Anda di halaman 1dari 20

Komunikasi Dan Konseling Dalam Kebidanan

Manusia merupakan makhluk social yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
melakukan interaksi dengan lingkunganya, manusia sebaga individu dituntut untuk
melakukan tugas perkembangan. Apabila individu tersebut tidak mampu menjalankan tugas
perkembangan, maka akan menimbulkan suatu masalah. Masalah timbul karena individu
tidak dapat dan tidak mengerti potensi yang ada pada dirinya sehinga tidak dapat
mengembangkan diri.
melihat permasalahan tersebut, individu membutuhkan bantuan dari pihak lain yang
dapat memberikan informasi atas kekurangan yang ada pada dirinya. Maka pelayanan
konseling sangat dirasakan perlu dan penting umtuk membantu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang muncul.
PENGERTIAN KONSELING
Para ahli mengemukakan berbagai rumusan tentang konseling yang berbeda-beda, akan tetapi
pada intinya sama dan saling melengkapi. Pengertian konseling menurut beberapa ahli
dikemukakan sebagai berikut.
Menurut Burks dan Stefire, konseling merupakan suatu hubungan professional antara
seirang konselor terlatih dan seorang klien. Hubungan ini niasanya dilakukan orang per
orang. Meskipun seringkali melibatkan lebih dari dua orang per orang. Meskipun seringkali
melibatkan lebih dari dau orang. Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan
memperjelas pandangan hidupnya belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui
pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian msalah emosional atau antar pribadi.
Dalam hubungan tersebut konselor harus professional dan terlatih sehinga dapat
membina hubungan baik dan harmonis antara konselor dengan klien: hubungan, menurut
Burks dan Steffire, merupakan suatu proses yang dirancang dan direncanakan untuk
membantu klien dalam menetukan pilihan dan memecahkan masalah.
American Psychological Association (APA) memberi batasan konseling sebagai
suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan
pribadinya dan mencapai perkembangan kemampuan pribadi yang dimliki sera optimal.
Batasan APA menjelaskan bahwa protes dapat terjadi setiap sat, dengan menekankan
pada adanya proses pemberian bantuan terhdapa individu yang mengalami hambatan dalam
perkembangan secara optimal. Konseling adalah suatu hubungan tikbal balik antara konselor
(bidan) dengan konseli (klien) yang bersifat professional baik secara individu atau kelompok,
yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam kehidupan.
Konseling merupakan suatu proses dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Interaksi antara dua orang (antara bidan dank klien)
2. Konseli datang mempunyai masalah
3. Konseling datang atas kemauan sendiri atau saran orang lain untuk menyelesaikan
masalah
4. Konselor adalah seorang terlatih (professional) dalam bidangnya
5. Tujuan konseling adalah menolong dan memberikan bantuan kepada konseli agar ia
mengerti dan menerima keadan nya serta dapat menemukan jalan keluar dengan
mengunakan potensi yang ada pada dirinya
6. Proses konseling menitik beratkan kepada masalah yang jelas, nyata, dan dalam
kesadaran diri

Menurut Gustad (1953), konseling merupakan suatu proses yang mempunyai


orientasi pada belajar, dilakukan dalam lingkungan social dari seseorang kepada orang lain
(konselor kepada konseli), dengan memberikan bantuan secara profesioanl (memiliki
pengetahuan dalam bidangnya), serta membantu konseli dengan metode yang disesuaikan
kebutuhan msalah yang dihadapi klien, agar klien dapat memahami dan mengunakan
pengertianya atas tujuan ditetapkan bersama. Dalam proses konseling secara wajar dan
dihayati, akhirnya konseli dapat menajdi angota masyarakat yang lebih produktif dan
bahagia.

TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk membantu masalah klien,
karena masalah klien yang benar-benar telah terjadi akan merugikan diri sendiri dan orang
lain, sehinga harus segera dicegah dan jangan sampai timbul maslah baru. masalah lainya
adalah klien tidak mampu dan mengerti tentang potensi yang ada pada dirinya, konseling
berusaha membantu potensi yang dimilikinya, sehinga dapat digunakan secara efektif. Tujuan
konseling dapat dijelaskan dengan 5 point sebagai berikut :
1. Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien
2. Meningkatkan kemampuan klien untuk menciptakan dan memelihara hubungan
3. Mengembangkan ke efektifan dan kemampuan klien untuk memecahkan masalah
4. Meningkatkan kemampuan klien untuk membuat keputusan
5. Memfasilitasi perkembangan potensi klien
Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien
Maksud memfasilitasi perubahan tingkah laku klien adalah bagaimana bidan dapat
memberikan kesempatan kepada klien agar dapat mengubah tingkah laku, dengan tujuan
memberikan klien kesempatan agar dapat hidup lebih produktif dan memuaskan dalam
hidupnya. Perubahan tingkah laku sebagai suatu akibat dari adanya proses konseling.
Meskipun tingkah laku yang spesifik bukanlah penekanan dalam pengalaman konseling.
Perubahan tingkah laku dalam proses konseling adalah perubahan dalam cara brfikir dan
pemahaman. Yaitu dari ketidak mengertian tentang masalah yang dihadapinya
menjadimemahami dan mengerti masalah. Perubahan tingkah laku dapat berupa perubahan
bentuk fisik dari semula datang dalam keadan pucat dan gelisah, setelah berlangsungnya
proses konseling berubah menjadi tenang dan wajah tidak pucat lagi.
Meningkatkan kemampuan klien untuk menviptakan dan memelihara hubungan
Terciptanya hubungan baik anatar bidan dengan klien merupakan hal yang utama dalam
proses konseling. Proses konseling pada intinya adalah menjalin hubungan baik dan
melanggengkan hubungan tersebut sampai konseling berakhir. Konseling akan berjalan
apabila antara bidan dan klien sudah ada peningkatan hubungan baik. Hubungan baik
dimaksud tidak hanya hubungan antara bidan dengan klien, akan tetapi bagaimana klien juga
dapat berhubungan baik dengan dirinya maupun orang lain, bidan harus berusaha membantu
klien memperbaiki kwalitas kehidupanya dengan menjadi semakin efektif dalam melakukan
hubungan antarpribadi maupun interpribadinya. Semakin baik hubungan sosialnya klien
dengan orang lain, maka semakin naik pula kemampuan klien untuk mengoreksi dirinya
sendiri.
Mengembangkankefektifan dan kemampuan klien untuk memecahkan masalah
Secara mendasar, manusia sebagai individu mempunyai cara untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya, tetapi karena ketidak mengertian mengenai masalahnya dan kurang
memahami tentang dirinya, maka ia akan menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah.
Konseling diarahkan untuk memanfatkan kemampuan atau potensi klien. Bidan membantu
kliem untuk mengunakan dan meningkatkan keterampilan dalam memecahkan masalahnya.
Meningkatkan kemampuan klien untuk membuat keputusan
Permasalahan kompleks yang dialami individu seringkali merupakan suatu pilihan yang
sangat sulit, sedangkan untuk memilih dibutuhkan adanya suatu keputusan. Keputusan yang
diambil tidaklah mudah karena apabila salah dalam membuat suatu keputusan akibat yang
terjadi akan lebih butuk dan menimbulkan konflik baru. tugas bidan adalah membantu klien
memperoleh informasi dan memperjelas masalah-masalah yang dihadapi klien. Minat,
kesempatan, emosi, dan sikap yang baik akan membantu klien dalam membuat keputusan
sendiri secara realistis.
Memfasilitasi perkembangan potensi klien
Karena secara mendasar individu sudah mempunyai kemampuan atau potensi untuk dapat
memecahkan msalahnya sendiri. Tujuan konseling adalah mengembangkan potensi klien,
yaitu bidan berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan klien dengan memberi
kesempatan kepada klien untuk belajar mengunakan kemampuan dan minatnya secara
optimal. Tujuan ini akan tercapai apabila klien dapat memperbaiki pribadinya secara efektif.
PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING
Konseling sangat bermanfaat untuk membantu klien dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan yang sangat kompleks. Melihat kondisi klien secara umum dan individual
memrupakan hal penting dalam pemberian konseling. Bidan perlu memperhatikan apa yang
muncul dan yang ada dalam diri klien. Untuk melihat kondisi tersebut. Konseling dapat
berorientasi pada pendekatan-pendekatan osikologi konseling. Pendekatan-pendekatan
konseling tersebut adalah sebagai berikut.
PENDEKATAN KOGNITIF
Dalam menghadapi suatu permasalahan, hal pertama yang muncul dari individu adalah akan
bertindak dan mempunyai pemikiran yang tidak masuk akal. Sehinga individu sendiri
mengalami masalah, yaitu ketidak sesuaian antara apa yang di inginkan dalam pikiranya
dengan kenyatan yang ada. Pada pendekatan kognitif, bidan berusaha menekankan pada
proses berpikir rasional tentang apa yang dihadapi klien. Pendekatan ini memberikan
keyakinan bahwa klien dalam berpikir akan memengaruhi perasan dan tindakanya. Orientasi
kognitif akan terjadi apabila klien berpikir rasional, sehinga perasaan dan tindakanya
mencerminkan cara berpikir rasional.
Sebagai konselor yang berorientasi kognitif, bidan harus berperan aktif dan direktif,
yaitu aktif untuk mengajak klien berpikir rasional dan membantu klien untuk meningalkan
pandangan yang tidak rasionalmenjadi rasional. Pendekatan kognitif meliputi rasioanl emotif
(rasional emotive), analisis transaksional (transactional analysis), dan trait and factor.
Rational emotive
Pendekatan rational emotive lebih menekankan kepada kebersaman interaksi antara berpikir
dan akal sehat (rational thingking), perasan (emosi), dan perilaku atau tindakan (Atack).
Sebagai konselor, bidan harus dapat mengubah cara berpikir, berperasan, dan perilaku klien.
Untuk mengubah rasa berpikir, bidan memberikan petunjuk bahwa berpikir rasional atas
kejadian atau perasan klien akan mebahayakan dirinya sendiri. Dengan berpikir rasional,
individu dapat menjalankan aktivitas yang lain dan melupakan permasalahan nya.
Analisis transaksional
Penekanana analisis transaksional terletak pada pola interaksi baik verbal maupun non verbal
antara individu yang satu dengan yang lainya. Pendekatan ini sangata baik digunakan pada
kelompok, dengan kelompok konselor dapat mengamati dan memanipulasi interaksi secara
seluruh angota kelompok (game people play). Analisis transaksional berpandangan bahwa
masing-masing individu mempunyai 3 perilaku atau unsur ego states, yaitu unsur anak-anak,
dewasa, dan orang tua.
Unsur anak-anak. Ditandai dengan tindakannyang didasarkan pada reaksi emosional yang
spontan, reaktif, humor, penuh kreativitas, dan inisiatif. Unsur anak terbagi menjadi tiga
macam, yaitu spontan, pemberontak, penurut. Perilaku yang biasanya muncul adalah
menggigit kuku, malu-malu, kalem, berisik, cengeng, dan merengek. Anak-anak biasanya
mengatakan kepunyanku, waw, eng-ing-eng, malu ah, dan lainya
Unsur dewasa. Ditandai dengan pemikiran rasional dan objektif, serta kemampuan mengolah
data. Keterampilan perseptif, mengolah data, dan kemampuan social merupakan atribut orang
dewasa. Kata-kata kalimat yang umum digunakan adalah saya fikir, mengapa, apa,
bagaimana, kapan, di mana.
Unsur orang tua. Dipelajari dari tindakan dan perasan diri kita seperti yang dilakukan orang
tua yang membesarkan kita. Unsur orang tua dapat diidentifikasi dari perilaku bijaksana, adil,
kritis, murah hati, sopan dan pandai. Unsur orang tua terbagi menjadi dau macam, yaitu
pengecam dan penolong. Kalimat yang umum digunakan adalah berapa lama saya bisa
bertemu denganmu, kasihan sekali kamu, awas, jangan, pokoknya, dan lainya.
Analisis transaksional dibedakan menjadi traksaksi komplementer (complementary
transaction), transaksi silang (crossed transactional), dan transaksi tersembunyi (ulterior
transaction).
Transaksi komplementer dibedakan menjadi transaksi komplementer disebut juga dengan
transaksi sejajar. Transaksi ini terjadi apabila penerima pesan memberi respon yang sesuia
dengan ego state yang diharapkan oleh pengirim pesan (dapat diliha pada gambar 6-1).
Misalnya, pada situasi dimana ibu hamil takut disuntik tetanus toksoid (TT), maka klien
berperilaku sebagai anak-anak dan bidan diharapkan berperan sebagai orang tua.
klien bidan

Orang tua
Orang tua

Dewasa Dewasa

Anak-anak
Anak-anak

Gambar 6-1. Transaksi komplementer


Transaksi silang. Transaksi silang terjadi apabila penerima pesan memberikan respons diluar
ego stage yang diharapkan oleh pengirim pesan (dapat dilihat pada gambar 6-2). Misalnya,
pengirim pesan mengatakan “Ambilkan KMS (kartu menuju sehat)” tetapi penerima pesan
menerima pesan ”saya mau periksa kencing”.

Orang tua Gambar 6-2. Transaksi silang


Orang tua

Dewasa
Dewasa

Anak-anak Anak-anak
Konseling dalam kebidanan

Transaksi tersembunyi. Apabila pengirim oesan menyamoaikan pesan dari ego state tertentu,
tetapi dibalik itu ia menyampaikan pesan dari ego state yang kain, maka transaksi itu disebut
transaksi tersembunyi atau terselebung (dapat dilihat pada gambar 6-3). Misalnya, pengirim
pesan mengatakan, “besok ujian, kita belajar bersama ya sore ini”.Sebenarnya ada maksud
tersembunyi dari pernyatan tersebut, yaitu pengirim pesan ingin bertemu dengan penerima
pesan.”

Orang tua Orang tua

Dewasa Dewasa

Anak-anak Anak-anak

Gambar 6-3. Transaksi tersembunyi

Dalam proses konseling, individu dituntut untuk belajar mengidentifikasi kedalam dirinya,
melihat keadan diri sendiri, menyadari keadaan diri yang dominan, dan menentukan pola
interaksi dengan orang lain.
Trait and factor
Menekankan pada kemampuan manusia untuk berpikir rasional menggunakan kemampuan
dirinya sendiri(problem-solving approach). Pendekatan ini menganjurkan individu untuk
memahami dirinya sesuai dengan kemampuan otak, bakat serta komponen lain, dan
mengetahui segala persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat berhasil atau sukses dibidang
yang dipilih. Bidan melihat masalah yang dihadapi klien dengan mengunakan suatu proses
dengan cara sebagai berikut.

 Menganalisis atau mengumpulkan data yang relevan


 Menyintesis sata yang telah terorganisasi untuk memperoleh gambaran selengkapnya
tentang klien
 Mengdiagnosis atau menyimpulkan semua unsur penting dalam masalah klien
 Memprediksi atau membuat prognosis tentang perkembangan klien selanjutnya serta
implikasinya
 Memberikan asuhan atau memperlakukan klien sesuai dengan apa yang didapat dari
proses diatas
 Menindaklanjuti dengan memberian bantuan kepada klien apabila timbul masalah lagi
dan evaluasi terhadap efektivitas proses konseling.

PENDEKATAN EFEKTIF
Pada pendekatan efektif, individu bermasalah karena selalu membawa perasan nya,
sehinga selalu bermain dengan perasannya. Pendekatan efektif memusatkan perhatian
pada perubahan perasan klien selama proses konseling. Pendekatan ini meyakinkan klien
bahwa dari lingkungan klien dapat berubah.
Pendekatan afektif lebih menekankan pada pentingnya kualitas hubungan
konseling yang harmonis. Pendekatan ini mencangkup konseling gestal, eksistensial, dan
individu (alderia)
Konseling gestal
Merupakan bentuk konseling yang menekankan pada penghayatan diri sendiri dalam
situasi kehidupan yang sekarang, sehinga disebut juga dengan ahistoris (tidak
memperhatikan masa lampau). Kedudukan bidan dank lien adalah sama, sebagai suatu
hubungan manusiawi. Individu mempunyai potensi untuk menentukan diri sendiri dan
mempunyai tangung jawab terhadap apa yang terjadi. Individu tidak dianjurkan berbicara
tentang kesulitan yang dihadapinya, individu harus optimis. Bidan membantu klien
membuka jalan buntu dengan meningalkan harapan dan keinginan untuk mendapatkan
simpati dari orang lain, kemudian klien mulai mengambil peran aktif dalam mengatur
kehidupannya.
Konseling individual
Menekankan pada kebutuhan individu untuk menempatkan diri dalam kelompok social.
Pendekatan ini memandang manusia mempunyai rasa rendah diri (inferiority feling) dan
dengan perasan rendah diri disebut individu berusaha mengapai keungulan (striving for
superiority) dengan mengunakan gaya hidup individualnya (a person’s lifestyle).
Pada pendekatan ini, bidan berusaha membantu klien menghilangkan
ketidakseimbangan dengan cara mencari kompensasi positif, sehinga klien akan bahagia
dan merancang suatu gaya hidup yang lebih konstruktif.

PENDEKATAN BEHAVIORAL
Pengambilan kepurusan atau pwngambilan sikap yang salah dipandang sebagai suatu
permasalahan yang dihadapi oleh individu. Pendekatan bwhavioral menekankan pada
perilaky spesifik, yaitu perilaku yang memang berbenturan dengan lingkungan dan diri
klien.
Dalam pendekayan ini, sebagai konselor, bidan menekankan pada tehnik dan
prosedur untuk memfasilitasinya hingga perilaku klien berubah (behaviour modification).
Bidan lebih berperan sebagai model bagi klien daripada kualitas hubungan konseling.
Pendekatan behavioural menekankan pada behavioristic, yaitu perilaku dapat di ubah
melalui proses belajar, reality, menekankan pada realitas atau kenyatan yang dihadapi
individu; multimodal, menekankan pada beberapa pendekatan yang sudah ada dan
terpusat pada tujuh komponen pola kehidupan dimana klien diarahkan untuk focus pada
salah satu komponenya saja. Komponen tersebut adalah sebagai berikut.
Tujuh komponen menurut A. Lazarus (BASIC-IB/D)
B : Behaviour (perilaku nyata)
A : Affect (alam perasan)
S : Sensation (proses persepsi melalui alat indra)
I : Imagery (konsep diri dalam berbagai aspek)
C : cognition (keyakinan dan nilai-nilai dasar dalam berpikir dan bersikap)
I : Interpersonal relationship (hubungan antarpribadi dengan orang terdekat)
BD : Biological functioning Drug (kesehatan jasmani dan keadan fisik atau
pengunan obat-obatan)

Sedangkan menurut ahli lain, tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut
H : Health (komponen kesehatan)
E : Emotion (perasan)
L : learning (belajar)
P : personal (bersifat pribadi)
I : Imagination (pandangan dan bayangan mengenai diri sendiri)
N : Need to know (kebutuhan untuk mengetahui)
G : Guidance of behaviors (pendamping serta bimbingan)
Komunikasi dan konseling dalam kebidanan

LANGKAH-LANGKAH KONSELING
Merupakan suatu cara bagaimana proses konseling itu berjalan, sehinga dapat mengungkap
sekaligus memecahkan masalah klien. Langkah-langkah tersebut adlah menyatakan
kepedulian, membentuk hubungan, menentukan tujuan dan eksplorasi pilihan, menangani
masalah, menunmbuhkan kesadaran, merencanakan cara bertindak, serta melakukan
penilaian hasil dan mengakhiri konseling.
Menyatakan kepedulian
Langkah pertama untuk memulai konseling adalah memberikan kepedulian dan keprihatinan
pada klien terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kepedulian dan perhatian tersebut,
akan tumbuh rasa keinginan dan semangat pada diri klien untuk menyelesaikan masalah,
klien juga akan menunjukan kesungguhan dan kejujuran teradap apa yang sedang
dihadapinya.
Membentuk hubungan
Merupakan langkah kedua untuk memulai konseling. Untuk membangun sebuah hubungan
yang mencirikan kepercayan, keyakinan harus didasari dengan keterbukan dan kejujuran atas
semua pertanyan klien dan bidan dalam proses konseling. Pada langkah ini, ada harapan
terjalin hubugan ketergantungan klien pada bidan, yaitu bagaimana bidan mengunakan
dirinya sebagai sosok pribadi yang dapat di contoh.
Dengan ketergantungan klien pada bidan, klien akan lebih banyak memberikan
kepercayaan kepada bidan, sehinga bidan lebih mudah untuk memberikan bantuan.
Menentukan tujuan dan ekplorasi perasaan
Langkah ketiga dari proses konseling adalah berdiskusi dengan klien untuk menentukan
tujuan. Apabila tujuan yang disampaikan klien belum jelas, bidan dapat mengambil tindakan
untuk mengeksplorasi masalah dengan cara menyediakan beberapa pilihan. Klien dapat
memilih dari pilihan yang disodorkan bidan agar proses konseling dapat berjalan dengan
lancar. Tujuan yang ditentukan dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

 Adanya perubahan pada diri klien baik secara fisik maupun psikis (tindakan atau
perasaan)
 Terbentuk perasan diterima atau dipercaya
 Terciptanya pemahaman dan pengertian klien terhadap masalahnya
 Mampu menyelesaikan dan mengatasi masalah sekarang dan yang akan datang

Menangani masalah
Pada langkah ini, bidan harus dapat membuat prioritas dalam menentukan masalah mana
yang harus ditangani terlebih dahulu dan mana masalah yang harus ditinggalkan. Bidan,
sebagai seorang konelor, harus dapat menangani dan mengarahkan klien pada masalah yang
sebenarnya atau yang menjadi prioritas.
Menumbuhkan kesadaran
Dalam menumbuhkan kesadaran klien, bidan berusaha mengarahkan klien untuk mencapai
pemahaman (insight understanding). Melalui kesadaran diri, klien benar-benar memahami
apa yang di alami dan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya.
Merencanakan cara bertindak
Meskipun klien telah mencapai insight, akan tetapi sering kali klien sulit untuk mengambil
keputusan sangat diperlukan dalam penyelesaian suatu masalah, untuk itu peran bidan
sebagai konsleor adalah mengajak klien merencanakan atau melaksanakan tindakan dari
insight.
Melakukan penilaian hasil dan mengakhiri konseling
Langkah terakhir dari proses konseling adalah melakukan penilaian atas hasil yang telah
dicapai dan mengakhiri konseling. Bidan harus menilai sejauh mana klien dapat mencapai
tujuan konseling yang akan menentukan apakah konseling dapat diakhiri atau tidak. Akan
tetapi, harus di ingat bahwa bidan tidak sepenuhnya bertindak sebagai orang yang
menentukan kapan konseling akan berakhir, konseling di akhiri atas persetujuan klien.
TAHAPAN KONSELING
Tahapan konseling dibagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, inti, dan akhir yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
Tahap awal
Konseling dilakukan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat
melibatkan diri secara aktif dalam proses konseling. Langkah yang harus diperhatikan adalah
membinda hubungan baik antara bidan dengan klien, tumbuhnya rada percaya (trust)
dianatara keduanya, saling menerima, dan bekerja sama dalam proses penyelesaian masalah.
Tahap inti
Tahapan ini bertujuan membantu klien memahami gambaran diri, hakikan masalah,
penyebab, menemukan alternative pemecahan, dan melaksanakan alternative tersebut. Tahap
inti terdiri atas enam langkah sebagai berikut (dapat dilihat pada gambar 6-4).
Eksplorasi kondisi klien. Bagaimana bidan mengondisikan keadan klien dalam proses
konseling. Bidan berusaha mengadakan perubahan tingkah laku dan perasan klien.
Identifikasi masakab dan penyebabnya. Bidan melakukan pendatan masalah dan mencari
apa yang menjadi latar belakang dari suatu permasalahan.
Identifikasi alternative pemecahan. Bidan membuat beberapa pilihan penyelesaian dan
pemecahan masalah, klien memilih sendiri dari beberapa alternative yang disodorkan oleh
bidan.
Pengujian dan penetapan alternative pemecahan. Setelah klien menentukan pilihan untuk
menyelesaikan permasalahanya. Klien diharapkan dapat melakukan dan mengerjakannya.
Evaluasi alternative pemecahan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk meninjau kembali
sejauh mana alternative pemecahan masalah telah dilaksanakan serta hasil dari pemecahan
masalah.
Implementasi alternative pemecahan. Bidan menganjurkan klien untuk melakukan dan
bertidak sesuai dengan salah satu dari pemecahan yang telah dipilihnya.

Enam langkah tahap inti

2. Indentifikasi masalah dan


1. Eksplorasi kondisi pasien
penyebabnya

3. identifikasi alternative
6. alternative pemecahan masalah pemecahan masalah

5. evaluasi alternative pemecahan 4. pengujian dan penetapan


masalah alternative pemecahan masalah

Gambar 6-4, langkah-langkah tahap inti.

Tahap akhir
Tahap akhir yang harus dilakukan bidan adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas
proses konseling dan menentukan rencana tindak lanjut. Tahapan ini biasanya digunakan
untuk mengakhiri proses pemberian bantuan yang dapat bersifat semnetara atau tetap.
Pengakhiran sementara adalah proses pengakhiran konseling pada pertemuan pertama
dan dapat dianjurkan dengan pertemuan berikutnya, tentu saja dengan membuat kontrak
terlebih dahulu dengan klien. Sedangkan, pengakhiran tetap dilakukan apabila klien di angap
sudah mampu, mandir, serta dapat mengaplikasikan keterampilan yang diperoleh melalui
konseling dalam menghadapi masalah.
KUALITAS PRIBADI KONSELOR
Bidan, sebagai konselor, memegang peranan penting dalam proses konseling. Diharapkan
seorang bidan disamping memiliki faktor pengetahuan, perilaku, dan keterampilan terapeutik.
Ia juga harus memiliki kualitas pribadi sebagai konselor yang baik. Menurut Cavangh (1982),
kualitas pribadi sebagai konselor yang baik. Menurut vavangh (1982), kualitas pribadi
konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut.
Pemahaman diri (self-knowlegde)
Mengandung arti bahwa konselor dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memahami
denganpasti apa yang dilakukan, mengapa melakukan, dan apa yang harus dikerjakan. Alasan
pentingnya pemahaman diri adalah :

 Konselor dengan persepsi yang akurat tentang dirinya akan mempunyai


kecenderungan persepsi yang akurat pula tentang klien;
 Konselor yang terampil memahami diri, akan terampil pada memahami orang lain;
 Pemahaman diri konselor memungkinkan untuk berkomunikasi secara jujur dengan
klien
Kompetensi (competency)
Kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor adalah memiliki kualitas fisik intelektual,
emosional, social dan moral sebagai pribadi yang berguna bagi orang lain. Kompetensi yang
memliki konselor akan menumbuhkan rasa kepercayan klien untuk meminta bantuan
konseling. Kompetensi juga diperlukan untuk efisiensi waktu pelaksanaan konseling. Dengan
kompetensi yang dimiliki, konselor dapat memberikan konsultasi kepada klien. Agar
kompetensi dapat bertahan, maka konselor harus berusaha meningkatkan kualitas
kompetensinya dengan cara :

 Terus-menerus meningkatkan pengetahuan tentang tingkah laku, banyak membaca


dan menelaah buku-buku atau jurnal yang relevan, mengikuti seminar dan diskusi
terkait;
 Menemukan pengalaman-pengalaman hidup baru untuk mempertajam kompetensi
dan mengembangkan keterampilan;
 Mencoba gagasan-gagasan atau pendekatan-pendekatan baru dalam konseling.
Senantiasa mencari cara paling tepat dan berguna untuk membantu klien;
 Mengevaluasi efektivitas konseling dengan menelaah setiap pertemuan agar lebih
produktif;
 Menindaklanjuti hasil evaluasi untuk mengembangkan atau memperbaiki proses
konseling.
Kesehatan psikologis
Hal ini yang menjadi dasar bagi konselor memahami perilaku dan keterampilan. Kesehatan
psikologis yang baik akan membangun proses untuk lebih positif. Sebaliknya, kesehatan
psikologis yang tidak baik akan mengarahkan konselor untuk memenuhi kebuthan-
kebutuhannya sendiri, persepsi menjadi subjektif, nilai-nilai yang keliru, dan kebingungan.
Kesehatan psikologis yang baik akan :

 Menimbulkan perasan puas;


 Memenuhi kebutuhan akan rasa aman, cinta, kekuatan, dan seks;
 Membantu mengatasi masalah;
 Menyadari kelemahan;
 Menciptakan kehidupan yang lebih baik, tidak hanya berjuang untuk hidup;
 Melakukan aktivitas-aktivitas positif, seperti membaca, menulis rekreasi, bermain,
berolahraga, dan berteman.
Dapat dipercaya (truthworthiness)
Kepercayaan diperlukan karena esensi tujuan konseling adalah mendukung klien untuk
mengemukakan masalah dirinya yang paling dalam. Klien yang sedang dalam proses
konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi konselor. Ketika klien sudah
mempercayai konselor makan kita akan lebih mudah mengemukakan masalah yang sedang
dihadapinya.
Kejujuran (honesty)
Kejujuran atau keterbukaan (transparan), autentik, dan asli genuine) merupakan sikap yang
penting dalam proses konseling. Konselor yang jujur memiliki karakteristik bersikap
kongruen, artinya persepsi sifat-sifat diri konselor (real self) sama dengan sifat orang lain
(public self), memikiki pemahaman jelas tentang makna kejujuran. Kejujuran dalam
konseling dimaksudkan untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama
lainnya dan memberikan umpan balik secara obyektif kepada klien.
Kekuatan (strength)
Kekuatan dari seorang konselor mempunyai arti yang sangat penting bagi klien karena klien
akan merasa aman. Klien memandang konselor sebagai orang yang tabah dan dapat
menangulangi kebutuhan sendiri. Sikap yang ditampilkan konselor yang memiliki kekuatan
adalah mampu membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling bersifat fleksibel, dan
memiliki identitas diri yang jelas.
Bersifat hangat
Pada umumnya klien datang dengan penuh harapan akan mendapatkan rasa nyaman. Perasan
nyaman klien akan diperoleh apabila konselor bersikap hanyat seperti ramah, penuh
perhatian, dan memberikan kasih saying.
Respon yang aktif (actives responsive)
Karena proses konseling merupakan proses yang dinamis, melalui respon yang aktif konselor
dapat mengomunikasian perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien. Respon yang aktif dapat
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyan yang tepat , memberi umpan balik yang
bermanfat. Memberikan informasi, mengemukakan gagasan-gagasan baru, berdiskusi dengan
klien tentang cara mengambil keputusan yang tepat dan membagi tangung jawab klien dalam
proses konseling.
Kesabaran (patience)
Dengan kesabaran yang tinggi dalam proses konseling, konselor dapat membantu klien
mengembangkan diri secara alami. Sikap sabra konselor akan menunjukan bahwa konselor
lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya.
Kepekaan (sensitivity)
Maksud dari kepekaan adalah bahwa konselor menyadari tentang adanya sifat-sifat mudah
tersinggung, baik pada diri klien maupun diri konselor. Klien datang biasanya tidak
menyadari masalah yang terjadi, klien hanya menunjukan gejala-gejala semu, sedangkan
gejala yang sebenarnya tertutup oleh mekanisme pertahanan diri klien. Konselor yang
sensitive mampu mengungkapkan dan menganalisis masalah yang sebenarnya. Kualitas
perilaku sensitive diwujudkan dengan :

 Sensitive terhadap reaksi diri sendiri;


 Mengetahui kapan, dimana, dan berapa lama mengungkapkan masalah klien;
 Mengajukan pertanyaan tentang persepsi klien pada masalah yang dihadapi;
 Sensitive terhadap sifat-sifat yang mudah tersinggung.

Kesadaran holistic (holistic awareness)


Proses konseling merupakan proses yang menyeluruh atau holistic. Dalam konseling,
konselor harus memahami klien secara utuh dengan berbagai faktor yang dimilikinya yang
dapat menimbulkan masalah. Karakteristic konselor dengan kesadaran holistic adalah
menyadari secara akurat dimensi kepribadian yang kompleks, menemukan cara untuk
memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan bagaimana dan perlunya rujukan
(how to refer), serta akrab dan terbuka terhadap berbagai perkembangan ilmu.
Beberapa pendapat dan para ahli tentang kualitas konselor lainya adalah sebagai
berikut (shertzer dan stone, 1971)
Menurut National Vocational Guidance Association (NVGA), kualitas konselor ditandai
dengan sifat mempunyai minta untuk membantu orang lain, sabra, sensitive terhadap reaksi
atau sikap orang lain, emosi stabil, dan dapat dipercaya.
Menurut Hamrin dan Paulson, kualitas konselor adalah memahami diri sendiri dank lien,
simpatik, bersahabat, memiliki rasa humor (sense of humor) harus memiliki perhatian,
percaya terhadap kemampuan klien, memahami aspirasi klien, memiliki kemampuan
membantu klien, menghormati klien, sabra, dan memiliki rasa humor.
Menurut Thohari Musnamar dkk, kepribadian konselor yang baik adalah mencintai-
membenarkan kebenaran, bisa dipercaya, mau menyampaikan, cerdas (berpengetahuan),
ikhlas, sabar, rendah hati, mampu mendudukan persoalan secara proposional, mampu
menjaga diri, serta menjaga kehormatan diri dan klien.
MASA-MASA SULIT DALAM KONSELING
Sebelum bidang pekerjan pasti pernah mengalami masa yang tidak menyenangkan atau
menyulitkan. Situasi yang sulit merupakan tantangan bagi seorang konselor untuk
menghadapinya, keterampilan konseling terletak pada bagaimana mengatasi masa-masa sulit
dalam konseling. Untuk menghadapi tantangan tersebut, bidan sebagai seorang konselor,
harus dimiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang harus dilakukan. Masa-masa sulit
dalam konseling diantaranya adalah sebagai berikut :

 Klien diam, tidak mau berbicara


 Klien menangis terus menerus
 Bidan menyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien
 Bidan melakukan suatu kesalahan
 Bidan tidak mengetahui jawaban dari pernyataan klien
 Klien menolak bantuan bidan
 Bias gender
 Bidan dan klien suah saling mengenal sebelumnya
 Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada bidan
 Bidan merasa dipermalukan
 Keadaan kritis

Upaya untuk mengatasi masa-masa sulit dalam konseling adalah sebagai berikut.
a. Klien diam, tidak mau berbicara
 Reflex perasaan, misalnya, “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan”
 Biarakan Suasana hening sebentar
 Pandang klien
 Perlihatkan sikap tubuh yang menunjukan perhatian
 Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaanya
b. Klien menangis terus-menerus
 Tunggu beberapa saat
 Tenangkan klien dengan memberi sentuhan
c. Bidan meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien
 Sediakan waktu untuk klien
 Bersama-sama klien menghadapi masa-masa sulit
d. Bidan meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien
 Sediakan waktu untuk klien
 Bersama-sama klien menghadapi masa-masa sulit
e. Bidan melakukan kesalahan
 Bersikap jujur
 Meminta maaf
 Hargai dan percayai klien
 Bersikap terbuka
f. Bidan tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan klien
 Berusaha mencari informasi
 Tunjukan buku sumber lain untuk mendapatkan informasi
 Akui keterbatasan
 Rujuk klien pada konselor atau bidan lain yang lebih kompeten
g. Bias gender
 Gunakan kata-kata yang menunjukan perhatian positif dan refleksi,
misalnya “kadang-kadang pada awalnya seseorang akan merasa lebih
nyaman berbicara dengan sesame jenis kelaminnya”.
h. Bidan klien sudah saling kenal sebelumnya
 Sarankan untuk ke konselor atau bidan lainnya
i. Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada bidan
 Setelah beberapa saat potong pembicaraan klien dan gunakan teknik
memfokuskan (focusing).
j. Bidan merasa dipermalukan
 Sebaiknya bidan tetap bersikap professional dan tidak menceritakan
kehidupan pribadinya
k. Keadaan kritis
 Bersikap direktif
 Langsung melakukan tindakan penyekamatan
 Komunikasikan dengan tegas dan sopan mengenai keadaan kritis tersebut
kepada keluarga
 Berikan penjelasan singkat, jelaskan langkah-langkah yang harus
dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.
 Lakukan teknik mendengar efektif
 Tenagkan klien. Misalnya, “saya akan berusaha semampu saya”.
 Bersikap tenang

RINGKASAN
Masalah merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi setiap manusia yang
mengalaminya. Masalah tidak akan pernah hilang apabila tidak diusahakan untuk hilang.
Menyelesaikan masalah memerlukan bantuan orang lain, bantuantersebut bukan hanya
sebatas mendengarkan dan menerima segala keluhan yang ada dalam pikiran dan perasaan
orang bermasalah, melainkan membutuhkan pengetahuan tentang masalah itu sendiri,
mempunyai tujuan untuk memberikan bantuan, menggunakan pendekatan-pendekatan,
menerapkan langkah-langkah dan tahapan dalam memberikan bantuan, serta mengetahui
masa-masa sulit dalam pemberian bantuan dan upaya untuk mengatasinta kualitas konselor
yang baik sangat dibutuhkan dan membantu dalam proses penyelesaian suatu permasalahan.
SOAL PILIHAN
Petunjuk.
1. Pilihlah salah satu hawaban yang paling tepat
2. Pilihlah jawaban ganda dengan ketentuan sebagai berikut
A. Jika jawaban 1, 2, 3 benar
B. Jika jawabn 1 dan 3 benar
C. Jika jawabn 2 dan 4 benar
D. Jika jawaban 4 saja yang benar
E. Jika semua jawaban benar

1. Menurut American Psychology Association, konseling merupakan duatu proses


memberikan bantuan yang memiliki ciri …
1. Interaksi antara dua orang (antara bidan dan klien)
2. Klien datang mempunyai masalah
3. Klien datang atas kemauan sendiri atau saran orang lain untuk dan inhin
menyelesaikan masalah
4. Konselor adalah orang yang terlatih (professional) dalam bidangnya
2. Terciptanya hubungan baik merupakan tujuan konseling untuk …
a. Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien
b. Meningkatkan kemampuan klien untuk menciptakan dan memelihara hubungan
c. Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien untuk mememcahkan
masalah
d. Meningkatkan proses pembuatan keputusan
e. Memfasilitasi perkembangan profesi klien
3. Pendekatan konseling yang menekankan pada proses berpikir rasional ..
1. Kognitif
2. Afektif
3. Rasional emotif
4. Behvioral
4. Pendekatan konseling yang menekankan pada tehnik dan prosedur untuk
memfasilotasi perubahan perilaku klien …
1. Kognitif
2. Afektif
3. Rasional emotif
4. Behvioral
5. Kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih, bertangung jawab atas diri,
dan menentukan nasib sendiri pada situasi kehidupan alam merupakan penekanan
konseling …
a. Gestal
b. Eksistensal
c. Individu
d. Alderia
e. Ahistoris
6. Menetapkan konsep diri dalam berbagai aspek merupakan komponen konseling …
a. Behavioural
b. Affect
c. Sensation
d. Imagery
e. Cognition
7. Dalam konseling menciptakan hubungan baik dengan klien untuk menumbuhkan rasa
saling percaya merupakan tahap…
a. Awal
b. Inti
c. Akhir
d. Eksplorasi
e. Identifikasi masalah
8. Terus-menerus meningkatkan kemampuanya merupakan kualitas pribadi konselor
yang…
a. Self-knowledge
b. Competency
c. Honesty
d. Trustworthiness
e. Holistic awareness
9. Menurut hamrin dan Paulson, kualitas pribadi konselor meliputi …
1. Self awareness
2. Simpatik
3. Bersahabat
4. Memiliki rasa humor (sense of humor)
10. Upaya yang dilakukan bidan sebagai konselor apabila diam adalah…
1. Refleksi perasaan
2. Memandang klien
3. Membiarkan suasana hening sebentar
4. Memberi sentuhan
11. Upaya yang dilakukan bidan sebagai konselor apabila klien nangis menangis terus-
menerus adalah ...
1. Refleksi perasaan
2. Memandang klien
3. Membiarkan suasana hening sebentar
4. Memberi sentuhan
12. Upaya yang dilakukan bidan apabila konselor menghadapi keadaan kritis adalah ...
1. Bersikpa direktif
2. Bersikap tenang
3. Mendengar aktif
4. Melakukan tindakan penyelamatan
SOAL URAIAN
Jawablah pertanyaan dibawah ini secara jelas !
1. Sebutkan langkah-langkah yang digunakan dalam proses konseling !
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang transaksi komplementer !
Bacaan lanjutan
Baraja, Abubakar, 2006. Psikologi Koneseling dan Teknik Konseling. Jakarta: studia Press.
Taylor, Carol dkk, 1997. Fundamentals of Nursing. Philadelphia: J.B lipincott Company.
Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Komunikasi Efektif. Jakarta: Depkes RI.
Johnson, B.S. 1986. Psychiatric-mental Health Nursing: Adaptation and Growth.
Philadelphia: J.B Lipincott Company.
Kartono, Kartini, 1992. Psikologi wanita I dan II. Bandung: Mandar Maju.
Keliat, B, A. 2004. Hubungan Terapeutik Perawat-klien. Jakarta: EGC.
Stuart, G,W, dan S,J, Sundeen. 1998. Principles and Practies of Psychiatic Nursing. St. Louis
Mosby Company
Yusuf, Syamsu dan Junantika A. Nurishan. 2006, Lnadasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung remaja rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai