Hemoragik dan
Hipertensi
Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansia Dengan Sequel Stroke Non
Hemoragik Dan Hipertensi
Olivia Natania Tarigan1, Fitria Saftarina2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Prevalensi stroke di Lampung juga mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke 2018 . Faktor resiko stroke salah satunya
ialah hipertensi. Pasien pasca stroke mengalami gangguan fisik yang bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena.
Kecacatan fisik yang diakibatkan oleh stroke akan mempengaruhi kondisi emosional pasien. Jika tidak ada dukungan dari
keluarga, maka keberhasilan penyembuhan dan pemulihan (rehabilitasi) semakin kecil. Studi yang dilakukan adalah laporan
kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis) dan pemeriksaan fisik dan melakukan
kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga, data psikososial dan lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan
diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara kuantitatif dan kualitatif. Pasien memiliki derajat fungsional 3
dengan sequel stroke non hemoragik dan hipertensi. Memiliki faktor resiko internal 53 tahun, IMT 24,97 (overweight),
aktifitas tergolong ringan, gaya hidup kurang baik, kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya dan perilaku berobat
kuratif. Penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentosa dilakukan berdasarkan prinsip pelayanan kedokteran
keluarga, serta edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang upaya mengubah gaya hidup, latihan fisik pasca stroke,
mengkonsumsi obat dan kontrol secara teratur bagi pasien. Kemudian, dilakukan evaluasi dan didapatkan fungsi motorik
tangan membaik,penurunan tekanan darah, perubahan perilaku dan pengetahuan pasien tentang peyakitnya meningkat.
Kata Kunci: Gaya hidup, hipertensi, sequel stroke, pelayanan kedokteran keluarga
Korespondensi : Olivia Natania Tarigan, Alamat. Jl. Dr. Sutomo no 36, 082177848729, e-mail oliviatarigan8gmail.com
oleh pasien.pasien juga tidak mengeluhkan Ekstremitas kesan dalam batas normal, edema
adanya kejang. (-), atrofi (-). Muskuloskeletal: kekuatan otot
Pasien langsung dibawa ke rumah sakit esktremitas superior dextra 3, superior sinistra
dan menjalani perawatan selama tiga hari. 5, inferior dextra 3, inferior sinistra 5, tidak
Dan selanjutnya pasien menjalani Fisioterapi didapatkan kelainan sendi dan rom dalam
sebanyak dua kali seminggu selama dua bulan. batas normal pada ekstremitas superior-
Sebelumnya pasien sudah memiliki penyakit inferior sinistra. Didapatkan kelainan pada
darah tinggi selama dua tahun, tetapi tidak rom aktif ekstremitas superior-inferior dextra.
patuh dalam minum obat. Pasien hanya Status neurologis: Siriraj Score = -3.5 (stroke
minum obat dan kontrol ke Puskesmas hanya Non-Hemoragik). Reflek fisiologis: (+/+).
jika merasakan keluhan sakit kepala. Dulunya Refleks patologis: hoffmann-tromner (-/-),
ayah dari pasien memiliki riwayat darah tinggi. babinsky (-/-), chaddock (-/-), gordon (-/-),
Kegiatan sehari-hari pasein adalah mengurus schaeffer (-/-), dan oppenheim (-/-).
rumah tangga dan tidak memiliki waktu Pemeriksaan sensorik: nyeri (+/+), termal
khusus untuk olahraga karena merasa (+/+), raba (+/+). Saraf Cranial : parese N VII, N
mengurus rumah tangga sudah cukup. Pasien XII dextra. Pemeriksaan motorik: gerakan
suka makan gorengan dan keripik asin untuk (+/+), normotrofi, normotoni, dan kekuatan
cemilan sehari-hari. Pasien juga seorang otot:
wanita yang sudah mengalami menopause 3 5
dan tinggal bersama suami dan anak laki-
lakinya. Pada keluarga, tidak ada yang
3 5
merasakan keluhan seperti pasien.
Pasien tinggal di rumah permanen Pemeriksaan Penunjang : Gula darah
bersama suaminya Tn. J dan Tn.H anak sewaktu: 104 mg/dL dan kolesterol total: 167
bungsunya. Pencahayaan dan sirkulasi rumah mg/dL
pasien cukup dan memiliki ventilasi dan Data Keluarga : Bentuk keluarga pada
jendela pada setiap ruangan. Aktivitas sehari- pasien ini adalah keluarga inti (nuclear family)
hari yang hampir seluruhnya dihabiskan di yang terdiri ayah, ibu, dan 1 orang anak. Anak
rumah membuat pasien jarang untuk berjalan laki-laki pertama pasien sudah menikah dan
terlalu jauh, aktivitas sehari-hari yang juga tidak tinggal bersama pasien. Tidak terdapat
dilakukan seperti memasak dilakukan dengan gangguan pada fungsi keluarga.
berdiri, mencuci pakaian karena masih secara
manual dilakukan sambil duduk menggunakan
kursi kayu sejajar dengan lantai, jamban masih
menggunakan jamban jongkok.
Pemeriksaan Fisik : Keadaaan umum:
tampak sakit sedang. tekanan darah: 140/85
mmHg; frekuensi nadi: 90x/menit; frekuensi
nafas: 20 x/menit; suhu: 36,8 oC; berat badan:
60 kg; tinggi badan: 155 cm; IMT: 24,97
(overweight).
Status Generalis: Kepala, mata, telinga,
hidung, dan mulut, kesan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat, Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. R
dibuat oleh Olivia (29 Juli 2019)
kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada
dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan Keterangan
rhonki dan wheezing, kesan dalam batas : Laki-laki
normal. Jantung, batas kanan jantung pada : Perempuan
linea sternalis kanan, batas kiri jantung tepat : Ny.R
: Tinggal serumah
pada linea midclavicula, ICS 5, kesan batas
Family Map
jantung normal. Abdomen, cembung, tidak
didapatkan organomegali ataupun asites.
5. Derajat Fungsional:
3, yaitu mampu melakukan perawatan Family Focus:
diri, tak mampu melakukan pekerjaan 1. Edukasi dan konseling mengenai
ringan. penyebab, risiko, pencegahan dan
komplikasi penyakit stroke dan hipertensi.
Intervensi 2. Edukasi dan konseling mengenai latihan
Intervensi yang dilakukan pada pasien fisik untuk mencegah komplikasi stroke.
ini berupa edukasi dan konseling mengenai 3. Edukasi dan konseling mengenai risiko
penyakit stroke, dan hipertensi serta yang mungkin akan diderita oleh anggota
bagaimana penyakit tersebut dapat terkontrol keluarga lain.
dengan membahas pola pengobatan yang 4. Memberikan edukasi kepada keluarga
benar, membahas pola hidup sehat, diet yang untuk berperan dalam mengingatkan
sesuai dan latihan fisik yang dianjurkan. Pada pasien dengan pola makan dan gaya
pasien dilakukan tiga kali kunjungan. hidup, serta rutinitas minum obat.
Kunjungan pertama untuk melengkapi data 5. Edukasi untuk selalu menjalankan pola
dan pemeriksaan fisik pasien. Kunjungan hidup sehat (diet yang sesuai serta
kedua melakukan intervensi dan kunjungan olahraga).
ketiga melakukan evaluasi terhadap intervensi
yang telah dilakukan. Intervensi yang Community Oriented
dilakukan terbagi atas patient centered, family Konseling mengenai pencegahan dan
focused dan community oriented. komplikasi penyakit stroke di lingkungan
sekitar rumah.
