Anda di halaman 1dari 15

“EFISIENSI DALAM PRODUKSI”

Mata Kuliah : Ekonomi Produksi

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

ANJU GEMPITA J HUTAGAOL 7143141007

APRITA KASSANDRA BANGUN 7143141008

BUTET NATARIA SIMBOLON 7143141014

DIAN CAHYA OCTARIKA SILALAHI 7143141020

ESTERIA SARAGIH 7143141023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, Kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah tentang “Efisiensi dalam Produksi”
tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Ekonomi Produksi”. Makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi produksi. Kami berharap semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Penyusun,

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Konsep Dasar Efisiensi Ekonomi....................................................................................................5
B. Jenis Efisiensi..................................................................................................................................8
C. Metode Meningkatkan Efisiensi Produk........................................................................................10
D. Efisiensi di exchange.....................................................................................................................11
F. Pengaruh Perubahan Teknologi Terhadap Efisiensi Produksi........................................................12
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dibutuhkan sebuah manajemen
yang baik, dan manajemen yang baik adalah manajemen yang efisien namun juga efektif. Karena
manajemen yang efisien saja akan sia-sia jika gagal dalam mencapai tujuannya karena kurang
efektif, dan manajemen yang efektif saja akan sangat mungkin terjadi pemborosan karena tidak
efisien namun,dalam makalah kami akan lebih menekankan terhadap efisiensi saja. Semakin
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, persaingan didalam dunia usaha menunjukan
peningkatan yang sangat pesat.

Ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang sejenis dengan


produknya yang inovatif dan berkualitas. Hal ini menjadi pemicu bagi tiap perusahaan untuk
menunjukan kompetensinya. Masing-masing perusahaan memiliki cara dan metode sendiri untuk
mengembangkan usahanya. Hampir dari setiap perusahaan selalu melakukan inovasiinovasi baru
terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini bertujuan agar perusahaan mampu memenangkan
kompetisi dan menguasai pasar.

Semakin ketatnya persaingan dalam bidang industri seperti sekarang ini, maka setiap
perusahaan harus mempunyai manajemen yang baik. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dan
menghadapi segala perubahan yang terjadi, salah satunya yang dilatar belakangi oleh
perkembangan teknologi, karena perkembangan ini sangat berpotensi untuk menimbulkan
inovasi suatu produk yang berakibat kebutuhan masyarakat meningkat.

Proses produksi merupakan hal yang sangat penting pada perusahaan manufaktur, oleh
sebab itu diperlukan perencanaan dan pengawasan secara kontinyu dan terus menerus. Adanya
perencanaan produksi akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan proses produksi pada
perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku
yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain Perencanaan proses produksi
tersebut akan menunjukan pemakaian komponen produksi dalam perusahaan. Misalnya jenis dan
jumlah dari bahan baku yang diperlukan, waktu, tenaga kerja, serta mesin yang digunakan untuk
keperluan pelaksanaan proses produksi, perusahaan harus mampu melakukan efisiensi pada
seluruh faktor usahanya terutama terhadap faktor-faktor produksi. Efisiensi faktor-faktor
produksi mempunyai peran yang sangat penting bagi perusahaan, dimana perusahaan
mengharapkan laba yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan atau menggunakan biaya
produksi yang seminimal mungkin.

Produk yang berkualitas adalah produk yang memiliki tingkat presisi yang tepat dan
melalui proses yang efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Efisiensi?
2. Bagaimana keadaan efisiensi dalam produksi?
3. Bagaimana Jenis-jenis Efisiensi dalam produksi?
4. Apa saja metode-metode dalam meningkatkan efisiensi produki?
5. Apa kegunaan dalam mengukur efisiensi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari Efisiensi
2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan efisiensi di dalam kegiatan produksi
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis efisiensi dalam produksi
4. Untuk mengetahui Metode-metode dalam meningkatkan efisiensi produksi
5. Untuk mengetahui kegunaan dalam mengukur efisiensi
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Efisiensi


Efisiensi seringkali dikaitkan dengan kinerja suatu organisasi karena efisiensi
mencerminkan perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input).
Dalam berbagai literatur, efisiensi juga sering dikaitkan dengan produktivitas karena
sama-sama menilai variabel input terhadap output. Pengertian produktivitas
berkebalikan dengan pengertian efisiensi. Produktivitas dihitung dengan cara
membagi output terhadap input, sedangkan efisiensi adalah input dibagi dengan
output. Gambar 1 menjelaskan hubungan antara input, proses, dan output dalam
perhitungan efisiensi dan produktivitas.

Produtivitas

Input Proses Output

Efisiensi

Gambar 1 Konsep Efisiensi dan Produktivitas


Agar lebih jelas, dapat dicontohkan sebagai berikut. Untuk menghasilkan 100 unit
output diperlukan 20 kg input. Efisiensi dalam penggunaan input dihitung sebesar
20% (20 : 100), yang berarti bahwa setiap unit output membutuhkan 0,20 kg input.
Produktivitas input dihitung sebesar 5 (100 : 20), yang berarti bahwa setiap 1 kg input
dapat menghasilkan 5 unit output. Jika misalnya, dengan melakukan perbaikan
proses, dapat dihasilkan 125 unit output dengan mengkonsumsi 20 kg input, maka
efisiensi baru dihitung sebesar 16% (20 : 125) atau dengan kata lain efisiensi
meningkat 4% (20% - 16%). Ditinjau dari produktivitas, perbaikan terhadap proses
tersebut mengakibatkan produktivitas meningkat menjadi 6,25 (125 : 20) atau dengan
kata lain produktivitas meningkat 1,25 (6,25 – 5).
Berdasarkan contoh di atas, efisiensi dan produktivitas merupakan indeks yang
menunjukkan hasil perbandingan antara output dan input. Kedua rasio tersebut
menunjukkan bahwa indeks efisiensi atau produktivitas dapat dikendalikan dengan
jalan merekayasa pengelolaan input atau output, atau bahkan keduanya sekaligus.
Efisiensi dan produktivitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu unit
kegiatan ekonomi.
Wirapati (1976) mendefinisikan efisiensi sebagai usaha untuk mencapai hasil yang
maksimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, yang meliputi sumber
daya alam, modal, dan manusia dalam suatu waktu. Jadi menurut Wirapati, efisiensi
dapat dilihat dari 2 segi, yaitu pertama, hasil yang telah dicapai, dan kedua adalah
usaha yang telah dilakukan.
The Liang Gie dan Miftah Thoha (1978) menjelaskan bahwa suatu kegiatan dapat
disebut efisien jika usaha yang telah dilakukan, memberikan output yang maksimum,
baik dari jumlah maupun kualitas. Suatu kegiatan juga dapat dikatakan efisien jika
dengan usaha minimum dapat mencapai output tertentu. Usaha yang dimaksud
mencakup material, pikiran, tenaga jasmani, ruang, dan waktu.
Menurut Yang ,1965 dan Herd, 1978 hal. 54 Efesiensi ekonomi dinyatakan bila
sumber daya yang digunakan sebaik mungkin untuk memaksimumkan tujuan
tersebut.
Yotopoulos & Nugent (1976) menyatakan bahwa efesiensi berhubungan dengan
pencapaian output maksimum dari seperangkat sumber daya yang terdiri dari atas dua
jenis efesiensi : efesiensi harga dan efesiensi teknis. Efesiensi harga berhubungan
dengan pengambilan keputusan manajerial tentang alokasi dari berbagai variasi factor
produksi, yaitu input produksi yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Efesiensi teknis
berhubungan dengan suber daya tetap dalam perusahaan, paling kurang dalam jangka
pendek, keberadaan nya secara eksogen dan bagian dari lingkungan yang tersedia.
Bila efesiensi harga dan efesiensi teknis secara bersama terjadi, maka terdapat kondisi
yang cukup bagi efesiensi ekonomis.
Massel (1967) menyatakan bahwa manajemen dapat dihubungkan dengan efesiensi
teknis atau dapat juga dihubungkan dengan efesiensi alokatif walaupun kelihatan nya
mempunyai korelasi yang tinggi antara efesiensi teknis dan efesiensi alokatif
keduanya tidak selalu terjadi secara bersamaan output dan input secara fungsional
berhubungan dengan kesanggupan manajerial perusahaan. Perbedaan dalam efesiensi
teknis tidak dipertimbangkan dalam mengestimasi koefisien maka akan terdapat hasil
yang tidak konsisten. Variable dunny dalam analisis regresi dari fungsi produksi
secara mencakupi kesimpulan manajemen, koefisien akan di estimasikan tanpa bias
manajemen. Doll (1974) mempertimbangkan manajemen dalam study crush-suction
adalah banyak kesamaan sebagai teknologi dalam study data seri waktu. Karena
manajemen adalah tetap untuk manajer tertentu, koefisien elastisitas dari manajemen
harus tidak dimasukan dalam mengukur : “return to scale” bagi tiap prusahaan.

1.2 Fungsi Produksi dan Efisiensi Input


Fungsi produksi adalah hubungan antara input dan output, baik berkesinambungan
maupun tidak, tetapi biasanya lebih cocok bagi hubungan berkesinambungan. Ilmu
ekononomi sebagian besar berhubungan dengan hubungan fungsional antarvariasi
input. Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai : Y= f(X1,X2,…,Xn),
bahwa produksi adalah fungsi atau dipengaruhi oleh sejumlah jasa factor dalam
proses produksi. Fungsi produksi menggambarkan transformasi kombinasi input ke
dalam output, yang memperlihatkan jumlah ,minimum input yang menghasilkan
sejumlah tertentu.
Walaupun fungsi produksi adalah fenoma fisik, atau pertimbangan teknologi, keadaan
alami tertentu mempunyai banyak implikasi ekonomi. Imu ekonomi berhubungan
cukup banyak dengan optimisasi dari jumlah tertentu bagi nilai masing-masing orang,
perusahaan, masyarakat atau Negara, tetapi tidak ada aplikasi yang dibuat tanpa
pengetahuan dalam kemungkinan produksi yang tersedia, sedangkan pengetahuan
dari harga (atau nilai lain dari individu sebagai konsumen) juga tersedia.
Bentuk fungsi produksi dapat saja linier dalam input terdahap factor produksi yang
terbatas (Liebig), tetapi bentuk ini telah lama ditinggalkan oleh ahli ekonomi sejak
hasil kerja dari mitchherlich (Heady, 1952) yang mengarahkan pada penerimaan
dalam marginal produk yang semakin berkurang (diminishing) dari pada produk
marginal yang konstan.
Fungsi produksi cobb-douglas lebih banyak digunakan yang mempunyai propertas
fungsi homogen sehingga memudahkan orang untuk mengukur return to scale dan
menginterprestasikan koefisien elastisitas secara mudah ( Henderson & Quant, 1971).
Fungsi cobb-douglas mempunyai beberapa asumsi tertentu ; elastisitas produksi yang
constant, zero output dan zero input, output linier pada jalur ekspansi melalui titik
origin dan tidak mempunyai oupout maksimum.
Fungsi produksi cobb-douglas menjadi alat yang sangat berguna dalam penelitian
ekonometrtika. Bentuk fungsi yang sederhana, secara perhitungan ekonomis dan hasil
estimasi koefisien secara statistic signifikan tanpa membebankan persyaratan
keakuratan data (Yotopoulus & Nugent, 1976; hlm52 ). Estimasi fungsinya
menyediakan informasi penting yang secara umum konsisten dengan teori ekonomi
dan kelihatannya realistis seperti marginal produktivitas yang semakin menurun
selagi level input meningkat, relasi balikan antara MRTS dan proporsi input, dan
terakhir asumsi pasar persaingan sempurna tidak diperlukan.

1.3 Ukuran Orientasi Input


Ali dan Chaundry (1990) mengambarkan ketiga jenis efesiensi dalam kurva. Kurva
TPPm menunjukan kemungkinan output maksimum selagi x meningkat, yang juga
memperlihatkan fungsi prontier produksi, dan TPPa menunjukan rata produksi yang
biasanya diestimasikan dengan mengunakan teknik ordinary least squared (OLS).
Setiap input yang berhasil memproduksi output tepat pada kurva produksi TPPm
(output maksimum) maka dalam jumblah penggunaan itu yang dimaksud kegiatan
produksi mencapai output maksimum, sedangkan output yang dicapai berada dibawah
kurva TPPm dinyatakan sebagai inefficient secara teknis. Kriteria maksimisasi profit
yang disyaratkan akan terpenuhi pada tingkat produksi optimum dari input. Secara
grafik terlihat pada gambar 10.4
Farrell (1957) mengilustrasikan idenya menggunakan contoh yang sederhana meliputi
perusahaan-perusahaan yang menggunakan dua input (misalkan X1 dan X2) untuk
menghasilkan satu output (Y), dibawah asumsi constant return to scale. Efisiensi
teknis (ET) perusahaan tersebut diukur dengan

OQ
TEi¿
OP

Nilai efisiensi teknis terletak antara 0-1, dan selanjutnya sebaliknya juga
menyediakan indicator tingkat capaian inefisiensi teknis dari perusahaan. Nilai dari
satu mengindikasikan perusahaan yang mencapai efisiensi teknis secara
penuh.sebagai contoh, pada titik Q adalah efesiensi secara teknis karena berada pada
isoquant efisiensi. Jika rasio harga input, yang direpresentasi oleh slope dari garis
isocost (AA), juga dikenal dengan nama efisiensi alokatif. Efesiensi alokatif ini juga
dapatb dihitung dengan formula :

¿
AEi = OQ

Selagi jarak RQ menunjukkan pengurangan dalam biaya produksi, jika produksi


terjadi pada titik Q’ pada saat mana tercapai efisiensi alokatif (sekaligus efesiensi
teknis), maka pada titik Q tersebut efisiensi tercapai secara teknis, tetapi inefisiensi
secara alokatif. Total efisiensi ekonomis (EE) di definisikan sebagai:

OQ
EEi =
OP
Dimana jarak RP dapat juga diinterpretasikan sebagai suatu pengurangan biaya.
Catatan bahwa produk dari efesiensi teknis dan efesiensi alokatif menyediakan
ukuran bagi efesiensi ekonomi menyeluruh.

OQ OP ¿
TEi X AEi =
OP
X
OQ
= OP = EEi
Catatan juga bahwa nilai ketiga ukuran efesiensi tersebut akan terletak antara nol dan
satu. Pengukuran efesiensi ini mengasumsikan fungsi produksi diketahui. Dalam
dunia nyata, isoquant efesiensi harus diestimasikan melalui data sampel. Farrell
(1957) menyarankan penggunaan tidak saja (a) a non-parametiric piece-wise linier
convex isoquant, kontruksi seperti itu menyatakan bahwa tidak ada titikn observasi
berada disebelah kiri atau dibawah kurva tersebut ; atau (b) fungsi parametric, seperti
bentuk fungsi cobb-douglas. Kalau data tersebut di fit-kan pada kurva tersebut, maka
tidak akan data yang berada pada sisi sebelah kiri atau dibawahnya.
Ukuran efesiensi diatas didefinisikan sebagai convex of a constant return to scale
technology. Ukuran ini dapat secara equivalent didefinisikan untuk non-constant
return to scale.

1.4 Orientasi pengukuran Output


Perbedaan pengukuran antara orientasi-input dan orientasi output dapat diilustrasikan
sebagai berikut, pengukuran orientasi input dari Farrell tentang efisiensi teknis akan
sama dengan rasio AB/ AP, sedangkan pengukuran orientasi output dari efesiensi
teknis adalah CP/CD. Konsep pengukuran orientasi input dan orientasi-output tentang
efesiensi teknis hanya bagi constant return to scale terjadi (lihat fare dan lovell,
1978).
1.5 Model DEA untuk Constant Return to scale

Konsep DEA adalah untuk mengukur skor efisiensi relatif Unit


Kegiatan Ekonomi (UKE) yang menggunakan banyak input dan
UKE yang lain dalam sampel yang menggunakan jenis input
dan output yang sama. Dalam DEA, efisiensi relatif UKE
didefinisikan sebagai rasio total output tertimbang dibagi
dengan total input tertimbang (weighted output/weighted input)
(Syakir, 2005 dalam Marsaulina N, 2011). 
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan suatu alat penting yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki kinerja suatu usaha manufacturing atau jasa. DEA diaplikasikan
secara luas dalam evaluasi performance dan benchmarking pada industry pendidikan, rumah
sakit, cabang bank, production plan dan lain-lain (Cooper W., L.M. Seiford and J. Zhu, 1999
dalam Rusindiyanto, 2010).

Efisiensi yang diukur oleh analisis DEA memiliki karakter berbeda dengan konsep efisiensi pada
umumnya. Pertama, efisiensi yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomis. Artinya,
analisis DEA hanya memperhitungkan nilai absolute dari suatu variabel. Satuan dasar
pengukuran yang mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat,
panjang, isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola
perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda. Kedua, nilai
efisiensi yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam lingkup sekumpulan Unit
Kegiatan Ekonomi yang diperbandingkan tersebut (Nugroho, 1995 dalam Marsaulina N, 2011).

Dalam DEA, efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi
total input tertimbangnya (total weighted output/total weighted input). Inti dari DEA adalah
menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE. Bobot tersebut
memiliki sifat :

1. Tidak bernilai negatif, dan 


2. Bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan
seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total
weighted input) dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari 1 (total weighted output/total
weighted input <1). 

Angka efisiensi yang diperoleh dengan model DEA memungkinkan untuk


mengidentifikasi unit kegiatan ekonomi yang penting untuk diperhatikan dalam
kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi yang dijalankan secara kurang produktif.

Sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output merupakan
keterbatasan dalam pengukuran efisiensi. Keterbatasan tersebut kemudian
dijembatani dengan konsep DEA, efisiensi tidak semata-mata diukur dari rasio output
dan input, tetapi juga memasukkan faktor pembobotan dari setiap input dan output
yang digunakan. Pada pembahasan DEA, efisiensi diartikan sebagai target untuk
mencapai efisiensi yang maksimum dengan kendala efisiensi relatif dan seluruh unit
tidak boleh melebihi 100%. Secara matematis, efisiensi dalam DEA merupakan solusi
dan persamaan berikut :

Asumsi DEA, tidak ada yang memiliki efisiensi labih dari 100% atau 1, maka formulasinya :
Pemecahan masalah pemrograman matematis di atas akan menghasikan nilai Zk yang maksimum
sekaligus nilai bobot (U dan V) yang mengarah ke efisiensi. Jadi jika nilai Zk = 1,maka unit ke-k tersebut
dikatakan efisien relatif terhadap unit lainnya. Sebaliknya jika nilai Zk < 1, maka unit yang lain dikatakan
lebih efisien relatif terhadap unit k, meskipun pembobotan dipilih untuk memaksimisasi unit k.

Bobot yang dipilih tidak boleh bernilai negatif :

Transformasi DEA :

1. Memaksimumkan Zk

2. Dengan Batasan atau Kendala:

Zk : nilai optimal sebagai indikator efisiensi relatif dari UKE k


Yrk : jumlah output r yang dihasilkan oleh UKE k
Xik : jumlah input i yang digunakan UKE k
s : jumlah output yang dihasilkan
m : jumlah input yang digunakan
Urk : bobot tertimbang dari output r yang dihasilkan tiap UKE k
Vik : bobot tertimbang dari input i yang dihasilkan tiap UKE k

Fungsi kendala tersebut mengakibatkan seluruh titik-titik referensi yang dibandingkan dengan
satu UKE tertentu, menjadi kombinasi yang corvex dari observasi sebenarnya. DEA berasumsi
bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize
total weighted output/total weighted input). Karena setiap UKE menggunakan kombinasi input
yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula. Maka setiap UKE akan
memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum UKE akan
mendapatkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan untuk output yang
dapat diproduksi dengan banyak. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari
input dan outputnya, melainkan sebagai variable keputusan penentu untuk memaksimumkan
efisiensi dari suatu UKE.

Data Envelopment Analysis (DEA) memiliki beberapa nilai


manajerial : 
1. DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain di dalam
sampel. Angka efisiensi ini memungkinkan seorang analis untuk mengenali UKE yang
paling membutuhkan perhatian dan merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE yang
tidak/kurang efisien. 
2. Jika UKE kurang efisien (efisiensi <100%), DEA menunjukkan sejumlah UKE yang
memiliki efisiensi sempurna dan seperangkat angka pengganda yang dapat digunakan
oleh manajer untuk menyusun strategi perbaikan. Informasi tersebut memungkinkan
seorang analis membuat UKE hipotesis yang menggunakan input yang lebih sedikit dan
menghasilkan output paling tidak sama atau lebih banyak disbanding UKE yang tidak
efisien. Sehingga UKE hipotesis tersebut akan memiliki efisiensi yang sempurna jika
menggunakan bobot input atau bobot output dari UKE yang tidak efisien. Pendekatan
tersebut member arah strategis manajer untuk meningkatkan efisiensi suatu UKE yang
tidak efisien melalui pengenalan terhadap input yang terlalu banyak digunakan serta
output yang produksinya terlalu rendah. Sehingga seorang manajer tidak hanya
mengetahui UKE yang tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui seberapa besar tingkat
input dan output harus disesuaikan agar dapat memiliki efisiensi yang tinggi. 
3. DEA menyediakan matriks efisiensi silang. Efisiensi silang UKE A terhadap UKE B
merupakan rasio dari output tertimbang dibagi input tertimbang yang dihitung dengan
menggunakan tingkat input dan output UKE A dan bobot input dan output UKE B.
Analisis efisiensi silang dapat membantu seorang manajer untuk mengnali UKE yang
efisien tetapi menggunakan kombinasi input dan menghasilkan kombinasi output yang
sangat berbeda dengan UKE yang lain. UKE tersebut sering disebut sebagai maverick
(menyimpang, unik). 

Data Envelopment Analysis (DEA) dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio
parsial dan regresi berganda untuk pengukuran efisiensi suatu organisasi atau unit kegiatan
ekonomi yang melibatkan banyak input dan banyak output (multi input-multi output). Efisiensi
relatif suatu unit kegiatan ekonomi adalah efisiensi suatu unit kegiatan ekonomi disbanding
dengan kegiatan ekonomi pada lima tahun terakhir dengan jenis input dan output yang sama.

Sehingga ada beberapa manfaat/kelebihan yang dimiliki oleh pengukuran efisiensi dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA), antara lain :

 Dapat mengakomodasi banyak (multiple) input dan output. Hal ini tidak dapat dijawab
oleh teknik pengukuran kinerja lainnya seperti rasio dan ekonometrika. 
 Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk mempermudah
dalam membandingkan kinerja suatu UKE dengan UKE lainnya. 
 Mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan ekonomi untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor penyebabnya. 
 Tidak membutuhkan variabel harga yang kadang sulit ditemukan pada sektor-sektor
tertentu. 

Meskipun untuk menghitung efisiensi relatif DEA memiliki banyak kelebihan disbanding
analisis rasio parsial dan analisis regresi, namun DEA juga memiliki keterbatasan, antara lain :

 Metode DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur. 
 Metode DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain
dalam tipe yang sama tanpa mampu mengenali perbedaan tersebut. Sehingga DEA dapat
memberi hasil yang bias, maka perlu pengukuran data base yang lebih spesifik. 
 Metode DEA yang berasumsi pada constant return to scale menyatakan bahwa perubahan
proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional yang
sama pada tingkat output. Asumsi ini penting karena memungkinkan semua UKE diukur
dan dibandingkan terhadap unit isoquant walaupun pada kenyataannya hal tersebut jarang
terjadi. 
 Bobot input dan output yang dihasilkan dalam DEA tidak dapat ditafsirkan dalam nilai
ekonomi meskipun koefisien tersebut memiliki formulasi matematik yang sama.

1.6 Efisiensi Stochastic Frontier


1.7 Contoh Ap;ikasi

Anda mungkin juga menyukai