2/Apr-Jun/2013
Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang biasanya hanya terdiri dari pasal yang berisi
Tata Cara Mempersiapkan Rancangan kalimat pengesahannya.5
Undang-Undang, Rancangan Peraturan Selain itu, proses ratifikasi suatu
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, perjanjian internasional sesungguhnya
Rancangan Peraturan Pemerintah dan sangat ringkas jika dibandingkan dengan
Rancangan Peraturan Presiden. proses pembuatan peraturan perundang-
Permasalahan yang timbul mengenai undangan pada umumnya. Pembahasan
tata cara ratifikasi terhadap berbagai antara DPR dan Pemerintah biasanya
perjanjian internasional dilihat dari berlangsung lebih kurang satu sampai tiga
pandangan yuridis selama ini karena minggu saja. Bandingkan dengan
ketentuan hukum nasional belum pembahasan RUU pada umumnya yang
memadai. Dasar hukum mengenai tata cara bahkan bisa sampai satu tahun atau bahkan
meratifikasi yang selama ini ada, tidak lebih.
memberikan prosedur yang jelas dan baku. Lambatnya kerja ratifikasi ini dapat
Bahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dilihat pada jumlah undang-undang
kata ratifikasi itu sendiri tidak terdapat.3 ratifikasi yang dihasilkan oleh pemerintah
Begitupun dewasa ini meski sudah ada dan DPR setiap tahunnya yang paling
peraturan-peraturan yang berkaitan banyak hanya mencapai tujuh ratifikasi
dengan ratifikasi, tetapi masih terdapat saja. Tahun 2008 jumlah RUU ratifikasi
banyak ketidakjelasan dalam proses sebanyak tiga RUU, jumlah ini terbilang
ratifikasi di Indonesia. Hal lain yang menjadi sedikit jika dibandingkan tahun-tahun
masalah yakni jangka waktu ratifikasi yang sebelumnya. Pada 2007 DPR melakukan
menghendaki diratifisir oleh pihak-pihak ratifikasi lima perjanjian internasional
bersangkutan dalam waktu singkat sedangkan pada 2006 dan 2005 masing-
mungkin, tapi tidak demikian bagi praktik di masing ada tujuh ratifikasi perjanjian
Indonesia yang sangat lambat dalam internasional. 6
peratifikasian suatu perjanjian Indonesia dinilai masih belum
internasional. sepenuhnya serius dan cepat tanggap
Indonesia sering mengalami kesulitan dalam meratifikasi perjanjian internasional.
atau sangat terlambat sekali dan bahkan Hal ini terbukti dengan banyaknya
tidak melakukan sama sekali untuk menjadi perjanjian internasional di berbagai bidang
pihak atau meratifikasi konvensi-konvensi yang belum diratifikasi. Dalam
atau perjanjian internasional walaupun kenyataannya, proses ratifikasi perjanjian-
instrumen internasional itu penting artinya perjanjian internasional, khususnya yang
bagi kepentingan nasional Indonesia. Dari berkaitan dengan perjanjian tentang batas-
sepuluh konvensi-konvensi internasional batas perairan kurang mendapat perhatian
yang dikeluarkan PBB yang menyangkut dari pemerintah maupun lembaga
terorisme misalnya, Indonesia hanya perwakilan yang berwenang yaitu DPR.
meratifikasi empat saja.4 Padahal sifat Kitapun sedang menyaksikan menyurutnya
rancangan undang-undang/rancangan tekad pemerintah untuk meratifikasi
keputusan presiden pengesahan perjanjian sejumlah konvensi internasional di bidang
internasional adalah sangat sederhana, hak asasi manusia. Berbagai konvensi yang
teramat penting belum juga diratifikasi,
3
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes,
5
Pengantar Hukum Internasional, PT. Alumni, http://www.google.com, Pengesahan Statuta
Bandung, 2003, hal. 132. Roma dan Harmonisasi Hukum Nasional, diakses
4
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Senin 26 November 2012, Pukul. 11.00 WITA.
6
Internasional, PT. Tatanusa, Jakarta, 2007, hal. 187. Ibid.
90
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013
Ekonomi dan Sosial Budaya Kementerian alam, keadaan tertentu lainnya yang
Luar Negeri Republik Indonesia yakni :13 memastikan adanya urgensi nasional
1. Pemrakarsa adalah salah satu dari atas suatu RUU yang dapat disetujui
lembaga negara, lembaga pemerintah, bersama badan legislasi DPR dan
kementerian dan non kementrian (pusat Kementerian Hukum dan HAM. Menteri
dan daerah). Pemrakarsa terlebih dulu Sekretaris Negara menerima surat
mengidentifikasi dan memastikan bahwa Menteri Luar Negeri dan kemudian
perjanjian mensyaratkan adanya meakukan analisa meliputi substansi,
pengesahan (sesuai dengan Pasal 9 dan prosedural dan kepentingan sektoral
Pasal 10 UU No. 24 Tahun 2000) dengan terkait sebelum diteruskan ke Presiden.
undang-undang. Jika terdapat keragu- Jika Presiden setuju maka Menteri
raguan tentang persyaratan ini maka Sekretaris Negara akan mengeluarkan
pemrakarsa harus Surat Persetujuan Izin Prakarsa kepada
mengkonsultasikannya dengan Menteri Luar Negeri dengan tembusan
Direktorat Jenderal Hukum dan ditujukan kepada Wakil Presiden dan
Perjanjian Internasional, Kementerian Menteri terkait. Apabila disetujui
Luar Negeri. Presiden, pemrakarsa akan membentuk
2. Pemrakarsa kemudian mengajukan Panitia Antar Kementerian.
permohonan izin prakarsa kepada 3. Pemrakarsa dapat membentuk Panitia
Presiden melalui Menteri Luar Negeri Antar Kementrian (PAK) yang terdiri dari
dengan tembusan kepada Menteri : Kementerian Hukum dan HAM (Ditjen
terkait. Permohonan izin prakakarsa Peraturan Perundang-Undangan),
tersebut disertai penjelasan konsepsi Sekretariat Kabinet (Biro PUU II),
pengaturan RUU yang meliputi : urgensi Kementerian Sekretariat Negara (Biro
dan tujuan penyusunan, sasaran yang Hukum dan Administrasi Peraturan
ingin diwujudkan, pokok pikiran, lingkup Perundang-Undangan, Kementerian Luar
dan objek yang akan diatur, jangkauan Negeri (Ditjen HPI dan unit satuan
dan arah pengaturan. Menteri Luar terkait), dan instansi terkait lainnya.
Negeri kemudian membuat surat kepada (catatan : Kepala Biro Hukum
Presiden yang berisi pertimbangan- Pemrakarsa akan menjadi Sekretaris
pertimbangan sebagaimana tercantum PAK)
dalam Pasal 3 Perpres No. 68 Tahun 4. a. Setelah pembentukan PAK,
2005 dan melampirkan Certified True pemrakarsa mengadakan Rapat
Copy Perjanjian. Pertimbangan- Antar Kementerian (RAK) untuk
pertimbangan sebagaimana dimaksud koordinasi pembahasan RUU
adalah pertimbangan suatu kondisi Pengesahan, Naskah Akademik dan
dimana pemrakarsa dapat mengajukan terjemahan perjanjian yang
RUU di luar Prolegnas, yaitu : berdasarkan salinan Naskah Resmi
menetapkan Perpu menjadi UU, Perjanjian (Certified True Copy/CTC).
melaksanakan putusan Mahkamah Apabila terdapat reservasi dan/atau
Konstitusi, mengatasi keadaan luar deklarasi atas perjanjian dimaksud,
biasa, keadaan konflik atau bencana maka dibahas pula rancangan
pernyataan reservasi dan/atau
13
Elmar Iwan Lubis, et.al., Pedoman Praktis deklarasi.
Pembuatan, Pengesahan dan Penyimpanan b. Dalam hal pembahasan RUU beserta
Perjanjian Internasional Termasuk Penyiapan Full lampirannya, pemrakarsa dapat
Powers dan Credentials, Direktorat Perjanjian melaksanakan sosialisasi dan
Ekonomi dan Sosial Budaya Kementerian Luar meminta masukan dari masyarakat.
Negeri Republik Indonesia, Jakarta, 2012, hal. 6-8.
93
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013
DPR atas RUU Pengesahan beserta Republik Indonesia adalah sebagai berikut
lampirannya tersebut yang ditujukan :14
kepada Presiden. 1. Pemrakarsa adalah salah satu dari
13. Menteri Sekretaris Negara lembaga negara, lembaga pemerintah,
menerbitkan RUU Pengesahan di atas kementrian dan non kementrian (pusat
Kertas Presiden untuk diparaf Menteri dan daerah). Pemrakarsa terlebih dulu
Luar Negeri dan Menteri terkait mengidentifikasi dan memastikan
lainnya. Setelah itu, RUU pengesahan bahwa perjanjian mensyaratkan
yang sudah diparaf tersebut akan adanya pengesahan dan sesuai dengan
disampaikan kepada Presiden. Pasal 9 dan Pasal 10 UU No. 24 Tahun
14. Presiden kemudian akan melakukan 2000, pengesahan dimaksud dilakukan
penandatanganan RUU dan dengan peraturan presiden. Jika
mengesahkannya (apabila tidak terdapat keragu-raguan tentang
ditandatangani dalam 30 hari, maka persyaratan ini maka pemrakarsa harus
akan otomatis berlaku). Setelah mengkonsultasikannya dengan
disahkan, Menteri Sekretaris Negara Direktorat Jendral Hukum dan
akan memberikan nomor undang- Perjanjian Internasional, Kementerian
undang dan akan memintakan nomor Luar Negeri.
