
metefisika). Jadi, ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi
dan keberadaan), sumber ada, jenis ada dan hakikat ada, termasuk ada alam,
manusia, metafisika, dankesemestaan atau kosmologi.
Apabila ditinjau menurut sejarah asal-usul pembentukannya, Pancasila memenuhi
syarat sebagai dasar filsafat negara. Ada empat macam sebab (causa) yang menurut
Notonagoro dapat digunakan untuk menetapkan Pancasiia sebagai Dasar Filsafat
Negara, yaitu sebab berupa materi (causa material), sebab berupa bentuk
(causa formalis), sebab berupa tujuan (causa finalis), dan sebab berupa asal mula
karya (causa eficient)(Notonagoro, 7983:25).
Lebih jauh Notonagoro menjelaskan keempat causa itu seperti berikut.
Pertama, bangsa Indonesia sebagai asal mula bahan (causa materialis) terdapat
dalam adat kebiasaan kebudayaan dan dalam agama-agamanya.
Kedua, seorang anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), yaitu Bung Karno yang kemudian bersama-sama Bung Hatta
menjadi pembentuk negara, sebagai asal mula bentuk atau bangun (causa formalis)
dan asal mula tujuan (causa finalis) dari Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara.
Ketiga, sejumlah sembilan orang, di antaranya kedua beliau tersebut ditambah dengan
Sembilan anggota BPUPKI yang terdiri atas golongan-golongan kebangsaan dan
agama, dengan menyusun rencana Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tempat
terdapatnya Pancasila, dan juga Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang menerima rencana tersebut dengan perubahan sebagai
asal mula sambungan baik dalam arti asal mula bentuk maupun dalam arti asal
mula tujuan dari Pancasila sebagai Calon Dasar Filsafat Negara.
Keempat, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai asal mula karya
(causa efiicient), yaitu yang menjadikan Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara yang
sebelumnya ditetapkan sebagai calon Dasar Filsafat Negara (Notonagorc, 1983:25-
26).
2. Aspek epistemologi

2012 Pendidikan Pancasila


7 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Epistemologi menurut Runes adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunary metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, akan membentuk
budaya. Bagaimana proses terjadinya pengetahuan sampai membentuk kebudayaan,
sebagai wujud keutamaan (superiorifas) manusia untuk disadari lebih dalam.
Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau bagaimana manusia mengetahui
bahwa sesuatu itu ilmu pengetahuan, hal ini menjadi penyelidikan epistemologi.
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya
pengetahuar! batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi dapat disebut
ilmu tentang ilmu, atau teori terjadinya ilmu atau science of science, atau
wissenschaftslehre. Pengetahuan yang termasuk cabang epistemologi adalah
matematika, logika, gramatika dan semantika (Lab. Pancasiia IKIP Malang, 1990:18-
19). Jadi, bidang epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna dan nilai
ilmu pengetahuary sumbefilya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu,
termasuk semantik, logika, matematika, dan teori ilmu.
Sumber pengetahuan Pancasila dapat ditelusuri melalui sejarah terbentuknya
Pancasila. Dalam penelusuran sejarah mengenai kebudayaan yang berkait dengan
lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia telah diuraikan di depan,
yang secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut. Akar sila-sila Pancasila
ada dan berpijak pada nilai serta budaya masyarakat bangsa Indonesia. Nilai serta
budaya masyarakat bangsa Indonesia yang dapat diungkap mulai awal sejarah pada
abad IV masehi di samping diambil dari nilai asli Indonesia juga diperkaya dengan
dimasukkannya nilai dan budaya dari luar Indonesia.
Nilai-nilai dimaksud berasal dari agama Hindu, Budha, Islam, serta nilai-nilai
demokrasi yang dibawa dari Barat. Berdasarkan realitas yang demikian, maka dapat
dikatakan bahwa, epistemologis, pengetahuan Pancasila bersumber pada nilai
danbudaya tradisional dan modern, budaya asli dan campuran. Selain itu, sumber
historis itu, menurut tinjauan epistemologis, Pancasila mengakui kebenaran
pengetahuan yang bersumber dari wahyu atau agama serta kebenaran yang
bersumber pada akal pikiran manusia serta kebenaran yang bersifat empiris
berdasarkan pada pengalaman. Dengan sifatnya yang demikian maka pengetahuan
Pancasila mencerminkan adanya pemikiran masyarakat tradisional dan modern.
3. Aspek aksiologi
Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah Yunani, yaltu axios yang berarti nilai,
manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam pengertian yang modem, aksiologi disamakan
dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik, bidang yang
menyelidiki hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

