Anda di halaman 1dari 5

Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
Hlm. 141 - 145
Info Artikel:
Diterima 15/02/2013
Direvisi 04/03/2013
Dipublikasikan 01/03/2013

MASALAH-MASALAH INTERAKSI SOSIAL SISWA


DENGAN TEMAN SEBAYA DI SEKOLAH
Widia Sartika 11, Azrul Said 22& Indra Ibrahim 33

Abstract The reality on the ground revealed there are some teenage student’s exhibit behavior that can
not work well with their peers, and there are some that are not accepted by the group. This study aimed to
describe anything any problems experienced by the students to interact, especially in play and learning in
schools. This study used a descriptive approach. Stratified sampling technique is random sampling. The
study's findings reveal a problem of social interaction in playing covers issues have the same interests and
values, understand, provide security, and reliable. Then the problem of social interaction in learning
covering problem can respect others, accept others, cooperate, and have the attitude to enjoy life with
others in learning.

Keyword: Problems, social interaction, peers.

PENDAHULUAN sekolah terhadap teman sebaya harusnya baik,


Interaksi sosial adalah hubungan antara seperti saling bekerja sama, saling menghargai,
individu satu dengan individi yang lain, individu saling membantu, dan saling menghormati.
satu dapat mempengaruhi individu lain atau Namun pada kenyataannya di tempat peneliti
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang melakukan Praktek Lapangan Kependidikan
saling timbal balik (Bimo Walgito, 1990: 57). (PLK), tepatnya di SMP N 21 Padang ditemukan
Sedangkan Menurut H. Bonner (dalam Abu bahwa terdapat siswa yang tidak dapat bekerja
Ahmadi, 2002: 54) Interaksi sosial adalah suatu sama dalam kegiatan sekolah dengan teman
hubungan antara dua individu atau lebih, dimana sebayanya dengan baik,sebagian siswa tidak
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, diterima di kelas dalam kelompok belajarnya,
mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu pemalu dalam mengutarakan pendapatnya,
yang lain atau sebaliknya. tampil ke depan umum atau kelas karena takut
Salah satu permasalahan yang terjadi salah dan dicemoohkan oleh teman-temannya,
pada siswa di sekolah adalah permasalahan siswa tidak mau membantu teman yang
interaksi sosial dengan teman sebaya. Teman mengalami kesulitan dalam pemahaman materi
sebaya adalah individu dan tingkat kematangan belajar, masih ada sebagian siswa yang suka
dan umurnya kurang lebih sama (Jhown. W. menyendiri dengan tidak mau bergabung
Santrock, 2003: 232). Kelompok teman sebaya bermain dengan teman sebayanya dan
memungkinkan remaja belajar keterampilan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam
sosial, mengembangkan minat yang sama, dan pergaulannya di kelas.
saling membantu dalam mengatasi kesulitan Sedangkan hasil wawancara dari dua
untuk mencapai kemandirian (Elida Prayitno, orang guru BK sekolah yang dilakukan pada
2006: 94). tanggal 12 Maret 2012, terungkap bahwa
Disamping itu, Elizabeth B. Hurlock sebenarnya siswa memiliki kemampuan dan
(1980: 215) mengungkapkan bahwa remaja keinginan untuk tampil di kelas, namun karena
menginginkan teman yang mempunyai minat siswa sering mendapatkan perlakuan yang tidak
dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti menyenangkan dari teman di kelas saat belajar,
dan membuatnya merasa aman, dan yang seperti diperolok-olokan dan diejek oleh teman
kepadanya ia dapat mempercayakan masalah- saat tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru,
masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat maka siswa tidak berani untuk mengutarakan
dibicarakan dengan orangtua maupun guru. pendapatnya di kelas dalam belajar.
Berdasarkan pendapat diatas maka Melihat kenyataan yang ditemui di
seharusnya tingkah laku dalam menjalin lapangan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
interaksi sosial yang ditampilkan oleh siswa di melakukan penelitian tentang “Masalah Interaksi

1
Widia Sartika1, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang .
2
Azrul Said 2, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang .
3
Indra Ibrahim 3, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang .
141
©2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
142

Sosial Siswa dengan Teman Sebaya Di 22,7%, SR 23,4%, KD 34,7% dan TP 19,8%.
Sekolah”. Adapun masalah tersebut terdiri atas masalah
yang berkenaan dengan hal memiliki minat yang
METODOLOGI sama, memiliki nilai-nilai yang sama, dapat
Penelitian ini adalah penelitian mengerti, memberikan rasa aman, dan dapat
deskriptif. Menurut A. Muri Yusuf (2005: 81) dipercaya.
penelitian deskriptif adalah Salah satu jenis
penelitian yang bertujuan untuk
mendeskriptifkan secara sistematis, faktual dan Tabel 2.
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi Gambaran keseluruhan masalah interaksi
tertentu atau mencoba menggambarkan siswa dalam bermain dengan teman sebaya di
fenomena secara mendetail apa adanya. Pada sekolah.
penelitian ini yang menjadi populasi adalah
kelas VII dan VIII SMP N 21 Padang, pada N Indikat Skala
tahun ajaran 2012/2013. Teknik yang digunakan o or SL SR KD TP
dalam penarikan sampel adalah teknik stratified Mengh
random sampling. Alat yang digunakan untuk argai
pengumpulan data pada penelitian ini adalah orang
angket. Teknik analisis yang digunakan adalah 1 35% 33,5% 27,5% 3,33%
lain
teknik analisis persentase, setelah semua dalam
jawaban terkumpul selanjutnya ditabulasikan. belajar
Meneri
HASIL ma
Hasil penelitian masalah interaksi siswa orang 17,3
dalam bermain dan belajar dengan teman sebaya 2 22,9% 34,3% 25,5%
lain %
di sekolah.
dalam
Tabel 1. belajar
Gambaran keseluruhan masalah interaksi
Bekerja 26,5
siswa dalam bermain dengan teman sebaya di 3 25,1% 33,3% 15,1%
sama %
sekolah.
Memili
ki sikap
N Skala
Indikat menik
o or SL SR KD TP mati
hidup 27,1
Memili 4 33,5% 33,7% 5,69%
ki bersam %
11,5 a orang
1 minat 19,7% 50,6% 18,1%
% lain
yang
dalam
sama
belajar.
Memili
26,65 32,75 12,40
ki nilai- Rata-rata 28,75%
20,5 % % %
2 nilai 23,7% 33,4% 22,3%
%
yang
sama Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa secara
Dapat keseluruhan masalah-masalah interaksi sosial
27,7 siswa dengan teman sebaya dalam belajar di
3 menger 25,2% 28,9% 18,1%
% SMP N 21 Padang memiliki rata-rata SL
ti
26,65%, SR 28,75%, KD 32,75% dan TP
Membe
12,40%. Adapun masalah tersebut terdiri atas
rikan 21,2
4 21,4% 30% 27,5% masalah yang berkenaan dengan hal menghargai
rasa %
orang lain dalam belajar, menerima orang lain
aman
dalam belajar, bekerjasama, dan memiliki sikap
Dapat
29,4 menikmati hidup bersama orang lain dalam
5 diperca 27,1% 30,8% 12,9%
% belajar.
ya
22,7 PEMBAHASAN
Rata-rata 23,4% 34,7% 19,8%
% Temuan penelitian mengungkapkan
masalah yang dialami siswa dalam interaksi
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa secara sosial dengan teman sebaya dalam bermain
keseluruhan masalah-masalah interaksi sosial terkait pada indikator memiliki minat yang
siswa dengan teman sebaya dalam bermain di sama, memiliki nilai-nilai yang sama, dapat
SMP N 21 Padang memiliki jumlah rata-rata SL

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


143

mengerti, dapat memberikan rasa aman, dapat siswa itu sendiri, terutama dengan teman
dipercaya. Hal ini diduga bahwa siswa tidak sebayanya dalam kelompok bermainnya.
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang Sedangkan temuan penelitian
baik tentang bagaimana berinteraksi sosial mengenai masalah yang dialami siswa dalam
terhadap teman sebayanya di sekolah, serta interaksi sosial dengan teman sebaya dalam
siswa juga tidak memiliki konsep diri yang sehat belajar terkait pada indikator dapat menghargai
dalam berinteraksi sosial dengan teman orang lain dalam belajar, dapat menerima orang
sebayanya sehingga pada akhirnya siswa remaja lain dalam belajar, dapat bekerjasama, memiliki
tersebut tidak mampu melaksanakan perannya sikap menikmati hidup bersama orang lain
dengan baik dalam berinteraksi sosial dengan dalam belajar.
teman sebayanya itu sendiri khususnya dalam Hal ini diduga bahwa siswa tidak
hal bermain, sebagaimana yang di ungkapkan memiliki pengetahuan dan keretampilan yang
oleh Elida Prayitno (2006: 130) bahwa siswa baik tentang interaksi sosial terhadap teman
remaja yang memiliki konsep diri yang tinggi sebayanya di sekolah dalam belajar, serta siswa
akan menampakkan hubungan sosial yang baik tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik
daripada siswa yang memiliki konsep diri dalam berinteraksi dengan teman sebayanya
rendah. Berdasarkan kutipan di atas dapat dalam belajar, sehingga siswa takut dan merasa
dikatakan bahwa konsep diri yang sehat sangat rendah diri terhadap teman-temannya yang lebih
berperan dalam interaksi sosial yang dijalani pintar dari dirinya, hingga pada akhirnya siswa
oleh siswa remaja agar siswa mampu menjalin tersebut tidak mampu melaksanakan perannya
interaksi yang baik dalam lingkungan sosialnya, dalam berinteraksi sosial dengan teman
khususnya dengan teman sebayanya dalam sebayanya itu sendiri khususnya dalam hal
bermain. Disamping itu Elizabeth B. Hurlock belajar, seperti yang diungkapkan oleh
(1980: 215) juga mengungkapkan bahwa remaja Muhammad Ali (2004: 176) bahwa orang yang
menginginkan teman yang mempunyai minat dipandang mempunyai penyesuaian diri yang
dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti baik adalah individu yang telah belajar bereaksi
dan membuatnya merasa aman, dan yang terhadap dirinya dan lingkungannya dengan
kepadanya ia dapat mempercayakan masalah- cara-cara yang matang, efisien, memuaskan, dan
masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat sehat, serta dapat mengatasi konflik mental,
dibicarakan dengan orangtua maupun guru. frustasi, kesulitan pribadi dan sosial.
Kemudian, bagi siswa yang tidak Berdasarkan kutipan di atas,
mengalami masalah dalam interaksi sosial penyesuaian diri bagi seorang siswa remaja
dengan teman sebaya dalam bermain. Itu artinya terhadap teman sebaya dalam belajar sangat
siswa tersebut telah memiliki pengetahuan diperlukan, agar proses belajar yang dijalani
tentang bagaimana berinteraksi terhadap teman bersama teman sebayanya berjalan sesuaia
sebaya dan bagaimana tindakan yang semestinya dengan apa yang diharapkannya, sesungguhnya
dilakukan dalam berinteraksi sosial tersebut belajar dari sesama teman memiliki makna lebih
khususnya dalam bermain, seperti yang besar sebab siswa lebih mudah berinteraksi dan
diungkapkan oleh Homans (dalam Muhammad memahami bahasa serta isyarat yang diberikan
Ali, 2004: 87) bahwa suatu tindakan yang oleh temannya, seperti yang di ungkapkan oleh
dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi Managing Basic Education (dalam
merupakan suatu stimulus bagi tindakan http://mbeproject.net),bahwa lewat kegiatan
individu lain yang menjadi pasangannya. belajar dengan sesama teman siswa memperoleh
Disamping itu juga siswa tersebut telah berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat
memenuhi tugas perkembangannya dengan baik belajar sendiri, seperti sikap mau menghagai
sebagai seorang siswa yang berada diusia orang lain dalam belajar, sikap mau menerima
remaja, yaitu menguasai kemampuan membina orang lain dalam belajar, bekerja sama, dan
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sikap menikmati hidup bersama orang lain
sebaya yang sama atau berbeda jenis kelamin dalam belajar.
Elida Prayitno (2006: 43). Kemudian, bagi siswa yang tidak
Dari masalah yang terjadi pada siswa di mengalami masalah dengan interaksi sosial
atas, sangat diperlukan sekali peranan dari guru dengan teman sebaya dalam belajar. Itu artinya
pembimbing di sekolah dalam hal pembinaan siswa tersebut telah memiliki pengetahuan
interaksi sosial yang baik bagi siswa terhadap tentang bagaimana berinteraksi terhadap teman
teman sebaya terutama dalam hal kelompok sebaya khususnya dalam belajar. Melalui
bermain agar siswa dapat mengatasi masalah- kegiatan belajar dalam kelompok, siswa
masalah interaksi sosial yang dialaminya dalam memperoleh banyak hal antara lain siswa
bermain dengan teman sebaya di sekolah, memperoleh pengetahuan dan keterampilan
sehingga terciptanya interaksi sosial yang yang lebih banyak karena mereka dapat belajar
dinamis dan harmonis dalam lingkungan sosial dari sesama teman.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


144

Dari masalah yang terjadi pada siswa Disarankan kepada siswa untuk
diatas, sangat diperlukan sekali peranan dari memperkaya ilmu pengetahuan, membina
guru pembimbing di sekolah dalam hal keterampilan dan mengembangkan sikap yang
pembinaan interaksi sosial yang baik bagi siswa berkaitan dengan interaksi sosial itu sendiri,
terhadap teman sebaya terutama dalam hal misalnya sikap saling percaya, memberikan rasa
kelompok bermain agar siswa dapat mengatasi aman, menghargai,bekerjasama, dan lain
masalah-masalah interaksi sosial yang sebagainya. Kepada guru bimbingan dan
dialaminya dalam bermain dengan teman sebaya konseling di sekolah disarankan untuk
di sekolah, sehingga terciptanya interaksi sosial meningkatkan pelaksanaan kegiatan layanan
yang dinamis dan harmonis dalam lingkungan bimbingan dan konseling seperti layanan
sosial siswa itu sendiri, terutama dengan teman orientasi, layanan informasi, bimbingan dan
sebayanya dalam kelompok belajarnya. konseling kelompok secara rutin dengan topik
yang terkait dengan interaksi sosial, pemberian
SIMPULAN DAN SARAN layanan penguasaan konten yang terkait dengan
Berdasarkan pengolahan data dan interaksi sosial dengan teman sebaya, serta
pembahasan pada bab IV, maka dapat melaksanakan kegiatan konseling perorangan
disimpulkan masalah-masalah yang dialami jika dibutuhkan oleh siswa.
siswa dalam berinteraksi sosial dengan teman Disarankan pada pihak sekolah
sebaya di sekolah dalam bermain mencakup khususnya guru mata pelajaran untuk dapat
pada masalah memiliki minat yang sama memperhatikan, membimbing dan membina
(mendukung ide-ide yang diajukan dalam siswa dalam kegiatan belajar, misalnya dengan
kelompok bermain dan keberadaan pembentukan kelompok belajar yang dilakukan
dipertahankan oleh anggota dalam kelompok oleh guru mata pelajaran.
karena memiliki nilai yang positif), memiliki Melalui guru pembimbing di sekolah
nilai-nilai yang sama (masukan yang diberikan disarankan pada orangtua sebagai pendidik
terhadap teman dalam bermain mendapat respon dalam keluarga untuk mengembangkan konsep
positif dan memilih teman bermain yang diri yang sehat pada anak, agar anak dapat
mengkuti kata-kata), dapat mengerti (merasakan berinteraksi dengan baik di lingkungan
kesedihan yang dirasakan teman saat bermain sosialnya, khususnya dengan teman sebayanya
bersama dan memberikan bantuan pada teman disekolah.
dalam bermain), dapat memberikan rasa aman Kepada kepala sekolah agar dapat
(memberikan gelar/label yang buruk pada teman membina kerjasama dengan orangtua, dan guru
saat bermain dan mempermalukan teman dalam pembimbing, serta personil sekolah lainnya
bermain dengan cara memperolok-olokkan), dalam hal pengembangan interaksi sosial siswa
dapat dipercaya (membicarakan teman pada yang baik dengan teman sebayanya di sekolah,
orang lain tanpa sepengetahuannya saat bermain misalnya mengadakan kegiatan classmetting,
dan menjadi teman curhat bagi teman saat study banding, karya ilmiah, kegiatan sosial, dan
bermain). kegiatan lain yang memungkinkan siswa untuk
Sedangkan masalah-masalah yang berinteraksi satu sama lainnya.
dialami siswa dalam interaksi sosial dengan Kepada Jurusan Bimbingn dan
teman sebaya dalam belajar mencakup pada Konseling, sebagai lembaga pendidikan agar
masalah dapat menghargai orang lain dalam mempersiapkan lulusan yang memiliki
belajar (membiasakan diri tetap sabar walaupun Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan
teman-teman dalam kelompok belajar sering Sikap (WPKNS) khususnya dalam membantu
membuat kesal dan membiasakan diri permasalahan siswa dalam melakukan interaksi
memberikan perhatian pada teman saat ia sosial dengan teman sebayanya di sekolah.
berbicara dalam kelompok belajar), dapat Bagi peneliti selanjutnya, karena
menerima oranglain dalam belajar (kurang penelitian ini baru mengungkap tentang
mampu menghormati sesama teman dalam masalah-masalah yang dialami siswa dalam
kelompok belajar, dan membiasakan diri berinteraksi dengan teman sebayanya disekolah
berusaha menerima sikap teman yang khususnya dalam bermain dan belajar,
sebenarnya tidak saya sukai dalam belajar), disarankan agar penelitian selanjutnya dikaitkan
dapat bekerjasama (senang melakukan segala dengan pemberian layanan yang harus dilakukan
sesuatu dengan cara sendiri dalam belajar, dan pada siswa yang mengalami masalah, agar
terpaksa berbagi tugas dengan anggota nantinya siswa mampu mengatasi masalahnya
kelompok dalam belajar), memiliki sikap dan mencapai kehidupan yang KES.
menikmati hidup bersama orang lain dalam
belajar (kehadiran di kelas ditunggu oleh teman DAFTAR RUJUKAN
dalam berdiskusi saat belajar dan mudah
melakukan komunikasi dengan teman dalam A. Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian .
belajar). Padang: UNP Press

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


145

Abu Ahmadi. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta:


Rineka Cipta

Bimo Walgito. 1999. Psikologi Sosial (Suatu


Pengantar Edisi Ke Dua). Yogyakarta:
Andi Offset

Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan


Remaja. FIP. UNP

Elizabeth B. Hurlock. 1980. Psikologi


Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Jhon W. Santrok. 2003. Adolescent


(Perkembangan Remaja Edisi ke
Enam). Jakarta: Erlangga

Managing Basic Education (Belajar dalam


Kelompok Menjadi Kebutuhan Siswa).
http://mbeproject.net, diakses pada
tanggal 14 september 2012
Muhammad Ali. 2004. Psikologi Remaja.
(Perkembangan Peserta Didik).
Jakarta: Bumi Aksara

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai