Disusun Oleh:
Saepudin
433131490120065
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau purperium, adalah masa setelah persalinan,
masa, perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat
kandungan/reproduksi seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca
persalinan (Jannah, 2011).
Postpartum atau purpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahir plasenta sampai dengan 6
minggu (42hari) (Prawirohardjo, 2010).
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan
produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah
lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada
jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke
arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak
tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan
suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas,
yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah
dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian
lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan
fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang,
glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan
berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing- masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit Antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2) Struktur Interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovaryii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk- lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan
peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan
peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan
mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
b) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal
membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong
bayi pada persalinan.
c) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa
tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil.
Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormone seks steroid. Cairan vagina berasal dari
traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan
relatif vagina.
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL,
dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara
lain sebagai berikut :
Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
Kunjungan II: Asuhan 6 hari setelah melahirkan
Kunjungan III: Asuhan 2 minggu setelah melahirkan
Kunjungan IV: Asuhan 6 minggu setelah melahirkan
(Sunarsih dkk, 2011).
2) Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang
diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas
(Maryunani, 2009)
Perubahan Uterus
Diameter
Berat Bekas
Tinggi
Involusi Uterus Melekat Keadaan Serviks
Fundus Uteri
(gr) Plasenta
(cm)
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
Uri Lahir 2 jari dibawah 750 12.5 Lembek
pusat
Satu Minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
pusat-simfisis setelah
postpartum dapat
dilalui 2 jari akhir
minggu pertama
dapat dimasuki 1
jari
Dua Minggu Tak teraba 350 3-4
diatas simfisis
Enam Bertambah 50-60 1-2
Minggu kecil
Delapan Sebesar 30
Minggu normal
. Sumber : (Sunarsih dkk, 2011).
3) Afterpains
Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami kram/mulas
pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram sewaktu
periode menstruasi, keadaan ini disebut afterpains, yang ditimbulkan karena
kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang
terkumpul didalam uterus.
4) Tempat Plasenta
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
tempat atau situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/mati). Decidua yang mati
akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah dan yang
dinamakan lochea yang menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi adalah
karena pertumbuhan endometrium.
5) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada wanita normal. Lochea memiliki bau yang amis/anyir dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat
dari pada kondisi asam yang ada pada wanita normal. Lochea memiliki bau yang
amis/anyir meskipun tidak telalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada
setiap wanita. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra, sanguelenta, serosa, alba (Maryunani,
2009).
Perubahan Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari decidua, vernik caseosa,
kehitaman rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa darah
Sanguel 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur lendir
enta bercampur
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan Lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari
/kecoklatan
leukosit dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leokosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
6) Perubahan Ligamentum
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan saat melahirkan, kembali ke sedia kala. Perubahan ligamen yang
dapat terjadi pasca melahirkan antara lain : ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi, ligamen fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. Perubahan yang terjadi antara lain:
a) Perubahan di serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat
menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri.
Dalam perjalanan beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur
yang jelas – jelas cukup besar untuk memuat kebanyakan kepala janin
cukup bulan menjadi isthmus uteri hampir tidak dapat dilihat yang
terletak diantar korpus diatas dan os iinterna serviks dibawah. Segera
setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin
b) Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali
dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga.
Vagina pintu keluar pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong
berdinding lunak dan luas ukurannya secara perlahan -lahan mengecil
tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara (Rukiyah dkk, 2011).
Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi,
dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha, 2009).
c) Perubahan di Peritoneum dan Dinding Abdomen
Konsistensi abdomen lembek, peregangan selama kehamilan dapat
memisahkan otot perut ‘diastasis rekti abdomeminis’, yang normalnya
adalah kurang dari 20 cm dan lebar 2 cm. Sementara itu, dilihat pada
dinding abdomen, abdomen tampak menonjol keluar pada hari pertama
sesudah melahirkan. Dua mnggu pertama melahirkan, dinding abdomen
relaksasi, kurang lebih 6 minggu keadaan abdomen kembali seperti
sebelum hamil (Rukiyah dkk,
2011; h. 63).
d) Payudara (mamae)
Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai
berikut:
Produksi susu (Sekresi susu atau let down
Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
payudara dapat dirasakan. Pembuluh darah menjadi bengkak
terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa
sakit. Sel – sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormone
oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down mengalirkan
(Saleha, 2009).
ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke-4 setelah
kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur
kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir (Sulistyawati, 2012).
a) Diet teratur
6) Seksual
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasa nyeri, aman untuk memulai, melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan (Saleha, 2009).
7) Perawatan payudara
a. Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil
supaya puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya
b. Perlu dilakukan perawatan payudara pada ibu nifas
c. Bila bayimeninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara:
pembalutan payudara sampai tertekan, pemberian obat estrogen
d. Untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel (Sunarsih dkk,
2011).
8) Proses laktasi atau menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta mengandung
hormon penghambat prolakti (hormon plasenta) yang menhambat
pembentukan asi. Stelah plasenta lepas,hormon plasenta itu tidak
dihasilkan lagi,sehinga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah
melahirkan (Saleha, 2009).
9) Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali.
b. Biasanya ibu post partum tidak menghasilkan telur (ovum) sebelum
mendapatkan haidnya selamaa meneteki, oleh karena itu Amenore Laktasi dapat
dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
dahulu pada ibu, meliputi :
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya
b) Kelebihan dan keuntungan
c) Efek samping
d) Kekurangannya
e) Bagaimana memakai metode itu
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan yang menyusui. Jika pasangan memilih metode KB tertentu,
ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan
dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Rukiyah
dkk, 2011)
5) Sistem Neurologis
Sakit kepala pada ibu post partum, mungkin disebabkan oleh perubahan
kondisi akibat hipetensi atau stress.
6) Sistem Endokrin
Adanya rangsangan hisap bayi, fundus akan mengeras jika dilakukan
massase ringan, hal ini berkaitan dengan pengeluaran oksitosin
pembengkakan payudara.
7) Sistem Reproduksi
Mencakup bentuk payudara, pembengkakan payudara, pigmentasi aerola
mammae, terjadi pengeluaran kolostrum saat dipalpasi, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, jenis lokhea pada hari 1-2, lokhea lubra berwarna merah,
keadaan vagina dan vulva.
8) Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot perut menurun, dinding abdomen lunak dan kendur.
9) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi aerola mammae, linea nigra, kulit lembab.
i. Data biologis
Mencakup masalah kesehatan dan keperawatan yang lalu, masalah kesehatan yang
dialami dan masalah pola kebiasaan sehari-hari dan masalah yang beresiko untuk
klien.
a) Pola Nutrisi
Mencakup kebiasaan makan, frekuensi, jumlah dan jenis makanan yang disukai,
pantangan, porsi makan, kebiasaan umum, frekuensi, jumlah, jenis.
b) Pola Eliminasi
Mencakup kebiasaan BAB, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan, kebiasan
BAK, frekuensi, jumlah warna, konsistensi, keluhan.
c) Pola Istirahat dan Tidur
Mencakup tidur malam, waktu dan lama, tidur siang, waktu dan lama.
d) Pola Aktivitas dan latihan
Mencakup kegiatan yang dilakukan dirumah, dan saat dikaji, olahraga, aktivitas
rekreasi, waktu luang.
e) Pola Personal Hygiene
Mencakup frekuensi mandi, gosok gigi, dan mencuci rambut.
j. Data psikologis
Mencakup Prilaku, pola emosi, konsep diri, gambaran diri, pola pemecahan masalah,
tingkat pengetahuan dan daya ingat, data sosial yang meliputi : Status ekonomi,
kegiatan rekreasi, bahasa, daya komunikasi, pengaruh budaya, sumber daya
masyarakat, faktor resiko lingkungan, hubungan sosial, hubungan dengan keluarga
dan pekerjaan.
k. Data spiritual
Mencakup nilai-nilai dan norma, kegiatan keagamaan, dan moral.
l. Pemeriksaan penunjang
Meliputi pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, golongan darah, leukosit,
hematokrit, dan trombosit.
m. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada klien post ektrasi forsep adalah obat analgetik dan
antibiotik.
n. Pemeriksaan fisik pada bayi
Menggunakan pendekatan head to toe :
a) Penampilan umum
Meliputi pergerakan, berat badan normalnya 2500 – 4000 gram, panjang
badan normalnya 44 – 55 cm, tanda-tanda vital, suhu normal 36 – 37,5º C,
respirasi normal 40 – 60 x / menit, heat rate 110 – 160 x/menit.
b) Kepala
Meliputi bentuk kesimetrisan ukuran lingkar kepala normalnya 23 – 37 cm,
penyebaran rambut merata atau tidak, fontanel anterior dan posterior yang
normalnya teraba hangat.
c) Wajah
Meliputi kesimetrisan, sekitar alis dan dahi terdapat rambut halus, adanya
tanda kemerahan di pipi.
d) Mata
Meliputi kesimetrisan pergerakan bola mata, konjungtiva dan seklera, kaji
reflek mata misalnya reflek mengedip dapat timbul dari beberapa rangsangan
seperti cahaya yang terang, sentuhan nyeri, dan usapan alis, reflek pupil
timbul sebagai akibat respon terhadap cahaya
e) Hidung
Meliputi bentuk, kesimetrisan, adanya tidaknya sekret
f) Telinga
Meliputi kesimetrisan, kebersihan, kesejajaran puncak telinga, ada tidaknya
lubang telinga, ada tidaknya cairan yang keluar, ada reflek terkejut reflek ini
timbul dengan suara keras secara mendadak atau dengan menepuk sternum.
g) Mulut
Adanya reflek oral atau reflek menyelidiki (mencari) mermupakan respon
terhadap rabaan feri oral, jika pipi bayi kontak dengan mammae ibu atau
bagian lain maka bayi akan mencari puting susu hal ini memungkinkan bayi
menemukan pappila mammae tanpa dibimbing ke tujuannya, jika mulut bayi
disentuh dengan ringan bibir bawah menurun pada sisi yang sama dan lidah
bergerak ke depan ke arah titik rangsangan, reflek rooting, bayi memutar
kearah pipi yang digores, reflek menghisap, bayi menghisap dengan kuat
dalam berespon terhadap stimulasi, reflek ini menetap selama masa bayi dan
mungkin terjadi selama tidur.
h) Leher
Mengkaji kesimetrisan, kaji reflek tonik neck, bayi melakukan perubahan
posisi kepala diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai, ekstensi ke arah sisi
putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan apakah ada kelenjar
getah bening atau tidak.
i) Abdomen
Meliputi bentuk keadaan kulit, keadaan tali pusat.
j) Genetalia
Pada laki-laki normalnya testis turun dan pada perempuan biasanya labia
mayora dan minora serta clitorisnya membengkak, kaji apakah pengeluaran
lendir atau tidak.
k) Ekstremitas
Pada ekstremitas kaji jumlah jari lengkap atau tidak, kaji reflek moro reflek
ini terdiri dari abduksi dan ekstensi lengan, tangan membuka jari seringkali
melengkung reflek ini ditemukan pada bayi prematur, kaji reflek
menggenggam telapak tangan dirangsang jari-jari akan fleksi dan
menggenggam benda, ekstremitas bawah, kaji kesimetrisan jari lengkap atau
tidak, reflek jari kaki mengembang dan ibu jari dorsoflexi.
o. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan.
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui.
d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan adanya konstipasi.
e. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan.
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
keperawatan Hasil
1 Nyeri Akut Se setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan
Tindakan
selama 1x24 jam
Observasi
diharapkan tingkat
nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri:
menurun (5) nyeri
- Meringin:
- Identifikasi skala nyeri
menurun (5)
- Sikap protektif: - Identifikasi respons nyeri non
menurun (5)
verbal
- Gelisah: menurun
(5) - Identifikasi factor yang
- Kesulitan tidur:
memperberat dan memperingan
menurun (5)
- Pupil dilatasi: nyeri
menurun (5)
- Identifikasi pengetahuan dan
- Muntah: menurun
(5) keyakinan tentang nyeri
- Mual: menurun
- Identifikasi pengaruh budaya
(5)
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Tens, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolabirasi pemberian analgetik, jika
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian uterotonika
- Kolaborasi pemberian antikoagulan
DAFTRA PUSTAKA
Bobak, Irene M, dkk (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing).
Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Dewi dan Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta Selatan:
Salemba Medik
Saleha, siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika