Secara yuridis perkataan Negara selalu mempunyai ikatan dengan salah satu dari ke-5
pengertian itu.
B. IDE DAN PENGERTIAN (KONSEP) NEGARA
Konsep Negara memiliki dua pengertian:
Negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati rakyatny.
Negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang
diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan
politik dan berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.Antara ide dan pengertian
Negara dapat di tarik perbedaan yang tegas. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
a. Ide Negara yang didasarkan atas ide yang abstrak, atau yang transcendental, yaitu ide
Negara yang bersumberkan cipta Tuhan (ide Ketuhanan). Dalam hal ini negara dianggap
sebagai ciptaan Tuhan dan kekuasaan pemerintah bersumberkan pada kuasa dan
penetapan tuhan. Dari ide Negara seperti ini, maka lahirlah pengertian Negara teokratis.
b. Ide Negara yang didasarkan atas ide yang empiris. Ide ini melahirkan konsep Negara
yang didasarka atas kedaulatan rakyat, yang lebih terkenal dengan sebutan Negara
Demokrasi.
c. Ide Negara yang didasarkan atas ide yang immanent, keyakinan akan akal Ketuhanan
yang terjelma dalam sejarah, dalam persekutuan manusia. Tipe neagra yang timbul
berdasarkan ide tersebut belakangan ini merupakan sintetis tipe-tipe yang telah
disebutkan pada bagian a dan b.
C. TEORI TENTANG SIFAT HAKIKAT NEGARA
1. Peninjauan Sosiologis
Mengenai hakekat negara yang dimaksudkan adalah hakekat daripada apa yang
dinamakan negara itu. Apakah itu merupakan keluarga yang besar, atau merupakan suatu
alat, atau wadah, atau organisasi, atau perkumpulan ini nanti kita akan menjumpai
pendapat-pendapat banyak sekali.
Dari sisi sosiologis, negara adalah memahaminya sebagai anggota masyarakat
(zoon politicon). Dimana manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri, kebutuhan antar individu tersebut membentuk suatu masyarakat. Negara sebagai
wadah bangsa yang menggambarkan cita-cita kehidupan bangsanya. Pandangan sifat
hakekat berkaitan dengan pandangan hidup yang dianutnya. Oleh sebab itu banyak
paham sarjana yang mengungkap-kannya :
a. Pandangan Socrates
b. Pandangan Plato
Plato adalah murid dari Socrates. Ia banyak menulis buku,diantaranya yang terpenting
adalah “Politeia” atau Negara, “Politicos” atau ahli negara, dan “nomoi” atau undang-undang.
Paham plato mengenai Negara adalah keinginan kerjasama antara manusia untuk memenuhi
kepentingan mereka.Kesatuan mereka inilah kemudian disebut masyarakat,dan masyarakat itu
adalah negara. Terdapat persamaan antara sifat-sifat manusia dan sifat-sifat Negara.(Abu Daud
Busroh,2001:21).
c. Pandangan Aristoteles
Menurut Aristoteles, negara itu adalah gabungan keluarga sehingga menjadi kelompok
yang besar. Kebahagiaan dalam negara akan tercapai bila terciptanya kebahagiaan individu
(perseorangan). Sebaliknya,bila manusia ingin bahagia,dia harus bernegara,karena manusia
saling membutuhkan satu dengan yang lainnya dalam kepentingan hidupnya. Manusia tidak
dapat lepas dari kesatuannya. Kesatuan manusia itu adalah negara. negara menyelenggarakan
kemakmuran warganya. Oleh karena itu ,negara sebagai alat agar kelompok manusia bertingkah
laku mengikuti tata tertib yang baik dalam masyarakat. Dengan demikian ,negara sekaligus
merupakan organisasi kekuasaan.(Abu Daud Busroh,2001:22).
