Anda di halaman 1dari 5

TAK LAGI MERANA, SANGGAU KINI SUDAH BERUBAH

Disusun Oleh:

1.       Martina Riskhalilla            (08211740000016)

2.       Bayu Azmi Alfaz                 (08211740000026)

3.       Mumtazah                          (08211740000030)

4.       Angelica Clara                    (08211740000032)

Dosen Pembimbing:

ARWI YUDHI KOSWARA, ST., MT.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
TAK LAGI MERANA, SANGGAU KINI SUDAH BERUBAH

Migrasi di daerah perbatasan Kalimantan Barat-Serawak, Malaysia, khususnya di


daerah Kabupaten Sanggau memang tak pernah membosankan untuk diulas. Berbagai
cerita dapat diurai dari Kabupaten seluas 12.858 km 2 ini. Maka tak salah jika para
sineas tertarik untuk mengangkat kehidupan Sanggau tahun 2012 ke dalam sebuah film
layar lebar. “Tanah Air Surga.. Katanya”, adalah bukti betapa eksotik Sanggau dengan
hamparan rawa-rawanya dan cerita miris klise khas perbatasan.
Kabupaten Sanggau yang terletak tidak begitu jauh dari Kota Pontianak dan
berbatasan langsung dengan Negara Malaysia tepatnya Serawak adalah sebuah
kabupaten yang pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 395.172 jiwa.
(sanggaukab.bps.go.id) Menurut data sensus penduduk 2010, migrasi neto daerah
Sanggau bernilai -113, yang artinya lebih banyak penduduk dari daerah Sanggau yang
bermigrasi keluar, terutama dari wilayah perbatasan (Desa Entikong dan Sekayam) ke
wilayah negara tetangga, yakni Serawak (Sani Arifin, 2011).
Emigrasi ini terjadi dikarenakan meski pada tahun 2012, tercatat ada 19
puskesmas, namun puskesmas ini tidak tersebar secara merata begitu pula dengan
kualitas layanannya dan rumah sakit yang berjumlah 3 buah terletak di pusat kabupaten
(Profil Kesehatan Kalbar, 2012). Tidak hanya itu, daerah perbatasan yakni Desa
Entikong dan Sekayam terisolir karena letaknya yang dikelilingi rawa dan hutan-hutan
sehingga untuk mencapai pelayanan kesehatan di pusat kabupaten, dirasa terlalu jauh
dan memakan biaya yang tidak murah. Buruknya akses kesehatan inilah yang
menyebabkan banyak masyarakat yang memilih memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatannya ke Serawak. Bahkan, untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
penduduk yang akan melahirkan lebih memilih ke Serawak yang fasilitasnya sangat
memadai dan jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan ke kabupaten. Dalam kasus-
kasus seperti itu, pemerintah Malaysia memberikan kemudahan bagi penduduk. Tetapi
dalam kasus-kasus sakit biasa, maka pelayanan yang diberikan oleh petugas medis
Malaysia, bagi penduduk perbatasan Indonesia dilakukan dengan syarat memberikan
jaminan antara 45-300 RM. Tanpa memberikan jaminan tersebut, maka meskipun
penduduk sakit keras, tetap tidak bias dilayani (Sani Arifin, 2011)
Sama halnya dengan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan yang berkualitas
juga kurang menjangkau daerah perbatasan. Dilansir dari tribunnews.com, ketika ada
pembatasan jumlah siswa dari kabupaten di luar Pontianak untuk bersekolah di
Pontianak, maka Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Sanggau yang membidangi
pendidikan merasa khawatir sebab pendidikan yang ada di Kabupaten Sanggau
kurang berkualitas, kurang bisa mewadahi dan mengembangkan potensi-potensi
unggul siswa Kabupaten Sanggau. Oleh karena itu, banyak anak-anak yang dibawa
oleh orangtuanya bersekolah di luar Kabupaten Sanggau, entah di Malaysia maupun
wilayah-wilayah seperti Pulau Jawa dengan anggapan bahwa pendidikan mereka akan
lebih terjamin di sana.
Emigrasi dalam jumlah besar ini juga disebabkan oleh perkawinan antardua
kewarganegaraan. Dan hal ini terjadi hampir di seluruh daerah perbatasan Kalimantan
Barat dan Malaysia, tidak hanya Kabupaten Sanggau. Perempuan-perempuan
Indonesia pada umumnya lebih memilih ikut suami ke Malaysia dibanding menetap di
Indonesia karena sang suami enggan untuk menetap di daerah perbatasan yang tidak
menjamin kesejahteraan hidupnya. Selain itu jalur migrasi melalui perkawinan juga
dipermudah oleh sistem hukum kewarganegaraan Indonesia. Hal itu tercantum dalam
ketentuan Pasal 26 UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegeraan Republik
Indonesia. Dalam ketentuan Pasal 26 ayat (1) dinyatakan sebagai berikut: "Perempuan
Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya,
kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan
tersebut”.
Begitu pula dengan ketentuan hukum Malaysia, bahwa jika seorang perempuan
negara asing menikah dengan pria Malaysia maka perempuan tersebut dapat menjadi
warga Negara Malaysia apabila mendapatkan nafkah dari suami, sekurang-kurangnya
suami lahir di Malaysia pada awal Oktober 1962, dan telah tinggal di Malaysia
sekurang-kurangnya selama dua tahun (Sani Arifin, 2011)
Namun, kejadian emigrasi itu tidak lagi menjadi hal besar sebab angka emigrasi
terus turun setelah Kabupaten Sanggau berbenah. Setiap tahun jumlah penduduk
Kabupaten Sanggau terus bertambah. Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten
Sanggau sebanyak 422,448. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Sanggau sebanyak
444.296 jiwa. Dan pada tahun 2016, jumlah penduduk Sanggau sebanyak 451.221 jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk ini tidak hanya ditentukan oleh kelahiran dan kematian,
melainkan juga migrasi. Tercatat pada Survei Penduduk Antar Sensus 2015, jumlah
migran di Kabupaten Sanggau sebanyak 50.669 jiwa dengan angka migrasi masuk
seumur hidup (risen) sebanyak 50.669 jiwa dan migrasi keluar seumur hidup (risen)
sebanyak 29.343 jiwa. Angka migrasi neto yang tidak lagi negative menunjukkan bahwa
Kabupaten Sanggau mampu menarik penduduk sekitar untuk bermigrasi ke Sanggau
dan mencegah penduduk asli Sanggau untuk bermigrasi keluar. Lantas, apa saja yang
Pemerintah Kabupaten Sanggau lakukan?
Berikut ini adalah kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Sanggau:
1. Dilaksanakan pengembangan Kapasitas Usaha UMKM dari PT.Permodalan
Nasional Madani (PNM). Program ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian Kab.Sanggau bisa dari segi berwirausaha dan juga dengan
adanya penanaman modal ini bisa sekaligus membuka lapangan pekerjaan
bagi yang membutuhkan. Program ini sudah berjalan cukup baik buktinya
beberapa masyarakat dari kecamatan Meliau Kab.Sanggau sudah mulai
mengolah jamur sawit menjadi kerupuk jamur sawit dari hasil pembinaan
PNM ini. (sumber : sanggau.go.id)
2. Program desa fokus bertujuan agar suatu desa terpencil di Kabupaten
Sanggau menjadi maju, mandiri serta ekonomi masyarakat semakin baik
pula. Program ini juga diharapkan dapat membangtu suatu desa agar
program pembangunan baik fisik maupun non fisik akan masuk diwilayah
desa tersebut. Program ini juga sudah mulai dijalankan beberapa desa di
Kab. Sanggau salah satunya yaitu desa semombat. (sumber :
sanggau.go.id)
3. Bantuan pembangunan Embung dari Kementrian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk Kabupaten sanggau yang
rencananya akan dibangun di dusun entabai desa Lubuk sabuk kecamatan
Sekayam. Diharapkan dengan adanya embung ini dapat bermanfaat untuk
menunjang kegiatan masyarakat terutama di sektor pertanian. (sumber :
sanggau.go.id)
4. Pembukaan Jalan dan pembangunan Jembatan di ruas Jalan Tani encanjuk
di Dusun Bungkang menuju Dusun Berungkat dan ke wilayah Desa
Pengadang ( Balai V ) dengan jarak tempuh ± 5 Km dari titik awal Koordinat.
Dengan dibangunnya jalan dan jembatan itu kedepannya dapat dirasakan
oleh penerima manfaat yaitu Masyarakat yang ada di sekitar Dusun
Bungkang dan Berungkat serta akses terdekat untuk menuju ke Desa
Pengadang sehingga masyarakat tidak bingung lagi ketika ingin menjual
hasil panennya karena sudah ada akses antar dusun atau desa. (sumber :
sanggau.go.id)
5. Pembukaan lahan yang nantinya dijadikan sebagai Hutan Agro Wisata di
kawasan Hutan Pancur Aji Sanggau. KADISPORAPAR Sanggau
mengatakan untuk membuka lahan Hutan Agro Wisata tidak dengan
menebang pohon yang telah ada tetapi kita membersihkan ranting-ranting
dan tumbuhan hama yang mengganggu dikawasan Wisata Pancur Aji
supaya pohon yang telah ada dapat tumbuh subur, disamping itu disekitar
pohon akan ditanam tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
seperti kelengkeng, pohon manga, manggis, jambu, kopi, dan buah-buahan
dan lain – lain yang dapat menjadi pendapatan bagi masyarakat sekitar
kawasan Hutan Pancur Aji Sanggau. Jika program ini berhasil maka akan
dilanjutkan di tempat wisata lainnya yang ada di Kabupaten Sanggau.
(sumber : sanggau.go.id)

Anda mungkin juga menyukai