Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


VIII BIDANG RUMAH SAKIT
“Materi Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan Konseling”

DISUSUN OLEH

Nama : Nurmiati
Nim : 15120190194
Kelompok : VII (Tujuh)
Pembimbing : apt. Rahmawati, S.Si., M.Sc

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
MATERI 1 (PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) dan KONSELING)

Catatan dari pembimbing : “Pelajari lebih lanjut tentang teknik komunikasi


konseling dan PIO”

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

A. Pengertian dan Tujuan PIO


Pelayanan informasi obat (PIO) adalah kegiatan dalam pemberian
informasi obat, merekomendasikan obat dengan tepat, akurat terkini dan
komperhensif (Kemenkes, 2019 hal. 74, Permenkes No. 72, 2016 hal. 31).
Adapun yang harusmelakukan pelayanan informasi yaitu seorang Apoteker
yang memiliki (Depkes, 2004 hal. 11):
a) Pengetahuan yang luas terlebih tentang obat
b) Mampu dalam melakukan penelusuran informasi melalui pustaka atau
data ilmiah
c) Mengetahui tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah
sakit, metodologi penggunaan data elektronik.
d) Mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan
Tujuannya dilakukannya pelayanan informasi obat yaitu :
1) Memberikan pelayanan informasi terkait obat kepada pasien, masyarakat
umum, tenaga kesehatan dan pihak lain di luar Rumah Sakit sehingga
dapat meningkatkan penggunaan obat yang rasional (Kemenkes, 2019
hal. 74, Permenkes No. 72, 2016 hal. 31)
2) Membuat kebijakan dalam pengkajian obat sebaga acuan penyusunan
formularium di Rumah sakit (Kemenkes, 2019 hal. 75)
3) Meningkatkan penggunaan obat dengan aman dan meminimalkan efek
samping yang merugikan (Kemenkes, 2019 hal. 75, Permenkes No. 72,
2016 hal. 31)
4) Meningkatkan keberhasilan terapi obat pada pasien (Kemenkes, 2019
hal. 75)
B. Menafaat PIO
(Kemenkes, 2019 hal. 75)
1) Promotif : dapat berupa penyuluhan sehingga meningkatkan pengetahuan
2) Preventif : sebgai pencegahan terhadap berbagai penyakit atau hal-hal yg
mampu mempengaruhi kesehatan
3) Kuratif : sebagai penyembuhan karena dari pelayanan yg diberikan dapat
memberikan tambahan informasi bagi pasien sehingga penggunaan
obatnya digunakan yang sebenarnya
4) Rhabilitatif : yaitu sebagai pemulihan seperti dengan membuat program
bagi para kecanduan merokok sehingga bisa menghipangkan kebiasaanya
C. Ruang lingkp pelayanan
Dalam melakukan pelayanan informasi obat meliputi kegiatan (Depkes, 2004
hal. 8,9) :
a) Sebagai pelayanan seperti : menjawab pertanyaan, membuat bulletin,
menyebarkan brosur atau leaflet mengenai informasi obat, mendukung
penyusunan folmularium
b) Sebagai pendidikan seperti : melakukan pengajaran dan bimbingan pada
mahasiswa yang sedang melakukan praktek kerja di rumah sakit,
memberikan pendidikan untuk tenaga kesehatan lainnya terkait informasi
obat, membuat agenda seminar untuk memberikan edukasi pada
masyarakat luas
c) Sebagai peneilitian seperti : penelitian dalam evaluasi penggunaan obat, ,
penelitian penggunaan obat baru dan kegiatan program jaminan mutu
D. Sasaran informasi obat
Dalam melakukan leyanan informasi yang menjadi targetnya yaitu
(Kemenkes, 2019 hal. 75) :
a. Pasien dan atau keluarga pasien, juga masyarakat luas
b. Tenaga kesehatan: dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten
apoteker, dan lain lain.
c. Pihak lain seperti manajemen, tim/kepanitiaan klinik
E. Jenis-jenis pustaka yang digunakan dalam melakukan PIO
Adapun beberapa jenis pustaka yang digunakan dalam melakukan pelayann
informasi obat (Kemenkes, 2019 hal. 76,77):
a) Pustaka Primer
Dapat berupa : Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti,
hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. misalnya : Laporan
hasil penelitian, Laporan kasus, Studi evaluasi
b) Pustaka Sekunder (pengindeksan dan abstrak)
Berfungsi sebagai panduan atau ulasan literatur primer. Sumber sekunder
termasuk artikel ulasan, meta-analisis, indeks (Indeks Medicus), abstrak
(International Pharmaceutical Abstracts), dan kombinasi abstrak lengkap.
Contoh layanan tersebut termasuk Medli ne, Current Contents,
International Pharmaceutical Abstracts, Index Medicus, Excerpta
Medica, and the Iowa Drug Information Service .
c) Pustaka Tersier (buku teks, kompendium)
Menyajikan informasi yang terdokumentasi dalam format ringkas.
Contoh sumber atau pustaka tersier : British National Formulary (BNF),
Martindale, Health science libraries atau dari situs resmi seperti
http://www.fda.gov, http://guidelines.gov, http://www.nice.org.uk
F. Pelaksanaan pelayanan informasi obat
Dalam melakukan pelayanan informasi obat (PIO) dibutuhkan ruangan
sendiri yang, untuk pelayanan informasi obatnya dapat dilakukan ketika
kunjungan ke bangsal, atau pertanyaan langsung yang disampaikan penanya
lewat telpon atau atap muka
Tahapan pelaksanaan PIO meliputi (Kemenkes, 2019 hal. 78, Depkes, 2004):
1) Misalnya Apoteker Instalasi Farmasi menerima pertanyaan lewat telepon,
pesan tertulis atau tatap muka.
2) Mengidentifikasi penanya nama, status (jika dokter, perawat, apoteker,
asisten apoteker, pasien/keluarga pasien, umum), asal unit kerja penanya
3) Mengidentifikasi pertanyaan apakah akan diterima, ditolak atau dirujuk ke
unit kerja terkait
4) Menanyakan secara rinci data/informasi terkait pertanyaan dan
menanyakan tujuan permintaan informasi (perawatan pasien, pendidikan,
penelitian, umum)
5) Menetapkan urgensi pertanyaan yang sekiranya paling penting atau
pertanyaan umum dan melakukan penelusuran secara sistematis, mulai
dari sumber informasi tersier, sekunder, dan primer jika diperlukan
6) Melakukan penilaian secara kritis terhadap jawaban yang ditemukan dari
minimal 3 (tiga) literatur.
7) Melakukan perumusan jawaban yang memungkinkan si penny mengerti
dan memahami hasi jawaban yang diberikan bisa lisan atau tulisan
8) Melakukan follow-up dengan menanyakan ketepatan jawaban
9) Mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan dan mencatat waktu
yang diperlukan untuk menyiapkan jawaban
Setiap selesai melakukan pelayanan informasi obat maka dilakukan
evaluasi secara berkala untuk melihat bagaimana efektifnya pelayanan yang
telah diberikan. Parameter keberhasilan pelayanan informasi obat tersebut
dapat dilihat dari meningkatnya jumlah dan kualitas pertanyaan, menurunnya
pertanyaan yang tidak dijawab, meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan
dan menurunnya keluhan dari pelayanan (Depkes, 2004).

KONSELING

Konseling adalah suatu kegiatan dalam memberikan nasehat, saran terapi


obat, informasi penggunaan obat dan melakukan diskusi dengan pasien atau
keluarga pasien (Kemenkes, 2019, Permenkes No. 72, 2016). Tujuannya
dilakukan konseling yaitu (Kemenkes, 2019, Permenkes No. 72, 2016) :

1. Untuk memberikan peningkatan kepatuhan bagi pasien dalam konsumsi


obatnya dan keamanan obatnya
2. Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan terapi obat yang dijalankan pasien
3. Meminimalkan efek samping obat
4. Memberikan tingkat kepercayaan yang lebih dari pasien kepada apoteker
5. Mengedukasi pasien dalam penggunaan obat yg semestinya terlebih untuk
obat-obat penggunaan khusus
Dalam melakukan konseling targetnya adalah pasien atau keluarga pasien bak
pasien yang rawat inap maupun pasien rawat jalan jika dibutuhkan dimana
Apoteker yang harus melakukannya dapat di ruang konseling itu sendiri atau
mengunjungi pasien yang sementara rawat inap untuk memberikan konseling
terkat terapi obat yang sedang digunakan dengan mempersiapkan alat bantu
konseling seperti kartu /catatan pasien, pemberian label pada setiap obat untuk
membedakan aturan pakainya sehingga memberikan kemudahan bagi pasien
dalam kepatuhan penggunaan obat. Melakukan konseling di ruang konseling akan
lebih baik karena terhindar dari gangguan orang lain atau kebisingan disekitar,
pasien dapat lebih terbuka untuk menjelaskan masalahnya dan lebih private
(Kemenkes, 2019).
Adapun proses konseling (Kemenkes, 2019, Permenkes No. 72, 2016)
1. Menentukan prioritas pasien
Kriteria Pasien:
- Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui)
- Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi,
dan lain-lain)
- Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off)
- Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin)
- Pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi)
- Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah
2. Melakukan persiapan konseling dan pembukaan konseling
Persiapannya dari ruangan konseling, alat bantu dan sarana literature yang
memadai
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien lalu menanyakan
identitas pasien (nama, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat No. Telpon)
b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat
melalui Three Prime Questions
- Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah anda menerima terapi obat tersebut dan efek samping yang
mungkin terjadi?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk menjelaskan lebih terkait masalah penggunaan Obat
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan Obat dengan bahasa yang mudah dipahami
Penjelasan terkait obat seperti : nama bentuk, kekuatan, aturan pakai,
cara penggunaan, rute pemerian, efek samping, mekanisme kerja obat
yang mudah dipahami, penyimpanan juga rekomendasi perubahan pola
hidup untuk lebih sehat
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien
f. Dokumentasi
Dalam melakukan konseling ada Faktor yang perlu diperhatikan apoteker
kepada pasien seperti :
- Menjadi pendengar yang baik, memberikan kesempatan bagi pasien
untuk menjelaskan apa yang dialami dan tidak memotong
pembicaraannya, melakukan eye contact ketika pasien sedang
mengutarakan masalahnya dan memberikan sikap yang tertarik dan
memahami apa yang dialami oleh pasien dengan memberikan umpan
balik
- Memberikan respon yang empati terkait penjelasan dari pasien apalagi
terkait masalahnya dalam penggunaan obat
- Menggunkan pertanyaan yang open ended sehingga jangkauan
penjelasan yang disampaikan oleh pasien bisa lebih luas lagi, hindari
menggunakan istilah medis yang kurang dipahami
- Berkomunikasi yang baik sehingga mampu memilah milah kata yang
harus digunakan. Seperti Tidak menjudgment langsung pasien
atauterkesan menuduh

Adapun Perbedaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling dapat dilihat
dari beberapa aspek :
1. Target
PIO: pasien, keluarga, masyarakat umum, tenaga kesehatan lainnya juga
untuk management RS
Konseling : untuk pasien dan keluarga
2. Tempat pelaksanaannya
PIO : tidak harus dengan tatap muka
Konseling: sebaiknya dilakukan tatap muka krena memerlukan diskusi yg
interaktif sehingga masalah yg di derita paisen dapat lebih diketahui juga
lebih baik dilakukan di ruang konseling
3. Sumber literature
PIO : lebih banyak dan lebih luas seperti artikel ilmiah yg kredibel dan telah
dipublikasikan
Konsleing : dapat menggunakan literatur standar mislax mim, atau iso
4. PIO : dibutuhkan kemampuan bicara baik secara lisan maupun tulisan
Konseling : kemampuan berbicara lisan lebih penting namun harus bisa juga
menuliskan hasil onseling yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes., 2019. Petunjuk Tekhnis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit. Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alkes, Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Departemen kesehatan RI., 2004. Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah


Sakit. Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alkes, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai