Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBIJAKAN NEGARA DALAM MENGATASI

PERMASALAHAN COVID-19
(Studi Kasus di Negara Rusia dan Negara Belanda)

M. Andri Julianto P – 170110170047

UTS MK PERBANDINGAN ADMINISTRASI PUBLIK


PRODI ADMINISTRASI PUBLIK, FISIP UNPAD

1. PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) telah menetapkan status
gawat darurat global untuk wabah virus Covid-19 (Coronavirus disease 2019). Salah satu
negara yang terdampak adalah negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin
merupakan negara berdaulat yang membentang luas di sebelah timur Eropa dan utara Asia.
Dengan wilayah seluas 17.125.200 km², Rusia adalah negara terluas di dunia, dengan
penduduknya yang berjumlah 146.000.000 jiwa. Meski berpopulasi banyak, Rusia
mempunyai kasus yang relatif rendah dengan kasus terkonfirmasi pasien positif sebanyak 840
jiwa, pasien yang sembuh sebanyak 38 jiwa, dan pasien yang meninggal sebanyak 3 jiwa
(Hidayati et al., 2008). Keberhasilan Rusia dalam mengatasi virus Covid-19
(Coronavirus disease 2019) tidak lepas dari langkah taktis yang dilakukan dari beberapa
kebijakan, yakni: 1) penutupuan seluruh tempat umum, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan, 2) cuti nasional dengan masyarakat tetap diberikan gaji bulanan, 3) karantina
dalam dua minggu bagi masyarakat yang melakukan perjalanan dari luar negeri, 4)
menangguhkan semua penerbangan, 5) melarang ekspor barang, 6) pembayaran pajak ditunda
selama 6 bulan untuk UMKM, 7) memberikan tunjangan tambahan untuk ibu hamil sebesar
1.000.000 dan untuk pengangguran sebesar 2.500.000 dan 8) melakukan pembangunan
rumah sakit khusus penanganagan Covid-19 (Coronavirus disease 2019) di Moskow. Selain
itu, Rusia sangat taat mengikuti arahan Badan Kesehatan Dunia (WHO) (Aulia & Hanum,
2020).
Berlainan dengan beberapa kebijakan di berbagai negara, mayoritas parlemen Belanda
menolak memberlakukan lockdown soal penanganan virus Covid-19 (Coronavirus disease
2019). Menurut laporan NL Times, 18 Maret 2020, hanya dua partai nasionalis sayap kanan
Belanda yang mengatakan mendukung penguncian penuh negara, di mana warga negara akan
dipaksa karantina (Tempo.co, 2020). Penyebaran wabah virus Covid-19 (Coronavirus
disease 2019) begitu cepat di Belanda sehingga tingkat kematian di negara tersebut
merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Dari kebijakan tersebut, Negara Belanda yang
berpenduduk dengan jumlah 17.302.139 jiwa dengan luas wilayah sebesar 41.543 km² telah
terkonfirmasi pasien positif sebanyak 8.576 jiwa. Dengan melihat angka pasien positif di
Negara Belanda yang sangat tinggi, maka Pemerintah Belanda melakukan kebijakan
karantina wilayah secara cerdas atau yang disebut "intelligent lockdown" (Hamid, 2020).
Penduduk Negara Belanda diarahkan untuk tinggal di rumah, namun
warga bisa keluar rumah jika tidak bisa bekerja dari rumah, selama mereka menjaga jarak
sejauh 1,5 meter. Sebuah survei menunjukkan 99% masyarakat menjaga jarak satu sama lain
dan 93% tinggal di rumah sebisa mungkin (BBC News, 2020). Berdasarkan penyampaian
otoritas Belanda, dari langkah-langkah yang telah diterapkan tampaknya telah mengurangi
penularan virus Covid-19 (Coronavirus disease 2019) di negara itu, terdapat pasien yang
sembuh dari virus ini sebanyak 21 jiwa, dan yang meninggal karena virus ini sebanyak 546
jiwa (Meida & Putri, 2020). Namun, pihaknya mengatakan harus ada penanganan lebih lanjut
agar benar-benar efektif. Dari penjelasan mengenai kebijakan antara Negara Rusia dan
Negara Belanda, penulis bertujuan ingin menganalisis kebijakan-kebijakan dari Negara Rusia
yang angka pasien positif nya kecil padahal mempunyai penduduk terbanyak peringkat ke-9
di dunia dan Negara Belanda yang sempat kontroversi terkait kebijakan “lockdown” dalam
mengatasi permasalahan Covid-19 (Coronavirus disease 2019). Dari hal ini penulis akan
mendeskripsikan best practice dari aspek keefektifan kebijakan untuk penduduk setempat,
aspek keberhasilan pengurangan angka penyeberan virus, dan aspek ekonomi bagi
masyarakat yang terdampak dari kebijkan-kebijakan pemerintah dalam mengatasi
permasalahan ini, sehingga best practice ini dapat diadopsi kepada negara-negara lain dalam
mengatasi permasalahan Covid-19 (Coronavirus disease 2019).
2. KONSEP PERBANDINGAN ADMINISTRASI PUBLIK
2.1 The Development Model
Bagaimanapun administrasi pembangunan tidak sama dengan pengembangan
administrasi. Pada dasarnya, aspek administrasi publik yang berfokus pada pemerintah
memengaruhi perubahan menuju tujuan politik, ekonomi, dan sosial yang progresif, yang
dulu terbatas pada penerima bantuan asing tetapi sekarang diterapkan secara universal. The
development model ini terkait dengan sistem administrasi yang berorientasi pada tujuan dan
tindakan. Namun demikian, istilah ini mengacu pada fokus khusus pada aspek-aspek kunci
tertentu dari perubahan sosial-administrasi, dengan demikian meliputi organisasi dan
perusahaan pengembangan, reorientasi lembaga-lembaga mapan, pendelegasian wewenang
administrasi kepada lembaga-lembaga pembangunan dan penciptaan kader administrator
yang dapat memberikan kepemimpinan dalam merangsang dan mendukung program-program
pembangunan sosial dan ekonomi (Suryo, 2015).
Konsep administrasi pembangunan mengacu pada proses membimbing organisasi ke
arah pencapaian tujuan politik, ekonomi, dan sosial yang progresif yang ditentukan secara
otoritatif dalam satu atau lain cara. Ini memiliki tujuan untuk membuat perubahan semenarik
mungkin. Konsep ini memiliki dua dimensi penting. Pertama, berkaitan dengan proses di
mana sistem administrasi publik mengarahkan perubahan sosial ekonomi dan politik dalam
masyarakat dan kedua, ia mempelajari dinamika perubahan dalam sistem administrasi
(Rathod, 2007).
3. METODE PERBANDINGAN
Dalam suatu studi perbandingan administrasi publik, metode atau pendekatan
(approach) merupakan suatu langkah rasional untuk dapat mempelajari objek tertentu.
Pendekatan sistematis, pendekatan lingkungan/ekologis dan pendekatan yuridis dapat
dipergunakan dalam menganalisa suatu studi kasus yang terjadi, hal ini dikarenakan ketiga
pendekatan ini merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan di antara elemen-elemen
yang saling berhubungan, saling bergantung satu dan saling berinteraksi. Ukasah (1987)
menjelaskan beberapa pendekatan berikut (Anggara, 2012):
1. Pendekatan Sistematis
Sistem-sistem yang dibandingkan adalah yang terdapat dalam administrasi negara,
misalnya perbandingan sistem negara yang menganut monarki dengan demokrasi, negara
maju dengan negara berkembang, negara yang kecil dengan negara yang besar wilayahnya,
negara yang menganut presidensial dengan parlementer.
2. Pendekatan Ekologis
Faktor-faktor administrasi yang dapat dipertimbangkan dengan cermat, meliputi
politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, teknologi, dan pertimbangan geografis.
3. Pendekatan Yuridis
Pendekatan yuridis adalah pendekatan untuk memahami administrasi negara dalam
perspektif hukum atau undang-undang. Hal ini karena persoalan yang berhubungan dengan
administrasi negara tidak terlepas dari konstitusi ataupun peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dari penjelasan di atas, terdapat beberapa indikator yang penulis gunakan sebagai arah untuk
menganalisa:
a) Jumlah penduduk
b) Luas wilayah
c) Keadaan kesehatan masyarakat
d) Keadaan ekonomi masyarakat
e) Aturan hukum negara / kebijakan pemerintah
4. HASIL DAN DISKUSI
Diantara dua negara yang dipilih dalam analisis perbandingan ini, yaitu antara Negara
Rusia dan Negara Belanda, kedua negara ini sudah memberlakukan kebijakan-kebijakan yang
tepat dalam mengurangi penyeberan Covid-19 (Coronavirus disease 2019). Dilihat dari
Negara Rusia dengan wilayah seluas 17.125.200 km² dan jumlah penenduduk sekitar
146.000.000 jiwa telah berhasil melakukan penanganan masalah virus ini dengan kebijakan
pemerintah yang terbukti berpengaruh dengan ketataan masyarakat dalam mematuhinya, hal
ini terbukti dari angka kasus terkonfirmasi pasien positif yang rendah sebanyak 840 jiwa,
pasien yang sembuh sebanyak 38 jiwa, dan pasien yang meninggal sebanyak 3 jiwa. Begitu
juga dengan Negara Belanda, dengan kebijakan yang berbeda namun mempunyai tujuan yang
sama, Negara Belanda yang berpenduduk dengan jumlah 17.302.139 jiwa dengan luas
wilayah sebesar 41.543 km² telah terkonfirmasi pasien positif sebanyak 8.576 jiwa. Dengan
angka pasien yang positif tinggi ini, Pemerintah Negara Belanda memberlakukan kebijakan
"intelligent lockdown" sehingga dengan dikuranginya aktivitas penduduk di Belanda, tetapi
tidak terlalu menganggu perekonomian negara.
Terkait kebijakan antara Negara Rusia dan Negara Belanda, di Negara
Indonesia juga mengeluarkan kebijakan yang serupa, seperti Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), keringanan biaya listrik, keringanan kredit, penutupan tempat-tempat umum,
work form home dan kebijakan lainnya. Namun kebijakan-kebijakan Pemrintah Indonesia
tidak ditaati dengan baik oleh masyarakat, terbukti dari pernyataan Kabid Humas Polda
Metro Jaya Kombes (Pol) Yusri Yunus mengatakan, pelanggaran yang dilakukan mulai dari
keluar dari rumah tanpa menggunakan masker hingga kendaraan yang masih ramai dengan
sudah diberlakukannya PSBB di daerah-daerah tertentu (Kompas.com, 2020). Dengan hal
tersebut, terbukti dengan pernyataan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona
Achmad Yurianto menyampaikan bahwa masih ada penambahan kasus Covid-19 di Tanah
Air sebanyak 6.760 kasus Covid-19 di Indonesia (kompas.com, 2020).
INDIKATOR PERBANDINGAN
Negara Jumlah Luas Wilayah Positif Meninggal Kebijakan
Penduduk Covid-19 Ekonomi
Rusia 146.000.000 17.125.200 km 840 jiwa 3 jiwa a) Memberikan
jiwa ² tunjangan
tambahan untuk
pengangguran
sebesar
2.500.000 dan
untuk ibu hamil
sebesar
1.000.000
b) Cuti nasional
dengan
masyarakat
tetap diberikan
gaji bulanan
Belanda 17.302.139 41.543 km² 8.576 jiwa 546 jiwa -
jiwa
Indonesia 267.700.000 1,904,569 km² 6.760 jiwa 747 jiwa a) Keringanan
jiwa biaya listrik
b) Keringanan
kredit

Pemerintah Negara Indonesia dapat adptif dengan melihat pengimplementasian


kebijakan Negara Rusia dan Negara Belanda, seperti dalam segi ekonomi di Negara Rusia
yang memberikan tunjangan tambahan untuk pengangguran sebesar 2.500.000 dan untuk ibu
hamil sebesar 1.000.000, sama tapi tak serupa juga dilakukan oleh Negara Indonesia seperti
keringanan biaya listrik dan keringanan kredit untuk meringankan beban masyarakat yang
terkena dampak. Hal lainya juga dilakukan seperti pembuatan rumah sakit khusus juga
dilakukan oleh Pemerintah Negara Indonesia karena kasus positif Covid-19 (Coronavirus
disease 2019) yang terus meningkat. Namun permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah
ketaatan masyarakat dalam mengikuti kebijakan-kebijakan dari pemerintah seperti Pembatan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih banyak dilanggar oleh masyarakat setempat.
Best Practice yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Negara Indonesia dalam
mengatasi ketidaktaatan masyarakat adalah dengan melakukan cuti nasional dengan
masyarakat tetap diberikan gaji/pemasukan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal tersebut
yang menjadi keresahan masyarakat kenapa tidak bisa untuk tetap di rumah, sehingga dengan
diberlakukannya hal itu bisa mengurangi mata rantai perseberan Covid-19 (Coronavirus
disease 2019).
5. KESIMPULAN
Dari proses analisis perbandingan antara Negara Rusia dan Negara Belanda terhadap
Negara Indonesia penulis menggunakan konsep development model yang pada dasarnya
aspek administrasi publik yang berfokus pada pemerintah ini harus dapat memengaruhi
perubahan menuju tujuan politik, ekonomi, dan sosial yang progresif disesuaikan dengan
keadaan genting terakit permasalahan gawat darurat global untuk wabah virus Covid-19
(Coronavirus disease 2019). Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode atau pendekatan
sistematis, pendekatan lingkungan/ekologis dan pendekatan yuridis dapat dipergunakan
dalam menganalisa suatu studi kasus yang terjadi. Hal ini dikarenakan dari ketiga pendekatan
tersebut dapat menjadi suatu rangkaian yang berkesinambungan di antara elemen-elemen
yang saling berhubungan, saling bergantung satu dan saling berinteraksi.
Hasil analisa perbandingan antara Negara Indonesia terhadap
Negara Rusia dan Negara Belanda dinilai sudah cukup adaptif dalam menentukan kebijakan.
Banyak kebijakan yang dilakukan oleh Negara Indonesia seperti work from home,
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), keringanan biaya listrik dan berbagai macam
kebijakan lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, yang masih menjadi kendala
adalah kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang masih sangat rendah,
sehingga kebijakan tersebut belum dapat berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, S. (2012). Perbandingan Administrasi Negara.


Aulia, D., & Hanum, A. (2020). Coronavirus Infections are Under Control in Rusia.
Hamid, A. R. A. H. (2020). Social responsibility of medical journal: a concern for COVID-19
pandemic. Medical Journal of Indonesia, 29(1), 1–3.
https://doi.org/10.13181/mji.ed.204629
Hidayati, N., Wardhana, I., Gumilar, H., Sianipar, S., & Kartika, D. M. (2008). Perbandingan
Administrasi Publik Antara Swedia Dan Indonesia. In Jurnal Administrasi Publik
Unpar (Vol. 5, Issue 2).
Meida, S., & Putri, W. (2020). Covid-19 in Belanda.
Rathod, P. B. (2007). Comparative Public Administration. In Politische Vierteljahresschrift
(Issue SUPPL. 37).
Suryo, H. (2015). Budaya Politik Negara Maju dan Negara Berkembang: Suatu
Perbandingan. Transformasi, I(27), 1–47.
https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Transformasi/article/view/912

Anda mungkin juga menyukai