Yang dipersoalkan dalam peninjauan sosiologis ini adalah bagaimana kelompok manusia
sebelum terjadinya negara. Karena kelompok itu perlu diatur,maka dibentuklah organisasi
sebagai alat untuk mengatur kelompok tersebut,yaitu organisasi negara. Agar alat itu dapat
bermanfaat, maka alat itu harus mempunyai kekuasaan/kewibawaan. Dengan demikian,maka
muncul sifat hakikat negara adalah:
Dwang organisatie;atau
Zwang ordnung;atau
Coercion instrument
Jadi, Negara dalam hal ini semata-mata sebagai alat yang dapat memaksakan manusia-
manusia dalam kelompok itu tunduk pada kekuasaannya,agar berlaku tata tertib yang baik dalam
masyarakat.(Max Boli Sabon,1994:70-71).
Yang memiliki kekuasaan/kewibawaan ini pertama-tama dilihat dalam masyarakat
keluarga, maka seorang ayah muncul sebagai yang mempunyai kekuasaan itu. Kemudian
masyarakat itu menjadi makin besar yang disebut negara,kekuasaan demikian masih tetap
terbawa oleh pemimpin Negara itu (from the family to state).perkembangan lebih lanjut,ternyata
bahwa tidak semua kelompok masyarakat terjadi dengan sendirinya seperti masyarakat keluarga
itu,melainkan adapula kelompok masyarakat yang sengaja dibuat. Kelompok masyarakat itu
sengaja dibuat,karena orang-orang yang berkelompok itu merasa dirinya
senasib,sekeinginan,sekemauan,dan setujuan.untuk itu,Kranenburg mencoba mengadakan system
pengelompokan manusia didalam masyarakat berdasarkan dua ukuran,yaitu:
Dari dua unsur tersebut,diperoleh empat macam kelompok masyarakat sebagai berikut:
Kelompok yang ada disatu tempat tertentu dan teratur,contohnya,kelompok orang-orang
dalam ruang kuliah,atau kelompok orang-orang yang menonton bioskop.
Kelompok yang ada disatu tempat tertentu,namun tidak teratur,misalnya,massa dalam
demonstrasi liar
Kelompok yang tidak setempat dan tidak teratur;misalnya,kelompok tukang jual kacang
rebus,kelompok penjaja Koran.
Kelompok yang tidak setempat tetapi teratur;kelompok inilah yang disebut Negara,oleh
Kranenburg,karena kelompok ini terbentuk bukan karena kesamaan tempat, melainkan
membentuk kelompok yang teratur.
Usaha mereka untuk mengadakan pengelompokan karena adanya rasa bersatu yang erat
disamping mereka menghadapi bahaya bersama. Jadi yang penting menurut Kranenburg adalah
pengelompokan itu terjadi atas dasar bahaya bersama,an tujuan kelompok itu adalah mengatur
diri mereka sendiri.dengan peratura yang dibuat.sebaliknya dari segi individu,timbul keinginan
untuk menaati peraturan-peraturanyang dibuat (adanya ikatan keinginan). Ikatan keinginan itu
lalu menjelma dalam ikatan kemauan bersama, yang terkenal dengan istilah willenverhaltnis,baru
kemudian secara logis timbul suatu tujuan bersama. Kesatuan akan tujuan bersama disebut
teleologische einheit.Setelah adanya ikatan kemauan baru timbul soal penguasaan,yaitu
persoalan siapa yang menguasai dan siapa yang dikuasai. Yang memegang kekuasaan adalah
ikatan penguasa atau yang disebut dengan istilah Herrschaftsverhaltnis. Ikatan penguasa dilihat
dari adanya kekuatan yang mengharuskan ditaatinya peraturan dalam Negara tersebut.
Peninjauan sosiologis yang menimbulkan taraf demi taraf sampai timbulnya hubungan antara
yang menguasai dan yang dikuasai inilah merupakan suatu peninjauan ilmiah yang sistematis.
Sebagai spesifikasi dari peninjauan sosiologis ini adalah peninjauan politis. Menurut
Rudolf Smend,fungsi dari Negara yang terpenting ialah untuk integrasi (mempersatukan).
Kerangka berfikir Rudolf Smend adalah Negara sebagai ikatan keinginan yang diusahakan agar
selalu tetap (statis), dengan cara mengadakan faktor-faktor integrasi tersebut. Ikatan keinginan
dikatakan sebagai faktor integrasi, karena jika ikatan keinginan itu lepas dari Negara, maka
Negara menjadi tidak ada (lenyap) dan menimbulkan separatisme. Oleh karena Rudolf Smend
mengatakan bahwa tugas Negara yang terpenting adalah integrasi, maka peninjauannya bersifat
politis.
Berbeda dengan pendapat Kranenburg, Heller dan Logemann menyatakan, bahwa yang
terlihat adalah bukan Negara sebagai suatu kesatuan bangsa,melainkan kewibawaan atau
kekuasaa tertinggi ada pada siapa atau berlakunya untuk siapa.
Logemann mengatakan bahwa Negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi
kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa.
Jadi, pertama-tama Negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan, dalam mana terkandung
pengertian dapat memeksakan kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi
ini. Maka, Logemann berpendapat bahwa yang primer itu adalah organisasi kekuasaannya, yaitu
Negara. sedangkan kelompok manusianya adalah sekunder.
Heller juga mengatakan bahwa teori Kranenburg itu tidak benar karena jika dalam Negara
jajahan maka antara yang menguasai dengan yang dikuasai tidak meupakan satu kesatuan
bangsa. Demikian pila, seperti di Commenwealth Inggris.
Bertolak dari herrschaftsverhaltnis, mereks berpendapat bahwa suatu Negara itu ada
karena penaklukan kelompok yang satu dengan yang lain. Jadi, sifat hakikat Negara adalah
organisasi yang melaklukan kelompok-kelompok lain.
a. Rechts objek;
b. Rechts subjek;
c. Rechts verhaltnis;
Akan tetapi secara sistematis pembicaraan di mulai dengan Rechts subjek, yaitu mengenai
siapa yang menjadi sujek dalam hukum, artinya yang mempunyai hak dan kewajiban. Rechts
subjek yang satu mengadakan hubungan hukum dengan Rechts subjek yang lain. Hubungan ini
disebut Rechts objek.
Negara sebagai Rechts objek berarti Negara dipandang sebagai objek dari oarng unutk
bertindak. Teori ini dengan sendirinya memandang Negara sebagai alat dari manusia tertentu
untuk melaksanakan kekuasaannya. Oleh karena itu, manusia tertentu itu mempunyai status lebih
tinggi dari Negara sebagai objek tadi.
Teori-teori ini ini dijumpai dalam abad pertengahan, dimana panglima, raja, dan tuan-
tuan tanah sebagai Rechts subjek, dan Negara hanyalah Rechts objek, yaitu alat untuk menguasai
orang yang ada di atas tanah. Jadi, status Negara lebih rendah daripada orang-orang tertentu
tersebut. Negara ini terjadi karena tuan tanah tidak dapat mengawasi tanahnya yang begitu luas
sehingga diangkatlah panglima, dengan memberikan tanah sebagai hadia. Selain tuan tanah
mempunyai hak atas tanah, dia mempunyai hak untuk memungut pajak terhadap orang yang
berada diatas tanah tersebut, mempekerjakan orang yang tinggal disitu, dan menghukum orang-
orang yang tidak patuh pada peraturan yang dibuatnya. Agar orang tersebut dapat tunduk pada
kekuasaan tuan tanah dan panglima itu, lau dibentuklah Negara. Maka Negara sebagai alat dari
tuan tanah dan panglima tersebut.
Pandangan Negara sebagai Rechts subjek berarti Negara sebagai pembuat hukum. Oleh
karena Negara merupakan organisasi kekuasaan, maka Negara juga dipandang sama dengan
organisasi lainnya yang dipandang sebagai orang atau persoon atau subjek hukum (Rechts
persoon) sebagai Rechts persoon, Negara juga mempunyai hak dan kewajiban, termasuk hak
untuk membuat hukum, dan kewajiban untuk melaksanakan hukum sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, sifat hakikat Negara jika di pandang dari sudut Rechts subjek, maka Negara adalah
Rechts persoon.
1. Subyektif
Dari pandangan subyektif maka dapatlah dikenal sifat hakikat Negara yang selaraskan
dengan pandangan Negara sebagai suatu gejala tertentu di dunia.
2. Obyektif
DAFTAR PUSTAKA