Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“CHRONIC OBSTUCTIVE PULMONARY DISEASE”

(COPD)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

AURA NUR AISYAH (18112139)

FELIA ZAINES (18112147)

WITRA ARDIANTI (18112173)

IIA

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.FEBRIYANTI S,Kep M,Kep

PRODI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmad dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tentang
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”

Kami juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik. Oleh karena itu, rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan
usul guna menyempurnakan makalah.

Padang, 1 Oktober 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................….......… i

DAFTAR ISI..................................................................................................… ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................…….….......................1

1.2 Rumusan Masalah................................................…….....……................1

1.3 Tujuan.................................................................….............…........…......2

BAB 2 PEMBAHASAN

a. Defenisi....................................................................……….....……........3
b. Etiologi.....................................................................……….....…...........3
c. Manifestasi Klinis....................................................……...................….3
d. Anatomi dan Fisiologi..............................................………....................4
e. Klasifikasi.................................................................……..........….……6
f. Patofisiologi…………………………….………………………….….. 6
g. WOC ……………………………………………………………..…….6
h. Penatalaksanaan……………………………………..……………….…7
i. Komplikasi…………………………………..……………………...…..8
j. Askep Teoritis………………………………..……………..……..……9

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...........................................……......................................…...16


3.2 Saran......................................................……......................................…...16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

COPD merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekolompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obtruksi aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Menurut carpenito (1999) COPD atau yang lebih dikenal
dengan PPOM merupakan suatu kumpulan penyakit paru yang menyebabkan obtruksi jalan
napas ,termasuk bronchitis, empisema, bronkietkasis dan asma. PPOM paling sering
diakibatkan dari iritasi oleh iritan kimia (industri dan tembakau),polusi udara atau infeksi
saluran pernapsan kambuh.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa pengertian dari COPD ?

B. Apa saja etiologi dari COPD ?


C. Apa saja manifestasi klinis COPD ?
D. apa saja anatomi dan fisiologi COPD ?
E. Apa saja klasifikasi dari COPD ?
F. Apa saja patofisiologi dari COPD ?
G. Apa saja Woc COPD ?
H. Apa saja penatalaksanaan COPD?
I. Apa saja komplikasi yang ada pada COPD ?
J. Apa saja Askep Teoritis dari COPD ?

4
1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui apa itu COPD


B. Untuk mengetahui etiologi COPD
C. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari COPD
D. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi COPD
E. Untuk mengetahui klasifikasi COPD
F. Untuk mengetahui patofisiologi COPD
G. Untuk mengetahui Woc dari COPD
H. Untuk mengetahui penatalaksanaan COPD
I. Untuk mengetahui komplikasi COPD

5
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau Chronic Obstuctive Pulmonary Disease
(COPD) adalah istilah yang bisa saling menggantikan. Merujuk pada beberapa hal yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. Meskipun beberapa
jenis yang paling penting bronkitis obstruktif, emfisema, dan asma dapat muncul sebagai
penyakit tunggal, sebagian penyakit tunggal, sebagian besar terjadi bertumpangan dalam
manifestasi klinisnya. PPOK dapat terjadi sebagai hasil dari peningkatan resistansi sekunder
terhadap edema mukosa bronkus atau kontraksi otot polos. Hal tersebut juga bisa diakibatkan
oleh penurunan kelenturan, seperti pada emfisema. (JOYCE M.BLACK, JANE
HOKANSON HAWKS).

2. Etiologi

Merokok adalah risiko utama terjadinya PPOK. Sejumlah zat iritan yang ada dalam
rokok menstimulasi produksi mukus belebihan, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan
inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus. Faktor resiko lain termasuk
polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi saluran napas saat kanak-kanak, dan keturunan.
Paparan terhadap beberapa polusi industri di tempat kerja dapat meningkatkan resiko.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari PPOK seperti batuk, produksi sputum berlebihan(pada jenis
bronkitis kronik), dispnea, obstruksi saluran napas yang progresif. Pada pemeriksaan
spirometri, FEV, dibawah predicted.

Penyebabnya merokok, lapangan kerja berdebu, polusi udara. Penyebab obstruksi


saluran napas adalah radang mukosa saluran napas, edema, bronkokonstriksi, peningkatan
sekresi mukus, dan hilangnya elastisitas.

6
4. Anatomi dan Fisiologi

a) Rongga hidung menyaring udara inspirasi

b) Faring tempat persimpangan antara jalan pernapasan dengan jalan makanan

c) Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan napas terhadap
masuknya makanan dan cairan

d) trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk 16 sampai
20 cincin yang terdiri dari tulang rawan berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).

7
e) Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat
pada ketinggian vertebrata torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis set yang sama.

f) Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak
disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam media stinum.

Pembagian paru-paru; paru-paru dibagi 2 (dua) :


A. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus Pulmo dekstra superior, Lobus
media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
B. Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap
lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah segment pada lobus
superior, dan 5 (lima) buah segment pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen yaitu;5 (lima) buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen pada
lobus medialis, dan 3 (tiga) buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini
masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.

8
5. Klasifikasi
Menurut alsagaff dan muktyb (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
A) . Asma Bronkial

Asma bronkial adalah kondisi medis yang menyebabkan jalan napas paru-
paru membengkak dan menyempit. Karena pembengkakan ini, jalur udara
menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga sulit untuk bernapas, yang
menyebabkan batuk, napas pendek, dan mengi.

Serangan asma ringan umumnya lebih sering terjadi. Biasanya, saluran udara
yang menyempit akan terbuka dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Serangan berat adalah ketika saluran napas menyempit lebih lama dan memerlukan
bantuan medis segera.

1) Faktor-faktor yang memicu reaksi asma adalah:

a. Paparan zat seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, pasir, dan bakteri, yang memicu reaksi
alergi.
b. Infeksi virus seperti pilek dan flu, atau pneumonia.
c. Polusi udara, asap, asap dari kendaraan, dan lainnya.
d. Stres dan kecemasan.
e. Aktivitas fisik atau olahraga yang diinduksi asma.
f. Obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, beta-blocker, dan lainnya.
g. Refluks asam atau penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
h. Parfum dan wewangian.
i. Cuaca, khususnya perubahan suhu ekstrem.
j. Bahan tambahan makanan (seperti MSG).

2) Gejala Asma Bronkial

Serangan asma di mana otot yang mengelilingi saluran udara dipicu untuk
mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut bronkospasme. Selama
serangan itu, lapisan saluran udara menjadi bengkak atau meradang dan sel-sel
yang melapisi saluran udara menghasilkan lebih banyak lendir dari biasanya.

Gejala awal asma bronkial:

a. Sering batuk, terutama pada malam hari

9
b. Sulit bernapas atau sesak napas
c. Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
d. Mengi atau batuk setelah latihan
e. Merasa mudah lelah, kesal, atau murung
f. Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
g. Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
h. Sulit tidur.

Gejala lain dari serangan asma meliputi:

a. Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun mengeluarkan napas
b. Batuk yang tidak akan berhenti
c. pernapasan sangat cepat
d. Nyeri dada atau tekanan
e. Tarikan otot bantu pernapasan seperti otot leher, otot dada, dan tulang rusuk yang tampak
naik turun akibat upaya napas yang berlebih
f. Kesulitan berbicara
g. Perasaan cemas atau panik
h. Pucat, wajah berkeringat dingin
i. bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai sianosis.

3) Pengobatan Asma Bronkial

Obat asma dapat bekerja dengan cepat untuk menghentikan batuk dan
mengi dengan cara mengencerkan lendir saluran napas dan membuka otot jalan
napas. Biasanya, obat asma yang diminum ini adalah sebagai “pengontrol
gejala” dan tidak digunakan ketika serangan asma terjadi.

1. Inhaler asma

Cara pakainya yaitu sebaiknya ketika serangan asma, seseorang sedang


membuang napas, maka inhaler itu disemprotkan. Ketika disemprotkan saat

10
membuang napas, momen selanjutnya adalah ketika penderita menghirup napas
sehingga obat justru akan masuk. Jika disemprotkan ketika menarik napas,
penekanan tombol bisa saja terlambat dan justru obat malah terbuang.

2. Asma nebuliser (mesin pernapasan)

Asma nebuliser merupakan suatu alat untuk memberikan obat uap dan tepat
diberikan di UGD ketika seseorang mengalami serangan asma.

3. Mengendalikan pemicu asma

Setiap orang memiliki pemicu asma yang berbeda, dapat berupa debu,
udara dingin, asap rokok, kelelahan, pikiran yang tertekan, makanan
seperti seafood, telur, dan lain-lain. Tes kulit untuk menentukan jenis alergi
tertentu juga akan sangat bermanfaat.

B) . Bronkitis Kronis

C) . Emfisema

6. Patofisiologi

11
Patofisiologi terjadinya obstruksi adalah peradangan pada saluran pernapasan
kecil. Pada PPOK yang stabil, ciri peradangan yang dominan adalah banyaknya sel
neutrofilik yang ditarik oleh interleukin. Walaupun limfosit juga meningkat, namun
yang meningkat hanya sel T. berbeda pada asma, yang dominan adalah eosinofil, sel
mast, dan sel T. ketika terjadi eksaserbasi akut pada PPOK, jumlah eosinofil
meningkat 30 kali lipat. Perbedaan jenis sel yang menginfiltrasi inilah yang
menyebabkan perbedaan respon terhadap pengobatan kortikosteroid.

7. WOC

12
8. Penatalaksanaan

a) Meminum Obat-obatan

13
b) Bronkodilator: obat ini dapat membuat bernapas lebih mudah dengan mengendurkan otot di
paru-paru dan memperlebar saluran udara

c) Kombinasi bronkodilator dengan kortikosteroid inhalasi: obat jenis steroid diberikan dengan
tujuan mengurangi peradangan paru

d) Vaksin flu

Vaksin pneumococcal, yang berfungsi mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut
Streptococcus pneumoniae atau pneumococcus). Vaksin ini berguna mencegah penyakit pneumonia

e) Terapi oksigen

Salah satu terapi yang perlu dilakukan adalah terapi oksigen, terutama jika kondisinya sudah cukup
parah. Penyakit PPOK adalah penyakit yang menyebabkan seseorang kesulitan mengambil oksigen.
Dalam kondisi parah, seseorang terkadang membutuhkan tambahan oksigen melalui terapi oksigen
secara rutin.

f) Operasi

Operasi biasanya merupakan pilihan terakhir bagi orang yang menderita gejala parah yang tidak
membaik dengan minum obat. Operasi paling sering berkaitan dengan emfisema, termasuk
bullectomy dan operasi pengurangan volume paru (LVRS). Transplantasi paru bisa menjadi pilihan
bagi orang yang menderita PPOK sangat parah.

1) bullectomy, yaitu pengangkatan gelembung pada kantung udara (bullae) di paru-paru

2) operasi pengurangan volume paru

3) transplantasi paru

g) Berhenti merokok dan hindari iritan paru seperti asap rokok, polusi udara, asap kimia dan
debu

h) Perbanyak olahraga

9. Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dari PPOK adalah infeksi pernapasan. Sistem
pernapasan merespon terhadap proses infeksi termasuk dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan, iritasi mukosa, dan peningkatan pembentukan sputum. Karena
respon setempat ini, klien dapat mengalami spasme bronkus dan perubahan dalam
pola pembentukan sputum mereka. Jika infeksi tetap tidak teratasi, akibatnya adalah
peningkatan kerja bernapas dengan akibat gagal napas.
Seperti asma, bronkitis obstruktif kronis dan emfisema dapat memburuk pada

14
malam hari. Klien sering melaporkan dispnea yang muncul saat tidur dan kerap
terjaga dini hari. Selama tidur, terdapat penurunan tonus otot dan aktivitas otot
pernapasan. Penurunan tonus otot menyebabkan hipoventilasi dan resistensi jalan
napas meningkat, sehingga terjadi ketidakseimbangan akhirnya pasien menjadi
hipoksemia.

J. Askep Teoritis

1). RIWAYAT KESEHATAN

Pada tahap awal PPOK biasanya batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan
warna lendir dan dahak berwarna agak kuning atau hijau, pernapasan sering tersenggal-
senggal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik, mengi atau napas sesak dan berbunyi,
lemas, penurunan berat badan, nyeri dada, pergelangan kaki dan tungkai kaki menjadi
bengkak, bibri atau kuku jari berwarna biru.

2). HEAD TO TOE

1. Rambut dan Hygiene Kepala

a. Warna rambut : hitam

b. Bau : tidak

c. Keadaan rambut : tumbuh subur

d. Kulit kepala : bersih

2. Mata (kanan/kiri)

a. Posisi : simetris

b. Alis mata : memanjang

c. Kelopak mata : menutupi pupil

d. Konjungtiva : merah muda

15
e. Sklera : putih

f. Pupil : respon cahaya baik

3. Hidung : simetris

4. Mulut dan tenggorokkan

a. Rongga : normal

b. Gigi/gusi : sisa-sisa makanan

c. Tonsil : simetris

5. Telinga : simetris

a. Tes pendengaran : rinne

6. Leher

a. Kelenjar gerah bening, sub mendibula dan sekitar telinga : tidak

b. Kaku kuduk : tidak

c. Tekanan vena jugularis

7. Dada / thorak

Inspeksi

a. Jenis pernapasan : dada

b. Penggunaan otot pernapasan : subraternal

c. Pernafasan cuping hidung : tidak

d. Frekuensi nafas :

e. Pergerakan dada : simetris

f. Retraksi iga : ada

g. Bentuk dada : barrel chest

16
Auskultasi

a. Suara nafas : wheesing

Palpasi

a. Premitus : sama kiri/kanan

Perkusi : redup

8. Jantung

Inspeksi

a. Ictus : tidak terlihat

Palpasi

a. Ictus : tidak terlihat

Auskultasi

a. Irama : tidak teratur

b. Kekuatan : kuat

c. Bunyi : ada

9. Abdomen

a. Keluhan : -

b. Inspeksi : 1) bentuk perut : tidak acites

2) dinding perut : sirkulasi kolateral tidak ada

c.Palpasi : 1) pembesaran : tidak

2)turgor kulit : jelek

d. Perkusi : redup

17
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Pola Sehat Sakit

A. ELIMINASI BAB 1x sehari, dipagi hari BAB sekali 2 hari

-> BAB

 Frekuensi BAK 4x sehari, warna BAK 2x sehari,


kuning warna kuning pekat
 Waktu

 Warna

 Konstipasi

 Penggunaan pencahar

->BAK

 Flek

 Warna

 Bau

 Kejernihan

 Endapan

B NUTRISI Makan 3x sehari Makan 3x sehari

 Pola makan

18
 Makan kesukaan

 Makanan pantangan

C TIDUR/ISTIRAHAT Tidur malam 8 jam Sering terbangun


saat malam hari
 Warna tidur (jam)

 Lama tidur / hari

 Kebisaan saat tidur

 Kesulitan dalam tidur

D AKTIVITAS DAN Tidak ada keluhan Mudah sesak nafas


LATIHAN dan cepat merasa
kelelahan
 Kegiatan dalam
pekerjaan

 Olahraga

-> jenis

-> frekuensi

 Kegiatan waktu luang

 Kesulitan/keluhan
dalam hal

-> pergerakan

-> mandi

-> mengenakan pakaian

->bersorak

-> berhajat

-> sesak nafas setelah


beraktifitas

19
-> mudah merasa kelelahan

10. Genita urinaria

a. Lengkap : ya

b. Terpasang kateter : tidak

c. Keluhan : nyeri

d. Kebersihan : bersih

11. Lengan-lengan tungkai

a. Ekstremitas atas (kiri/kanan): tidak ada keluhan

b. Rentah gerak : bebas

12. Sistem persyarafan : tidak ada

13. Riwayat lingkungan : bersih

14. Riwayat psikososial

1. Persepsi

Hal yang dipikirkan saat ini : pasien ingin cepat sembuh

Harapan setelah menjalani perawatan : pasien sembuh dan bisa beraktifitas seperti
sebelum sakit

2. Suasana hati : sedih

3. Hubungan/komunikasi

a. Bicara : jelas, mampu mengerti orang lain

b. Tempat tinggal : bersama orang lain, yaitu keluarga

20
c. Kehidupan keluarga : pembuatan keputusan dalam keluarga

d. Hubungan dalam keluarga : hubungan dengan sanak keluarga

15. Riwayat seksual : tidak ada

DATA PENUNJANG

NO DATA PENUNJANG MASALAH ETOLOGI

1. DO : pasien mengatakan Ketidak efektifan pola hiperventilasi


sering sesak napas dan napas
dada terasa sakit

DS : pasien terlihat sesak


napas dan tampak
bernapas menggunakan
cuping hidung

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (nanda,kode 00032, hal


228)

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Tujuan : status pernapasan, MONITOR


pola napas b.d ventilasi PERNAFASAN

21
hiperventilasi Definisi : keluar masuk Definisi: sekumpulan data
nya udara dari dan dan analisis keadaan pasien
Definisi : inspirasi
kedalam paru untuk memastikan
dan/atau ekspirasi
kepatenan jalan nafas dan
yang tidak memberi -frekuensi pernafasan tidak
kecukupan pertukaran gas.
ventilasi adekuat ada deviasi dari kisaran
normal(skala5) Aktivitas:

-irama pernafasan deviasi -


ringan dari kisaran normal Monitorkecepatan,irama,ke
(skala4)
dalaman,dan kesulitan
-kedalaman inspirasi tidak bernapas.
ada deviasi dari kisaran
-Catat pergerakan
normal(skala5)
dada,catat
-suara perkusi nafas ketidaksimetrisan,pengguna
(deviasi sedang dari an otot-otot bantu nafas,dan
kisaran normal (skala3) retraksi pada otot
supraclaviculas dan
-volume tidal tidak ada
interkosta.
deviasi dari kisaran normal
(skala5) -Monitor suara nafas
tambahan seperti ngorok
-hasil rontgen dada tidak
atau mengi
ada deviasi dari kisaran
normal (skala5) -Monitor pola nafas
(misalnya
-tes faal paru deviasi
:bradipneu,takipneu,hiperve
ringan dari kisaran normal
ntilasi,pernafasan kusmaul,
(skala4)
Pernafasan
-penggunaan otot bantu
1:1,apneustik,respirasi
nafas deviasi ringan
biot,dan pola ataxic
(skala4)
-Monitor saturasi oksigen
-ada suara nafas tambahan
pada pasien yang tersedasi
(skala4)
(seperti,SaO2,SvO2,SpO2)

22
-sedikit restraksi dinding sesuai dengan protokol
dada (skala4) yang ada

-tidak ada pernafasan -Pasang sensor pemantauan


dengan bibir mengerucut oksigen non-invasif
(skala5) (misalnya,pasang alat pada
jari,hidung,dan dahi)
-tidak ada dispnea saat
dengan mengatur alarm
istirahat (skala5)
pada pasien beresiko tinggi
-tidak ada dispnea saat (misalnya,pasien yang
latihan (skala5) obesitas,melaporkan pernah
mengalami apnea saat
-sedikit otrhopnea (skala4)
tidur,mempunyai riwayat
-tidak ada taktil fremitus penyakit dengan terapi
(skala5) oksigen menetap,usia
ekstrim) sesuai dengan
-pengembangan dinding
prosedur tetap yang ada
dada normal (skala5)
-Palpasi kesimetrisan
-tidak ada gangguan
ekspansi paru
vokalisasi (skala5)
-Perkusi torak anterior dan
-tidak ada akumulasi
posterior,dari apeks ke
sputum (skala 5)
basis paru,kanan dan kiri
-gangguan ringan saat
-Catat lokasi trakea
ekspirasi (skala4)
-Monitor kelelahan otot-
-gangguan suara saat
otot diafragma dengan
auskultasi menjadi ringan
pergerakan parasoksial
(skala4). (NOC, kode
0403, hal 560) -Auskultasi suara
nafas,catat area dimana
terjadi penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas

23
tambahan

-Kaji perlunya penyedotan


pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronki
di paru

-Auskultasi suara nafas


setelah tindakan,untuk
dicatat

-Monitor nilai fungsi


paru,terutama kapasitas
vital paru,wolume inspirasi
maksimal,volume ekspirasi
maksimal selama 1 detik
(FEVI),dan FEVI/FVC
sesuai dengan data yang
tersedia

-Monitor hasil pemriksaan


ventilasi mekanik,catat
peningkatan tekanan
inspirasi dan penurunan
volume tidal

-Monitor peningkatan
kelelahan,kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien

-Catat perubahan pada


saturasi O2,volume tidal
akhir CO2,dan perubahan
nilai analisa gas darah
dengan tepat

24
-Monitor kemampuan batuk
efektif pasien

-Catat
onset,karakteristik,dan
lamanya batuk

-Monitor sekresi pernafasan


pasien

-Monitor secara ketat


pasien-pasien yang berisiko
tinggi mengalami gangguan
respirasi (misalnya : pasien
dengan terapi opioid,bayi
baru lahir,pasien dengan
ventilasi mekanik,pasien
dengan luka bakar di wajah
dan dada,gangguan
neuromuskular)

-Monitor keluhan sesak


nafas pasien,termasuk
kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas
tersebut

-Monitor suara serak dan


perubahan suara tersebut
setiap jam pada pasien luka
bakar

-Monitor suara krepitasi


pada pasien

-Monitor hasil foto thoraks

25
-Buka jalan nafas dengan
menggunakan maneuver
chin lift atau jaw
thrust,dengan tepat

-Posisikan pasien miring ke


samping,sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi,lakukan teknik log
roll.jika pasien diduga
mengalami cidera leher

Berikan bantuan resusitasi


jika diperlukan

-Berikan bantuan terapi


nafas jika diperlukan
(misalnya :nabulizer). (nic,
kode 3350, hal 236)

26
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit paru obtruksi kronik atau chronic obstructive pulmonary disease(COPD)


merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk kelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkstsn resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran fatofisiologi utamanya. Bronkitis kronis empisema paru dan asma bronkial
membentuk kesatuan yg disebut COPD.

3.2 Saran

Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih
banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun masih sangat kami btuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para pembaca.
Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini
kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.

27
DAFTAR PUSTAKA

MODUL SWA-INSTRUKSIONAL ANATOMI FISIOLOGI. Sistem pernapasan dan sistem


kardiovaskular. Edisi 2

At a Glance MEDICINE, Patrick Davey (E-Book)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Klien dengan Gngguan Sistem Pernapasan (E-


Book)

Respirologi (Respiratory Medicine) Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP (E-Book)

Keperawatan Medikal Bedah JOYCE M. BLACK JANE HOKANSON HAWKS. Edisi 8.


buku 3

28

Anda mungkin juga menyukai