Anda di halaman 1dari 7

Strategi Perdagangan Internasional Indonesia

STRATEGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

               Ada banyak strategi Indonesia dalam menghadapi perdagangan internasional, seperti


membuka pasar baru, mempertahankan pasar tradisional, memanfaatkan instrumen yang
dilegalkan dalam organisasi perdagangan dua, dan lain-lain. Namun menurut kami, perdagangan
internasional di Indoneisa belum terlalu baik,

1)      Karena perdagangan Indonesia di luar negeri lebih besar untuk bahan-bahan


baku seperti gas, batu bara, bahan alami. Sedangkan hasil barang jadi seperti mebel pakaian
dan lain-lain belum dapat bersaing dengan internasional, masih diperlukan peningkatan
kualitas dari segala bidang untuk meningkat daya saing barang di Indonesia dan luar negeri.

2)      Karena Indonesia saat ini hanya mengandalkan pasar tradisional dengan negara tujuan
terbesar, yaitu Jepang, Amerika, Tiongkok, dan Eropa. Menurut presiden, masih banyak negara
lain yang dapat dijadikan sasaran pasar yang dapat digarap secara maksimal oleh Indonesia,
antara lain Afrika, dengan potensi pasar USD 550 Miliar, dan Eurasia dengan potensi pasar USD
251 Miliar.

Untuk itu, kami memberikan beberapa usulan untuk strategi Indonesia dalam menghadapi
perdagangan internasional, yaitu :

1.   Kebijakan perdagangan sebagai langkah awal peran pemerintah.

Peran Pemerintah dalam perdagangan internasional adalah sebagai fasilitator


yangmenetapkankebijakan-kebijakan yangdimaksudkan agar suatu negara dapatmemperoleh
keunggulan komparatif dalam sistem perekonomian internasional. Selain itutujuan dari
ditetapkannya kebijakan yakni meningkatkan keuntungan negara dan setelah itumampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kebijakan perdagangan internasionalterbagi
menjadi dua: kebijakan pendukung dan kebijakan membatasi. Kebijakan mendukungterdiri dari
subsidi, pembiayaan ekspor (Eksport Financing), Zona perdagangan Asing(Foreign Trade Zone)
dan juga agensi khusus pemerintah (Special Government Agency).Sedangkan kebijakan
membatasi yakni berupa tarif (dan non-tarif), kuota, tarif-kuota,embargo, pemenuhan kebutuhan
lokal, penundaan administrasi, dan kontrol mata uang
2.       Menciptakan perusahaan yang kreatif, inovatif dan mampu bersaing dengan pihak
asing.

Perdagangan internasional menuntut setiap industri maupun perusahaan yang akan bersaing
didalamnya untuk memberikan output terbaik dan memiliki ciri khas yang menampilkan
keunggulan bangsa, sehingga industri tersebut mampu bersaing dengan negara lain. Indonesia
memiliki ratusan industri yang tersebar di berbagai sektor. Jika diperhatikan, ada
perbedaan besar antara industri di Indonesia dengan negara lain, yaitu kemampuan
industri dalam menciptakan output yang memiliki daya tarik serta kualitas kelas atas.
Indonesia memang memiliki industri yang lebih bannyak, namun kualitas rata-rata dari industri
tersebut masih kurang bersaing.

3.       Membangun kesadaran ‘Aku Cinta Indonesia’.

Adanya perdagangan internasional akan menciptakan asosiasi dan akulturasi antar budaya di


Indonesia. Budaya-budaya antarnegara di dunia akan saling berbaur dan menciptakan
persaingan budaya. Indonesia harus menanamkan rasa cinta tanah air dan rasa bangga
menggunakan produk industri sendiri pada masyarakatnya. Tujuannya agar Indonesia tidak
kalah saing dalam persaingan antar budaya dengan Negara lain. Selain itu, penanaman rasa cinta
produk Indonesia akan meningkatkan jumlah pendapatan ekonomi dan mengurangi dampak
impor produk dari luar negeri.

4.       Proteksi.

Proteksi adalah upaya pemerintah mengadakan perlindungan pada industri-industri


domestik terhadap masuknya barang impor dalam jangka waktu tertentu. Proteksi
bertujuan melindungi, membesarkan, atau mengecilkan kelangsungan industri dalam negeri yang
berlaku dalam perdagangan umum.
5.       Peningkatan kualitas di segala bidang.

Dari segi internal :

1) Peningkatan SDM dapat ditingkatkan kemampuannya dengan adanya pelatihan-pelatihan


kerjasama dengan pihak luar untuk meningkatkan kemampuan SDM tersebut.

Dengan gencarnya perubahan lini kehidupan menjadi serba digital, bukan tidak mungkin robot
akan menggantikan pekerjaan manusia. Akan tetapi dominasi robot tidak akan terjadi di semua
sektor. Robot masih belum mampu mengambil alih pekerjaan yang berhubungan dengan
interaksi manusia dan juga pengetahuan. Oleh karena itu perusahaan perlu
mempersiapkan sumber daya manusia yang andal agar tetap mencapai kesuksesan. Karyawan
sebaiknya didorong untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi.
Karena tenaga kerja yang mampu mengaplikasikan dan mengontrol teknologi di masa kinilah
yang mampu terus bergerak maju. Hal ini pun didukung oleh pemerintah yang berencana
merombak kurikulum pendidikan di Indonesia. Nantinya pendidikan Indonesia lebih
menekankan pada Science, Technology, Engineering, the Arts, dan Mathematics (STEAM), serta
meningkatkan kualitas sekolah kejuruan.

2)      Perlu meningkatkan transfer teknologi dari luar negeri ke Indonesia.

3)      Memperluas pilihan produk (diferensensiasi produk) atau melakukan  spesialisasi produk


dengan meningkatkan kreativitas produsen Indonesia.

Dari segi eksternal :

Pemerintah harus mampu memberikan suasana kondusif di luar negeri dengan cara


meningkatkan kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia, misalnya kemudahan dalam
ekspor baik secara administrasi maupun non-administrasi (Dipermudah aturan-aturan yang harus
dilalui untuk perizinan ekspor barang/jasa ke luar negeri), meningkatkan hubungan antara
pemerintah dengan pihak luar negeri, sehingga isu-isu politik dari dalam dan luar negeri tidak
mempengaruhi perdagangan internasional Indonesia, contohnya isu tentang perusakan
lingkungan akibat dari perluasan/penambahan perkebunan sawit yang mempengaruhi penjualan
CPO (Crude Palm Oil)

6.       Semakin gencar mencari kerja sama dengan negara lain.

Indonesia harus semakin gencar dan serius dalam menjalin kerja sama dengan negara
luar seperti dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM seperti semakin banyaknya
program beasiswa luar negeri, pertukaran pelajar, pelatihan kerja ke luar negeri, dll. Hal ini dapat
meningkatkan pengetahuan, pengalaman, inspirasi dan motivasi untuk berinovasi dalam
meningkatkan mutu atau pun diferensiasi produk maupun jasa yang di produksi di dalam negeri
sehingga dapat bersaing secara internasional.

Indonesia juga harus lebih memperkuat hubungan diplomasinya dan menghindari isu-isu


global yang dapat mempengaruhi perdagangan internasional. Selain itu, Indonesia perlu
meningkatkan promosi ke luar negeri atas barang produksi Indonesia dengan semakin giat
mengikuti pameran-pameran internasional.

Tujuan kerja sama dilakukan

Mencukupi kebutuhan masyarakat masing-masing negara.


Memperkuat perekonomian negara, perdagangan dan investasi dengan negara lain.
Meningkatkan kerja sama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menciptakan adanya rasa aman dan menegakkan perdamaian dunia.
Mencegah atau menghindari konflik yang mungkin terjadi. Mempererat hubungan
(persahabatan) antar negara.

7.       Pemberian insentif kepada eksportir oleh pemerintah.

Misalnya pembebasan dan penangguhan atas pajak - pajak barang modal dan bahan baku,
dan memperbanyak diversifikasi produk sehingga memenuhi kebutuhan konsumen di luar
negeri,  contohnya diversifikasi di bidang kosmetik untuk daerah tropis dan subtropis dibuat
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Semakin memperluas tujuan ekspor dengan mencari
pasar – pasar baru di dunia internasional, baik pasar tradisional maupun pasar non-
tradisional. Selain itu, yang terpenting adalah mempererat kerja sama pelaku usaha ekspor
dengan pemerintah agar terjadi sinergi yang baik dan memperlancar perdagangan internasional
Indonesia.
PERMASALAHAN

Menurut Mari Elka, mentri perdagangan RI periode 2004-2011, sejak lama regulasi perdagangan
di tanah air kita hanyalah mengacu pada kesepakatan global atau dunia. Dulu kita melakukan
integrasi ekonomi berdasarkan ASEAN, masing-masing negara melakukan reformasi dalam
konteks WTO dan komitmen internasional kita. Sekarang, komitmen internasional untuk
melakukan reformasi berkurang.

Masalahnya, meski ikut kesepakatan internasional, saat ini kondisi perdagangan global tak lagi
menguntungkan RI. “Kita tak punya enviroment eksternal yang membantu, sehingga kita harus
membantu diri sendiri. Dari dulu pertumbuhan perdagangan kita untuk melayani pasar di luar
Asia,” tutur Mari Elka.
Selain itu, pelemahan ekonomi global masih dirasakan hingga tahun 2017. Selain itu,
perdagangan internasional berupa ekspor dan impor di tahun ini juga diperkirakan masih sangat
lemah. “Perdagangan dunia perlemahan masih sangat sistemik fundamental sudah lama.
Pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia dai sisi perdagangan internasional tidak secepat
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Perdagangan internasional masih sangat lemah,” ujari Sri
Mulyani pada konfrensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak, Jakarta, 16 Agustus 2016.
Lemahnya ekspor dan impor pada tahun 2017 juga akan mempengaruhi penerimaan negara dari
bea masuk barang. Tapi, pihak Sri Mulyani menegaskan bahwa sebagian besar perbaikan
ekonomi di tahun 2017 masih bisa dirasakan.
Badan Pusat Statistik merilis neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 mengalami defisit
sebesar USD 676 juta. Kepala BPS Suhariyanto mengtatakan bahwa ekspor nonmigas Januari
2018 mencapai USD 13,17 miliar, turun 1,45% dibanding Desember 2017. Tapi, naik 8.57%
dibanding Januari 2017.
Sementara, nilai impor Indonesia pada Januari 2018 yang mencapai USD 15,13 miliar atau naik
26,44% pada Januari 2017. Impor nonmigas Januari 2018 mencapai USD 12,99 miliar atau naik
3,65% dibanding Desember 2017. Impor migas Januari 2018 mencapai USD 2,14 miliar atau
turun 16,31% dibanding Desember 2017, tapi, meningkat 17,35%, dibanding Januari 2017.
   Selain itu, ada beberapa lagi masalah yang dihadapi Indonesia dalam hal perdagangan
internasional, yaitu:  pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area pada 1 Januari
2013.
   ACFTA menggunakan prinsip perdagangan bebas. Perdagangan bebas
tersebut didefinisikansebagai tidak adanya hambatan buatan, yakni hambatan yang diterapkan
pemerintah dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang
berada di negara yang berbeda.
   Bagi pendukung ACFTA, kesepakatan ini akan bermakna besar bagi kepentingan geostrategis
dan ekonomis Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan (Kompas, Senin, 18 Januari
2010). Namun bagi penentangnya, penerapan ACFTA dikhawatirkan bakal menghancurkan
industri nasional. Sebab, tarif bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN, khususnya
Indonesia menjadi nol persen. Hal ini tentu akan mengancam industri dalam negeri dikarenakan
produk China terkenal dengan harga murah. Penerapan ACFTA memang membawa konsekuensi
yang besar. Tanpa kebijakan yang sistematis dan terarah, kesepakatan ACFTA hanya menjadi
bumerang bagi Indonesia.
   Siap atau tidak, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-
negara ASEAN dan Cina. Pendirian ACFTA akan mempunyai dampak kepada Indonesia, baik
dampak positif maupun negatif. Positifnya, Indonesia dengan mudahnya mendapatkan barang
impor hasil olahan China, dimana masyarakat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya yang
tidak bisa diproduksi dalam negeri. Salah satu dampak negatifnya adalah sifat ketergantungan
terhadap barang impor khususnya buatan China. Sebelum adanya perjanjian perdagangan bebas
dengan Cina sajata sudah mendapatkan hampir segala  produk yang dipergunakan di rumah dan
perkantoran bertuliskan Made in China.

1. IMPOR
Karena adanya perdagangan internasional, maka banya barang impor yang masuk ke Indonesia.
Cara yang seharusnya pemerintah lakukan bukanlah dengan larangan impor, tapi, impor hanya
dilakukan untuk barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan bukan berarti barang-barang
kita harus terpaku terhadap impor juga. Kita juga harus tetap menggunakan barang-barang lokal.

2. MATA UANG
Perbedaan kurs mata uang menjadi salah satu masalah dalam perdagangan internasional.
Contohnya dalam ekspor dan impor. Di saat melakukan aktivitas impor, negara indonesia
membeli barang dari luar yang hasil penjualan diterima oleh penjual tersebut. Dengan
mengimpor ini lah menjadi salah satu penyebab Kurs mata uang indonesia turun. Lalu
bagaimana caranya? Cara untuk menaikan kurs mata uang indonesia adalah:
Memperketat pemberlakukan aktivitas impor hanya untuk barang/jasa yang sangat dibutuhkan
dan sulit ditemukan di Indonesia.
Membeli produk lokal, mengapa? Karena dengan membeli produk lokal ini adalah salah satu
cara untuk memperketat aktivitas impor sekaligus bersaing dengan barang impor. Tentu saja jika
ingin produk lokal ini banyak dibeli, produsen harus memproduksi barang/jasa yang
kreatif,murah dan sangat dibutuhkan.Memperbanyak aktivitas ekspor, dengan memperbanyak
aktivitas ekspor tentunya barang/jasa yang akan di ekspor harus memiliki nilai yang tinggi,sangat
dibutuhkan,dan kreatif. Dengan melakukan ekspor ini lah kita mendapatkan keuntungan karena
adanya perbedaan kurs mata uang jadi lebih menguntungkan kita.
3. SUBSIDI
Sebenarnya dengan adanya subsidi, barang yang dihasilkan dalam negri mungkin saja bisa
menyamai produk impor, jika diberi; keringanan pajak, pemberian fasilitas, dan pemberian kredit
bank yang murah. Dengan kebijakan subsidi yang bersifat memberi bantuan kepada produk
dalam negri agar dapat menaikan GDP.

4. KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA


Kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat mempengaruhi alkultural perdagangan
internasional. Jika SDM ceroboh, maka kualitas dari hasil produksi akan menjadi rendah. Negara
yang memiliki produk rendah akan sulit bersaing dengan negara lain yang memiliki kualitas
barang yang lebih baik. Kita dapat mengatasi SDM berkualitas rendah, mulai dari memperbaiki
sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan yang buruk dapat menyebabkan kurangnya kulitas
SDM. Pemerintah sebaiknya melakukan penyuluhan tentang betapa pentingnya pendidikan dan
memperbaiki sarana dan prasarana sekolah agar terciptanya SDM yang berpendidikan.

5.  MENCIPTAKAN BIAYA PRODUKSI YANG RENDAH


   Biaya produksi rendah bagi industri dalam negeri dapat diciptakan dengan pertama,
menurunkan suku bunga pinjaman bank. Suku bunga pinjaman yang diterapkan di Indonesia
adalah 13,6 persen. Suku bunga tersebut dianggap terlalu tinggi dan membebani para pengusaha,
terutama UKM.
    Bunga yang relatif tinggi memberikan bagi perusahaan maupun perorangan untuk meminjam
uang karena biayanya dianggap masih mahal. Implikasi bunga pinjaman yang tinggi lainnya
adalah akan menyebabkan sektor manufaktur sulit bersaing. Bunga pinjaman tersebut akan
membebani ongkos kapital sehingga menaikkan biaya produksi. Dan selanjutnya seperti yang
telah disebutkan di atas yakni membuat biaya produksi tinggi dan memaksa harga produk pun
menjadi lebih mahal. Dengan demikian diperlukan
penurunan suku bunga pinjaman agar meringankan beban biaya produksi dan juga mendorong
pembukaan usaha-usaha baru agar terbuka kesempatan kerja lebih luas.

6. MEMPERBAIKI INFRASTRUKTUR
   Ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.
Penurunan kinerja infrastruktur berimplikasi pada terhambatnya distribusi barang dan jasa yang
menyebabkan kenaikan biaya angkut, sehingga biaya produksi meningkat. Hal inilah mengapa
perbaikan infrastruktur akan sangat menekan biaya
produksi.

7. PENGEMBANGAN KOMODITAS  BERBASIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN


KOMPETITIF
   Keunggulan di sektor perkebunan perlu mendapat perhatian khusus. Diperlukan
pengembangan produk-produk perkebunan bernilai tambah berupa olahan. Sehingga ekspor
komoditas perkebunan tidak lagi berupa bahan mentah, namun mempunyai nilai tambah yang
memberikan pendapatan yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai