CBR Azizah)
CBR Azizah)
Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sebab telah
memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu
menyelesaikan tugas “CRITICAL BOOK RIVIEW” . Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah
satu mata kuliah saya yaitu Filsafat Ilmu Pendidikan.
Karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas critical book review ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya khususnya. Atas perhatian nya saya mengucapkan
terima kasih .
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
……………………ii
A. Rasionalisasi Pentingnya
CBR…………………………………………………………………….ii
B. Tujuan Penulisan
CBR………………………………………………………………………………ii
C. Manfaat CBR………………………………………………………iii
BAB III
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………
…………….ii
Pembahasan Isi
buku……………………………………………………………………………..iiiii
BAB IV
PENUTUP………………………………………………………………………………………
………….
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
……..iii
BAB I
PENDAHULUAN
Melakukan Critical Book Review pada suatu buku dengan membandingkan nya dengan buku
lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat mengetahui kelebihan
dan kekurangan suatu buku. Dari mengkritik inilah kita jadi mendapatkan informasi yang
kompeten dengan cara menggabungkan informasi dari buku yang lain.
MANFAAT CBR
BAB II PENDAHULUAN
Ada banyak pemikir merumuskan ruang kerja filsafat ilmu dalam arti umum. Robert
Ackermann melihat bahwa filsafat ilmu dari satu sisi merupakan suatu upaya meninjau secara
kritis pendapat-pendapat ilmiah.
Filsafat ilmu dapat dipakai menganalisis metode,teori dan produk sains seperti
teknologi,sehingga dari situ dapat diketahui manfaat dan mudarat dari teknologi sebagai
produk ilmu
Untuk mengkeritis dan mengarahkan orientasi ilmu bagi pengetahuan kepentingan kehidupan
manusia
Filsafat ilmu dapat menganalisis dan memberikan pemahaman sejarah perkembangan ilmu.
Menelusuri ilmpikasi ilmu atas sosio budaya,idiologi,politik dan worldview dalam kehidupa
manusia.
Banyak orang yang beramsumsi bahwa “filsafat itu induk dari sebaga ilmu”. Pendapat ini
tidak sepenuhnya salah. Bila di telusuri lebih jauh, kegiatan berfilsafat itu pertama kali
tumbuh di wilayah Yunani, dan berkembang didorong oleh tiga faktor yaitu :
Pengaruh perkembangan ilmu dan bersifat praktis di luar wilayah Yunani seperti Mesir dan
Babylonia.
Babak baru aktivitas berfilsafat dimulai saat kaum Sophis meragukan kebenaran pendapat
yang diajukan para filosof. Selain itu, perhatian dan penyelidikan para filosof beralih dari
alam menuju manusia.
Kebebasan berpikir pada abad klasik seperti yang terjadi di Yunani tidak lagi terjadi pada
abad pertengahan. Salah satu penyebabnya adalah sikap politisi kalangan gereja. Kira-kira
sepuluh tahun setela peraturan toleransi,Konstantin besar memeluk agama Kristen. Para
ilmuan masa renaissance memandang abad pertengahan menandakan terkungkangnya akal
pikiran manusia. Orang tidak dapat berpikir bebas seperti di zaman Yunani.
Menurut Huizinga seperti dikutip Sartono, sejarah merupakan bentuk jiwa dari suatu masa di
mana kebudayaan mendapat pertanggungjawaban mengenai masa silam. Maksud pendapat
itu dapat di sederhanakan dengan menghubungkannya pada pembagian periode kasik, periode
pertengahan dan priode modern. Tiap priode merupakan kelanjutan dari priode sebelumnya.
Artinya budaya sebelumnya akan mengiringi proses pembentukan budaya yang akan
berkembang berikutnya.
Pada abad ke 14 observasi dan eksperimentasi mulai menjadi model penelitian ilmu alam.
Metode ini mampu memicu perkembangan science. Akibat paling nampak dari ledakan ilmu
empiris ini ialah timbulnya revolusi ilmiah. Ciri ilmu yang berkembang ini ialah caranya
merumuskan pandangan tentang realitas,berbeda sama sekali dari cara mistik dan mitologi.
Penemuan pada abad ke 20 sekali lagi telah mengubah cara pandang manusia melihat
eksistensi dirinya dana lam semesta. Penemuan tersebut sangat berpengaruh kepada
kehidupan manusia, terutama cara mereka menyusun norma-norma kehidupan.
Secara umum worldview sering di artikan sebagai filsafat hidup atau prinsif hidup. Setiap
orang,bangsa,kebudayaan atau peradapan mempunyai worldview masing-masing. Yang
membedakan antara satu dan lainnya ialah faktor-faktor yang dominan, yang satu misalnya
lebih cendrung didominasi oleh budaya yang lain tata nilai sosial, filsafat agama,kepercayaan
dan lainnya.
Berdasarkan definisi worldview, Hamid Fahmi meringkas ada tigas poin penting yang perlu
di garis bawahi terkait worldview yaitu bahwa worldview motor bagi perubahan sosial, asas
bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktivitas ilmiah. Worldview memiliki karakteristik
yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi asas penyokongnya. Menurut Thomas
Wall, Worldview di tentukan oleh pemahaman individu atas 6 elemen yaitu :
Tuhan
Ilmu
Realitas
Diri
Etika
Masyarakat
Memang dalam tradisi Islam klasik terma khusus tentang worldview belum ada, tapi bukan
berarti ulama terdahulu tidak memiliki asas yang sistematik untuk memahami realitas.
Untuk menelusuri jejak tradisi keilmuan Islam maka perlu merujuk dalam sejarah
pembentukan peradapan Islam paling awal. Menurut Hamid Fahmi,keberadaan ilmu
penetahuan Islam di dahului lahirnya worldview sementara kelahiran worldview Islam tidak
lepas dari wahyu dan penjelasan nabi. Ada banyak tindakan nabi mengenai cara dia
menanamkan worldview ke dalam komunitas awal Islam. Di antaranya dalam konteks tradisi
keilmuan adalah ahlu Suffah di Mesjid Nabawi.
Sebagai kewajiban agama, maka ummat bertanggung jwab atas arah perkembangan ilmu
pengetahuan. Di atas semua itu, untuk memahami dorongan yang di tanamkan al-Qur’an dan
Hadits dalam jiwa ummat Islam, kita harus menoleh ke dalam realitas sejarah. Komunitas
umat Islam awal penting dipahami dalam konteks ini karena lewat mereka kita dapat
mengetahui proses awal mula pertumbuhan tradisi ilmiah dalam masyarakat Islam.
Para Ilmuan Islam
Menurut nya filsafat modern telah menjadi penafsir sains dan menyusun hasil-hasil sains
alam dan sosial ke dalam suatu pandangan dunia
Kuntowijoyo
Gagasan utama Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu adalah perlunya usaha
pengilmuan Islam. Maksud dari pemikiran ini ialah orang Islam harus melihat realitas melalui
Islam.
Thomas S.Kuhn
Khun adalah ilmuan ahli di bidang fisika kemudian menaruh perhatian pada sejarah ilmu
sebelum akhirnya menekuni bidang filsafat ilmu. Khun salah satu ilmuan yang menolak
bahwa ilmu pengetahuan berkembang secara komulatif. Menurutnya pendapat yang demikian
harus di tolak dan di buang jauh-jauh sebab tidak sesuai fakta sejarah perkembangan ilmu.
Paul Feyerabend
Bab 6
Epistemologi terdiri dari dua kata yaitu episteme berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan
dan logos pengetahuan atau informasi. Jadi secara singkat epistemologi adalah pengetahuan
tentang pengetahuan atau disebut juga sebagai "teori pengetahuan „ . 191 Persoabrı yang
menjadi kajian epistemologi adalah hakikat, s.mber, dasar dan kebenaran pengetahuan.