2012 Pendidikan Pancasila


8 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Prof. Brameld, aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat
yang menyelidiki:
a. tingkah laku moral yang berwujud etika,
b. ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan serta
c. sosio-politik yang berwujud idiologi.
Bidang aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nil ai, lenis
d an tingka tan nil si, serta hakik at nil ai. Seb a gaimana dihay ati manusia, kehidupan
manusia selalu berada dan dipengaruhi nilai, seperti nilai alamiah dan jasmaniah
(tanah subuq, udara bersilu air bersih, cahaS, dan panas matahari, tumbuh-tumbuhan,
dan hewan) demi kehidupan. Kemudian ada pula nilai psikologis, seperti berpikia rasa,
karsa, cita, estetika, etika, logika, dan cita-cita.
Bahkan ada pula nilai ketuhanan dan agama. Pancasila mengandung nilai, baik
intrinsik maupun ekstrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik Pancasila adalah hasil
perpaduan antara nilai asli milik bangsa Indonesia dan nilai yang diambil dari budaya
luar Indonesia, baik yang diserap pada saat Indonesia memasuki masa sejarah abad
IV Masehi, masa imperialis, maupun yang diambil oleh para kaum cendekiawan
Soekarno, Muhammad Yamin, Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, danpara
pejuang kemerdekaan lainnya yang mengambil nilai-nilai modern saat belajar ke
negara Belanda.
Kekhasan nilai yang melekat dalam Pancasila sebagai nilai intrinsik terletak pada
diakuinyanilai-nilaiketuhanary kemanusiaary persatuary kerakyatary dankeadilan
sosial sebagai satu kesatuan. Kekhasan ini yang membedakan Indonesia dari Negara
lain. Nilai-nilai ketuhanary kemanusiaary persatuan kerakyatan, dan keadilan memiliki
sifat umum universal. Karena sifatnya yang universal, maka nilai-nilai itu tidak hanya
milik manusia Indonesia, melainkan manusia seluruh dunia.
Pancasila spbagai nilai instrumental mengandung imperatif dan menjadi arah
bahwaSalam proses mew-ujudkan cita-cita negara bangsa, seharusnya menyesuaikan
dengan sifatsifat yang ada dalam nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan sosial. Sebagai nilai instrumental, Pancasila tidak hanya
mencerminkan identitas manusia Indonesia, melainkan juga berfungsi sebagai cara
(mean) dalam mencapai tujuan bahwa dalam mewujudkan cita-cita negara bangsa
Indonesia menggunakan cara-cara yang berketuhanan berketuhanan yang adil dan
beradab, berpersatuan berkerakyatan yang menghargai musyawarah dalam mencapai
mufakat dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga
mencerminkan nilai realitas dan idealitas. Pancasila mencerminkan nilai realitas,
karena di dalam sila-sila Pancasilaberisi nilaiyang sudah dipraktikkan dalam hidup
sehari-hari oleh bangsa Indonesia. Di samping mengandung nilai realitas, sila-sila

2012 Pendidikan Pancasila


9 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pancasila berisi nilai-nilai idealitas, yaitu nilai yang diinginkan untuk dicapai.

2012 Pendidikan Pancasila


10 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

- Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.


- Bakry, Noor Ms, 2010, Pendidikan Pancasila, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

- Elly M.Setiadi. 2005. Pendidikan pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

- Darmodihardjo, D, 1978, Orientasi Singkat Pancasila, PT . Gita Karya, Jakarta


- Oesman, Oetojo, dan Alfian (ed), 1990, Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara, BP-7 Pusat , Jakarta
- Mubarak, Zaky, 2008, Mata kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku Ajar II,
Manusia Ahklak, Budi Pekerti Dan masyarakat, Depok, Lembaga Penerbit
FE UI
- Syarbaini, Syarial(2012), Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia , Jakarta

Media On line
http://cecepsuhardiman.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html

2012 Pendidikan Pancasila


11 Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I . Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai