Makalah KMB (Askep Copd) (klp6)
Makalah KMB (Askep Copd) (klp6)
(COPD)
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
IIA
DOSEN PEMBIMBING:
TA 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmad dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tentang
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”
Kami juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik. Oleh karena itu, rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan
usul guna menyempurnakan makalah.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................….......… i
DAFTAR ISI..................................................................................................… ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.................................................................….............…........…......2
BAB 2 PEMBAHASAN
a. Defenisi....................................................................……….....……........3
b. Etiologi.....................................................................……….....…...........3
c. Manifestasi Klinis....................................................……...................….3
d. Anatomi dan Fisiologi..............................................………....................4
e. Klasifikasi.................................................................……..........….……6
f. Patofisiologi…………………………….………………………….….. 6
g. WOC ……………………………………………………………..…….6
h. Penatalaksanaan……………………………………..……………….…7
i. Komplikasi…………………………………..……………………...…..8
j. Askep Teoritis………………………………..……………..……..……9
BAB 3 PENUTUP
3
BAB 1
PENDAHULUAN
COPD merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekolompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obtruksi aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Menurut carpenito (1999) COPD atau yang lebih dikenal
dengan PPOM merupakan suatu kumpulan penyakit paru yang menyebabkan obtruksi jalan
napas ,termasuk bronchitis, empisema, bronkietkasis dan asma. PPOM paling sering
diakibatkan dari iritasi oleh iritan kimia (industri dan tembakau),polusi udara atau infeksi
saluran pernapsan kambuh.
4
1.3 Tujuan
5
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau Chronic Obstuctive Pulmonary Disease
(COPD) adalah istilah yang bisa saling menggantikan. Merujuk pada beberapa hal yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. Meskipun beberapa
jenis yang paling penting bronkitis obstruktif, emfisema, dan asma dapat muncul sebagai
penyakit tunggal, sebagian penyakit tunggal, sebagian besar terjadi bertumpangan dalam
manifestasi klinisnya. PPOK dapat terjadi sebagai hasil dari peningkatan resistansi sekunder
terhadap edema mukosa bronkus atau kontraksi otot polos. Hal tersebut juga bisa diakibatkan
oleh penurunan kelenturan, seperti pada emfisema. (JOYCE M.BLACK, JANE
HOKANSON HAWKS).
2. Etiologi
Merokok adalah risiko utama terjadinya PPOK. Sejumlah zat iritan yang ada dalam
rokok menstimulasi produksi mukus belebihan, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan
inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus. Faktor resiko lain termasuk
polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi saluran napas saat kanak-kanak, dan keturunan.
Paparan terhadap beberapa polusi industri di tempat kerja dapat meningkatkan resiko.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari PPOK seperti batuk, produksi sputum berlebihan(pada jenis
bronkitis kronik), dispnea, obstruksi saluran napas yang progresif. Pada pemeriksaan
spirometri, FEV, dibawah predicted.
6
4. Anatomi dan Fisiologi
c) Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan napas terhadap
masuknya makanan dan cairan
d) trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk 16 sampai
20 cincin yang terdiri dari tulang rawan berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).
7
e) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat
pada ketinggian vertebrata torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis set yang sama.
f) Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak
disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam media stinum.
8
5. Klasifikasi
Menurut alsagaff dan muktyb (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
A) . Asma Bronkial
Asma bronkial adalah kondisi medis yang menyebabkan jalan napas paru-
paru membengkak dan menyempit. Karena pembengkakan ini, jalur udara
menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga sulit untuk bernapas, yang
menyebabkan batuk, napas pendek, dan mengi.
Serangan asma ringan umumnya lebih sering terjadi. Biasanya, saluran udara
yang menyempit akan terbuka dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Serangan berat adalah ketika saluran napas menyempit lebih lama dan memerlukan
bantuan medis segera.
a. Paparan zat seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, pasir, dan bakteri, yang memicu reaksi
alergi.
b. Infeksi virus seperti pilek dan flu, atau pneumonia.
c. Polusi udara, asap, asap dari kendaraan, dan lainnya.
d. Stres dan kecemasan.
e. Aktivitas fisik atau olahraga yang diinduksi asma.
f. Obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, beta-blocker, dan lainnya.
g. Refluks asam atau penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
h. Parfum dan wewangian.
i. Cuaca, khususnya perubahan suhu ekstrem.
j. Bahan tambahan makanan (seperti MSG).
Serangan asma di mana otot yang mengelilingi saluran udara dipicu untuk
mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut bronkospasme. Selama
serangan itu, lapisan saluran udara menjadi bengkak atau meradang dan sel-sel
yang melapisi saluran udara menghasilkan lebih banyak lendir dari biasanya.
9
b. Sulit bernapas atau sesak napas
c. Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
d. Mengi atau batuk setelah latihan
e. Merasa mudah lelah, kesal, atau murung
f. Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
g. Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
h. Sulit tidur.
a. Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun mengeluarkan napas
b. Batuk yang tidak akan berhenti
c. pernapasan sangat cepat
d. Nyeri dada atau tekanan
e. Tarikan otot bantu pernapasan seperti otot leher, otot dada, dan tulang rusuk yang tampak
naik turun akibat upaya napas yang berlebih
f. Kesulitan berbicara
g. Perasaan cemas atau panik
h. Pucat, wajah berkeringat dingin
i. bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai sianosis.
3) Pengobatan Asma Bronkial
Obat asma dapat bekerja dengan cepat untuk menghentikan batuk dan
mengi dengan cara mengencerkan lendir saluran napas dan membuka otot jalan
napas. Biasanya, obat asma yang diminum ini adalah sebagai “pengontrol
gejala” dan tidak digunakan ketika serangan asma terjadi.
1. Inhaler asma
10
membuang napas, momen selanjutnya adalah ketika penderita menghirup napas
sehingga obat justru akan masuk. Jika disemprotkan ketika menarik napas,
penekanan tombol bisa saja terlambat dan justru obat malah terbuang.
Asma nebuliser merupakan suatu alat untuk memberikan obat uap dan tepat
diberikan di UGD ketika seseorang mengalami serangan asma.
Setiap orang memiliki pemicu asma yang berbeda, dapat berupa debu,
udara dingin, asap rokok, kelelahan, pikiran yang tertekan, makanan
seperti seafood, telur, dan lain-lain. Tes kulit untuk menentukan jenis alergi
tertentu juga akan sangat bermanfaat.
B) . Bronkitis Kronis
C) . Emfisema
6. Patofisiologi
11
Patofisiologi terjadinya obstruksi adalah peradangan pada saluran pernapasan
kecil. Pada PPOK yang stabil, ciri peradangan yang dominan adalah banyaknya sel
neutrofilik yang ditarik oleh interleukin. Walaupun limfosit juga meningkat, namun
yang meningkat hanya sel T. berbeda pada asma, yang dominan adalah eosinofil, sel
mast, dan sel T. ketika terjadi eksaserbasi akut pada PPOK, jumlah eosinofil
meningkat 30 kali lipat. Perbedaan jenis sel yang menginfiltrasi inilah yang
menyebabkan perbedaan respon terhadap pengobatan kortikosteroid.
7. WOC
12
8. Penatalaksanaan
a) Meminum Obat-obatan
13
b) Bronkodilator: obat ini dapat membuat bernapas lebih mudah dengan mengendurkan otot di
paru-paru dan memperlebar saluran udara
c) Kombinasi bronkodilator dengan kortikosteroid inhalasi: obat jenis steroid diberikan dengan
tujuan mengurangi peradangan paru
d) Vaksin flu
Vaksin pneumococcal, yang berfungsi mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut
Streptococcus pneumoniae atau pneumococcus). Vaksin ini berguna mencegah penyakit pneumonia
e) Terapi oksigen
Salah satu terapi yang perlu dilakukan adalah terapi oksigen, terutama jika kondisinya sudah cukup
parah. Penyakit PPOK adalah penyakit yang menyebabkan seseorang kesulitan mengambil oksigen.
Dalam kondisi parah, seseorang terkadang membutuhkan tambahan oksigen melalui terapi oksigen
secara rutin.
f) Operasi
Operasi biasanya merupakan pilihan terakhir bagi orang yang menderita gejala parah yang tidak
membaik dengan minum obat. Operasi paling sering berkaitan dengan emfisema, termasuk
bullectomy dan operasi pengurangan volume paru (LVRS). Transplantasi paru bisa menjadi pilihan
bagi orang yang menderita PPOK sangat parah.
3) transplantasi paru
g) Berhenti merokok dan hindari iritan paru seperti asap rokok, polusi udara, asap kimia dan
debu
h) Perbanyak olahraga
9. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dari PPOK adalah infeksi pernapasan. Sistem
pernapasan merespon terhadap proses infeksi termasuk dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan, iritasi mukosa, dan peningkatan pembentukan sputum. Karena
respon setempat ini, klien dapat mengalami spasme bronkus dan perubahan dalam
pola pembentukan sputum mereka. Jika infeksi tetap tidak teratasi, akibatnya adalah
peningkatan kerja bernapas dengan akibat gagal napas.
Seperti asma, bronkitis obstruktif kronis dan emfisema dapat memburuk pada
14
malam hari. Klien sering melaporkan dispnea yang muncul saat tidur dan kerap
terjaga dini hari. Selama tidur, terdapat penurunan tonus otot dan aktivitas otot
pernapasan. Penurunan tonus otot menyebabkan hipoventilasi dan resistensi jalan
napas meningkat, sehingga terjadi ketidakseimbangan akhirnya pasien menjadi
hipoksemia.
J. Askep Teoritis
Pada tahap awal PPOK biasanya batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan
warna lendir dan dahak berwarna agak kuning atau hijau, pernapasan sering tersenggal-
senggal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik, mengi atau napas sesak dan berbunyi,
lemas, penurunan berat badan, nyeri dada, pergelangan kaki dan tungkai kaki menjadi
bengkak, bibri atau kuku jari berwarna biru.
b. Bau : tidak
2. Mata (kanan/kiri)
a. Posisi : simetris
15
e. Sklera : putih
3. Hidung : simetris
a. Rongga : normal
c. Tonsil : simetris
5. Telinga : simetris
6. Leher
7. Dada / thorak
Inspeksi
d. Frekuensi nafas :
16
Auskultasi
Palpasi
Perkusi : redup
8. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
b. Kekuatan : kuat
c. Bunyi : ada
9. Abdomen
a. Keluhan : -
d. Perkusi : redup
17
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
-> BAB
Warna
Konstipasi
Penggunaan pencahar
->BAK
Flek
Warna
Bau
Kejernihan
Endapan
Pola makan
18
Makan kesukaan
Makanan pantangan
Olahraga
-> jenis
-> frekuensi
Kesulitan/keluhan
dalam hal
-> pergerakan
-> mandi
->bersorak
-> berhajat
19
-> mudah merasa kelelahan
a. Lengkap : ya
c. Keluhan : nyeri
d. Kebersihan : bersih
1. Persepsi
Harapan setelah menjalani perawatan : pasien sembuh dan bisa beraktifitas seperti
sebelum sakit
3. Hubungan/komunikasi
20
c. Kehidupan keluarga : pembuatan keputusan dalam keluarga
DATA PENUNJANG
DIAGNOSA KEPERAWATAN
21
hiperventilasi Definisi : keluar masuk Definisi: sekumpulan data
nya udara dari dan dan analisis keadaan pasien
Definisi : inspirasi
kedalam paru untuk memastikan
dan/atau ekspirasi
kepatenan jalan nafas dan
yang tidak memberi -frekuensi pernafasan tidak
kecukupan pertukaran gas.
ventilasi adekuat ada deviasi dari kisaran
normal(skala5) Aktivitas:
22
-sedikit restraksi dinding sesuai dengan protokol
dada (skala4) yang ada
23
tambahan
-Monitor peningkatan
kelelahan,kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
24
-Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
-Catat
onset,karakteristik,dan
lamanya batuk
25
-Buka jalan nafas dengan
menggunakan maneuver
chin lift atau jaw
thrust,dengan tepat
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih
banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun masih sangat kami btuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para pembaca.
Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini
kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28