Anda di halaman 1dari 10

Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non

Hemoragik dan
Hipertensi

Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansia Dengan Sequel Stroke Non
Hemoragik Dan Hipertensi
Olivia Natania Tarigan1, Fitria Saftarina2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Prevalensi stroke di Lampung juga mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke 2018 . Faktor resiko stroke salah satunya
ialah hipertensi. Pasien pasca stroke mengalami gangguan fisik yang bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena.
Kecacatan fisik yang diakibatkan oleh stroke akan mempengaruhi kondisi emosional pasien. Jika tidak ada dukungan dari
keluarga, maka keberhasilan penyembuhan dan pemulihan (rehabilitasi) semakin kecil. Studi yang dilakukan adalah laporan
kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis) dan pemeriksaan fisik dan melakukan
kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga, data psikososial dan lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan
diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara kuantitatif dan kualitatif. Pasien memiliki derajat fungsional 3
dengan sequel stroke non hemoragik dan hipertensi. Memiliki faktor resiko internal 53 tahun, IMT 24,97 (overweight),
aktifitas tergolong ringan, gaya hidup kurang baik, kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya dan perilaku berobat
kuratif. Penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentosa dilakukan berdasarkan prinsip pelayanan kedokteran
keluarga, serta edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang upaya mengubah gaya hidup, latihan fisik pasca stroke,
mengkonsumsi obat dan kontrol secara teratur bagi pasien. Kemudian, dilakukan evaluasi dan didapatkan fungsi motorik
tangan membaik,penurunan tekanan darah, perubahan perilaku dan pengetahuan pasien tentang peyakitnya meningkat.

Kata Kunci: Gaya hidup, hipertensi, sequel stroke, pelayanan kedokteran keluarga

Holistic Management In Adolescent Women With Sequel Stroke Non


Hemoragic And Hypertension
Abstract
The prevalence of stroke in Lampung also increased from 2013 to 2018. One of the risk factors for stroke is hypertension.
Post-stroke patients experience various physical disorders, depending on the part of the brain affected. Physical disability
caused by a stroke will affect the emotional condition of the patient. If there is no support from the family, then the
success of healing and recovery (rehabilitation) is getting smaller. The study conducted was a case report. Primary data
obtained through history taking (autoanamnesis and alloanamnesis) and physical examination and home visits to
complete family data, psychosocial and environmental data. The assessment is carried out based on a holistic initial
diagnosis, process, and end of the visit quantitatively and qualitatively. Patients have functional degrees 3 with non-
hemorrhagic stroke sequences and hypertension. Has an internal risk factor of 53 years, BMI 24.97 (overweight), relatively
mild activity, poor lifestyle, lack of knowledge about the disease and curative treatment behavior. Medical and non-
medical management is carried out based on the principles of family medicine services, as well as education of patients
and their families about efforts to change lifestyles, post-stroke physical exercise, taking medication and control regularly
for patients. Then, an evaluation was carried out and it was found that the motor function of the hands improved, a
decrease in blood pressure, changes in behavior and the patient's knowledge about the disease increased.

Keywords: Hypertension, lifestyle, stroke sequel, family medical services

Korespondensi : Olivia Natania Tarigan, Alamat. Jl. Dr. Sutomo no 36, 082177848729, e-mail oliviatarigan8gmail.com

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 404


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

Pendahuluan kemungkinan akan mengalami kelumpuhan


Saat ini penyakit tidak menular (PTM) separo badan, sulit untuk berbicara dengan
menjadi meningkat dan sebagai penyebab orang lain (aphasia), mulut mencong (facial
utama kematian di dunia. Kematian akibat drop), lengan dan kaki yang lemah, gangguan
PTM ini diperkirakan akan terus meningkat di koordinasi tubuh, perubahan mental,
seluruh dunia, terutama pada negara gangguan emosional, gangguan komunikasi,
menengah dan miskin. Sekitar 70% dari serta kehilangan indera rasa.7 Kecacatan fisik
populasi meninggal karena penyakit tidak yang diakibatkan oleh stroke akan
menular seperti kanker, penyakit jantung, mempengaruhi kondisi emosional pasien.
stroke, dan diabetes. Perkembangan dunia Pasien seringkali merasa tidak percaya diri,
yang semakin maju, pertumbuhan populasi, tidak berguna, tidak dapat menerima
dan perubahan gaya hidup menyebabkan kenyataan, mudah tersinggung, mudah
transisi epidemiologi dari penyakit menular bersedih, dan cepat marah.7,8
menjadi penyakit yang tidak menular (PTM).1 Pemulihan dari stroke tergantung dari
Secara global PTM menyebabkan banyak faktor antara lain faktor risiko yang
kematian nomor satu setiap tahunnya adalah dimiliki, ketepatan dan kecepatan
penyakit kardiovaskular. Penyakit penatalaksanaan, penyakit yang memperberat
kardiovaskular adalah penyakit yang stroke dan perawatan serta pelaksanaan
disebabkan gangguan fungsijantung dan mobilisasi dini untuk mencegah salah satu
pembuluh darah, seperti : Penyakit Jantung komplikasi dari tirah baring lama, seperti
Koroner, Penyakit Gagal Jantung, hipertensi kontraktur sendi, atrofi otot, pneumonia, dan
dan stroke.2 87% stroke yang berkaitan terjadinya dekubitus.8
dengan kematian dan kecacatan terjadi pada Hal yang perlu diperhatikan dalam
negara pendapatan rendah-menengah.3 penanganan pasien pasca stroke adalah
Menurut Riskesdas tahun 2018 terdapat dukungan keluarga. Dukungan keluarga dapat
peningkatan prevalensi stroke pada usia di mempengaruhi penyembuhan dan pemulihan
atas 15 tahun dari 7% pada tahun 2013 pasien. Jika tidak ada dukungan dari keluarga,
menjadi 10,9% pada tahun 2018.6 Stroke maka keberhasilan penyembuhan dan
merupakan penyebab kematian kedua dan pemulihan (rehabilitasi) semakin kecil. Peran
penyebab kecacatan ketiga teertinggi di petugas kesehatan khususnya dokter adalah
dunia.4,5 mengidentifikasi dan mengobati masalah yang
Insiden stroke meningkat seiring dapat diobati serta memfasilitasi perubahan
dengan peningkatan usia seseorang, bahkan lingkungan untuk memaksimalkan fungsi
insiden akan semakin bertambah bila dalam menghadapi masalah yang menetap.9
mempunyai salah satu faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, dan Kasus
penyakit jantung. Stroke dapat menyerang Anamnesis : Pasien Ny. R, seorang ibu
segala usia dan menimbulkan dampak pada rumah tangga berusia 53 tahun, mengeluhkan
fisik dan psikologis pasien.7 Prevalensi stroke sulit untuk menggerakan anggota gerak
naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sebelah kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 3
sementara penyakit ginjal kronik naik dari bulan yang lalu. Selain itu pasien sulit
2 persen menjadi 3,8 persen. Prevalensi berbicara sehingga pengucapan kata kurang
stroke di Lampung juga mengalami jelas karena mulut yang pelo, dan tidak nafsu
kenaikan dari tahun 2013 ke 2018. 6 makan sejak 2 bulan yang lalu. Pasein dapat
Stroke pada umumnya dapat terjadi mengerti dengan baik pembicaraan yang
pada semua kelompok umur, tetapi 75% dari didengar oleh pasien. Pada awalnya, setelah
kejadian stroke terjadi pada orang yang sudah bangun tidur pasien tiba-tiba tidak dapat
berumur 60 tahun atau lebih (lansia) dan menggerakkan anggota gerak sebelah kanan.
berakibat pada timbulnya disabilitas atau Selain itu pasien juga mengeluhkan sulit
kecacatan. Pasien pasca stroke mengalami berbicara karena sulit menggerakkan
gangguan fisik yang bervariasi, tergantung mulutnya. Keluhan seperti sakit kepala,
bagian otak yang terkena. Pasien stroke muntah dan penurunan kesadaran disangkal

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 404


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

oleh pasien.pasien juga tidak mengeluhkan Ekstremitas kesan dalam batas normal, edema
adanya kejang. (-), atrofi (-). Muskuloskeletal: kekuatan otot
Pasien langsung dibawa ke rumah sakit esktremitas superior dextra 3, superior sinistra
dan menjalani perawatan selama tiga hari. 5, inferior dextra 3, inferior sinistra 5, tidak
Dan selanjutnya pasien menjalani Fisioterapi didapatkan kelainan sendi dan rom dalam
sebanyak dua kali seminggu selama dua bulan. batas normal pada ekstremitas superior-
Sebelumnya pasien sudah memiliki penyakit inferior sinistra. Didapatkan kelainan pada
darah tinggi selama dua tahun, tetapi tidak rom aktif ekstremitas superior-inferior dextra.
patuh dalam minum obat. Pasien hanya Status neurologis: Siriraj Score = -3.5 (stroke
minum obat dan kontrol ke Puskesmas hanya Non-Hemoragik). Reflek fisiologis: (+/+).
jika merasakan keluhan sakit kepala. Dulunya Refleks patologis: hoffmann-tromner (-/-),
ayah dari pasien memiliki riwayat darah tinggi. babinsky (-/-), chaddock (-/-), gordon (-/-),
Kegiatan sehari-hari pasein adalah mengurus schaeffer (-/-), dan oppenheim (-/-).
rumah tangga dan tidak memiliki waktu Pemeriksaan sensorik: nyeri (+/+), termal
khusus untuk olahraga karena merasa (+/+), raba (+/+). Saraf Cranial : parese N VII, N
mengurus rumah tangga sudah cukup. Pasien XII dextra. Pemeriksaan motorik: gerakan
suka makan gorengan dan keripik asin untuk (+/+), normotrofi, normotoni, dan kekuatan
cemilan sehari-hari. Pasien juga seorang otot:
wanita yang sudah mengalami menopause 3 5
dan tinggal bersama suami dan anak laki-
lakinya. Pada keluarga, tidak ada yang
3 5
merasakan keluhan seperti pasien.
Pasien tinggal di rumah permanen Pemeriksaan Penunjang : Gula darah
bersama suaminya Tn. J dan Tn.H anak sewaktu: 104 mg/dL dan kolesterol total: 167
bungsunya. Pencahayaan dan sirkulasi rumah mg/dL
pasien cukup dan memiliki ventilasi dan Data Keluarga : Bentuk keluarga pada
jendela pada setiap ruangan. Aktivitas sehari- pasien ini adalah keluarga inti (nuclear family)
hari yang hampir seluruhnya dihabiskan di yang terdiri ayah, ibu, dan 1 orang anak. Anak
rumah membuat pasien jarang untuk berjalan laki-laki pertama pasien sudah menikah dan
terlalu jauh, aktivitas sehari-hari yang juga tidak tinggal bersama pasien. Tidak terdapat
dilakukan seperti memasak dilakukan dengan gangguan pada fungsi keluarga.
berdiri, mencuci pakaian karena masih secara
manual dilakukan sambil duduk menggunakan
kursi kayu sejajar dengan lantai, jamban masih
menggunakan jamban jongkok.
Pemeriksaan Fisik : Keadaaan umum:
tampak sakit sedang. tekanan darah: 140/85
mmHg; frekuensi nadi: 90x/menit; frekuensi
nafas: 20 x/menit; suhu: 36,8 oC; berat badan:
60 kg; tinggi badan: 155 cm; IMT: 24,97
(overweight).
Status Generalis: Kepala, mata, telinga,
hidung, dan mulut, kesan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat, Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. R
dibuat oleh Olivia (29 Juli 2019)
kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada
dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan Keterangan
rhonki dan wheezing, kesan dalam batas : Laki-laki
normal. Jantung, batas kanan jantung pada : Perempuan
linea sternalis kanan, batas kiri jantung tepat : Ny.R
: Tinggal serumah
pada linea midclavicula, ICS 5, kesan batas
Family Map
jantung normal. Abdomen, cembung, tidak
didapatkan organomegali ataupun asites.

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 405


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

Tn.B, 56 thn Ny.R, 53 thn mandi dan mencuci. Limbah keluarga


Kepala Keluarga Istri-Pasien dialirkan ke selokan.

Diagnostik Holistik Awal


1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: stroke pertama kali
dialami pasien, kontrol penyakit yang
diderita, terkadang nyeri kepala, dan
tidak nafsu makan.
Tn.H, 24 thn - Kekhawatiran: takut sakit semakin
Anak
memberat,takut terjadi stroke berulang,
dan dan tidak bisa beraktifitas normal
Gambar 2. Family Map Ny. R
lagi.
- Persepsi: penyakit akibat kebiasaan
Keterangan :
= hubungan antar anggota keluarga (dekat) minum obat yang tidak sesuai anjuran
= hubungan antar anggota keluarga (sangat dokter, dan akibat bertambahnya usia.
dekat) Penyakit mungkin bisa lebih ringan jika
kontrol hipertensi.
Family Apgar Score - Harapan: diberikan obat agar keluhan
Adaptation :2 berkurang dan dapat beraktifitas
Partnership :2 kembali seperi biasa.
Growth :2 2. Aspek Klinik
Affection :2 - Stroke nonhemoragik (ICD 10 I63.9)
Resolve :1 - Riwayat hipertensi (ICD 10 Z867)
Total Family Apgar score: 9 (nilai 8-10: fungsi 3. Aspek Risiko Internal
keluarga baik). - Pasien jarang melakukan pemeriksaan
tekanan darah.
Data Lingkungan Rumah - Pasien tidak menjalankan pengobatan
Pasien tinggal di rumah permanen hipertensi secara rutin.
berukuran 8 x 5 m2, tidak bertingkat, memiliki - Pasien tidak memiliki pengetahuan
3 buah kamar tidur, 1 buah ruang keluarga, 1 yang cukup terhadap penyakit yang
ruang tamu, 1 buah dapur, dan 1 buah kamar dideritanya.
mandi. Setiap kamar memiliki ventilasi dan - Pengetahuan yang kurang tentang
jendela. Pencahayaan kamar berasal dari tujuan dan prognosis pengobatan
cahaya matahari pada siang hari dan listrik yang dijalani
pada malam hari. Dinding terbuat dari tembok - Pasien tidak mengetahui pola diet
yang kokoh. Lantai rumah terbuat dari semen yang sesuai terhadap penyakitnya.
halus. Rumah sudah menggunakan listrik. - Perilaku berobat kuratif.
Jendela terdapat pada bagian depan rumah, 4. Aspek Risiko Eksternal
yaitu pada ruang tamu/ruang keluarga berupa - Psikososial keluarga: kurangnya
kaca tembus pandang yang dapat dibuka dan pengetahuan yang dimiliki oleh
ditutup dan di setiap ruagan lainnya berupa keluarga mengenai penyakit stroke
jendela kayu. Sirkulasi udara rumah cukup dan komplikasinya, dan keharusan
baik, rumah tidak lembab. Kamar mandi kontrol kembali akan penyakit pasien,
berukuran 2 m x 2 m yang terletak di belakang namun, keluarga tetap memberi
rumah, terlihat kurang bersih dengan jamban dukungan yang baik untuk
jenis leher angsa di dalamnya tetapi lantai kesembuhan pasien dan kepatuhan
tidak licin. Dapur menggunakan kompor gas, minum obat pasien
sumber air minum berasal dari air galon isi - Kebiasaan suami merokok di dalam
ulang. Sumber air berasal dari pompa listrik. rumah
Jarak antara septic tank dengan sumber air - Kurangnya perilaku hidup sehat dalam
tank ±8 meter, digunakan sehari-hari untuk keluarga

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 406


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

5. Derajat Fungsional:
3, yaitu mampu melakukan perawatan Family Focus:
diri, tak mampu melakukan pekerjaan 1. Edukasi dan konseling mengenai
ringan. penyebab, risiko, pencegahan dan
komplikasi penyakit stroke dan hipertensi.
Intervensi 2. Edukasi dan konseling mengenai latihan
Intervensi yang dilakukan pada pasien fisik untuk mencegah komplikasi stroke.
ini berupa edukasi dan konseling mengenai 3. Edukasi dan konseling mengenai risiko
penyakit stroke, dan hipertensi serta yang mungkin akan diderita oleh anggota
bagaimana penyakit tersebut dapat terkontrol keluarga lain.
dengan membahas pola pengobatan yang 4. Memberikan edukasi kepada keluarga
benar, membahas pola hidup sehat, diet yang untuk berperan dalam mengingatkan
sesuai dan latihan fisik yang dianjurkan. Pada pasien dengan pola makan dan gaya
pasien dilakukan tiga kali kunjungan. hidup, serta rutinitas minum obat.
Kunjungan pertama untuk melengkapi data 5. Edukasi untuk selalu menjalankan pola
dan pemeriksaan fisik pasien. Kunjungan hidup sehat (diet yang sesuai serta
kedua melakukan intervensi dan kunjungan olahraga).
ketiga melakukan evaluasi terhadap intervensi
yang telah dilakukan. Intervensi yang Community Oriented
dilakukan terbagi atas patient centered, family Konseling mengenai pencegahan dan
focused dan community oriented. komplikasi penyakit stroke di lingkungan
sekitar rumah.
Pasien Centered
Non-Medikamentosa: DIAGNOSTIK HOLISTIK AKHIR
1. Memberikan penjelasan mengenai 1. Aspek Personal
penyakit yang sedang diderita oleh pasien - Kekhawatiran: kekhawatiran
dan komplikasinya kepada pasien. berkurang dengan meningkatnya
2. Memberikan penjelasan tentang pengetahuan pasien tentang penyakit
pentingnya pemeriksaan tekanan darah yang diderita
dan minum obat antihipertensi. - Persepsi: penyakit berhubungan
3. Memberikan penjelasan tentang pola dengan kebiasaan, terutama pola
makan yang baik pada penderita stroke makan dimana pasien sering ngemil
dan hipertensi. keripik dan gorengan.
4. Memberikan edukasi tentang pencegahan - Harapan: masih belum tercapai
terjadinya stroke berulang. 2. Aspek Klinis
5. Memberikan edukasi tentang latihan fisik - Stroke nonhemoragik (ICD 10 I63.9)
dalam pemulihan stroke. - Riwayat hipertensi (ICD 10 Z867)
6. Memberikan motivasi kepada pasien 3. Aspek Risiko Internal
untuk mengikuti program posyandu lansia - Pasien adalah seorang wanita yang
yang dilaksanakan oleh puskesmas pra lanjut usia.
setempat. - Pengetahuan terhadap penyakit yang
7. Memberikan motivasi untuk minum obat dideritanya bertambah.
secara kontinu dan mengambil obat - Pasien mengetahui pola diet yang
sekaligus mengontrol tekanan darah serta sesuai terhadap penyakitnya.
menganjurkan pasien untuk meneruskan - Pasien mulai mau memeriksakan diri
mengikuti program BPJS. ke puskes untuk kontrol.
- Pengetahuan tentang gaya hidup yang
Medikamentosa: tepat sesuai penyakit yang dideritanya
Pemberian terapi sebagai berikut 12 : meningkat.
- Amlodipin 1x 10 mg 4. Aspek Risiko Eksternal
- Vit B comp 3x1 tab - Psikososial keluarga: meningatnya
- Paracetamol 3x 500 mg pengetahuan yang dimiliki oleh

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 407


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

keluarga mengenai penyakit stroke mengalami menopause. Pasien tinggal


dan komplikasinya dan keharusan bersama suami dan anak laki-lakinya. Pada
kontrol kembali akan penyakit pasien. keluarga, tidak ada yang merasakan keluhan
- Keluarga mulai memahami peran seperti pasien.
penting dukungan kesehatan pada Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
pasien. kenaikan tekanan darah yaitu 140/85 mmHg,
- Suami berusaha mengurangi penurunan kekuatan otot menjadi 3 pada
kebiasaan merokok dan hanya ekstremitas superior dan inferior dextra,
merokok di luar rumah. sedangkan pemeriksaan lainnya dalam batas
- Meningkatnya kesadaran keluarga normal. Dari perhitungan Siriraj Score
terhadap gaya hidup sehat. didapatkan nilai -3,5 dengan interpretasi
5. Derajat Fungsional Stroke Non Hemoragik.
4, yaitu mampu melakukan perawatan Berdasarkan data yang diperoleh dari
diri, mampu melakukan pekerjaan ringan. anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, dapat diketahui
Pembahasan bahwa pasien tersebut mengalami stroke non
Pasien Ny. R, seorang wanita berusia 53 hemoragik dan riwayat hipertensi.
tahun, mengeluhkan sulit untuk menggerakan Stroke adalah suatu penyakit defisit
anggota gerak sebelah kanan. Keluhan ini neurologis akut yang disebabkan oleh
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Selain itu gangguan pembuluh darah otak yang terjadi
pasien sulit berbicara sehingga pengucapan secara mendadak dan dapat menimbulkan
kata kurang jelas karena mulut yang pelo, dan cacat atau kematian. Secara luas, terdapat 2
tidak nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu. jenis stroke, yaitu stroke non hemoragik (85%
Pasein dapat mengerti dengan baik dari semua jenis stroke) dan stroke hemoragik
pembicaraan yang didengar oleh pasien. (15% dari semua jenis stroke). Stroke non
Pada awalnya, setelah bangun tidur hemoragik dapat disebabkan oleh stroke
pasien tiba-tiba tidak dapat menggerakkan trormbosis (80%) dan stroke emboli (5%).10
anggota gerak sebelah kanan. Selain itu pasien Faktor risiko stroke dibagi menjadi 2
juga mengeluhkan sulit berbicara karena sulit macam, yaitu (1) faktor risiko yang tidak dapat
menggerakkan mulutnya. Keluhan seperti dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin,
sakit kepala, muntah dan penurunan keturunan/genetik, dan ras/warna kulit; (2)
kesadaran disangkal oleh pasien.pasien juga faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu
tidak mengeluhkan adanya kejang. hipertensi, DM, merokok, dislipidemia,
Pasien langsung diantar oleh keluarga alkohol, kurang olahraga, dan sebagainya. 10
untuk berobat ke puskesmas Natar dan segera Pada pasien ini terdapat faktor risiko yang
dirujuk ke Rumah Sakit Bintang Amin. Pasien tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia pasien 53
dirawat selama tiga hari dan mengalami tahun. Hal ini sesuai dengan beberapa
perbaikan klinis. Anggota gerak kanan sudah penelitian yang menunjukkan bahwa salah
mulai sedikit dapat digerakkan. Selanjutnya satu faktor terbanyak terjadinya stroke adalah
pasien menjalani Fisioterapi sebanyak dua kali pada usia 48-84 tahun. Risiko stroke adalah
seminggu selama dua bulan.Sebelumnya dua kali lipat lebih besar untuk setiap 10
pasien sudah memiliki penyakit darah tinggi tahun diatas 55 tahun. Selain itu, pada pasien
selama dua tahun, tetapi tidak patuh dalam juga terdapat faktor risiko yang dapat
minum obat. Pasien hanya minum obat dan dimodifikasi, yaitu riwayat hipertensi yang tak
kontrol ke Puskesmas Natar hanya jika terkontrol, yaitu saat pemeriksaan tekanan
merasakan keluhan sakit kepala. darah sudah stabil, yaitu 140/85 mmHg.
Dulunya ayah dari pasien memiliki Pasien juga memiliki kebiasaan memakan
riwayat darah tinggi. Kegiatan sehari-hari camilan seperti keripik asin dan gorengan
pasein adalah mengurus rumah tangga dan meskipun pasien telah mengetahui penyakit
tidak memiliki waktu khusus untuk olahraga Hipertensi yang dimilikinya. Pasien mengaku
karena merasa mengurus rumah tangga sudah tidak tahu bahwa mengkonsumsi makanan
cukup. Pasien juga seorang wanita yang sudah

