2) Karena Indonesia saat ini hanya mengandalkan pasar tradisional dengan negara tujuan
terbesar, yaitu Jepang, Amerika, Tiongkok, dan Eropa. Menurut presiden, masih banyak negara
lain yang dapat dijadikan sasaran pasar yang dapat digarap secara maksimal oleh Indonesia,
antara lain Afrika, dengan potensi pasar USD 550 Miliar, dan Eurasia dengan potensi pasar USD
251 Miliar.
Untuk itu, kami memberikan beberapa usulan untuk strategi Indonesia dalam menghadapi
perdagangan internasional, yaitu :
Perdagangan internasional menuntut setiap industri maupun perusahaan yang akan bersaing
didalamnya untuk memberikan output terbaik dan memiliki ciri khas yang menampilkan
keunggulan bangsa, sehingga industri tersebut mampu bersaing dengan negara lain. Indonesia
memiliki ratusan industri yang tersebar di berbagai sektor. Jika diperhatikan, ada
perbedaan besar antara industri di Indonesia dengan negara lain, yaitu kemampuan
industri dalam menciptakan output yang memiliki daya tarik serta kualitas kelas atas.
Indonesia memang memiliki industri yang lebih bannyak, namun kualitas rata-rata dari industri
tersebut masih kurang bersaing.
4. Proteksi.
Dengan gencarnya perubahan lini kehidupan menjadi serba digital, bukan tidak mungkin robot
akan menggantikan pekerjaan manusia. Akan tetapi dominasi robot tidak akan terjadi di semua
sektor. Robot masih belum mampu mengambil alih pekerjaan yang berhubungan dengan
interaksi manusia dan juga pengetahuan. Oleh karena itu perusahaan perlu
mempersiapkan sumber daya manusia yang andal agar tetap mencapai kesuksesan. Karyawan
sebaiknya didorong untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi.
Karena tenaga kerja yang mampu mengaplikasikan dan mengontrol teknologi di masa kinilah
yang mampu terus bergerak maju. Hal ini pun didukung oleh pemerintah yang berencana
merombak kurikulum pendidikan di Indonesia. Nantinya pendidikan Indonesia lebih
menekankan pada Science, Technology, Engineering, the Arts, dan Mathematics (STEAM), serta
meningkatkan kualitas sekolah kejuruan.
Indonesia harus semakin gencar dan serius dalam menjalin kerja sama dengan negara
luar seperti dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM seperti semakin banyaknya
program beasiswa luar negeri, pertukaran pelajar, pelatihan kerja ke luar negeri, dll. Hal ini dapat
meningkatkan pengetahuan, pengalaman, inspirasi dan motivasi untuk berinovasi dalam
meningkatkan mutu atau pun diferensiasi produk maupun jasa yang di produksi di dalam negeri
sehingga dapat bersaing secara internasional.
Misalnya pembebasan dan penangguhan atas pajak - pajak barang modal dan bahan baku,
dan memperbanyak diversifikasi produk sehingga memenuhi kebutuhan konsumen di luar
negeri, contohnya diversifikasi di bidang kosmetik untuk daerah tropis dan subtropis dibuat
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Semakin memperluas tujuan ekspor dengan mencari
pasar – pasar baru di dunia internasional, baik pasar tradisional maupun pasar non-
tradisional. Selain itu, yang terpenting adalah mempererat kerja sama pelaku usaha ekspor
dengan pemerintah agar terjadi sinergi yang baik dan memperlancar perdagangan internasional
Indonesia.
PERMASALAHAN
Menurut Mari Elka, mentri perdagangan RI periode 2004-2011, sejak lama regulasi perdagangan
di tanah air kita hanyalah mengacu pada kesepakatan global atau dunia. Dulu kita melakukan
integrasi ekonomi berdasarkan ASEAN, masing-masing negara melakukan reformasi dalam
konteks WTO dan komitmen internasional kita. Sekarang, komitmen internasional untuk
melakukan reformasi berkurang.
Masalahnya, meski ikut kesepakatan internasional, saat ini kondisi perdagangan global tak lagi
menguntungkan RI. “Kita tak punya enviroment eksternal yang membantu, sehingga kita harus
membantu diri sendiri. Dari dulu pertumbuhan perdagangan kita untuk melayani pasar di luar
Asia,” tutur Mari Elka.
Selain itu, pelemahan ekonomi global masih dirasakan hingga tahun 2017. Selain itu,
perdagangan internasional berupa ekspor dan impor di tahun ini juga diperkirakan masih sangat
lemah. “Perdagangan dunia perlemahan masih sangat sistemik fundamental sudah lama.
Pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia dai sisi perdagangan internasional tidak secepat
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Perdagangan internasional masih sangat lemah,” ujari Sri
Mulyani pada konfrensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak, Jakarta, 16 Agustus 2016.
Lemahnya ekspor dan impor pada tahun 2017 juga akan mempengaruhi penerimaan negara dari
bea masuk barang. Tapi, pihak Sri Mulyani menegaskan bahwa sebagian besar perbaikan
ekonomi di tahun 2017 masih bisa dirasakan.
Badan Pusat Statistik merilis neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 mengalami defisit
sebesar USD 676 juta. Kepala BPS Suhariyanto mengtatakan bahwa ekspor nonmigas Januari
2018 mencapai USD 13,17 miliar, turun 1,45% dibanding Desember 2017. Tapi, naik 8.57%
dibanding Januari 2017.
Sementara, nilai impor Indonesia pada Januari 2018 yang mencapai USD 15,13 miliar atau naik
26,44% pada Januari 2017. Impor nonmigas Januari 2018 mencapai USD 12,99 miliar atau naik
3,65% dibanding Desember 2017. Impor migas Januari 2018 mencapai USD 2,14 miliar atau
turun 16,31% dibanding Desember 2017, tapi, meningkat 17,35%, dibanding Januari 2017.
Selain itu, ada beberapa lagi masalah yang dihadapi Indonesia dalam hal perdagangan
internasional, yaitu: pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area pada 1 Januari
2013.
ACFTA menggunakan prinsip perdagangan bebas. Perdagangan bebas
tersebut didefinisikansebagai tidak adanya hambatan buatan, yakni hambatan yang diterapkan
pemerintah dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang
berada di negara yang berbeda.
Bagi pendukung ACFTA, kesepakatan ini akan bermakna besar bagi kepentingan geostrategis
dan ekonomis Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan (Kompas, Senin, 18 Januari
2010). Namun bagi penentangnya, penerapan ACFTA dikhawatirkan bakal menghancurkan
industri nasional. Sebab, tarif bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN, khususnya
Indonesia menjadi nol persen. Hal ini tentu akan mengancam industri dalam negeri dikarenakan
produk China terkenal dengan harga murah. Penerapan ACFTA memang membawa konsekuensi
yang besar. Tanpa kebijakan yang sistematis dan terarah, kesepakatan ACFTA hanya menjadi
bumerang bagi Indonesia.
Siap atau tidak, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-
negara ASEAN dan Cina. Pendirian ACFTA akan mempunyai dampak kepada Indonesia, baik
dampak positif maupun negatif. Positifnya, Indonesia dengan mudahnya mendapatkan barang
impor hasil olahan China, dimana masyarakat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya yang
tidak bisa diproduksi dalam negeri. Salah satu dampak negatifnya adalah sifat ketergantungan
terhadap barang impor khususnya buatan China. Sebelum adanya perjanjian perdagangan bebas
dengan Cina sajata sudah mendapatkan hampir segala produk yang dipergunakan di rumah dan
perkantoran bertuliskan Made in China.
1. IMPOR
Karena adanya perdagangan internasional, maka banya barang impor yang masuk ke Indonesia.
Cara yang seharusnya pemerintah lakukan bukanlah dengan larangan impor, tapi, impor hanya
dilakukan untuk barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan bukan berarti barang-barang
kita harus terpaku terhadap impor juga. Kita juga harus tetap menggunakan barang-barang lokal.
2. MATA UANG
Perbedaan kurs mata uang menjadi salah satu masalah dalam perdagangan internasional.
Contohnya dalam ekspor dan impor. Di saat melakukan aktivitas impor, negara indonesia
membeli barang dari luar yang hasil penjualan diterima oleh penjual tersebut. Dengan
mengimpor ini lah menjadi salah satu penyebab Kurs mata uang indonesia turun. Lalu
bagaimana caranya? Cara untuk menaikan kurs mata uang indonesia adalah:
Memperketat pemberlakukan aktivitas impor hanya untuk barang/jasa yang sangat dibutuhkan
dan sulit ditemukan di Indonesia.
Membeli produk lokal, mengapa? Karena dengan membeli produk lokal ini adalah salah satu
cara untuk memperketat aktivitas impor sekaligus bersaing dengan barang impor. Tentu saja jika
ingin produk lokal ini banyak dibeli, produsen harus memproduksi barang/jasa yang
kreatif,murah dan sangat dibutuhkan.Memperbanyak aktivitas ekspor, dengan memperbanyak
aktivitas ekspor tentunya barang/jasa yang akan di ekspor harus memiliki nilai yang tinggi,sangat
dibutuhkan,dan kreatif. Dengan melakukan ekspor ini lah kita mendapatkan keuntungan karena
adanya perbedaan kurs mata uang jadi lebih menguntungkan kita.
3. SUBSIDI
Sebenarnya dengan adanya subsidi, barang yang dihasilkan dalam negri mungkin saja bisa
menyamai produk impor, jika diberi; keringanan pajak, pemberian fasilitas, dan pemberian kredit
bank yang murah. Dengan kebijakan subsidi yang bersifat memberi bantuan kepada produk
dalam negri agar dapat menaikan GDP.
6. MEMPERBAIKI INFRASTRUKTUR
Ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.
Penurunan kinerja infrastruktur berimplikasi pada terhambatnya distribusi barang dan jasa yang
menyebabkan kenaikan biaya angkut, sehingga biaya produksi meningkat. Hal inilah mengapa
perbaikan infrastruktur akan sangat menekan biaya
produksi.