Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH WAJIB TENTANG IR.

SOEKARNO
DAN SUTAN SJARIRI

Nama : Irham
Kelas : XI IIS 1
TUGAS : SEJARAH WAJIB

Ir. Soekarno

Soekarno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 M dan bertepatan pada tanggal 18 Safar
1831 H., beliau dilahirkan pada hari Kamis Pon dalam penanggalan Jawa. Ia dilahirkan di desa
Lawang Sekaten Surabaya. Soekarno dilahirkan saat fajar mulai menyingsing sehingga ayahnya
menganggap bahwa anaknya sebagai “sang fajar” yang dilahirkan dalam abad Revolusi
Kemanusiaan. Ia merupakan anak yang lahir dari rahim seorang bangsawan yaitu dari pasangan
Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Nyoma Rai. Soekarno meninggal dunia pada hari Minggu
tanggal 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta. Beliau dishalatkan di
Wisma Yaso Jakarta dan dimakamkan di daerah kelahirannya, Blitar Jawa Timur di dekat
makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah RI menganugerahkan Soekarno sebagai
Pahlawan Proklamasi. Soekarno pada awal kelahirannya diberi nama Kusno Sosrodihardjo.
Namun karena ia sering sakit, maka ketika beliau berumur lima tahun namanya diubah menjadi
Soekarno.Nama tersebut diambil dari cerita pewayangan yakni seorang panglima perang dalam
kisah Perang Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa
Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".

Meskipun ia terlahir dari keluarga bangsawan, yakni keluarga terhormat dan terstruktur
sosial, namun beliau dan kedua orang tuanya lebih memilih hidup sederhana. Soekarno tidak
menghabiskan banyak waktu bersama orang tuanya. Sejak kecil Soekrno tinggal beersama
Kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo. Sang kakek berhasil mendidik beliau menjadi
pribadi yang pemberani dan tidak cegeng. Tak heran memang jika Soekarno menjadi orang yang
kharismatik karena sejak kecil ia memiliki bakat sebagai seorang pemimpin. Dieropa Soekarno
sendiri sering dipanggil ahmad. Ada sisi Unik dari kehidupan beliau yaitu kebiasaan makan cepat
dan senang berbaur bersama rakyat dan sangat mencintai budaya bangsa. Kebiasaan dekat
kepada rakyat dan mencintai budaya Soekarno tentu patut kita contoh.
Keluarga Soekarno sangat begitu peduli terhadap pendidikan. Itu sebabnya Soekarno
pertamakali mengenyam pendidikan formalnya di tulung Agung. Pada tahun 1907 Soekarno
masuk Sekolah Dasar atau pada masa itu disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) di Tulung Agung
bersama kakeknya. Soekarno tidak menghabiskan waktu lama di tulung Agung. Pada tahun
1908, Soekarno masuk Sekolah Dasar di HIS, kemudian tahun 1913 melanjutkan ke Europesche
Legore School (ELS) di Mojokerto yang ia selesaikan pada tahun 1916. Selama di sekolah dasar,
Soekarno mulai mengamati adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh para guru
Belanda terhadap anak-anak Belanda dengan anak-anak pribumi. Kondisi ini memicu rasa
kebencian Soekarno terhadap sikap dan perlakuan Belanda, bertambah pula karena dengan
keadaan ekonomi orang tuanya yang susah. Bahkan yang dialami oleh seluruh bangsa Indonesia.
Setelah menempuh Europesche Legore School (ELS) di Mojokerto, Soekarno dikirim orang
tuanya untuk melanjutkan studinya ke Hogere Burger School (HBS) di Surabaya pada tahun
1916. Pengalaman dari sekolah ke sekolah itu tentu menjadi pengalaman tersendiri bagi
Soekarno kecil. Sebab kelak ia menyadari betapa sangat berpengaruhnya pengetahuan yang ia
peroleh, baik itu ditulung agung, di ELS, maupun di HBS. Hingga pada tahun 1915, ketika
pendidikan formal itu sudah selesai Soekarno dengan percaya diri melanjutkan ke HBS
Surabaya. Di kota ini ada tokoh besar dan berpengaruh dalam hidupnya, yakni H.O.S
Tjokroaminooto. Atas bantuan Tjokro, Soekarno bisa diterima di HBS Surabaya. Bahkan, Tjokro
rela memberikan sebuah tempat tinggal bagi Soekarno agar ia bisa belajar dengan tenang dan
serius. Salah satu bakat dari Sekarno adalah kegemarannya menulis. Tahun 1920, Soekarno
berhasil menamatkan pendiidikannya di HBS Surabaya. Setelah lulus di HBS, Soekarno pindah
ke Bandung untuk melanjutkan ke THS. Di sekolah tenik tinggi yang ini berubah menjadi ITB
inilah, Soekarno semakin menemukan momentunnya dalam belajar. Pada tanggal 25 Mei 1926,
Gelar Insyinyur sudah ia raih dengan sangat mengagumkan.

Perjuangan Soekarno
Penjajahan Belanda telah menyebabkan kehidupan rakyat Indonesia menjadi sengsara.
Penjajahan tersebut mencekik vitalitas dan sumber- sumber kesejahteraan rakyat Indonesia.
Struktur rohani rakyat berubah, sedangkan kepribadian hancur, kekayaan yang dimiliki Bangsa
Indonesia dikeruk dan dibawa Belanda untuk diperjualbelikan, pendidikan rakyat tidak
diperhatikan dan kesatuan dan persatuan bangsa dipecah belah. Sejak di Surabaya Soekarno
mulai berkenalan dengan Pemikiran Barat dan pemikiran keislaman. Ini tak lepas dari kehadiran
sosok Tjoko yang membantu Soekarno saat menempuh kuliah di HBS Surabaya. Dengan tinggal
di rumah Tjokroaminoto tersebut berarti Soekarno semakin mengenal tokoh tersebut.
Sebagaimana diuraikan di atas, tokoh Tjokroaminoto waktu itu dipandang orang sebagai
inkarnasi kebaikan dari kebahagiaan masa depan,. Apa lagi saat di Surabaya, ia bertemu dan
berkumpul dengan tokoh-tokoh besar yang sangat inspiratif dijadikan teladan. Di rumah
Tjokroaminoto ia bergaul dengan orang-orang yang datang dari berbagai aliran pemikiran seperti
dari yang berhaluan komunis seperti Alimin, Muso, Semaun dan Darsono Dalam kondisi seperti
itulah, Soekarno seperti menemukan tempat yang nyaman, yang dapat membangkitkan
semangatnya dalam belajar. Dari kerja keras Soekarno kita dapat mengambil pelajaran bahwa
kita tidak boleh malas dalam menuntut ilmu, karena kelak ilmu akan mengangkat derajat kita.
Untuk lebih memahami bagaimana perjuangan dan peran dari tokoh besar Soekarno. Saya
akan menguraikannya sebagai berikut.
Masa Nasionalisme
Pada maasa nasionalisme saat Soekarno lulus menempuh
Europesche Legore School (ELS) di Mojokerto. Sejak remaja jiwa
Soekarno tumbuh jiwa politik bersama dengan teman-teman diskusinya.
Ia berhasil membenetuk Perkumpulan politik Sukarno yang pertama
adalah Tri Koro Darmo dengan tiga tujuan yaitu kemerdekaan politik,
ekonomi, dan sosial. Organisasi ini berlandaskan kebangsaan yang
kegiatannya adalah mengembangkan kebudayaan, mengumpulkan dana
sekolah dan membantu korban bencana alam yang ada di Surabaya.
Kemudian Soekarno ikut bergabung menjadi anggota Jong Java cabang
Surabaya pada tahun 1915. Meskipun hanya sebagai anggota tapi pikiran-
pikiran Soekarno sudah sangat mengagumkan. Saat itu Soekarno dengan berani menyembut
bahwa organisasi tersebut sangat Jaawa-sentris. Itulah sebabnya dalam rapat pleno tahunan yang
diadakkan Jong Java cabang Surabaya, Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato
menggunakan bahasa jawa kasar dan mengritik sikap organisasi yang hanya memikirka budaya
saja. Saat itulah ide-ide brilian Soekarno mulai menarik perhatian. Apalagi saat ia mengusulkan
agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, bukan dalam bahasa Belanda.
Banyak tokoh-tokoh pergerakan saat itu kagum terhadap cara berpikir Soekarno yang kritis. Saat
masih kuliah soekarno sangt senang menghabiskan waktu di organisasi-organisasi. Ia adalah
aktivis sejati, di mana-mana isu ketidak adilan dan cengraman penjajah menjadi tema yang selalu
dikobarkan kepada rakyat. Pada tahun 1926 ia tamat dari THS dengan baik, namun di sela- sela
perkuliahannya, yakni sekitar tahun 1923 – 1924 ia ikut mengubah “Jong Java” menjadi “Jong
Indonesia” dan pernah pula menjadi anggota organisasi kepanduan di Bandung. Di samping itu,
Soekarno aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Studirclub, sebuah
kelompok yang aktif membahas buah pikiran dan cita-cita bangsa Indonesia yang terjajah.
Dalam Studirclub, inilah pertama kali Soekarno berpidato. Dalam pidato tersebut ia menolak
pernyataan dari ketua Studirclub yang mengatakan bahwa menguasai bahsa Belanda adalah suatu
keharusan, ia lantas menghimbau kepada seluruh anggota agar bersatu dalam mengembangkan
bahasa melayu baru bahasa asing yaitu bahasa inggris karena bahasa internasional.
Politik Praktis Ir. Soekarno
Sebagaimana dilakukan seblum-sebelumnya Soekarno bergerak aktif mengobarkan semangat
rakyat. Ia ingin melihat bangsa yang dicintainya terbebas dari cengkraman penjajaan yang tidak
tahu diri itu. Puncaknya ialah ketika Soekarno merumuskan ajaran-ajaran Marhaenisme
dan mendirikan PNI(Paratai Nasional Indonesia) pada tanggal 4 juli 1927. Adapun unsur-
unsur Marhaenisme adalah :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Sosio Nasionalisme
c. Sosio Demokrasi.
Kabar itu tentu saja membuat Belanda naik darah. Soekarnopun hanya tinggal menghitung hari
karena Belanda sudah mmembuat perangkap yang buruk baginya. Paham Marhaenisme yang
didirikan oleh Soekarno lewat PNI-Nya adalah sebuah ajaran di mana keadilan berada diatas
segala-galanya. Penindasan dan otoritarianisme yang diusung penjajah, perlahan-lahan mulai
goyah seiring dengan berpengaruhnya pemikiran Soekarno yang anti penindasan PNI sendiri
yang dibentuk Oleh Soekarno bertujuan agar Indonesia merdeka, terbebas dari taring-taring
penjajah yang kejam. Aktivitas Soekarno yang sering mengadakan diskusi-diskusi kecil, tertutup,
tapi serius. Membuat Belanda semakin yakin bahwa anak muda itu memamng berbahaya. Itu
sebabnya pada tanggal 29 Desember 1929 Belanda menngkap Soekarno dan memsuknya ke
penjara Sukamiskin, Bandung. Dipenjara, penjagaan atau pengawan terhadap Soekrno begitu
keras dan ketat. Ia benar-benar diawasi oleh Belanda karena pikiran dan gerakannya dinilai dapat
merongrong kekuasaan Belanda. Dengan demikian, Soekarno mulai aktif dan tampil sebagai
pemimpin PNI. Usaha yang dilakukan Soekarno cukup berhasil, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan PNI di beberapa daerah baik di Jawa maupun luar Jawa cukup pesat, bahkan
menjadi partai yang paling berpengaruh di dalam masyarakat Indonesia Pada tahun 1930 PNI
dibubarkan oleh Sartono dan diganti namanya dengan nama Partai Indonesia (PARTINDO).
Setelah Soekarno dibebaskan, ia berusaha untuk menyatukan kembali anggota-anggota PNI,
namun gagal dan ia kemudian aktif dalam perjuangan PARTINDO. Pada tahun 1934 Soekarno
kembali ditangkap dan diberangkatkan bersama Inggit dari Surabaya naik kapal KPM Van
Ricbeak menuju tempat pengasingan yang sangat terpencil yakni kota Ende Plores. Setahun
kemudia Soekarno menderita penyakit malaria, sehingga ia dipindahkan dari Ende ke Bengkulu.
Pada tahun 1942 Soekarno kabur dari penjara Bengkulu, ia menuju Padang dan menyebrangi
Selat Sunda dan tiba dengan selamat di Jakarta pada bulan Juli 1942

Masa Pergerakan

Sebagaimana yang telah saya jelaskan diatas Soekarno memiliki banyak peran dan
penggaruh dalam masa pergerakan Indonesia salah satunya ketika ia ikut menjadi anggota Jong
Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-
sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi
Soekarno. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang. Soekarno
menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko. Sebulan kemudian
dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan
dalam bahasa Melayu dan bukan dalam bahasa Belanda. Perjuangan Soekarno tidak hanya
berhenti di Surabya, tetapi berlanjut ketika ia berada dan sekolah di Bandung dan terus
bergejolak dalam pertumbuhan dan perkembangan perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajah Belanda. Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung
yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini
menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas
Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara
di Penjara Banceuy, pada tahun 1930 dipindahkan ke Sukamiskin dan memunculkan pledoinya
yang fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31
Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo),
yang merupakan pecahan dari PNI. pada bulan Agustus 1933 Soekarno berhasil ditangkap
kembali, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh
nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada
seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942
Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.

Zaman Jepang

Pada saat pendudukan Jepang, Soekarno aktif dalam organisasi bentukan Jepang seperti
Poetra. Hal ini dilakukannya sebagai sarana membangun komunikasi dan membangkitkan
semangat nasionalisme rakyat Indonesia sehingga akhirnya Soekarno bergabung menjadi
anggota BPUPKI dan kemudian PPKI, yang membuka jalan bagi kemerdekaan Indonesia.
Untuk peran Soekarno Sendiri pada Sidang BPUPKI Pertama (29 Mei -1 Juni 1945). Pada
rapat terakhir Ir. Sokarno juga tampil ke depan sidang untuk meyakinkan sidang BPUPKI
dengan konsep Pancasila-nya. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena telah menjalankan tugasnya. Badan tersebut
kemudian diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa
Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai yang diketuai Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai
wakilnya. Selain sebagai ketua, Soekarno juga aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar-dasar pemerintahan
Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Pada saat ingin
memproklamasikan Kemerdekaan Soekarno, Hatta, dan Soebardjo datang menemui perwakilan
Jepang di Jakarta, yaitu Mayor Jenderal Nishimura dan mengutarakan maksud untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditentang oleh militer Jepang karena mereka
mendapat perintah untuk menjaga status quo terhadap kondisi politik di Indonesia hingga
datangnya Sekutu. Akhirnya, Soekarno dan Hatta menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya
lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan Jepang. Mereka berharap militer
Jepang tidak menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan segera
dilaksanakan. Soekarno sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok oleh para
pemuda pejuang kemerdekaan. Dengan salah satu tokohnya bernama Soekarni, Wikana, Singgih
dan Chairul Saleh.
Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Mohammad Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini
disebabkan pemerintah Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum datang. Setelah
melakukan perumusan teks proklamasi. Dengan berbagai perdebatan yang panjang, akhirnya
naskah proklamasi siap dibacakan. Awalnya teks proklamasi akan dibacakan di lapangan
IKADA, tetapi dengan status quo yang telah ditetapkan jepang, bisa terjadi pertumpahan darah.
Untuk menghindari hal tersebut, dipilihlah rumah Soekarno yang menjadi tempat untuk
membacakan teks proklamasi.

Masa Revolusi

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi


kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian pada 29 Mei–1 Juni 1945 Sidang BPUPKI pertama
berlangsung, sidang ini membahas rumusan dasar negara bagi Indonesia merdeka. Dalam sidang
ini gagal mencapai mufakat karena tidak sepakatnya golongan Islam dan nasionalis terhadap
dasar negara Indonesia Merdeka. Untuk mengatasi kebuntuan ini, dibentuklah Panitia Kecil atau
Panitia Sembilan yang beranggotakan sembilan orang anggota, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Mr. A. A. Maramis, Mr. Moh. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo sebagai perwakilan golongan
nasionalis dan Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno
Cokrosuyoso, mewakili golongan Islamis. Mereka ditugaskan untuk merumuskan dasar negara
dari Indonesia merdeka. Pada 22 Juni 1945, Rumusan tersebut selesai dibahas dan disepakati,
rumusan tersebut dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Kemudian ada yang namanya peristiwa Regasdengklok. Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus
1945 saat terjadi vacum of power, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang,
oleh para pemuda. Mereka didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Akan
tetapi, Soekarno dan Hatta tetap tidak mau untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang
adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni
dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum
muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin. Pada tahun
1943, Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI
menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945
pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19
September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah, yakni
peristiwa yang terjadi di Lapangan Ikada, telah berkumpul 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok
dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap

. Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison,
Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan
pertemuan dengan Presiden Soekarno.. Karena banyakprovokasi dijakarta saat itu, akhirnya ibu
kota di pindahkan ke Jogjakarta.
Menurut UUD 1945 yang ditetapkan oleh sidang PPKI, Indonesia menganut sistem
presidensil. Pemerintahan presidensil ini memberikan kekuasan yang besar bagi pemegang
jabatan presiden. Presiden bertindak sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Dalam melaksanakan jabatannya, presiden akan dibantu oleh menteri-menteri
sehingga menterimenteri ini bertanggung jawab langsung kepada presiden. Penetapan Presiden
dan kabinetnya dilakukan berdasarkan peraturan peralihan UUD 1945. Hal ini dilakukan karena
negara Indonesia baru terbentuk dan memerlukan peraturan penyesuaian, sebelum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk melaksanakan
pemilu untuk memilih DPR/ MPR dan Presiden karena masih dalam suasana revolusi.

Sutan Syahrir yang telah menggalang kekuatan sosialis, ingin membuat sistem pemerintahan
Indonesia menjadi kabinet parlementer seperti sistem pemerintahan Belanda. Pada 11 November
1945, BP-KNIP mengeluarkan pengumuman Nomor 5 tahun 1945 tentang pertanggungjawaban
menteri kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Paraturan ini berarti terjadi perubahan sistem
pemerintahan, dari sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer. Peraturan dari BP-
KNIP tersebut diterima oleh Presiden Soekarno, yang kemudian mengeluarkan Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945. Setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal
14 November 1945, BP-KNIP mencalonkan Sutan Syahrir sebagai calon perdana menteri dan
selanjutnya berwenang sebagai kepala pemerintahan. Hal ini berarti menjadikan Soekarno hanya
sebagai kepala negara dan tidak menjalankan roda pemerintahan.. Setelah penunjukkan Sutan
Syahrir sebagai perdana menteri, Sutan Syahrir membentuk kembali kabinetnya dengan
menterimenterinya berasal dari partai politik dan independen. Terbentuknya kabinet parlementer
yang dipimpin Sutan Syahrir merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap UUD 1945.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa pemerintahan Republik Indonesia dijalankan menurut
sistem kabinet prsesidensil, yaitu menteri sebagai pembantu presiden hanya bertanggung jawab
kepada presiden. Akan tetapi, pada pelaksanaannya, menteri bertanggungjawab langsung pada
parlemen (BPKNIP). Karena hal tersebut maka dalam penyelengaraan pemerintahan, perebutan
kekuasaan antar-fraksi di parlemen (BP-KNIP) membuat kabinet dapat dijatuhkan. Dalam
pemerintahan Sutan Syahrir, setidaknya, terdapat tiga kali pergantian kabinet karena dijatuhkan
oleh parlemen.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan,


kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi
Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan
Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan
ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi
dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang
sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-
Belanda.

Sisi lain yang sangat unik pada diri Soekarno selain ia sebagai orator ulung dan
pemimpin revolusi, ia juga penganut sejati tiga ideologi besar: nasionalisme, agama, dan
komonisme ( nasakom ). Tiga ideologi besar inilah yang kemudian dijadikan sebagai prinsip atau
pegangan utuh dalam hidupnya. Kita menemukan tiga-tiga terpresentasi dalam diri Soekarno.
Soekarno memandang nasionalisme sebagai suatu paham yang harus senantiasa
dijadikan napas. Tanpa nasionalisme tak mungkin ada perjuangan dan pengorbanan yang
singnifikan untuk keberlanjutan hidup berbangsa dan bernegara. Demikian juga dengan
islamisme dan marxisme atau sosialisme. Soekarno menyandingkan paham kedua-duanya
dengan coba melakukan penentangan terhadap kapitalisme yang jelas-jelas mengakibatkan
terjadinya kelas-kelas sosial yang destruktif.

Masa Kemerdekaan

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda


menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan),
Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik
Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat
sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden
Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang
kemudian dikenal sebagai RI Jawa- Yogya. Namun
karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang
ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal
17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi
Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai
pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno sebagai presiden yang
resmi menurut konstitusional

Pada masa kemerdekaan Indonesia, Soekarno senang memberikan pemikiran pemikiran yang
membangun dikanca internasional. Salah satunya pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk
mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Guna
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno
mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya
adalah Nikita Khruschev Uni Soviet, John Fitzgeraid Kennedy Amerika Serikat, Fidel Castro
Kuba, Mao Tse Tung Republik Rakyat Cina. Hal itu dilakukannya adalah suatu bentuk
mewujudkan pengakuan keadaulatan kemerdekaan Indonesiia.

Masa akhir kekuasaan Soekarno ditandai dengan adanya peristiwa G30SPKI. Situasi politik
Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh. Soekarno kemudian
membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S PKI pada
Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni
1966. MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato "Pelengkap
Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh
MPRS pada tanggal 16 Februari tahun yang sama. Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967
Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan
ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto secara de facto menjadi kepala pemerintahan
Indonesia.95 Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan atas
Presiden Soekarno, mencabut gelar. Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai
Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.

Riwayat Hidup Sutan Sjahrir


Sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sjahrir sudah menjadi salah satu intelektual
muda di masa itu karena latar belakang pendidikannya yang cukup baik (sekolah-sekolah
Belanda). Lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, pada tanggal 5 Maret 1909, Sjahrir
dibesarkan di Medan, kota yang memperkenalkannya pada kemelaratan. Lahir di Padangpanjang,
Sumatera Barat, pada tanggal 5 Maret 1909, Sjahrir dibesarkan di Medan, kota yang
memperkenalkannya pada kemelaratan. kemudian Sjahrir masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di
Bandung, sekolah termahal di Hindia Belanda pada waktu itu. Teman-teman Sjahrir menyatakan
bahwa pada tanggal 20 Februari 1927, Sjahrir termasuk orang yang membentuk himpunan kaum
nasionalis Jong Indonesie. Tidak ditemukan catatan sezaman tentang keikutsertaannya.
Meskipun demikian dia disebutkan dalam laporan polisi sebagai pimpinan salah satu rapat
perhimpuan tersebut. Pada bulan Agustus 1928, Sutan Sjahrir, sudah dikenal oleh polisi Bandung
sebagai pemimpin redaksi dari majalah himpunan tersebut. Setelah lulus dari AMS ia mengikuti
jejak kakaknya di belanda, dan melanjutkn kuliahnya disana. Ia melanjutkan studinya di
Universitas Amsterdam, di fakultas Hukum.