Lembaran Negara kepada Kementerian 2. Pemrakarsa kemudian mengajukan
Hukum dan HAM. Pada tahap ini, permohonan izin prakarsa kepada
otensifikasi UU Pengesahan guna Presiden dengan tembusan kepada
penyebarluasan UU dimaksud Menteri Luar Negeri dan Menteri
dilakukan oleh Kepala Biro Hukum terkait. Permohonan izin prkakarsa
Sekretariat Negara. tersebut disertai penjelasan konsepsi
15. Pemrakarsa menyampaikan salinan UU pengaturan RPERPRES yang meliputi :
Pengesahan kepada Menteri Luar urgensi dan tujuan penyusunan,
Negeri dengan dilampiri pernyataan sasaran yang ingin diwujudkan, pokok
reservasi dan/atau deklarasi jika ada. pikiran, lingkup dan objek yang akan
16. Menteri Luar Negeri menyampaikan diatur, jangkauan dan arah pengaturan
Instrument of Ratification kepada serta melampirkan Salinan Naskah
pimpinan lembaga depositori terkait. Resmi (Certified True Copy) perjanjian
17. Pimpinan lembaga depositori terkait yang dikeluarkan oleh Kementerian
menerima Instrument of Ratification Luar Negeri. Sekretaris Kabinet
serta menyampaikan menerima surat permohonan izin
acknowledgement kepada Menteri prakarsa dan kemudian melakukan
Luar Negeri bahwa Instrument of analisa meliputi substansi, prosedural
Ratification telah diterima. Menteri dan kepentingan sektoral terkait
Luar Negeri kemudian menerima sebelum diteruskan kepada Presiden.
acknowledgement tersebut beserta Jika Presiden setuju maka Sekretaris
tanggal mulainya pemberlakuan Kabinet akan mengeluarkan Surat
perjanjian tersebut. Persetujuan Izin Prakarsa kepada
Sementara mekanisme Menteri terkait dengan tembusan
pengesahan/ratifikasi perjanjian ditujukan kepada Wakil Presiden dan
internasional dalam bentuk Menteri Luar Negeri. Apabila disetujui
keputusan/peraturan presiden yang dibuat Presiden, Pemrakarsa mengadakan
oleh Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Rapat Antar Kementerian (RAK) atau
Sosial Budaya Kementerian Luar Negeri
14
Ibid, hal. 14-15.
95
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013
dapat dilihat pada jumlah undang- yang cukup untuk mengkaji berbagai
undang ratifikasi yang dihasilkan oleh perjanjian internasional yang dibuat.
pemerintah dan DPR setiap tahunnya c. Bagi Pemerintah hendaknya sudah
yang paling banyak hanya mencapai 7 melakukan kajian implikasi sebelum
(tujuh) ratifikasi saja. Masih banyak pula memutuskan menandatangani suatu
perjanjian internasional di berbagai perjanjian internasional. Bagi DPR
bidang yang belum diratifikasi oleh sebaiknya perlu juga dibentuk Komisi
Indonesia. Ahli (Expert Commission) yang
c. Kendala dalam proses ratifikasi anggotanya para pakar di berbagai
perjanjian internasional di Indonesia, bidang yang bertugas untuk membahas
diantaranya sulitnya mengharmoniskan secara substantif permasalahan ratifikasi
standar internasional itu dengan hukum perjanjian internasional dan dapat
dan peraturan domestik, kekurangan memberikan rekomendasi kepada
tenaga ahli, kurangnya perhatian parlemen untuk pengesahan terakhir,
pemerintah, belum adanya UU Ratifikasi agar dapat mempercepat dan
sehingga pemerintah menentukan mempermudah proses ratifikasi sehingga
sendiri hal mana yang dibawa ke DPR tak berjalan lambat.
untuk diratifikasi dalam bentuk UU dan
mana yang diratifikasi lewat Keppres, DAFTAR PUSTAKA
keragaman sikap di dalam kabinet dan Agusman, Damos Dumoli., “Apa Arti
lemahnya koordinasi di antara lembaga- Pengesahan/Ratifikasi Perjanjian
lembaga negara sektoral yang terkait, Internasional”, Opinio Juris, Volume 02,
kelambatan pemerintah melakukan Desember 2009.
kajian implikasi, kelambatan pemerintah -----------------., “Dasar Konstitusional
dalam menentukan focal point, Perjanjian Internasional Mengais Latar
kelambatan pengkajian terhadap Belakang dan Dinamika Pasal 11 UUD
pentingnya Indonesia meratifikasi suatu 1945”, Opinio Juris, Volume 04, Januari-
perjanjian internasional, dan dapat April 2012.
tertahan di Departemen lain. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti., Hukum
Internasional Bunga Rampai, PT. Alumni,
2. SARAN Bandung, 2003.
a. Oleh karena begitu pentingnya praktik Garner, Bryan A., Black’s Law Dictionary,
ratifikasi perjanjian internasional di Seventh Edition, West Group, St. Paul-
Indonesia, maka hendaknya Undang- Minn, USA, 2000.
Undang Nomor 24 Tahun 2000 lebih Harjono., Politik Hukum Perjanjian
berdaya guna dan berhasil guna Internasional, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
khususnya tentang aspek praktik 1999.
ratifikasinya yang sudah tak dinamis lagi Kusumaatmadja, Mochtar, dan Agoes, Etty
dan belum bisa memberikan pedoman R., Pengantar Hukum Internasional, PT.
yang jelas dalam praktik ratifikasi di Alumni, Bandung, 2003.
Indonesia, serta masih belum bisa Kusumohamidjojo, Budiono., Suatu Studi
mengatasi lambatnya proses ratifikasi Terhadap Aspek Operasional Konvensi
perjanjian internasional di Indonesia. Wina Tahun 1969 tentang Hukum
b. Perlu dibuatnya undang-undang baru Perjanjian Internasional, Binacipta,
yang ketentuan praktik ratifikasinya Bandung, 1986.
lebih jelas, cepat dan tegas. Selain itu, Lubis, Elmar Iwan et.al., Pedoman Praktis
perlu dibuat suatu lembaga yang Pembuatan, Pengesahan dan
mengingatkan ratifikasi, dan tenaga ahli Penyimpanan Perjanjian Internasional
101
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013
Termasuk Penyiapan Full Powers dan Elsam, Ada Kendala Untuk Ratifikasi
Credentials, Direktorat Perjanjian Instrumen HAM Internasional,
Ekonomi dan Sosial Budaya Kementerian http://www.elsam.or.id/?act=view&id=5
Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta, 77&cat=c/301&lang=in (diakses Senin 26
2012. November 2012, Pukul. 10.30 WITA).
Mauna, Boer., Hukum Internasional http://www.google.com, Pengesahan
Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Statuta Roma dan Harmonisasi Hukum
Era Dinamika Global, PT. Alumni, Nasional, (diakses Senin 26 November
Bandung, 2005. 2012, Pukul. 11.00 WITA).
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri., Stredo, Kerjasama Internasional,
Penelitian Hukum Normatif, Rajawali, http://stredoal.blogspot.com/2010/06/k
Jakarta, 1985. erjasama-internasional-mla.html
Starke J.G., Pengantar Hukum Internasional (diakses Selasa 4 Desember 2012, Pukul.
2, Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 08.30 WITA).
tth. Timothy, Nicolas., 2011 Indonesia Sepakati
Suraputra D. Sidik., Hukum Internasional 146 Perjanjian Internasional,
dan Berbagai Permasalahannya (Suatu http://www.tribunnews.com/2012/01/0
Kumpulan Karangan), Lembaga 4/2011-indonesia-sepakati-146-
Pengkajian Hukum Internasional-FHUI, perjanjian-internasional (diakses Selasa
Jakarta, 2004. 4 Desember 2012, Pukul. 08.00 WITA).
Suryokusumo, Sumaryo., Studi Kasus
Hukum Internasional, PT. Tatanusa,
Jakarta, 2007.
Suryono, Edy., Praktek Ratifikasi Perjanjian
Internasional, Remadja Karya,
Bandung, 1984.
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun
2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan
Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah dan Rancangan Peraturan
Presiden.
Sumber-Sumber Lain :
Vienna Convention On The Law of Treaties,
done at Vienna, on 23 May 1969, Come
in to force on 27 January 1980.
102