Dalam konteks ilmu, epistemologi merupakan suatu asası proses bagaimana ilmu itü
diperoleh, menelaah sumber-sumber ilmu terutama yang berkaitan dengan metode dan
keabsahannya serta validitas kebenaran ilmu.
Sebelum mengkaji sumber-sumber ilmu dalam konteks pengetahuan ilmiah, ada baiknya
menguraikan sekilas seluk-beluk epistemologi sebagai disiplin filsafat yang berdiri sendirü
Şebab pembahasan tentang hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan dan kebenaran
pengetahuan dalam epistemologi dapat memberikan gambaran bagaimana manusia
memahami hakikat pengetahuan. Sebagai suatu usaha untuk mengenali eksistensi dirinya.
Bagi Kuhn tidak ada satu teori pun yang mampu bertahan dalam sejarah. Pandangan ini
menunjukkan bahwa ilmu merupakan suatu sistem yang terpadu; antara fakta, interpretasi,
teori dan eksperimentasil". Bagi Kuhn suatu bidang akan menjadi ilmiah bila kesimpulan-
kesimpulannya dijabarkan secara logis dari premis-premis yang dimiliki secara bersama.
Pengujian atas premis atau persetujuan dasar hanya terjadi pada "ilmu luar biasa". Sedangkan
pada "normal science hal seperti tidak akan terjadt.i65
Dernikian beberapa gagasan dasar Kuhn mengenai teori perkembangan umu. Dia tiak hanya
menganalisis sejarah umu akan tetapi memberikan landasan argumentasi bagi suatu analisis
perkembangan umu pengetahuan. Pandangannya memberikan ruang bagi penafsiran baru
tentang sejarah ilmu.
2. Paul Feyerabend
Paul Feyerabend lahir di Wina -- Austria tahun 1927. Pada tahun 1945 ia belajar seni teater
dan sejarah teater di Institute for Production of Theater, the Metholo-gical reform of the
German Theaterdi Waimar. Kecintaannya terhadap seni teater dan drama tampak pada
karyanya dimana ia menuliskan pemikiran ilmiahnya dengan memasukkan contoh dari duma
semua.
1. Thomas S. Kuhn
Thomas Samuel Kuhn lahir 18 Juli 1922 di Cincinnati, Ohio, Amerika, dan meninggal 17
Juni 1996 di Cembridge. Kuhn mendapat pendidikan dengan gelar Sarjana Muda (BA) pada
tahun 1943 kemudian gelar MA di bidang fisika pada tahun 1946. Sedangkan untuk Ph.D
pada tahun 1949 dengan bidang keahlian
bertanjut tanpa henti. Ringkasnya, bagi aliran ini majuan ilmu merupakan perkembangan
problem yang meningkat ke hipotesis spekulatif, lalu ke kritik dan akhirnya ke falsifikasi, dan
dari situ meningkat ke problem baru lagti50. Dengan demikian, inti konsep pandangan
falsifikasioneisme adalah kemajuan tenta pertumbahan ilmu.
Bagi kaum falsifikasionis ilmu harus berkem. bang maju dengan dugaan yang berani, dan
tinggi sibilitasnya sebagai usaha memecahkan problem, diikuti dengan usaha-usaha keras
untuk memfalsifikasi usul-usul baru itu. Sebagaimana Popper mengatakan bahwa kemajuan
yang berarti dalam ilmu terjadi ketika dugaan-dugaan yang berani itu difalsifikasi151
Kata "berani" dan "baru" merupakan kata rangan yang dalam historis adalah relatif. Apa yang
dinilai sebagai dugaan yang berani pada suatu tingkat perkembangan sejarah ilmu tertentu,
tidak usah dianggap berani lagi pada tingkat perkembangan selanjut nya. Ketika Maxwell
mengemukakan "teori yang dinamis tentang medan elektromagnetik" di tahun 1864, teori itu
merupakan suatu dugaan yang berani. Dikatakan berani karena ia bertentangan dengan teori
yang pada umumnya sudah diterima pada waktu itu, dan ramalan yang bersangkutan
dengannya tentang gelombang radio itu adalah baru.lS2
Ragam pertanyaan pun berrnunculan tentang pertumbuhan ilmu antara lain "bagaimana cara
yang
Never Told' menunjukkan bukti-bukti bahwa hukum alam itu pasti ada yang menciptakan.
Dengan demikian, sudah sangat jelas bahwa argumen apapun yang mencoba
mempertahankan bahwa pandangan sains merupakan satu-satunya yang paling absah dalam
menafsirkan keberadaan
alam semesta merupakan pendapat yang lemah dan dapat dibantah. Oleh sebab itu, penolakan
sains terhadap pandangan lainnya, merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan. Sebab ada
realitas yang "tak tampak" yang tidak dapat dijelaskan oleh sains sendiri.
Untuk lebih mendalam mengenai bagaimana proses ilmu pengetahuan tersebut dihasilkan
maka pada bagian berikut ini akan diuraikan pembahasan pemikiran beberapa ilmuan
mengenai metode ilmu.
C Beberapa Metode llmiah Para llmuan
Francis Bacon (1561-1626) lahir di London. Bapaknya adalah "Lord Keeper of the Great
Seal" pada masa ratu Elizabeth. la sendiri seorang filosof dan politikus Inggris. la belajar di
Cambridge University, kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan. Pada tahun
1584 ia terpilih sebagai anggota parlemen dan tahun 1603 diangkat menjadi Lord. la salah
satu penyokong digunakannya scientific methods dalam penelitian ilmiah terutama "inductive
method" dengan catatan si peneliti terlebihdahulu membersihkan pikiran mereka dari
prasangka yang ia namakan idols (arca).207
20' Harold H. Titus, Marytin S. Smith. Richard l. Nolan. Filsafat (Jakarta : Bulan Bintang
1984), hlrn 192.
Pada dasarnya, persoalan utama epistemolog ialah sumber pengetahuan, bagaimana dan dari
mana manusia memperoleh pengetahuan. Bagaimana manuSia memperoleh konsep-konsep
dasar seperti ikan, laut, hidup, ombak, gelombang, dan konsep dasar Iainnya. Dari mana
manusia memperoleh konsepkonsep majmuk seperti "ikan hidup di dalam air", "mendung
per-tanda turun hujan", "universitas tempat
mahasiswa menimba ilmu pengatahuan" — dan Iainnya. Ada bebe-rapa aliran epistemologi
memberi jawaban atas per-tanyaan semacam itu.
Bila mengikuti idealisme, mereka mengatakan sumber pengetahuan manusia dari ide. Plato
tokoh utama aliran ini mengatakan bahwa pengetahuan merupakan proses mengingat kembali
informasi yang ada di dalam ide. Proses mengingat itu terjadi karena pada mulanya jiwa ada
dalam dunia ide, namun ketika ia menyatu dengan tubuh, jiwa menjadi lupa segala sesuatu
yang ada di dalam ide. Oleh sebab itu, jiwa membutuhkan proses mengingat kembali segala
sesuatu yang ada di dunia ide. Dalam proses mengingat itulah manusia memperoleh
pengetahuan. Jadi, sumber pengetahuan menurut aliran idealisme plato adaIah alam ide. Teori
Plato didasarkan pada dua proposisi. Pertama, jiwa sudah ada sebelum alam ada. Kedua
pengetahuan rasional adalah pengetahuan tentang realitas tetapi di alam "tinggi".i92 Dalam
gagasan Plato, konsep-konsep umum mendahului persepsi pengindraan. Pengindraan tidak
akan terlaksana cuali melalui proses pelacakan dan mengingat kem-
146
SyahnÅNizar Saragih
Sains tidak mungkin dapat membuktikan bahwa metode yang dipakainya adalah satu-
satunya metode yang paling handal dan benar. Kemustahilan itu dikarenakan ia tidak
mungkin membuktikan dirinya sendiru Haruslah di luar dirinya yang menyatakan bahwa
ONTOLOGI ILMU
A Pendahuluan
Secara etimologi, kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
ontos yang artinya ada, keberadaan, dan logos yang artinya ilmu. Berdasarkan kata dasarnya
pengertian ontologi berkembang menjadi beberapa defenisi yaitu; penama, stildi tentang
esensi dari yang ada dalam dirinya sendiri yang berbeda dari studi hal-hal yang ada secara
khusus. Kedua, cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin. Ketiga, cabang filsafat yang mencoba; melukiskan hakikat ada yang terakhir,
menunjukkan bahwa segala hal tergantung bagi wujudnya eksistensi, menghubungkan pikiran
dan tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup dalam sejarah dengan realitas
tertentu.
Ontologi sebagai cabang filsafat melihat hakikat kenyataan dari dua sudut pandang. Penama,
pendekatan kuantitatif yang bertanya apakah kenyataan itü tunggal atau jamak? Kedua,
pendekatan kualitatif yang mempertanyakan dalam babak terakhir "apakah yang merupakan
jenis kenyataan itu? Sejumlah pertanyaan bersifat umum seperti "bagaimanakah cara kita
hendak membicarakan
Filsafat /lmu
demikian adanya, tentu tidak ada problem yang akan diteliti dan ini menandaskan bahwa
tidak ada pula solusi yang menjadi pemcahannya dan sudah pasti kemustahilan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, perlu dan harus ada problem yang dihadapi manusia di alam ini. Namun
demikian, pertanyaannya adalah apakah penyebab munculnya masalah dalam ilmu
pengetahuan? Apakah semua masalah merupakan problem ilmu pengetahuan? Ada banyak
jawaban yang diajukan para ilmuan. Namun Bagi Archie J. Bahm sendiri untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut setidaknya harus diperhatikan karakteristik problem ilmu
pengetahuan. Dengan mengidentifikasi karakteristik tersebut akan tampak apa saja yang
dapat dikategorikan sebagai problem ilmu pengetahuan. Menurutnya ada tiga karakter
problem ilmu.
Kedua karakteristik problem ilmiah yang kedua ini berkaitan erat dengan sikap ilmiah. Hal
ini akan
129
SphrulMzarSaragih
diuraikan lebih dalam pada bagian berikut. Sikap para ilmuan terhadap ilmu tentu akan
mempengaruhi ke. giatan, hasil dan corak ilmu pengetahuan itu sendiŔ Hal ini tidak dapat
dipungkiri. Oleh sebab itu, sikap ilmiah merupakan bagian dasar dari umu.
Ketiga, karakter metode ilmiah. Jika suatu metode tidak dapat dipakai atau diterapkan maka
tidaklah dapat ia disebut sebagai metode ilmiah. Bagaiaman mungkin, suatu metode telah
dirancang akan tetapi tidak seorangpun yang dapat mengaplikasikannya ke dalam wilayah
penelitian. Oleh karena itu, suatu metode harus dapat diterapkan pada tataran praktis. Tanpa
metode tidak mungkin ilmu pengetahuan yang Ŕstematis terjadi. Oleh sebab itu, metode
ilmiah merupakan bagian dasar dari ilmu pengetahuan. Hal ini akan diurai lebih dalam pada
bagian berikut.
2. Sikap ilmiah
Landasan kedua ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah. Sebagaimana yang telah disebutkan
di atas, sikap ilmiah memiliki masalahnya sendiri. Unsurunsur yang membentuk sikap ilmiah
itu sangat beragam. Di bawah akan diuraikan lebih dalam mengenai hal ini.
Di antara unsur-unsur sikap ilmiah yang perlu dibahas di sini adalah pertama, rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu (tu berkaitan dengan keingintahuan tentang bagaimana sesuatu bisa ada, apa
tabiatnya, apa fungsi-nya dan bagaimana sesuatu (tu saling ber hubungan dengan sesuatu
yang lainnya. Bila kita perhatikan ada sebagian ilmuan yang memiliki rasa Ingin tahu yang
tinggi terhadap sesuatu tetapi pada saat yang sama dia tidak mau tahu terhadap yang
130
Filsafat Ilmu
untuk bersikap terbuka pada pendapat yang lainnya atau hasil penelitian orang lain.
Kelima, sikap mau menangguhkan putusan. Umpamanya, ketika seorang ilmuan menemukan
kendala dalam penelitian serta belum menemukan pemahaman yang benar dan solusi,
sebiknya ia mau menunda, tidak "ngotoť memaksakan diri terus melanjutkannya. Padahal dia
sendiri sudah tidak mampu untuk melanjutkan dikarenakan berbagai hal. Dia dituntut untuk
lebih bersabar sampai merasa bahwa dia telah menemukan jalan untuk melanjutkan
penelitiannya tersebut.
Keenam, sikap kesementaraan yaitu mengakui bahwa seluruh usaha ilmu menjadi bagian dari
sikap sementara. kemauan untuk mengakui bahwa kebenaran hasil penemuannya bersifat
tentatif. Dengan demikian, akan ada usaha selanjutnya untuk melakukan râset yang lebih
mendalam sebagai kelanjutan dari riset sebelumnya.
3. Problem Metode
Dasar ketiga (mu pengetahuan adalah metode. Esensi (Imu itu metode. Terkait dengan
metode, yang perlu diperhatikan di sini pertama, metode versus metode-metode. Apakah
metode Itu satu atau banyak. Ada yang berasumsi bahwa metode saintiftk adalah metode
satu-satunya yang paling layak untuk dipakai dalam riset penelitian. Sementa-ra Itu, yang
lainnya dipandang tidak layak. Asumsi semacam ini
133
SyWul NåarSaragih
Untuk mempertajam bagaimana ilmu melihat realitas maka ada baiknya tertebihdulu
membedah ilmu sebagai ilmu. Dengan demikian, diharapkan menjädi jelas kontribusinya
sebagai salah satu alat dalam melihat realitas. Setelah itu kemudian diuraikan asumsiasumsi
metafisik yang terkandung di dalam aktivitas ilmiah yang mempengaruhi ilmu melihat
realitas terutama alam semesta.
Dalam tulisannya "what is science",186 Archie J. Bahm menegemukakan paling tidak ada
enam hal yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Keenam hal tersebut ialah problem ilmu,
sikap ilmiah, problem metode, problem aktivitas ilmiah, problem kesimpulan dan dampak
ilmu pengetahuan. Keenam hal itu akan menjadi pembahasan pada bagian berikut ini.
1. Problem Ilmu
Bayangkan kalau tidak ada masalah yang dihadapi manusia di dunia ini. Semua orang
berjalan pada koridornya masing-masing tanpa hambatan apapun. Misalnya, seorang guru
tidak menemukan kesulitan apapun dalam mengajarkan mata pelajaran kepada anak
didiknya. Seorang psikolog tidak mendapatkan kesulitan apapun dalam mengatasi persoalan
yang sedang dihadapi dan dialami pasiennya. Seorang penetiti tidak menemukan sesuatu
yang tidak serasi antara kenyataan dan teori. Singkatnya, tidak ada persoalan di permukaan
burni ini, semua hal berjalan tanpa ada sedikit pun masalah. Maka sudah pastijika
Bagian ini kalau boleh disebut merupakan ringkasan atau saduran singkat dari What is
Science-karya Archi J. Bahm 128
Filsafat /&nu
yang cepat pula sejalan dengan derap perkembangan ilmu dan teknologi itu sendiri.
(e) Sekalipun seseorang telah berupaya mendalami dan merekonstruksi "ilmu metode",
hendaknya ia harus mengakui adanya tingkatan metode sesuai dengan masalah yang sedang
dibahas.
Kedua, Metode ilmiah. Secara jujur Archie J. Bahm menandaskan bahwa dia berseberangan
pendapat dengan aliran Empirisme Tradisional Inggris dan Pragmatisme Amerika. Baginya
metode ilmiah memiliki setidaknya lima langkah.
(a) kesadaran akan adanya problem. Kesadaran adalah sesuatu yang sangat sulit dipahami.
Kesadaran itu berkaitan dengan upaya mengusahakan ilmu. Apabila ada seseorang merasa
tidak mampu untuk mengatasi kesulitan dalam penelitian, maka hal ini
bukanlah problem ilmu. Problem ilmu adalah seseorang berusaha untuk memberikan solusi
terhadap masalah di dalam penelitiannya. (b) Menguji masalah. Pengujian ini harus dimulai
dari observasL Tujuannya untuk memahami masalah itu sendiri dan pada akhirnya akan
mendapatkan solusi pemecahan masalah. (c) Berencana untuk menemukan solusi masalah.
Solusi di sini haruslah solusi yang jelas sesuai dengan problem yang ditangani. (d) Pengujian
maksud. Di sini ada dua macam yaitu mental testing dan operasional testing. (e) Solusi
Masalah. Apapun ceritanya metode tetap bertujuan untuk memberikan solusi bagi problem.
4. Problem Aktivitas
135
Syah•ul Nior
EPISTEMOLOGI ILMu
A Pendahuluan
Epistemologi terdiri dari dua kata yaitu episteme berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan
dan logos berarti pengetahuan atau informasi. Jadi secara singkat epistemologi adalah
pengetahuan tentang pengetahuan atau disebutjuga sebagai "teori pengetahuan".191 Persoa
lan yang menjadi kajian epistemologi adalah hakikat, sumber, dasar dan kebenaran
pengetahuan. Dalam konteks ilmu, epistemologi merupakan suatu asas, proses bagaimana
ilmu (tu diperoleh, menelaah sumber-sumber ilmu terutama yang berkaitan dengan metode
dan keabsahannya serta validitas kebenaran ilmu.
Sebelum mengkaji sumber-sumber ilmu dalam konteks pengetahuan ilmiah, ada baiknya
menguraikan sekilas seluk-beluk epistemologi sebagai disiplin filsafat yang berdiri sendirü
Sebab pembahasan tentang hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan dan kebenaran
pengetahuan dalam epistemologi dapat memberikan gambaran bagaimana manusia
memahami hakikat pengetahuan. Sebagai suatu usaha untuk mengenali eksistensi dirinya.
Grarnedia,
144
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap keterampilan itu erat sekali dengan keterampilan lainya dengan cara yang sangat
beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan mengkritisi biasanya adalah urutan
terakhir. Mula mula menyimak bahasa , sesudah itu membaca, menulis dan yang terakhir
mengkritik. Ke empat keterampilan tersebut merupakan catur tunggal atau kesatuan
keterampilan.
Setiap keterampilan kerap berhubungan dengan proses proses berfikir yang memberi bahasa.
Bahasa seseorang mencerminkan pikiran nya, semakin terampil seseorang berbahasa ,
semakin cerah dan cerdas pula jalan pikiran nya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Seperti melakukan tugas CBR ini, ini
adalah contoh untuk melatih keterampilan kita baik itu menyimak bahasa buku, membaca,
menuis dan mengkritik dengan menggunakan bahasa yang baik. Melatih keterampilan
berbahasa berati pula melatih keterampilan berfikir.