Peran Sjahrir Sebelum Kemerdekaan


1. Peran Sjahrir Sebelum Kemerdekaan
Sejak bulan Juni 1931 Hatta dan Sjahrir mulai menunjukkan dukungan bagi Golongan
Merdeka. Dorongan serta saran dari Hatta dan Sjahrir mulai menujukkan hasil menjelang
pertengahan Agustus 1931. Seperti diberitakan oleh Warna Warta, pada tanggal 12 Agustus
1931, Golongan Medeka sudah membentuk suatu panitia pusat untuk merancang penerbitan
Daulat Ra’jat. Panitia pusat berkedudukan di Batavia, dengan sub-panitia di Bandung, Malang,
Surabaya, dan Pelembang. Karena sering mengadakan pertemuan, mereka sepakat bahwa wadah
yang terbaik bagi mereka bukan partai, bukan pula perhimpunan, melainkan pendidikan. Sejak ia
telah menempuh banyak ilmu di Belanda, setelah kembali menjadi tahap baru dalam
perkembangan politiknya. ia telah memperoleh kebiasaan untuk melakukan analisis yang tajam,
menggunakan logika yang tidak sentimental, dan kesediaannya untuk melancarkan kritik yang
tajam terhadap hal-hal yang dianggapnya tak berharga.

Pada saat politik di masa sebelum kemerdekaan memilih untuk tidak bekerjasama dengan
Partindo terang-terangan memilih bergabung dengan kelompok nasionalis Golongan Merdeka
yang relatif kecil, dan punya kesadaran politik yang lebih tinggi, punya arti penting. Sjahrir
yakin bahwa pergerakan semacam itu hanya mempunyai kekuatan jika sejumlah rakyat
Indonesia dididik agar matang dalam masalah- masalah politik, dan punya pengertian yang
mendalam tentang prinsip-prinsip kebangsaan. Proses pendidikan itu direncanakan sebagai
pelaksanaan jangka panjang secara tidak spektakuler. Sjahrir menggantikan Soekemi pada bulan
Juni 1932 sebagai pemimpin PNI-Baru, kemudian menyerahkan pimpinan tersebut kepada Hatta
sekembalinya Hatta ke Hindia Belanda pada bulan Agustus. Partai tersebut. menjadi organisasi
yang berfungsi, dengan sekitar selusin cabang, dan beberapa di antaranya terus berkembang
dalam bulan-bulan berikutnya. Dimasukkannya kata ’Pendidikan’ ke dalam nama partai tersebut
mempunyai maksud khusus dan juga serius. Sebagian kegiatan partai itu adalah
menyelenggarakan pendidikan politik bagi para anggotanya. Para anggota Pendidikan Nasional
Indonesia, bukanlah kaum buruh dalam artian suatu kelas sosial walaupun sebagian terbesar dari
mereka hanya berpendidikan menengah dan bukan berpendidikan tinggi.

Pendudukan Jepang pada Tahun 1942

Pada mulanya Jepang mencoba memanfaatkan elemen-elemen feodal dan agama guna
memperoleh dukungan. Ketika usaha tersebut gagal, mereka berpaling kepada Hatta dan Sjahrir.
Kedua pemimpin ini tidak mempercayai Jepang, mereka mengetahui bahwa Jepang akan
berusaha untuk membentuk sebuah pemerintah Indonesia dengan kendali di tangan Jepang..
Sjahrir dan Hatta. Keduanya bersepakat untuk sementara waktu Hatta bekerja sama dengan pihak
Jepang, sedangkan Sjahrir akan memimpin pengorganisasian gerakan revolusioner bawah tanah
yang terkoordinasi. Pada bulan Juli tahun 1942, Hatta, Sukarno, dan Sjahrir, mengadakan
pertemuan rahasia di kediaman Hatta. Pada pertemuan itu Sukarno menyetujui rencana yang
telah dipikirkan secara matang oleh Hatta dan Sjahrir. Akhirnya diputuskan bahwa Sukarno-
Hatta akan menawarkan kerja sama mereka dengan pihak Jepang, melindungi roda pemerintahan
dari campur tangan Angkatan Perang Jepang, dan menyediakan basis legal yang luas bagi
perjuangan nasional sambil secara rahasia membantu gerakan perlawanan revolusioner pimpinan
Sjahrir dengan memberikan informasi dan juga uang. Pada bulan Oktober 1944, menyusul
pernyataan Perdana Menteri Koiso di Parlemen Jepang bahwa Indonesia akan segera diberi
kemerdekaan, Sukarno- Hatta dan yang lain-lainnya diizinkan untuk secara terbuka
menganjurkan kemerdekaan. Pada tanggal 1 Maret 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan yang
berbasis luas di Jawa dibentuk. Setelah mengadakan sidang secara rutin pada bulan Mei, Juni,
dan Juli, Panitia tersebut berhasil mencapai keputusan-keputusan mengenai soal-soal ekonomi
dan konstitusi.
Peran Sjahrir Dalam Mencapai Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945

Setelah membicarakan soal proklamasi kemerdekaan


Indonesia, disitu diputuskan bahwa Panitia Persiapan
Kemerdekaan harus bersidang pada tanggal 19 Agustus 1945
di Jakarta. Sebelum berangkat ke Saigon, Hatta dan Sjahrir
telah sepakat bahwa saat yang menentukan bagi usaha
revolusioner besar- besaran, yaitu secara terang-terangan
menggabungkan berbagai kekuatan legal di bawah Sukarno-
Hatta dan gerakan bawah tanah dalam usaha mendirikan
negara Indonesia yang merdeka. Setelah mendengar kabar
pada tanggal 14 Agustus 1945 bahwa jepang dijatuhkan bom
atom, retjadilah perdebatan sengit mengenai strategi yang akan
ditempuh untuk memproklamasikan kemerdekaan. Diam-
diam Hatta berunding dengan Sjahrir yang mendesak agar
proklamasi kemerdekaan harus diadakan sesegera mungkin karena jika menunggu tanggal 19
Agustus mungkin akan terlambat. Panitia Persiapan yang akan melangsungkan sidang
peresmiannya pada tanggal 18 Agustus. Sjahrir meminta agar segera proklamasi dilaksanakan.
Namun Soekarno tetap menolak. Di zaman Jepang pemuda dan mahasiswa di Jakarta berhimpun
di tiga lokasi, yakni Asrama Prapatan 10 yang menjadi tempat tinggal mahasiswa kedokteran Ika
Dai Gaku (Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran), Asrama Angkatan Baru Menteng 31 yang
didirikan oleh Sendenbu (Badan Propaganda Jepang), Asrama Indonesia Merdeka di Jalan
Bungur Besar yang didirikan oleh kalangan Kaigun (Angkatan Laut Jepang) Menyangkut para
pemuda, tampuk (ujung) pimpinan terlepas dari tangan Sjahrir dan beralih ke tangan berbagai
pemimpin pemuda lainnya, di antaranya adalah Sukarni, Adam Malik, Chaerul Saleh, Maruto
Nitimihardjo, Wikana dan wakil-wakil yang lain dari asrama mahasiswa kedokteran di Prapatan.
Di antara mereka terdapat beberapa pengikut Sjahrir. Sebagai hasil diskusi di antara
kelompok-kelompok itu maka diputuskan bahwa pandangan mereka harus disampaikan langsung
kepada Sukarno, maka sebuah delegasi yang dipimpin oleh Wikana menemui Sukarno di tempat
tinggalnya di Pegangsaan Timur 56 pada malam hari tanggal 15 Agustus. Pada waktu perdebatan
sengit antara Sukarno dan para mahasiswa tersebut, Sukarno tetap teguh tidak mau mengalah.
Sebagai tindak lanjut mereka melakukan untuk menculik kedua pemimpin yaitu Sukarno dan
Hatta, yang dilangsungkan di Asrama Baperpi di Cikini. Sjahrir diberitahu tentang rencana-
rencana tersebut tetapi, ia menolak untuk ambil bagian di dalamnya. Para pemuda kemudian
memindahkan Sukarno dan Hatta ke kota kecil Rengasdengklok, di mana mereka juga tidak
berhasil membujuk Sukarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Jakarta
pada malam tanggal 16 Agustus Sukarno dan Hatta mengadakan pertemuan dengan anggota
PPKI dan sejumlah pemimpin pemuda di rumah Laksamana Maeda dan menyiapkan naskah
proklamasi kemerdekaan yang akan diumumkan esok paginya. Namun saat pembacaan
proklamasi Sjarir tidak hadir.
KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat ) Tahun 1945

Pada tanggal 7 Oktober 1945, 40 orang anggota Komite Nasional menandatangani petisi untuk
Presiden Sukarno. Mereka menuntut Komite menjadi badan legislatif, bukan pembantu Presiden.
Selain itu, menteri kabinet harus bertanggung jawab kepada Dewan, bukan Presiden. Pada rapat
Komite Nasional kedua pada tanggal 16 Oktober 1945 merupakan salah satu titik penting
perjalanan politik Sjahrir. Pada tanggal 25 Oktober 1945 Sjahrir diterima menjadi salah seorang
anggota KNIP, sekaligus dipilih dengan suara bulat untuk menjadi Ketua Badan Pekerja KNIP
sedangkan wakilnya adalah Amir Sjarifuddin. Dengan demikian sebenarnya terjadi penyegaran
personalia dan penyempurnaan organisasi KNIP. Badan itu lebih mencerminkan aspirasi-aspirasi
dan kekuatan-kekuatan sosial politik yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai ketua
KNIP yang baru, Sjahrir mengarahkan agar hendaknya keanggotaan KNI (Komite Nasional
Indonesia), baik di pusat maupun di daerah-daerah, lebih mencerminkan aspirasi politik nasional.
Dan sejalan dengan itu, atas saran Sjarir selaku ketua KNIP, wakil presiden yaitu Hatta pada
tanggal 3 November 1945 mengumumkan Maklumat X tentang pembentukan partai-partai di
Indonesia. Setelah keluarnya Maklumat X dan berdirinya partai-partai maka komposisi
keanggotaan KNIP diperluas lagi dengan wakil-wakil dari partai-partai. KNIP pun lebih
mencerminkan suatu lembaga dengan keanggotaan dan fungsi legislatif yang mencerminkan
aspirasi-aspirasi (kelompok politik) yang hidup, apalagi karena kepala pemerintah (Perdana
Menteri) bertanggung jawab kepada KNIP. Prestasi Sjahrir di dalam KNIP membuktikan bahwa
ia memahami secara mendalam masalah Negara Republik Indonesia yang baru lahir serta tahu
apa saja yang harus dilakukan. Lagi pula ia mendapat dukungan kuat di KNIP. Sjahrir pun
menyusun dan memimpin suatu kabinet parlementer yakni yang bertanggung jawab kepada
legislatif (dalam hal ini KNIP).

Perdana Menteri (15 November 1945 – 27 Juni 1947)


Sjahrir menjadi Perdana Menteri dan mulai memimpin kabinetnya pada tanggal 14
November 1945. Dua bulan setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Pada saat itu Sjahrir
menegaskan, bahwa demi keutuhan Indonesia merdeka dan untuk menetralisirkan tuduhan
Sekutu, ia akan menerbitkan buku Perjuangan Kita yang disebarluaskan dalam beberapa bahasa.
Buku yang menggemparkan itu kemudian diterbitkan oleh Kementrian Penerangan Republik
Indonesia yang saat itu dipimpin Amir Sjarifuddin. Pada bulan Oktober 1945 Sjahrir berhasil
meyakinkan Sukarno dengan konsep dan sejumlah usulannya, yakni membentuk Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang kemudian akan menjadi badan penyusun UUD. Sjahrir
juga mengusulkan pembentukan partai-partai politik. Kemudian dia meminta Sukarno
membubarkan kabinet dan membentuk kabinet baru dipimpin oleh seorang perdana menteri yang
dipilih oleh KNIP. Langkahnya itu dilandasi pemikiran bahwa Republik harus demokratis, bebas
dari para kolaborator Jepang (untuk mengesankan bahwa Republik Indonesia bukan bentukan
Jepang). Maka pada bulan Oktober 1945 terbentuklah dua partai sosialis (Partai Rakyat Sosialis
pimpinan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia pimpinan Amir Sjarifuddin) yang akhirnya
bergabung menjadi Partai Sosialis. Pada bulan Oktober 1945 Sjahrir memutuskan untuk
membuka perundingan dengan pihak Belanda. Sjahrir memanfaatkan diplomasi Inggris. Butir-
butir penting yang dikemukakannya dalam tulisannya Perjuangan Kita menjadi pedoman kerja.
Pasukan Belanda kemudian mulai kembali menduduki Jakarta pada awal tahun 1946, para
pemimpin nyawanya terancam, dan akhirnya Sukarno, Hatta dan Sjahrir memindahkan
pemerintahan ke Yogyakarta. Namun, Sjahrir tetap memilih melanjutkan negosiasi dan
diplomasi.Pada pertengahan bulan Desember 1945, Sjahrir mengeluarkan kebijakan politik
militer. Semua kekuatan bersenjata, baik tentara maupun lascar, harus keluar dari Jakarta. Untuk
menghindari terjadinya perang dengan Belanda Sjahrir mengadakan pidato radio pada tanggal 19
Juni 1947 yang berisi antara lain memberi konsesi (kerelaan) pada Belanda secara hukum mau
mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia selama masa peralihan, akan tetapi juga
mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia ke dalam. Ketika Belanda pada tanggal 21 Juli
1947 menyerang Republik, Sjahrir sebagai penasehat Presiden dan selaku Duta Keliling
Republik berangkat ke luar negeri dengan mengunakan pesawat terbang. Pada tanggal 14
Agustus 1947 Sjahrir sebagai wakil Republik Indonesia berbicara dalam sidang Dewan
Keamanan PBB. Di sana ia menjelaskan politik penjajahan Belanda dan mendesak supaya
Dewan Keamanan PBB membentuk suatu Badan Arbitrase yang tidak berpihak. Sjahrir di dalam
forum internasional di Dewan Keamanan mempertahankan dan membela kemerdekaan Republik
Indonesia seperti memperkuat perhubungan dalam perjanjian Linggarjati dan diakui oleh dunia
internasional. Jabatan sebagai ketua Delegasi Rupublik Indonesia di Dewan Keamanan PBB
adalah kedudukan Sjahrir yang terakhir sebagai pejabat negara.

Referensi

Referensi dari buku yang berjudul Soekarno Bapak Bangsa karya Andi Setiadi
Jumlah halaman ± 180

file:///C:/Users/user/Downloads/sultan%20syarir

Anda mungkin juga menyukai