Pasien Centered
Non-Medikamentosa: DIAGNOSTIK HOLISTIK AKHIR
1. Memberikan penjelasan mengenai 1. Aspek Personal
penyakit yang sedang diderita oleh pasien - Kekhawatiran: kekhawatiran
dan komplikasinya kepada pasien. berkurang dengan meningkatnya
2. Memberikan penjelasan tentang pengetahuan pasien tentang penyakit
pentingnya pemeriksaan tekanan darah yang diderita
dan minum obat antihipertensi. - Persepsi: penyakit berhubungan
3. Memberikan penjelasan tentang pola dengan kebiasaan, terutama pola
makan yang baik pada penderita stroke makan dimana pasien sering ngemil
dan hipertensi. keripik dan gorengan.
4. Memberikan edukasi tentang pencegahan - Harapan: masih belum tercapai
terjadinya stroke berulang. 2. Aspek Klinis
5. Memberikan edukasi tentang latihan fisik - Stroke nonhemoragik (ICD 10 I63.9)
dalam pemulihan stroke. - Riwayat hipertensi (ICD 10 Z867)
6. Memberikan motivasi kepada pasien 3. Aspek Risiko Internal
untuk mengikuti program posyandu lansia - Pasien adalah seorang wanita yang
yang dilaksanakan oleh puskesmas pra lanjut usia.
setempat. - Pengetahuan terhadap penyakit yang
7. Memberikan motivasi untuk minum obat dideritanya bertambah.
secara kontinu dan mengambil obat - Pasien mengetahui pola diet yang
sekaligus mengontrol tekanan darah serta sesuai terhadap penyakitnya.
menganjurkan pasien untuk meneruskan - Pasien mulai mau memeriksakan diri
mengikuti program BPJS. ke puskes untuk kontrol.
- Pengetahuan tentang gaya hidup yang
Medikamentosa: tepat sesuai penyakit yang dideritanya
Pemberian terapi sebagai berikut 12 : meningkat.
- Amlodipin 1x 10 mg 4. Aspek Risiko Eksternal
- Vit B comp 3x1 tab - Psikososial keluarga: meningatnya
- Paracetamol 3x 500 mg pengetahuan yang dimiliki oleh
asin atau konsumsi garam terlalu banyak dan menurunkan tingkat kematian serta
adapat meningkatkan tekanan darah.7 menurunnya angka kecacatan. Salah satu
Gejala umum yang terjadi pada stroke, upaya yang berperan penting untuk mencapai
yaitu wajah, tangan atau kaki yang tiba-tiba tujuan tersebut adalah pengenalan gejala-
kaku atau mati rasa dan lemah, dan biasanya gejala stroke dan penanganan stroke secara
terjadi pada satu sisi tubuh. Gejala lainnya dini yang dimulai dari penanganan prahospital
yaitu nyeri kepala berat yang tidak diketahui yang cepat dan tepat.11 Pemulihan dari stroke
penyebabnya, penurunan kesadaran, tergantung dari banyak faktor antara lain
kesulitan berbicara atau mengerti perkataan, faktor risiko yang dimiliki, ketepatan dan
kesulitan melihat, berjalan, kehilangan kecepatan penatalaksanaan, penyakit yang
koordinasi dan keseimbangan. Tanda dan memperberat stroke dan perawatan serta
gejala tersebut tergantung dari bagian otak pelaksanaan mobilisasi dini untuk mencegah
yang diperdarahi oleh pembuluh darah otak salah satu komplikasi dari tirah baring lama,
yang terkena dan seberapa parah kerusakan seperti kontraktur sendi, atrofi otot,
tersebut terjadi.11 Pada pasien saat dilakukan pneumonia, dan terjadinya dekubitus.11 Pada
pemeriksaan fisik didapatkan penurunan pasien tidak terdapat komplikasi. Selain itu,
kekuatan otot pada ekstremitas superior dan terdapat faktor risiko yang telah dijelaskan
inferior dekstra (1), sedangkan kekuatan otot sebelumnya pada pasien yang dapat
ekstremitas superior dan inferior sinistra meningkatkan risiko kejadian serangan stroke
dalam batas normal (5). Pemeriksaan klinis berulang yaitu Hipertensi dan adanya keluarga
neurologis lainnya tidak didapatkan kelainan yang merokok dalam rumah. Pasien stroke
brupa kesulitan berbicara karena mulut pelo dengan hipertensi memiliki sasaran tekanan
menandakan kemungkinan terjadi kerusakan darah 130/80 mmHg denngan pengelolaan
pada nervus VII. perbaikan pola hidup dan terapi farmakologi.11
Pemeriksaan penunjang pada stroke, Walaupun belum cukup bukti bahwa
salah satunya dengan pemeriksaan CT Scan menghindari lingkungan asap rokok dapat
(Computerised Tomography Scanning) yang mengurangi insidensi stroke, tetapi data
merupakan pemeriksaan baku emas (Gold epidemiologi menunjukkan peningkatan
Standard) untuk mendiagnosis penyakit resiko stroke kepada mereka yang terpapar
stroke. Mengingat bahwa alat tersebut saat ini asap rokok dan menfaat menghindari asap
hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam rokok pada resiko kardiovaskular lain. Oleh
menghadapi kasus dengan kecurigaan stroke, karena itu, anjuran untuk menghindari
langkah pertama yang ditempuh adalah paparan dengan lingkungan asap rokok untuk
menentukan lebih dahulu apakah benar kasus beralasan.11 Oleh karena itu, diperlukan
tersebut kasus stroke, karena abses otak, tatalaksana secara holistik terhadap pasien.
tumor otak, infeksi otak, trauma kepala, juga Dalam melakukan penatalaksanaan
dapat memberikan kelainan neurologis yang secara holistik pada pasien ini dilakukan tiga
sama, kemudian menentukan jenis stroke kali kunjungan untuk perkenalan dengan
yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, pasien dan keluarga, meminta izin dan
gejala klinis stroke dapat mengalami melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
perubahan. Untuk membedakan stroke wawancara mendalam dengan pasien dan
tersebut termasuk jenis hemoragik atau non keluarga, serta melakukan pembinaan
hemoragik atau keduanya. Pada pasien tidak terhadap pasien dan keluarga tersebut terkait
dilakukan pemeriksaan CT Scan, tetapi cara penyakit yang dialami pasien dan evaluasi.
sederhana yang lain yang dapat dilakukan Kunjungan pertama dilakukan pada
untuk memperkirakan apakah stroke pada tanggal 29 Juli 2019. Pada kunjungan pertama
pasien hemoragik atau non-hemoragik dapat ini dilakukan pendetan dan perkenalan
dilakukan penghitungan Siriraj Score. Pada terhadap pasien dan keluarga serta
pasien didapatkan Siriraj Score -3 yaitu Stroke menerangan maksud dan tujuan kedatangan
Non-Hemoragik. diikuti anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Tujuan dari penatalaksanaan stroke wawancara mendalam dengan pasien dan
secara umum adalah menurunkan morbiditas keluarga sehingga didapatkan hasil seperti
yang sudah dibahas sebelumnya. Selain itu, dalam seminggu selama delapan minggu.
pada kunjungan ini juga dinilai mengenai Setelah rutin melakukan fisioterapi, pasien
karateristk demografi keluarga, fungsi merasakan perubahan yang membaik pada
keluarga, dan identifikasi faktor lain yang anggota gerak kanannya.
berpengaruh terhadap penyakit Ny. R. Setelah menyimpulkan permasalahan
Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai dan faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep Mandala of Health, dari segi perilaku masalah pada pasien, dilakukan intervensi
kesehatan pasien masih mengutamakan kepada pasien dan keluarganya pada
kuratif daripada preventif dan memiliki kunjungan kedua yang dilaksanakan tanggal 9
pengetahuan yang kurang tentang penyakit- Agustus 2019. Intervensi dilakukan dengan
penyakit yang diderita. menggunaan media flipchart.
Human biology, pasien merasakan Pada kunjungan kedua ini, pasien
penyakit stroke pada pasien menimbulkan diedukasi untuk melanjutkan meminum obat
keluhan-keluhan yang membatasi aktifitasnya. teratur sesuai anjuran dokter. Pasien
Pasien sudah mengetahui memiliki hipertensi memperoleh Amlodipin 10 mg dan vitamin B
sejak 2 tahun sebelum terjadi serangan stroke kompleks . Pasien diedukasi untuk kembali
ini, tetapi hanya meminum obata kontrol ke puskesmas ketika obatnya sudah
antihipertensi jika mengalami sakit kepala. habis agar dapat dilihat perkembangan,
Setelah diberikan edukasi tentang penyakit respon obat, dan dapat diketahui kelanjutan
hipertensi pasien rutin meminum obat dan terapinya.
rutin melakukan kunjungan ke Puskesmas Selain tatalaksana farmakologi tersebut,
Natar. tatalaksana nonfarmakologi juga memegang
Lingkungan psikososial, pasien merasa peranan penting dalam perbaikan kondisi dan
sedih karena keterbatasan fisik yang kontrol penyakit pasien. Tatalaksana
dialaminya sekarang menyebabkan dirinya nonfarmakologi dilakukan dengan
kurang mandiri dan harus dibantu oleh memberikan edukasi kepada pasien dan
anggota keluarga lainnya dalam beraktifitas. keluarga mengenai strokedan hipertensi.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin Intervensi berupa edukasi diberikan
baik, sering saling bertemu dan dengan alat bantu berupa flipchar. Flipchart
berkomunikasi, serta jarang mengalami suatu dipilih karena dapat memudahkan dalam
masalah. memberikan informasi yang berbeda beda
Ekonomi, uang untuk memenuhi dengan penekanan pada poin-poin penting.
kebutuhan rumah tangga bergantung pada Selain itu, penggunaan ilustrasi dan gambar
suami sebgai tukang bangunann dan anak yang menarik diharapkan meningkatkan
bungsunya sebgai pegawai tukang bengkel. pemahaman dan menarik perhatian dalam
Pasien dan keluarga telah memiliki asuransi penyampaian informasi. Flipchart berisi
kesehatan BPJS sehingga sudah cukup tentang penyakit stroke dari definisi,
memanfaatkan pelayanan kesehatan komplikasi, sampai pencegahannya. Flipchart
pemerintah. Sebelum terserang stroke pasien tersebut juga berisi mengenai pengertian
memiliki hipertensi dan sangat jarang hipertensi, gejala, pencegahan anjuran diet
memeriksakannya, hanya sesekali saja ketika yang sesuai, bahaya dan komplikasi hipertensi.
paseien mengalami sakit kepala. Pasien juga diajarkan gerakan sederhana
Life style, pola makan belum sesuai untuk mengaktifkan anggota gerak pasien saat
dengan anjuran dokter karena pasien tidak dirumah, agar otot yang lemat tetep terlatih
memperhatikan makanannya. Pasien masih dan tidak mengalami perburukan. Hal
suka makan makanan berlemak dan asin. tersebut dilakukan karena jadwal fisioterapi
Aktifitas fisik juga terbatas karena lumpuh sisi dari rumah sakit sudah selesai.
kanan pasien yang membuat pasien tidak Edukasi yang diberikan terdiri dari
dapat mengurus rumah dan hanya melakukan penyulit penyakitnya dan cara mencegahnya,
aktifitas ringan saja. Setelah pulang dari memotivasi pasien untuk melakukan latihan
perawatan di rumah sakit karena stroke fisik teratur baik secara aktif maupun pasif,
pasien menjalani fisioterapi sebanyak dua kali mengikuti diet yang dianjurkan, menjelaskan
kepada pasien dan keluarga perlunya latihan fisik secara aktif yang ringan setiap
pengendalian dan pemantauan penyakit hari dan meninggalkan kebiasaan
secara berkelanjutan, memberikan edukasi mengemil keripik asin dan gorengan dan
mengenai risiko kejadian stroke berulang serta menigkatkan konsumsi buah dan sayur.
pengenalan tanda dan gejala awalnya, serta Pasien juga meminum obat antihipertensi
memberikann edukasi mengenai perawatan setiap malam. Pada pemeriksaan fisik,
luka ulkus dekubitusnya. tekanan darah pasien sebesar 130/80
Selain itu, dilakukan pengukuran mmHg yang menandakan tekanan darah
tekanan darah pasien dengan menggunakan pasien terkontrol.
alat spigmomanometer jenis jarum dan Keluarga pasien juga semakin peduli
didapatkan tekanan darah sebesar 150/100 dengan kesehatan pasien dengan suami yang
mmHg. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan tidak merokok di dalam rumah dan tidak
tekanan darah pasien belum terkontrol. merokok disekitar istrinya. Anak pasien yang
Diketahui selama waktu kunjungan pertama mengingatkan pasien untuk meminum obat
ke kedua pasien sering makan keripik asin dan dan menemani pasien kontrol ke Puskesmas
gorengan dalam waktu yang cuku sering, dan Natar.
mengaku sudah tidak makan santan atau yang Pasien dalam kasus ini setelah dilakukan
berlemak. Oleh sebab itu dilakukan edukasi intervensi, masih berada pada tahap trial
tentang diet yang tepat bagi pasien. Selain itu, menuju adopsi. Butuh waktu agar pasien
juga dilakukan pemeriksaan kekuatan otot, benar-benar dapat mengadopsi perilaku
dan didapatkan kekuatan otot esktremitas secara keseluruhan sehingga menjadi gaya
superior dextra 3, superior sinistra 5 inferior hidup yang akan dilakukan hingga seterusnya.
dextra 3, inferior sinistra 5, tidak didapatkan Pembinaan keluarga pada pasien ini
kelainan sendi. menerapkan konsep dokter keluarga, yakni
Menurut teori Roger, seseorang akan sebagai dokter pelayanan primer yang
mengikuti atau menganut perilaku baru melayani pasien secara holistik dan
melalui tahapan sebagai berikut: berkesinambungan. Oleh karena itu,
- Sadar (Awareness): seseorang sadar akan penatalaksanaan tidak hanya terkait pasien.
adanya informasi baru. Namun juga seluruh anggota keluarga dan
- Tertarik (Interest): seseorang mulai tidak hanya masalah yang berkaitan langsung
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. dengan masalah kesehatan keluarga tetapi
- Evaluasi (Evaluation): pada tahap ini juga masalah yang tidak berhubungan secara
seseorang mulai menilai, apakah perilaku langsung dengan masalah kesehatan, seperti
baru tersebut memiliki efek baik pada fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
dirinya. keluarga, perilaku kesehatan keluarga, dan
- Mencoba (Trial): orang tersebut mula lingkungan.
mempertimbangkan untung rugi dari
perilaku baru.. Simpulan
- Adopsi (Adoption): pada tahap ini, orang Telah dilakukan penatalaksanaan
yakin dan telah mengadopsi perilaku baru medikamentosa dan non medikamentosa
tersebut. secara holistik dan komprehensif terhadap
Penilaian hasil intervensi dilakukan pada pasien dengan pengobatan stroke dan
kunjungan ketiga tanggal 16 Agustus 2019. hipertensi. Peningkatan pengetahuan pasien
Penilaian hasil intervensi dilakukan dengan terhadap penyakit yang dideritanya
melakukan anamnesis dan pemeriksaan membuat pasien menjalankan pola hidup
fisik. Berdasarkan penilaian tersebut yang sehat dan memeriksakan diri ke
didapatkan pasien merasa mulai membaik pelayanan kesehatan secara rutin.
dengan mulai dapat menggerakan angota Pentingnya fungsi dan dukungan keluarga
gerak kanan dan melawan tahanan yang agar dapat memberikan hasil yang baik
diberikan tetapi tidak sekuat anggota gerak terhadap pengobatan dan perjalanan
kiri. Pasien juga tidak merasakan sakit penyakit.
kepala Pasien sudah mulai melakukan