DISUSUN OLEH:
Mutia
21220042
A. DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki
CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia (Elisanti, 2018).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke
dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus. Retrovirus
ditularkan oleh darah melalui kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat
kerusakan pada sel darah putih sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketika
seseorang terkena HIV, virus ini tidak langsung menyebabkan penyakit AIDS
D. MANIFESTASI KLINIS
E. KOMPLIKASI
1. Oral lesi
Karena kandidia herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
F. PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah
terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan:
G. PEMERIKSAAN
1. Serologis
a. Tes antibody serum : Skrining Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
b. Tes blot western : Mengkonfirmasi diagnosa Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Sel T limfosit :Penurunan jumlah total
d. Sel T4 helper ( CD 4 ) :Indikator system imun (jumlah <200 )
e. T8 ( sel supresor sitopatik ) :Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar
dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan
supresi imun.
f. Kadar Ig : Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
2. Histologis: pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit,
protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
4. Sinar X dada ; Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial tahap lanjut
atau adanya komplikasi lain.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KASUS
Klien berusia 40 tahun di rawat di RS D. Klien mengatakan klien
tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual dengan alasan klien takut
menularkan ke istrinya. Berdasarkan pengkajian, klien mengatakan bahwa
nafsu makan berkurang, badan terasa lemah, BB menurun, status emosional
tampak murung dan lesu. Klien mengatakan cemas karena kondisinya
semakin memburuk, ttv dalam keadaan normal.
2. PERTANYAAN KLINIS
Apakah faktor yang menyebabkan klien tidak pernah lagi melakukan
hubungan seksual dengan istrinya?
3. PICO
P: Pencegahan infeksi menular seksual
I: Pendidikan kesehatan
C: -
O: Menggunakan metode perlindungan seksual dalam melakukan hubungan
seksual
5. VIA
Validity:
a) Desain: mixed methodology dengan strategi eksplanatoris
sekuensial.
b) Sampel: data kuantitatif sebanyak 101 responden, dan
untuk data kualitatif 2 ibu rumah tangga, 2 suami dan petugas
Puskesmas yang melayani penapisan Infeksi Menular Seksual..
c) Kriteria inklusi dan ekslusi:
Kriteria inklusi: semua yang bersedia secara sukarela dan telah
mendapatkan ijin untuk mengikuti penelitian ini secara penuh dan
sebagai subyek penelitia melalui informed consent, bersifat
kooperatif selama pengambilan data.
Kriteria eksklusi: pasien yang tidak memenuhi kriteria.
d) Randomisasi: Tidak dilakukan randomisasi dalam
pengambilan sampel, dilakukan pemberian Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan teknik purposive Sampling. Sampel
pada penelitian ini dengan besar sampel kuantitatif yaitu 101
responden dan data kualitatif 2 ibu rumah tangga, 2 suami dan
petugas Puskesmas yang melayani penapisan Infeksi Menular
Seksual.
b. Applicability
1) Dalam diskusi
Mengidentifikasi hasil penelitian yang telah dilakukan, Health Belief
Model (HBM) merupakan sebuah model perubahan perilaku yang
berfokus pada sikap dan keyakinan individu. Salah satu upaya penting
dalam pencegahan IMS dan HIV adalah dengan mempromosikan
penggunaan kondom untuk hubungan seks berisiko atau hubungan
seks tidak aman. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalam
pembagian kondom gratis kepada populasi berisiko tinggi. Puskesmas
Cangkringan sudah mendistribusikan kondom secara gratis kepada
warga yang melakukan kunjungan IMS di Puskesmas Cangkringan.
Akan tetapi upaya ini belum juga menurunkan angka kejadian IMS
secara signifikan setiap bulannya. Hal ini diduga berakitan dengan
persepsi warga terhadap penggunaan kondom yang masih kurang.
Sehingga dibutuhkan sebuah perubahan perilaku masyarakat.
2) Karakteristik klien : jenis kelamin responden, pekerjaan responden.
3) Fasilitas biaya : Tidak dicantumkan jumlah biaya yang
digunakan
Agustina, Silvia Ari. 2019. Hubungan Komponen Health Belief Model Dengan
Upaya Pencegahan Infeksi Menular Seksual Pada Ibu Rumah Tangga
Melalui Penggunaan Kondom. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No.2
ISSN. 2338-7475. Tanggal Akses 17 Oktober 2020.
Elisanti, Alinea Dwi. 2018. HIV-AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan pada Janin.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.