Anda di halaman 1dari 6

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

PENERAPAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19

Dosen Pengampu Hukum Pemerintahan Daerah ( )

Dr. AGUS RIWANTO, S.H., S.Ag., M.Ag

Nama Mahasiswa:

Adjie Pamungkas ( E0018008 )

Faisal Hernanda Putera ( E0018152 )

M. Fachri ( )

Wisnu Prasetyo ( )

S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) No.9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19). Permenkes ini merupakan aturan turunan dari
Peraturan Pemerintah (PP) No.21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PP PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.
Tak berselang lama, Kemenkes mengeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/239/2020 tentang Penetapan
PSBB di Wilayah Provinsi DKI Jakarta dalam Rangka Percepatan
Penanganan Covid-19. Kepmenkes ini sekaligus menandakan DKI Jakarta
menjadi daerah pertama yang menerapkan PSBB.
Setelah DKI Jakarta mendapatkan restu PSBB dari Kemenkes, beberapa
daerah dikabarkan juga ingin mengajukan hal yang sama. Lantas, bagaimana
mekanisme untuk mendapatkan status PSBB tersebut? 
Salah satu yang diatur dalam Permenkes 9/2020 adalah tata cara penetapan
PSBB. Dalam bagian lampiran Permenkes 9/2020, dijelaskan bahwa PSBB di
suatu wilayah ditetapkan oleh Menteri berdasarkan permohonan
gubernur/bupati/walikota, atau Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19.
Pertama, gubernur/bupati/walikota menyampaikan usulan kepada Menteri
disertai dengan data gambaran epidemiologis dan aspek lain seperti
ketersediaan logistik dan kebutuhan dasar lain, ketersediaan fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan, dan perbekalan kesehatan termasuk obat dan
alat kesehatan. Data yang disampaikan kepada Menteri juga termasuk
gambaran kesiapan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Daerah.
Kedua, Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
dalam menyampaikan usulan kepada Menteri untuk menetapkan PSBB di
wilayah tertentu, berdasarkan penilaian terhadap kriteria PSBB. 
Ketiga, permohonan oleh gubernur/bupati/walikota dapat disampaikansecara
sendiri-sendiri atau bersama-sama. 
Keempat, permohonan dari gubernur untuk lingkup satu provinsi atau
kabupaten/kota tertentu di wilayah provinsi.
Kelima, permohonan dari bupati/walikota untuk lingkup satu kabupaten/kota
di wilayahnya. 

Keenam, dalam hal bupati/walikota akan mengajukan daerahnya ditetapkan


Pembatasan Sosial Berskala Besar, maka terlebih dahulu berkonsultasi
kepada gubernur dan Surat permohonan penetapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar ditembuskan kepada gubernur.

Ketujuh, dalam hal terdapat kesepakatan Pemerintah Daerah lintas provinsi


untuk ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar secara bersama, maka
pengajuan permohonan penetapan PSBB kepada Menteri dilakukan melalui
Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Untuk itu,
kepada Pemerintah Daerah yang daerahnya akan ditetapkan secara
bersama-sama harus berkoordinasi dengan Ketua Pelaksana Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19.
Delapan, untuk kecepatan proses penetapan, permohonan tersebut dapat
disampaikan dalam bentuk file elektronik yang ditujukan pada alamat
email psbb.covid19@kemkes.go.id.
Sembilan, penetapan PSBB oleh Menteri dilakukan berdasarkan
rekomendasi kajian dari tim yang dibentuk yang sudah berkoordinasi dengan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Kajian tersebut berupa
kajian epidemiologis dan kajian terhadap aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya pertahanan, dan keamanan. Untuk itu tim yang dibentuk terdiri dari
unsur kementerian kesehatan, kementerian/lembaga lain yang terkait dan
para ahli.
Sepuluh, Menteri menyampaikan keputusan atas usulan PSBB untuk wilayah
provinsi/kabupaten/kota tertentu dalam waktu paling lama 2 (dua) hari sejak
diterimanya permohonan penetapan. 
Sebelas, dalam hal permohonan penetapan belum disertai dengan data
dukung, maka Pemerintah Daerah harus melengkapi data dukung paling
lambat 2 (dua) hari sejak menerima pemberitahuan dan selanjutnya diajukan
kembali kepada Menteri.
Dua belas, penetapan dilaksanakan dengan mempertimbangkan
rekomendasi tim dan memperhatikan pertimbangan dari Ketua Pelaksana
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. 
Tiga belas, pertimbangan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19 paling lama disampaikan kepada Menteri dalam waktu 1 (satu) hari sejak
diterimanya permohonan penetapan. Dalam hal waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi, maka Menteri dapat menetapkan PSBB dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
Empat belas, formulir permohonan penetapan PSBB oleh
gubernur/bupati/walikota, atau Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19.
Daerah Dipersilakan Usul
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 menilai kebijakan
physical distancing masih belum efektif terlaksana karena terkendala disiplin
masyarakat, karenanya Pemerintah Daerah dipersilakan mengajukan usulan
PSBB kepada Pemerintah Pusat.
"Physical distancing yang jadi kunci sukses pengendalian penularan Covid-19
saat ini perlu diperkuat karena dirasakan dalam beberapa hari terakhir masih
terkendala disiplin masyarakat, sehingga perlu diperkuat. Karenanya
pemerintah memberi kesempatan pada Pemda untuk ajukan PSBB," kata
Jubir Gugus Tugas Covid-19, Ahmad Yurianto, seperti dilansir Antara, Rabu
(8/4).
Karena terkendala disiplin masyarakat yang belum terbangun, kata Yuri,
akibatnya kebijakan tersebut kurang efektif. Dengan adanya PSBB di daerah,
diharapkan efektifitas fhysical distancing meningkat. "Dengan PSBB, ada
dorongan agar masyarakat lebih disiplin," ujar Yuri.
PSBB itu, lanjut Yuri, jangan dimaknai pelarangan tapi pembatasan, karena
harus di lebih jauh, bahwa faktor pembawa penyakit teesebut adalah
manusia. "Karenanya sebaran penyakit ini akan sejalan dengan aktifitas
manusia itu sendiri sehingga perlu dibatasi," ucapnya.

Pembatasan tersebut, kata Yuri, karena diyakini bahwa banyak kasus positif
tanpa gejala atau dengan gejala minimal, sehingga secara subjektif orang
yang merasa sehat padahal sudah terpapar masih ada di tengah masyarakat.

"Kemudian masih banyak kelompok masyarakat rentan, yang abaikan


physical distancing, abaikan jaga jarak, abaikan tidak cuci tangan sehingga
akibatnya penularan terus terus terjadi. Inilah pertimbangan mengapa
pemerintah melakukan penguatan itu," ucap Yuri.
Masih dilansir Antara, Pemerintah Provinsi Jawa Barat resmi mengajukan
permohonan status PSBB lima wilayah secara bersamaan kepada
Kementerian Kesehatan terhitung Rabu (8/4). Kelima wilayah itu yakni
Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, serta Kabupaten dan Kota Bekasi
(Bodebek). Kelima wilayah ini diharapkan masuk ke dalam PSBB Klaster DKI
Jakarta dan namanya menjadi Klaster Jabodetabek.
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil mengatakan, surat
permohonan PSBB Bodebek nantinya akan dinilai oleh Kementerian
Kesehatan dan berharap keputusan akan keluar dalam satu atau dua hari
mendatang.
"Surat dari lima kepala daerah (Bodebek) sudah masuk ke kami (Pemprov
Jabar) kemudian kami rekap dan hari ini Pemda Provinsi Jabar mengajukan
PSBB untuk lima wilayah Bodebek, nanti akan direview oleh Kementerian
Kesehatan mudah-mudahan sehari atau dua hari keluar keputusannya," kata
Gubernur.
Menurut Emil, wilayah Bodebek harus satu klaster dengan DKI Jakarta.
Sebab, data menunjukkan secara nasional 70 persen COVID-19
persebarannya ada di wilayah Jabodetabek. "Ini mengindikasikan kita ingin
satu frekuensi kebijakan dengan DKI Jakarta karena data menunjukkan
secara nasional 70 persen Covid-19 persebarannya ada di wilayah
Jabodetabek," katanya.
Oleh karena itu, apapun kebijakan DKI Jakarta harus diikuti oleh Bodebek.
Selain itu Bodebek juga nantinya bisa memberi masukan yang bisa
dipertimbangkan oleh DKI Jakarta. "Apapun yang DKI Jakarta putuskan kita
akan mengikuti atau sebaliknya ada masukan dari kami yang DKI Jakarta bisa
pertimbangkan," kata Emil.
Emil menjelaskan, dari sisi kesiapan, wilayah Bodebek sudah mempersiapkan
bila PSBB nya disetujui. Pihak kepolisian pun, kata Kang Emil, sudah
melakukan berbagai simulasi. "Semuanya sudah melakukan persiapan dari
sisi keamanan misalnya, kepolisian sudah melakukan simulasi-simulasi,"
tuturnya.
Pemberlakuan status PSBB bisa mencakup satu kota secara keseluruhan
ataupun hanya beberapa wilayah saja. Kang Emil meyakini PSBB efektif
memutus rantai penularan Covid-19. "PSBB ini nanti bisa diterjemahkan
apakah minimal pembatasan hanya beberapa wilayah atau maksimal sampai
skala kota itu tidak masalah tapi dengan status PSBB diharapkan memutus
rantai penularan Covid-19," kata Emil. (ANT)

Anda mungkin juga menyukai