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 408


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

asin atau konsumsi garam terlalu banyak dan menurunkan tingkat kematian serta
adapat meningkatkan tekanan darah.7 menurunnya angka kecacatan. Salah satu
Gejala umum yang terjadi pada stroke, upaya yang berperan penting untuk mencapai
yaitu wajah, tangan atau kaki yang tiba-tiba tujuan tersebut adalah pengenalan gejala-
kaku atau mati rasa dan lemah, dan biasanya gejala stroke dan penanganan stroke secara
terjadi pada satu sisi tubuh. Gejala lainnya dini yang dimulai dari penanganan prahospital
yaitu nyeri kepala berat yang tidak diketahui yang cepat dan tepat.11 Pemulihan dari stroke
penyebabnya, penurunan kesadaran, tergantung dari banyak faktor antara lain
kesulitan berbicara atau mengerti perkataan, faktor risiko yang dimiliki, ketepatan dan
kesulitan melihat, berjalan, kehilangan kecepatan penatalaksanaan, penyakit yang
koordinasi dan keseimbangan. Tanda dan memperberat stroke dan perawatan serta
gejala tersebut tergantung dari bagian otak pelaksanaan mobilisasi dini untuk mencegah
yang diperdarahi oleh pembuluh darah otak salah satu komplikasi dari tirah baring lama,
yang terkena dan seberapa parah kerusakan seperti kontraktur sendi, atrofi otot,
tersebut terjadi.11 Pada pasien saat dilakukan pneumonia, dan terjadinya dekubitus.11 Pada
pemeriksaan fisik didapatkan penurunan pasien tidak terdapat komplikasi. Selain itu,
kekuatan otot pada ekstremitas superior dan terdapat faktor risiko yang telah dijelaskan
inferior dekstra (1), sedangkan kekuatan otot sebelumnya pada pasien yang dapat
ekstremitas superior dan inferior sinistra meningkatkan risiko kejadian serangan stroke
dalam batas normal (5). Pemeriksaan klinis berulang yaitu Hipertensi dan adanya keluarga
neurologis lainnya tidak didapatkan kelainan yang merokok dalam rumah. Pasien stroke
brupa kesulitan berbicara karena mulut pelo dengan hipertensi memiliki sasaran tekanan
menandakan kemungkinan terjadi kerusakan darah 130/80 mmHg denngan pengelolaan
pada nervus VII. perbaikan pola hidup dan terapi farmakologi.11
Pemeriksaan penunjang pada stroke, Walaupun belum cukup bukti bahwa
salah satunya dengan pemeriksaan CT Scan menghindari lingkungan asap rokok dapat
(Computerised Tomography Scanning) yang mengurangi insidensi stroke, tetapi data
merupakan pemeriksaan baku emas (Gold epidemiologi menunjukkan peningkatan
Standard) untuk mendiagnosis penyakit resiko stroke kepada mereka yang terpapar
stroke. Mengingat bahwa alat tersebut saat ini asap rokok dan menfaat menghindari asap
hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam rokok pada resiko kardiovaskular lain. Oleh
menghadapi kasus dengan kecurigaan stroke, karena itu, anjuran untuk menghindari
langkah pertama yang ditempuh adalah paparan dengan lingkungan asap rokok untuk
menentukan lebih dahulu apakah benar kasus beralasan.11 Oleh karena itu, diperlukan
tersebut kasus stroke, karena abses otak, tatalaksana secara holistik terhadap pasien.
tumor otak, infeksi otak, trauma kepala, juga Dalam melakukan penatalaksanaan
dapat memberikan kelainan neurologis yang secara holistik pada pasien ini dilakukan tiga
sama, kemudian menentukan jenis stroke kali kunjungan untuk perkenalan dengan
yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, pasien dan keluarga, meminta izin dan
gejala klinis stroke dapat mengalami melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
perubahan. Untuk membedakan stroke wawancara mendalam dengan pasien dan
tersebut termasuk jenis hemoragik atau non keluarga, serta melakukan pembinaan
hemoragik atau keduanya. Pada pasien tidak terhadap pasien dan keluarga tersebut terkait
dilakukan pemeriksaan CT Scan, tetapi cara penyakit yang dialami pasien dan evaluasi.
sederhana yang lain yang dapat dilakukan Kunjungan pertama dilakukan pada
untuk memperkirakan apakah stroke pada tanggal 29 Juli 2019. Pada kunjungan pertama
pasien hemoragik atau non-hemoragik dapat ini dilakukan pendetan dan perkenalan
dilakukan penghitungan Siriraj Score. Pada terhadap pasien dan keluarga serta
pasien didapatkan Siriraj Score -3 yaitu Stroke menerangan maksud dan tujuan kedatangan
Non-Hemoragik. diikuti anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Tujuan dari penatalaksanaan stroke wawancara mendalam dengan pasien dan
secara umum adalah menurunkan morbiditas keluarga sehingga didapatkan hasil seperti

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 409


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

yang sudah dibahas sebelumnya. Selain itu, dalam seminggu selama delapan minggu.
pada kunjungan ini juga dinilai mengenai Setelah rutin melakukan fisioterapi, pasien
karateristk demografi keluarga, fungsi merasakan perubahan yang membaik pada
keluarga, dan identifikasi faktor lain yang anggota gerak kanannya.
berpengaruh terhadap penyakit Ny. R. Setelah menyimpulkan permasalahan
Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai dan faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep Mandala of Health, dari segi perilaku masalah pada pasien, dilakukan intervensi
kesehatan pasien masih mengutamakan kepada pasien dan keluarganya pada
kuratif daripada preventif dan memiliki kunjungan kedua yang dilaksanakan tanggal 9
pengetahuan yang kurang tentang penyakit- Agustus 2019. Intervensi dilakukan dengan
penyakit yang diderita. menggunaan media flipchart.
Human biology, pasien merasakan Pada kunjungan kedua ini, pasien
penyakit stroke pada pasien menimbulkan diedukasi untuk melanjutkan meminum obat
keluhan-keluhan yang membatasi aktifitasnya. teratur sesuai anjuran dokter. Pasien
Pasien sudah mengetahui memiliki hipertensi memperoleh Amlodipin 10 mg dan vitamin B
sejak 2 tahun sebelum terjadi serangan stroke kompleks . Pasien diedukasi untuk kembali
ini, tetapi hanya meminum obata kontrol ke puskesmas ketika obatnya sudah
antihipertensi jika mengalami sakit kepala. habis agar dapat dilihat perkembangan,
Setelah diberikan edukasi tentang penyakit respon obat, dan dapat diketahui kelanjutan
hipertensi pasien rutin meminum obat dan terapinya.
rutin melakukan kunjungan ke Puskesmas Selain tatalaksana farmakologi tersebut,
Natar. tatalaksana nonfarmakologi juga memegang
Lingkungan psikososial, pasien merasa peranan penting dalam perbaikan kondisi dan
sedih karena keterbatasan fisik yang kontrol penyakit pasien. Tatalaksana
dialaminya sekarang menyebabkan dirinya nonfarmakologi dilakukan dengan
kurang mandiri dan harus dibantu oleh memberikan edukasi kepada pasien dan
anggota keluarga lainnya dalam beraktifitas. keluarga mengenai strokedan hipertensi.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin Intervensi berupa edukasi diberikan
baik, sering saling bertemu dan dengan alat bantu berupa flipchar. Flipchart
berkomunikasi, serta jarang mengalami suatu dipilih karena dapat memudahkan dalam
masalah. memberikan informasi yang berbeda beda
Ekonomi, uang untuk memenuhi dengan penekanan pada poin-poin penting.
kebutuhan rumah tangga bergantung pada Selain itu, penggunaan ilustrasi dan gambar
suami sebgai tukang bangunann dan anak yang menarik diharapkan meningkatkan
bungsunya sebgai pegawai tukang bengkel. pemahaman dan menarik perhatian dalam
Pasien dan keluarga telah memiliki asuransi penyampaian informasi. Flipchart berisi
kesehatan BPJS sehingga sudah cukup tentang penyakit stroke dari definisi,
memanfaatkan pelayanan kesehatan komplikasi, sampai pencegahannya. Flipchart
pemerintah. Sebelum terserang stroke pasien tersebut juga berisi mengenai pengertian
memiliki hipertensi dan sangat jarang hipertensi, gejala, pencegahan anjuran diet
memeriksakannya, hanya sesekali saja ketika yang sesuai, bahaya dan komplikasi hipertensi.
paseien mengalami sakit kepala. Pasien juga diajarkan gerakan sederhana
Life style, pola makan belum sesuai untuk mengaktifkan anggota gerak pasien saat
dengan anjuran dokter karena pasien tidak dirumah, agar otot yang lemat tetep terlatih
memperhatikan makanannya. Pasien masih dan tidak mengalami perburukan. Hal
suka makan makanan berlemak dan asin. tersebut dilakukan karena jadwal fisioterapi
Aktifitas fisik juga terbatas karena lumpuh sisi dari rumah sakit sudah selesai.
kanan pasien yang membuat pasien tidak Edukasi yang diberikan terdiri dari
dapat mengurus rumah dan hanya melakukan penyulit penyakitnya dan cara mencegahnya,
aktifitas ringan saja. Setelah pulang dari memotivasi pasien untuk melakukan latihan
perawatan di rumah sakit karena stroke fisik teratur baik secara aktif maupun pasif,
pasien menjalani fisioterapi sebanyak dua kali mengikuti diet yang dianjurkan, menjelaskan

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 410


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

kepada pasien dan keluarga perlunya latihan fisik secara aktif yang ringan setiap
pengendalian dan pemantauan penyakit hari dan meninggalkan kebiasaan
secara berkelanjutan, memberikan edukasi mengemil keripik asin dan gorengan dan
mengenai risiko kejadian stroke berulang serta menigkatkan konsumsi buah dan sayur.
pengenalan tanda dan gejala awalnya, serta Pasien juga meminum obat antihipertensi
memberikann edukasi mengenai perawatan setiap malam. Pada pemeriksaan fisik,
luka ulkus dekubitusnya. tekanan darah pasien sebesar 130/80
Selain itu, dilakukan pengukuran mmHg yang menandakan tekanan darah
tekanan darah pasien dengan menggunakan pasien terkontrol.
alat spigmomanometer jenis jarum dan Keluarga pasien juga semakin peduli
didapatkan tekanan darah sebesar 150/100 dengan kesehatan pasien dengan suami yang
mmHg. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan tidak merokok di dalam rumah dan tidak
tekanan darah pasien belum terkontrol. merokok disekitar istrinya. Anak pasien yang
Diketahui selama waktu kunjungan pertama mengingatkan pasien untuk meminum obat
ke kedua pasien sering makan keripik asin dan dan menemani pasien kontrol ke Puskesmas
gorengan dalam waktu yang cuku sering, dan Natar.
mengaku sudah tidak makan santan atau yang Pasien dalam kasus ini setelah dilakukan
berlemak. Oleh sebab itu dilakukan edukasi intervensi, masih berada pada tahap trial
tentang diet yang tepat bagi pasien. Selain itu, menuju adopsi. Butuh waktu agar pasien
juga dilakukan pemeriksaan kekuatan otot, benar-benar dapat mengadopsi perilaku
dan didapatkan kekuatan otot esktremitas secara keseluruhan sehingga menjadi gaya
superior dextra 3, superior sinistra 5 inferior hidup yang akan dilakukan hingga seterusnya.
dextra 3, inferior sinistra 5, tidak didapatkan Pembinaan keluarga pada pasien ini
kelainan sendi. menerapkan konsep dokter keluarga, yakni
Menurut teori Roger, seseorang akan sebagai dokter pelayanan primer yang
mengikuti atau menganut perilaku baru melayani pasien secara holistik dan
melalui tahapan sebagai berikut: berkesinambungan. Oleh karena itu,
- Sadar (Awareness): seseorang sadar akan penatalaksanaan tidak hanya terkait pasien.
adanya informasi baru. Namun juga seluruh anggota keluarga dan
- Tertarik (Interest): seseorang mulai tidak hanya masalah yang berkaitan langsung
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. dengan masalah kesehatan keluarga tetapi
- Evaluasi (Evaluation): pada tahap ini juga masalah yang tidak berhubungan secara
seseorang mulai menilai, apakah perilaku langsung dengan masalah kesehatan, seperti
baru tersebut memiliki efek baik pada fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
dirinya. keluarga, perilaku kesehatan keluarga, dan
- Mencoba (Trial): orang tersebut mula lingkungan.
mempertimbangkan untung rugi dari
perilaku baru.. Simpulan
- Adopsi (Adoption): pada tahap ini, orang Telah dilakukan penatalaksanaan
yakin dan telah mengadopsi perilaku baru medikamentosa dan non medikamentosa
tersebut. secara holistik dan komprehensif terhadap
Penilaian hasil intervensi dilakukan pada pasien dengan pengobatan stroke dan
kunjungan ketiga tanggal 16 Agustus 2019. hipertensi. Peningkatan pengetahuan pasien
Penilaian hasil intervensi dilakukan dengan terhadap penyakit yang dideritanya
melakukan anamnesis dan pemeriksaan membuat pasien menjalankan pola hidup
fisik. Berdasarkan penilaian tersebut yang sehat dan memeriksakan diri ke
didapatkan pasien merasa mulai membaik pelayanan kesehatan secara rutin.
dengan mulai dapat menggerakan angota Pentingnya fungsi dan dukungan keluarga
gerak kanan dan melawan tahanan yang agar dapat memberikan hasil yang baik
diberikan tetapi tidak sekuat anggota gerak terhadap pengobatan dan perjalanan
kiri. Pasien juga tidak merasakan sakit penyakit.
kepala Pasien sudah mulai melakukan

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 411


Olivia Natania Tarigan, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Holistik Pada Wanita Pra Lansaia dengan Sequel Stroke Non Hemoragik dan
Hipertensi

Daftar Pustaka 7. Musuka TD, Wilton SB, Traboulsi M, dan


1. Kementrian Kesehatan RI. Riset Hill MD. Diagnosis and management of
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: acute ischemic stroke: speed is critical
Badan Penelitian dan Pengembangan CMAJ. 2015; 187(12): 887–893.
Kesehatan; 2013. 8. Kurtzke JF. Epidemiology: stroke,
2. Kemenkes RI. Situasi Kesehatan Jantung. Pathophysiology, Diagnose and
Jakarta : Info Datin dan Pusat Data dan Management. 1st ed. New York: Churchill
Informasi Kementrian Kesehatan RI; Livingstone;2001.
2014. 9. Tsai PC, Yip PK, Tai JJ, dan Lou MF. Needs
3. Venketasubramian N, Yoon BW, Pandian of family caregivers of stroke patients: a
J, dan Navarro JC. Stroke epidemiology in longitudinal study of caregivers’
south, east, and south-east asia: a review. perspectives. Patient Prefer Adherence.
J Stroke. 2017; 19(3): 286-294 2015; 9: 449-57.
4. WHO, Global Health Estimates [internet]. 10. Arisetijono & Munir. Buku Ajar
Geneva: World Health Organization; Neurologi. Jakarta: Sagung Seto; 2012.
2012[disitasi tanggal 4 Agustus 2019]. 11. Perdossi. Guideline Stroke Tahun 2011.
Tersedia dari: Pekanbaru: Bagian Ilmu Penyakit Saraf
http://www.who.int/healthinfo/global_b RSUD Arifin Achmad; 2011.
urden_disease/en/ 12. JNC VII. The seventh report of the Joint
5. Feigin VL, Forouzanfar MH, Krishnamurthi National Committee on prevention,
R, Mensah GA, Connor M, Bennet DA, et detection, evaluation, and treatment of
al. Global and regional burden of stroke high blood pressure; 2003 [disitasi
during 1990-2010: findings from the tanggal 4 Agustus 2019]. Tersedia dari :
Global Burden of Disease Study 2010. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelineshype
Lancet. 2014;18;383(9913):245-54. rtension/jnc7full.pdf/
6. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Riskesdas
2018. Jakarta: Kemenkes Republik
Indonesia; 2018.

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019 | 412

Anda mungkin juga menyukai