Anda di halaman 1dari 69

BAB I PENDAHULUAN

 Pengertian Filsafat Ilmu

Ada banyak pemikir merumuskan ruang kerja filsafat ilmu dalam arti umum. Robert Ackermann
melihat bahwa filsafat ilmu dari satu sisi merupakan suatu upaya meninjau secara kritis pendapat-
pendapat ilmiah.
 Manfaat Kajian Filsafat Ilmu
a) Untuk menganalisis secara menyeluruh segala bentuk penyelenggaraan ilmiah dalam
mengusahakan ilmu
b) Filsafat ilmu dapat dipakai menganalisis metode,teori dan produk sains seperti teknologi,sehingga
dari situ dapat diketahui manfaat dan mudarat dari teknologi sebagai produk ilmu
c) Untuk mengkeritis dan mengarahkan orientasi ilmu bagi pengetahuan kepentingan kehidupan
manusia
d) Filsafat ilmu dapat menganalisis dan memberikan pemahaman sejarah perkembangan ilmu.
e) Menelusuri ilmpikasi ilmu atas sosio budaya,idiologi,politik dan worldview dalam kehidupa
manusia.

BAB 2 SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU


 Ilmu Pada Abad Klasik

Banyak orang yang beramsumsi bahwa “filsafat itu induk dari sebaga ilmu”. Pendapat ini
tidak sepenuhnya salah. Bila di telusuri lebih jauh, kegiatan berfilsafat itu pertama kali tumbuh di
wilayah Yunani, dan berkembang didorong oleh tiga faktor yaitu :
a) Meluasnya mitos-mitos dalam menjelaskan alam semesta
b) Terjadi kemajuan dalam kesusastraan meliputi amsal,teka-teki dan dongeng
c) Pengaruh perkembangan ilmu dan bersifat praktis di luar wilayah Yunani seperti Mesir dan
Babylonia.

Sebagai filosof sekaligus ilmuan, Thales mempelajari magnetism dan listrik. Ia mengembangkan
kajian astronomi dan matimatika, salah satu pendapat nya di bidang ini ialah bahwa bulan bersinar
karena memantulkan cahaya matahari. Kecuali itu, ia menghitung terjadinya gerhana matahari dan
membuktikan dalil-dalil geometri.
Babak baru aktivitas berfilsafat dimulai saat kaum Sophis meragukan kebenaran pendapat yang
diajukan para filosof. Selain itu, perhatian dan penyelidikan para filosof beralih dari alam menuju
manusia.
 Ilmu Pada Abad pertengahan

Kebebasan berpikir pada abad klasik seperti yang terjadi di Yunani tidak lagi terjadi pada abad
pertengahan. Salah satu penyebabnya adalah sikap politisi kalangan gereja. Kira-kira sepuluh tahun
setela peraturan toleransi,Konstantin besar memeluk agama Kristen. Para ilmuan masa renaissance
memandang abad pertengahan menandakan terkungkangnya akal pikiran manusia. Orang tidak dapat
berpikir bebas seperti di zaman Yunani.
Menurut Huizinga seperti dikutip Sartono, sejarah merupakan bentuk jiwa dari suatu masa di
mana kebudayaan mendapat pertanggungjawaban mengenai masa silam. Maksud pendapat itu dapat
di sederhanakan dengan menghubungkannya pada pembagian periode kasik, periode pertengahan dan
priode modern. Tiap priode merupakan kelanjutan dari priode sebelumnya. Artinya budaya
sebelumnya akan mengiringi proses pembentukan budaya yang akan berkembang berikutnya.
Pada abad ke 14 observasi dan eksperimentasi mulai menjadi model penelitian ilmu alam.
Metode ini mampu memicu perkembangan science. Akibat paling nampak dari ledakan ilmu empiris
ini ialah timbulnya revolusi ilmiah. Ciri ilmu yang berkembang ini ialah caranya merumuskan
pandangan tentang realitas,berbeda sama sekali dari cara mistik dan mitologi.
 Ilmu Pada Abad Modren

Penemuan pada abad ke 20 sekali lagi telah mengubah cara pandang manusia melihat
eksistensi dirinya dana lam semesta. Penemuan tersebut sangat berpengaruh kepada kehidupan
manusia, terutama cara mereka menyusun norma-norma kehidupan.

BAB 3 ILMU DALAM PERSPEKTIF SEJARAH ISLAM


 Worldview Islam Sebagai Asas Ilmu

Secara umum worldview sering di artikan sebagai filsafat hidup atau prinsif hidup. Setiap
orang,bangsa,kebudayaan atau peradapan mempunyai worldview masing-masing. Yang
membedakan antara satu dan lainnya ialah faktor-faktor yang dominan, yang satu misalnya lebih
cendrung didominasi oleh budaya yang lain tata nilai sosial, filsafat agama,kepercayaan dan lainnya.
Berdasarkan definisi worldview, Hamid Fahmi meringkas ada tigas poin penting yang perlu
di garis bawahi terkait worldview yaitu bahwa worldview motor bagi perubahan sosial, asas bagi
pemahaman realitas dan asas bagi aktivitas ilmiah. Worldview memiliki karakteristik yang
ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi asas penyokongnya. Menurut Thomas Wall,
Worldview di tentukan oleh pemahaman individu atas 6 elemen yaitu :
a) Tuhan
b) Ilmu
c) Realitas
d) Diri
e) Etika
f) Masyarakat

Memang dalam tradisi Islam klasik terma khusus tentang worldview belum ada, tapi bukan
berarti ulama terdahulu tidak memiliki asas yang sistematik untuk memahami realitas.
Secara sosiologis pembentukan worldview dimasyarakat ialah kondisi berpikir (mental
environment), meskipun hal ini belum menjamin timbulnya tradisi intelektual dan penyebaran ilmu
di masyarakat.
 Komunitas dan Tradisi Keilmuan Islam

Untuk menelusuri jejak tradisi keilmuan Islam maka perlu merujuk dalam sejarah
pembentukan peradapan Islam paling awal. Menurut Hamid Fahmi,keberadaan ilmu penetahuan
Islam di dahului lahirnya worldview sementara kelahiran worldview Islam tidak lepas dari wahyu
dan penjelasan nabi. Ada banyak tindakan nabi mengenai cara dia menanamkan worldview ke dalam
komunitas awal Islam. Di antaranya dalam konteks tradisi keilmuan adalah ahlu Suffah di Mesjid
Nabawi.
 Konsep – konsep Keilmuan Islam

Bagaimanapun keilmuan Islam telah mengaktualkan konsep-konsep keilmuan tersebut,


sekalipun secara filosofis kajian ilmu dalam tradisi Islam saat ini belum kuat gaungnya. Mesipun
demikian, perdebatan-perdebatan di kancah iternasional telah mulai memberi perhatian kepada
konsep-konsep keilmuan Islam. Dalam Islam keduudkan suatu ilmu di tentukan oleh kemuliaam
materi yang dibahas. Objek yang paling mulia adalah kajian tentang Allah (wujud). Sebagian besar
ilmuan muslim mengklarifikasikaan ilmu berdasarkan seberapa dekat ilmu itu memberikan
pemahaman tentang eksistensi Allah. Misalnya ilmu filsafat lebih tinggi kedudukannya dari pada
ilmu alam.
BAB 4 PERKEMBANGAN ILMU DALAM SEJARAH ISLAM
 Ilmu Pengetahuan di Dunia Islam

Sebagai kewajiban agama, maka ummat bertanggung jwab atas arah perkembangan ilmu
pengetahuan. Di atas semua itu, untuk memahami dorongan yang di tanamkan al-Qur’an dan Hadits
dalam jiwa ummat Islam, kita harus menoleh ke dalam realitas sejarah. Komunitas umat Islam awal
penting dipahami dalam konteks ini karena lewat mereka kita dapat mengetahui proses awal mula
pertumbuhan tradisi ilmiah dalam masyarakat Islam.
 Para Ilmuan Islam
a) Syed Muhammad Naquib al-Attas

Menurut nya filsafat modern telah menjadi penafsir sains dan menyusun hasil-hasil sains alam
dan sosial ke dalam suatu pandangan dunia
b) Kuntowijoyo

Gagasan utama Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu adalah perlunya usaha
pengilmuan Islam. Maksud dari pemikiran ini ialah orang Islam harus melihat realitas melalui Islam.
BAB 5 PENAFSIRAN BARU SEJARAH ILMU
 Ilmuan-Ilmuan Penafsir Ilmu
1. Thomas S.Kuhn

Khun adalah ilmuan ahli di bidang fisika kemudian menaruh perhatian pada sejarah ilmu
sebelum akhirnya menekuni bidang filsafat ilmu. Khun salah satu ilmuan yang menolak bahwa ilmu
pengetahuan berkembang secara komulatif. Menurutnya pendapat yang demikian harus di tolak dan
di buang jauh-jauh sebab tidak sesuai fakta sejarah perkembangan ilmu.
2. Paul Feyerabend

Gagasan Feyerabend sering kali di sebut sebagai teori anarkisme. Ia mempertentangkan


anarkisme epistemologis dengan anarkisme politis. Bagi Feyerabend metode ilmiah bukan satu-
satunya ukuran kebenaran. Ilmuah pengetahuan merupakan salah satu dari berbagai cara manusia
mengungkapkan kebenaran.
Bab 6

Epistemologi terdiri dari dua kata yaitu episteme berarti


pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan logos pengetahuan atau
informasi. Jadi secara singkat epistemologi adalah pengetahuan
tentang pengetahuan atau disebut juga sebagai "teori pengetahuan „
. 191 Persoabrı yang menjadi kajian epistemologi adalah hakikat,
s.mber, dasar dan kebenaran pengetahuan. Dalam konteks ilmu,
epistemologi merupakan suatu asası proses bagaimana ilmu itü
diperoleh, menelaah sumber-sumber ilmu terutama yang berkaitan
dengan metode dan keabsahannya serta validitas kebenaran ilmu.
Sebelum mengkaji sumber-sumber ilmu dalam konteks
pengetahuan ilmiah, ada baiknya menguraikan sekilas seluk-beluk
epistemologi sebagai disiplin filsafat yang berdiri sendirü Şebab
pembahasan tentang hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan
dan kebenaran pengetahuan dalam epistemologi dapat
memberikan gambaran bagaimana manusia memahami hakikat
pengetahuan. Sebagai suatu usaha untuk mengenali eksistensi
dirinya.
Kecuali itu, epistemologi pengetahuan manuşia juga
mengusahakan ilmu pengetahuan. Secara tidak langsung ilmu
pengetahuan telah mewarnai kehidupan manusia. Persoalan
tentang hakikat ilmu, metode ilrnu
Bagi Kuhn tidak ada satu teori pun yang mampu
bertahan dalam sejarah. Pandangan ini menunjukkan
bahwa ilmu merupakan suatu sistem yang terpadu; antara
fakta, interpretasi, teori dan eksperimentasi l". Bagi Kuhn
suatu bidang akan menjadi ilmiah bila kesimpulan-
kesimpulannya dijabarkan secara logis dari premis-premis
yang dimiliki secara bersama. Pengujian atas premis atau
persetujuan dasar hanya terjadi pada "ilmu luar biasa".
Sedangkan pada "normal science hal seperti tidak akan
terjadt.i65
Dernikian beberapa gagasan dasar Kuhn mengenai
teori perkembangan umu. Dia tiak hanya menganalisis
sejarah umu akan tetapi memberikan landasan
argumentasi bagi suatu analisis perkembangan umu
pengetahuan. Pandangannya memberikan ruang bagi
penafsiran baru tentang sejarah ilmu.
2. Paul Feyerabend
Paul Feyerabend lahir di Wina -- Austria tahun 1927.
Pada tahun 1945 ia belajar seni teater dan sejarah teater di
Institute for Production of Theater, the Metholo-gical
reform of the German Theaterdi Waimar. Kecintaannya
terhadap seni teater dan drama tampak pada karyanya
dimana ia menuliskan pemikiran ilmiahnya dengan
memasukkan contoh dari duma semua.
Fibafat /&nu

benar dalam menafsirkan sejarah perkembangan ilmu?


Adakah metode yang baku yang dapat dijadikan ktif dalam
melihat sejarah perkembangan ilmu?" pertanyaan semacam
ini dijawab oleh kajian filsafat ilmu. Usaha-usaha untuk
menafsirkan ulang sejarah pertumbuhan ilmu dalam kajian
filsafat ilmu pada dasarnya merupakan upaya mendobarak
perspektif filsafat ilmu yang telah bercokol sebelumnya. Di
antara tokohtokoh yang telah terjun menekuni bidang ini
antara Iain adalah Thomas S Kuhn, Paul Feyerabend, Imre
Lakatos.
Ciri khas yang merupakan kesamaan mereka
dalam membangun bidang kajian ini antara Iain adalah
pertama, perhatian mereka yang besar terhadap sejarah
ilmu. Kedua, usaha-usaha mereka dalam melihat peranan
sejarah ilmu dalam upaya merekonstruksi wajah ilmu
pengetahuan. Ketiga, fokus perhatian mereka pada
kegiatan ilmiah yang sesungguhnya terjadt.153
Di bawah ini akan diuraikan pandangan dua
ilmuan saja dalam menafsirkan sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan dan usaha mereka dalam melihat Sisi
lain dari ilmu pengetahuan yang selama ini jarang
menjadi pusat perhatian para ilmuan lainnya.
B. llmuan-ilmuan Penafsir llmu
1. Thomas S. Kuhn
Thomas Samuel Kuhn lahir 18 Juli 1922 di
Cincinnati, Ohio, Amerika, dan meninggal 17 Juni 1996
di Cembridge. Kuhn mendapat pendidikan dengan gelar
Sarjana Muda (BA) pada tahun 1943 kemudian gelar
MA di bidang fisika pada tahun 1946. Sedangkan untuk
Ph.D pada tahun 1949 dengan bidang keahlian
bertanjut tanpa henti. Ringkasnya, bagi aliran ini majuan
ilmu merupakan perkembangan problem yang meningkat
ke hipotesis spekulatif, lalu ke kritik dan akhirnya ke
falsifikasi, dan dari situ meningkat ke problem baru
lagti50. Dengan demikian, inti konsep pandangan
falsifikasioneisme adalah kemajuan tenta pertumbahan
ilmu.
Bagi kaum falsifikasionis ilmu harus berkem.
bang maju dengan dugaan yang berani, dan tinggi
sibilitasnya sebagai usaha memecahkan problem, diikuti
dengan usaha-usaha keras untuk memfalsifikasi usul-usul
baru itu. Sebagaimana Popper mengatakan bahwa
kemajuan yang berarti dalam ilmu terjadi ketika dugaan-
dugaan yang berani itu difalsifikasi151
Kata "berani" dan "baru" merupakan kata rangan
yang dalam historis adalah relatif. Apa yang dinilai sebagai
dugaan yang berani pada suatu tingkat perkembangan
sejarah ilmu tertentu, tidak usah dianggap berani lagi pada
tingkat perkembangan selanjut nya. Ketika Maxwell
mengemukakan "teori yang dinamis tentang medan
elektromagnetik" di tahun 1864, teori itu merupakan suatu
dugaan yang berani. Dikatakan berani karena ia
bertentangan dengan teori yang pada umumnya sudah
diterima pada waktu itu, dan ramalan yang bersangkutan
dengannya tentang gelombang radio itu adalah baru.lS2

Ragam pertanyaan pun berrnunculan tentang


pertumbuhan ilmu antara lain "bagaimana cara yang
Syahrul Nizar Saragih

Mengenai yang pertama, Feyerabend


łngin
kontra induksi sebagai tandingan darł pandangan
induktivisme naîf yang berpendirian bahwa inciuksâ
merupakan satu-satunya metode yang dipanciang
valid. Selain iłu, menurut mereka batang tubuh
penge-tahuan ilmiah dibangun oleh prinsip induksi
yang dasar-nya cukup kokoh. Pada dasarnya, induksi
berupaya men-cari fakta yang mendukung, dan
menghindari fakta yang tidak sesuai dengan teori
Sebenarnya verifikasi atau falsifikasi telah
mengkritisi hal ind. Adapun Feyerabend mengajukan
kontra induksi bertujuan untuk mengatasi masalah
kekurangan prinsip verivikasi dan falsifikasi.
Prosedur kontra duksi ini menurutnya bukan berarti
sebagai satu cara untuk mengganti induksi,
melainkan merupakan standar kritik dari luar yang
sangat diperlukan demi kemajuan ilmu penge-tahuan
iłu sendiri.176
Kontra induksi juga merupakan upaya untuk
• counterrulë' yaitu mengajukan hipotesisi yang tidak
konsisten dengan teori yang mapan atau dengan
fakta yang bahkan tidak sesuai (tidak terukur). Oleh
karena iłu, pertanyaannya bukan apakah teori-teori
yang kontra induktif harus diakui dałam ilmu
pengetahuan atau tidak, tetapi apakah kesenjangan
yang ada antara teori dengan fakta harus diperbesar
atau diperkecil? Atau apa yang harus dilakukan
untuk iłu? 177
Gagasan Feyerabend mengenai kontra induksi
bukan dimaksudkannya untuk menggantikan
seperangkat aturan dengan aturan lain, melainkan
bertuju-an
Syahrul Nizar Saragih

5
PENAFSIRAN BARU SEJARAH ILMU

A Pendahuluan
Kajian tentang sejarah ilmu merupakan disiplin
yang relatif masih baru. Dikatakan demikian, sebab selama
ini perkembanan ilmu serta merta dilihat sebagai hasil
usaha akumulatif dari para ilmuan. Pandangan semacam
ini menjadi lazim dan lumrah sehingga tidak ada
penafsiran lain tentang perkembangan ilmu selain
pendapat yang demikian itu. Tidak adanya upaya itulah
yang menyebabkan bidang kajian sejarah ilmu dipandang
sebagai kajian baru. Pada mulanya bidang ini ditangani
oleh ahli dari bidang lain seperti ahli fisika. Baru setelah
beberapa dasawarsa kemudian ditangani secara khusus
oleh sekelompok orang yang mengkhususkan diri
menekuni bidang (ni. Hal ini menyebabkan
berkembangnya kajian sejarah ilmu.
ada dasarnya sebelumnya, praktis sejarah ilmu lebih
merupakan semacam upaya untuk melihat urutan kronologis
prestasi-prestasi yang diraih oleh individu-indivu dalam
menjalankan kajian ilmiah. Sebagaimana tampak dalam bab
dua terdahulu. Namun kini, setelah ditelaah dan diteliti
dengan cermat. ditemukan banyak fakta sejarah berbicara
kenyataan lain tentang peristiwa dan realitas yang
sebelumnya dianggap tidak berperan besar dalam
perkembangan
Filsafat /lmu

ilmu nyatanya memiliki kontribusi yang besar. Atas


dasar inilah beberapa orang mendesak agar sebaiknya
w⁸ajah atau Citra ilmu dikonstruksikan berdasarkan
faktafakta sejarah ilmu.
Sebelum abad ke-20, perkembangan ilmu
dilihat secara kumulatif. Ilmu pengetahuan dilihat
berkembang seiring dengan perubahan zaman dan
berkembangnya penelitian. Pandangan bahwa ilmu
tumbuh dan berkembang secara kumulatif mendapat
perhatian serius dari kalangan ilmuan itu sendiri,
sehingga muncullah penafsiran-penafsiran baru.
Perdebatan di sekitar bagaimana hakikinya ilmu itu
tumbuh dan berkembang melahirkan analisis ulang
atas pandangan sebelumnya tentang perkembangan
ilmu pengetahuan.
Di antara kelompok ilmuan yang mencoba
memberikan kontribusi atas penafsiran baru tentang
pertumbuhan ilmu ialah aliran falsifikasionisme.
Menurut aliran ini kemajuan ilmu pengetahuan
bertolak dari problem-problem yang berkaitan dengan
keterangan perilaku beberapa aspek alam semesta.
Problem itu diatasi dengan cara hipotesis falsifiabel
(dapat dinyatakan sebagai tidak benar atau salah).
Lalu hipotesis penduga itu dikritik dan diuji lebih
lanjut. Beberapa di antaranya mungkin segera gugur,
sedangkan Iainnya mungkin lebih tahan uji.
Bilamana suatu hipotesis mampu tahan uji setelah
mengalami ujian yang luas dan berat, dan akhirnya
difalsifikasi, maka lahirlah problem baru, yang
diharapkan sudah terpisah juah dari per-
soalan semula yang sudah dipecahkan. Persoalan
baru ini menuntut penemuan hipotesis-hipotesis baru,
diikuti dengan kritik dan ujian baru. Demikian proses
SyahmlNüar Saragih

6
ONTOLOGI ILMU

A Pendahuluan
Secara etimologi, kata ontologi berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ontos
yang artinya ada, keberadaan, dan logos yang artinya
ilmu. Berdasarkan kata dasarnya pengertian ontologi
berkembang menjadi beberapa defenisi yaitu; penama,
studi tentang esensi dari yang ada dalam dirinya sendiri
yang berbeda dari studi hal-hal yang ada secara khusus
Kedua, cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur
realitas dalam arti seluas mungkin. Ketiga, cabang
filsafat yang mencoba; melukiskan hakikat ada yang
terakhir, menunjukkan bahwa segala hal tergantung bagi
wujudnya eksistensi, menghubungkan pikiran dan
tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup
dalam sejarah dengan realitas tertentu.
Ontologi sebagai cabang filsafat melihat
hakikat kenyataan dari dua sudut pandang. Penama,
pendekatan kuantitatif yang bertanya apakah kenyataan
itü tunggal atau jamak? Kedua, pendekatan kualitatif
yang mempertanyakan dalam babak terakhir "apakah
yang merupakan jenis kenyataan itu? Sejumlah perta-
nyaan bersifat umum seperti "bagaimanakah cara kita
hendak membicarakan

184 Loren Bagus, Kamus Gramedia, 74


185 Louis O. Kattsoff„ Pengantar Filsafat (Yogyakarta
Tıara wacana, 1996), 192.
126
Filsafat/l
mu bali konsep yang ada di alam ide. Menurut idealisme ptato,
cara memperoleh pengetahuan adalah mengingat segala
sesuatu yang ada di alam ide. Plato tidak meng-uraikan
bagaimana proses mengingat itu berlangsung. Bila mengikuti
analogi gua yang diajukan, ia mengajak manusia
membebaskan manusia dari sesuatu yang bersifat indrawi dan
memasuki alam pikiran yang ber-tingkat-tingkat.
Adapun rasionalisme memandang pengetahuan
manusia berupa konsepsi sederhana dan konsepsi majmuk dapat
dikembalikan pada akaL Teori ini menegaskan ada dua sumber
konsepsi manusia, pertama pengindraan (sensasi), seperti ketika
manusia mengkonsepsi panas, cahaya, rasa dan suara karena
pengindraan mereka terhadap semua itu. Kedua fitrah manusia.
Akal manusia mempunyai pengertian dan konsepsi-konsepsi
yang tidak muncul dari indra melainkan sudah ada dalam fitrah
manusia. Misalnya fitrah manusia itu menurut Descartes konsep
tentang Tuhan, jiwa, perluasan. Sementara, Imanuel Kant
mengatakan semua bidang pengetahuan manusia bersumber dari
fitrah manusia, termasuk ruang dan waktu serta dua belas
kategori. 193 Dengan demikian, rasionalisme berpendapat
pengetahuan diperoleh melalui kegiatan akaL Akal-budi punya
bentuk-bentuk untuk dapat mengalami, memahami dan berpikir
kategori Immanul
Kant menjadi empat kelompok pettama kuantitas meltputC unitas,
Pluralitas, totalitas Kedua kualitas meliputC realitas, penafian. dan
Ümitas. Ketiga hubungan, meliputC substansi dan aksidense kausaEtas
dan kebergantungan (sebab-akibat), resiprositas komurutas antar agen dan
pasten. Keempat modalitas, melipute kemungktnankemustahilan. ada-tiada.
dan 147 aqr Ash-Shadr, Ibid. htm. 29.
SyahrulNůarSaragih

tidak dikontrol melalui pengamatan, melainkan metalu


pernyataan-pernyataan tentang pengamatan ata "kalimat
basis". Sedangkan bagi Karl Popper pertanyaan bagaimana
membuktiakan bahwa "kalimat basis" itu benar? Maka
jawaban yang tepat menurutnya adalah dengan cara
membandingkan saja kalimat protokol atau kalimat basis
dengan fakta yang dinyatakan di dalamnya. Namun justru
itulah yang bagi jurgen
• 249
Habermas uraiaan yang tidak mencukupł
Dalam setiap kalimat protokol menurut pen-dapat
Habermas, kita mempergunakan konsep-konsep umum,
padahal kenyataan yang terungkap tidak pemah umum
melainkan selalu konkrit dan singuler. Oleh karena itu,
penggunaan konsep-konsep umum dalam suatu per nyataan
tentang suatu objek selalu sudah mengim plikasikan
pengandaian mengenai keteraturan kelakuan objek. 2S0 Oleh
sebab itu, relasi objek dan yang mengamati selalu ada nilai.
Jadi, dalam konteks ini ilmu pengetahuan tidak akan pernah
bebas nilal selalu ada kepentingan yang terkait di dalamnya.

3. Jalan Tengah
Agar menemukan titik terang dalam diskusi mengenai
apakah ilmu (tu bebas nilai atau terikat nilai, kiranya perlu
ditinjau apa tujuan dan manfaatjika ilmu itu bebas nilai dan
apa pula ruginya. Sebaliknya apa manfaat atau keuntungan
jika ilmu itu terikat nilai dan apa pula ruginya? Pertanyaan ini
perlu dijawab agar menjadi terang posisi mana yang mesti
dikembangkan. Sudah tentu dua arah pertanyaan tersebut
memiliki pendukung dan argumentasinya masing-masing
188
SyahhåWtarSaragih

Jidifiriyal"Adapufi ilmu sebagai produk yaitu penge


Sistematis 'juga sebagaimana digambarkan di øtag:tidak
luput dari diskusi-diskusi yang panjang, gebagiäfi
»mengatakan terikat nilai yang lainnya mengatakan
bébasnilai atau netral .
'Oapatditegaskan di Sini bahwa ilmu sebagai iroduk
yaitu»pengetahüan sistematis tidak pernah bebasnilai
sebab ia sendiri mengejawantahkan suatu nilaüetis.
Misalnyasifat ilmu yang membebaskan tentu memitiki•
hiläi&tis. Salah satu contoh yang dapat dikemukakäti slnii-
adalah tentang kepercayaan "dälam mitOloOi'Hindwyang
menyatakan bahwa alam isemestatterdiri"dari' surga" 'bumi
dan neraka. Bumi ygendiriditopang Oleh ular Naga. Setiap
planet dihuni oleh dewa-dewa. Di antara dewa itu ada yang
disebut YdewåKétu dah dewa Rahu: Mereka berdua secara
berkala menetan bulan 'yang menyebabkan terjadinya
ger'hana Hanya dengan manusia membunyikan bunyian J
'hitUkplkuk dannembeti sedakah, dewa Rahu dan Ketu
Obisa ditakut-taküti'J sehinggä i dim mau melepaskan
butari yang di'dalamnya ada dewa cahaya yang tidak
"berdaya.R4S Seiring irhajunyaj pemahaman seperti itu
tidak lagi dipercäyå. telah membebaskan ma nusiå
dari*ahayyul dan •khurafat;'ilmu pengetahuan Jinelepaskan
manusiå dari nilai låma sebelumnya.

Pendekatan Ft!s.. ijrtlli •


Kernbal( kepada pertanyaan dasa%l apakah ilmu o!
tg ,at9g terikat terhubung dengan
pert90Y9.n lainny@. Seperti ppakah ilmu harus bersifat
pebas ruitP.patkph41mu nuai? Berdasar-

AB. Shah., Metodologi Ilmu Pengeahuan. terj. Hasan


Basri(Jakarta: YOI. 1986) hun. II: 'ss
SyahrulNizar Saragih

salah satu di antara terapi bagi pasiennya, penentuan diri


dapat berlangsung menurut segala otonominya. Bila
instansi non medis memerintahkan suatu terapi tertentu
yang tidak efektif, maka tak urung la menganggap hal itu
sebagai suatu pelanggaran kebebasan.238
Sekalipun demikian, bukan berarti otonomi ilmu dalam
artian pengetahuan sebagai aktivitas penelitian dapat
mengesampingkan nilai-nilai luar dari ilmu itu sendiri.
Bisa saja terjadi pertimbangan etis yang melarang
dilakukannya eksperimen terhadap manusia, betapapun
banyak informasi ilmiah dapat diperoleh dengan
menyelenggarakan eksperimen itu.1 Dengan demikian,
ilmu tidak dapat semata-mata melihat aktivitasnya dari sisi
pertimbangan ilmiahnya sendirl melainkan harus
memperhatikan pertimbangan dari sudut nilai lainya pula,
sehingga tidak terjadi suatu monopoli yang berhak menilai
hanya ilmu sementara aktivitas dirinya sendiri tidak dapat
dinilaü
Pertanyaannya kemudian jika demikian adalah
apakah dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan Itu
terikat nilai? Kalau yang ditinjau itu adalah aktivitas
ilmiah ilmuannya maka dapat dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan terikat nilai. Sebab seringkali ilmuan tidak
menyadari bahwa kegiatan ilmiahnya sendiri mengandung
nilai etis. la mempraktekkan ilmunya, tetapi ia tidak
menempatkan kegiatannya itu dalam kerangka lebih tuas
yang mencakup penilaian etis terhadap kegiatannya
tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan etis bagi dia
tampak sebagai pertimbangan

A.G.M. Van Melsen., /lmu Pengetahuan dan ranggurve• jawab


Kita (Jakarta: Gramedia, 1985), htm. 89.

1 ibid. 89-90
178
Fi&afat/lmu

•ya• atau "tidak". Sebab membutuhkan analisis yang


cermat terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri
sebagaimana dia adanya. Dalam konteks Ini, ilmu
pengetahuan dapat didekati dengan pendekatan
ontologis. Pendekatan ini dimaksud untuk melihat sifat
dasar ilmu pengetahuan ltu sendiri. Dalam arti kata,
ilmu pengetahuan dilihat dari dalam drinya sendiri,
sehingga menjadi jelas unsur-unsur yang mengandung
nilai dalam batang tubuh ilmu pengtahuan. Pendekatan
ontologis Ini juga dimaksudkan untuk menelaah secara
memadai keterkatian antara nilai-nilai di dalam ilmu ltu
sendiri dengan nilai-nilai di luar ilmu.
I. Pendekatan Ontologis
Untuk memulai pembahasan leblh Ianjut, kiranya
datam bagian Ini perlu diingatkan kembali tiga
pengertian dasar ilmu pengetahuan sebagaimana
dikemukakan dalam bab awal terdahulu yaitu pertama,
(lmu sebagai proses yaitu aktivitas penelitian ilmiah.
Kedua, (tmu sebagai prosedur yaitu metode penelitian
ilmiah. Ketiga, ilmu sebagai produk yaitu pengetahuan
sistematis. Termasuk di dalam pengertian Ini teknologl
Sebagai suatu hasil penelitian teknotogi merupakan hasil
sekaligus ilmu itu sendiri.
Berdasarkan tiga pengertian tersebut akan tampak
kedudukan (lmu sebagai suatu objek yang berdiri
sendiri, memiliki otonominya sendiri. Ilmu dalam
pengertian pertama sebagai aktivitas penelitian punya
watak atau sifat yang otonom. Ilmu memiliki
kebebasan dalam hal misalnya, menentukan teori yang
dipandang sesuai dalam kegiatan ilmiah. Lebb jauh.
(lmu pada tataran praksis juga mempunyai kebebasan
yang sama. Contohnya, seorang dokter dapat memilih
177
Syahrul Nizaı Saragih

subjektif atau bernilai objektif? Pada batas-batas tertentü


ilmu itü harus bernilai objektif. Seorang ilmuan harus bebas
menentukan topik penelitüan, bebas melakukan eksperimen-
eksperimen. Ketika dia bekerja maka tujuannya hanaya
tertuju pada proses kerja ilmiah agar tujuan penelitiannya
berhasil. Nilai objektif menjadi tujuan utamanya. Dia tidak
mau terikat dengan nilai subjektif seperti nilai-nilai
masyarakat, budaya, dan agama. 2 37 Şebab apabila nilai-nilai
ini menjadi petimbangannya dalam penelitian maka hal itü
menyebabkan masuknya unsur subjektif Masuknya unsur
subjekif terlalü dalam pada penelitian menandakan bahwa hal
itü tanda maşuk unsur kepentingan golongan atau lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan serupa di atas dapat pula
diterapkan dalam mempertanyakan nilai suatu ilmu, antara
lain penama, apakah ilmu itü bersifat objektif atau bersifat
subjektif? Kedua, bagaimana nilai suatu ilmu itü
diklasifikasikan? Ketiga, bagaimana relasi antara penilai
dengan ilmu pengetahuan? Keempat apakah ilmu itü bersifat
negatif atau positif. Kelima, apakah ilmu itü bebas nilai atau
terikat nilai. Nomor lima selalu menjadi perdebatan ketika
membicarakan tentang kedudukan nilai suatu ilmu. Untuk
lebih mendalam maka di bawah ini akan dibahas persoalan
hal-hal di ataş.
B. limu Bebas atau Terikat Nilai
Apakah ilmu itü bebas nilai atau terikat nilai? Apakah
yang dimaksud dengan bebas nilai ilmu? Dua pertanyaan ini
bisa menjadi titik awal dalam mendiskusikan lebih lanjut
problem-problem nülai ilmu pengetahuan yang telah
dikemukakan di ataş. Untuk pertanyaan pertama tidak
mungkin dapat dijawab hanya sekedar
176
Filsafat /lmu

Adapun pengertian kedua dan ketiga sendiri merupakan


suatu usaha mengkaji seluk-beluk nilai itu sendiri.
Pengertian ini sejalan dengan defenisi yang dikemukakan
Louis O. Kattsoff bahwa aksiologi adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai, pada umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefdsafatan.233 Dengan demikian, nilai
menjadi tema sentral dalam kajian aksiologi. Sering kali
pembahasan tentang nilai tidak dapat dilepaskan dari kata-
kata "yang baik" dan "Yang buruk", "yang positif" dan
"yang negatif" dan Iain sebagainya. Namun pengertian nilai
jauh lebih luas maknanya bila dibandingkan dengan kata-
kata baik dan buruk. Sebab ukuran baik dan buruk tersebut
hanya bagian dalam cakupan nilai.
Sebagaimana Kattsoff percaya bahwa aksiologi mengkaji
hakikat nilai, maka pertanyaan tentang hakikat nilai itu
dapat dijawab dengan lima cara.234 Pertama, nilai
sepenuhnya bersifat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang
ini, nilai-nilai merupakan reaksi yang diberikan Oleh
manusia sebagai pelaku kepada sesuatu benda atau hal.
Manusia berperan dalam mengukur atau menilai segala hal
dengan kesadaranya. Manusia menjadi tolok-ukur
segalanya. Dalam menilai manusia melibatkan fakultasnya
seperti perasaan dan akal budi. Hasd penilaian subjektif
tidak jarang bermuara pada pilihan seperti "suka atau tidak
suka", "senang/ tidak senang".23S Misalnya, orang bisa
saja berbeda penilaian ketika dihadapkan pada lukis-an
yang sama. Boleh jadi

Louis O. Kattsoff., Pengantar Filsafat (Yogyakarta : Tiara


Wacana 1996), him. 327.

Loren Bagus, Op Cit., hlm. 33-34.


Amsal Bakhtiar, Fi&afat /lmu (Jakarta : Rajawali Press 2011).
Hrn. 166

173
Filsafat umu

me yang memiliki pengaruh luas pada abad itu. la


menolak sikap "scientisme" aliran yang melihat kenyata an
dan pengertian-pengertian dengan metode dan sikap ilmu
eksak. Sikap itu membina pertentangan antara subjek dan
objek, dan memalsukan sikap asli terhadap hal-hal nyata.
Husser ingin mengarahkan diri kembali ke isi objek. Objek
pertama bagi filsafat bukan pengertian tentang kenyataan,
melainkan kenyataan itu sendiri.
Untuk mencapai objek pengertian menurut
keasliannya, harus diadakan suatu pembersihan. Dari
objek itu harus disaring beberapa hal tambahan atau
beberapa cara memahami yang lain. Operasi ini disebut
"reduksi". Menurut Husserl, penyaringan ini sangat sulit
dan membutuhkan latihan intensif. 228
Sebenarnya ada banyak metode yang mencoba
mengarahkan manusia untuk sampai pada ilmu yang
benar. Namun hal itu tidaklah mungkin diuraikan secara
keseluruhan dan lengkap. Yang jeals, usaha manusia
menyelenggarakan kegiatan ilmiah merupakan citra
dirinya sebagai realisasi eksistensinya.
D. Keterbatasan Metode Ilmiah
Berdasarkan pada pemaparan di atas sangat jetas
bahwa tidak ada satu metode tunggal yang dipanang sebagai
yang paling benar, melainkan metode itu beragam. Metode
induktif yang salah satu bagiannya adalah method of
agreement metode percobaan dan keberhasitan
(trialandsuccess) atau percobaan dan kesempatan (trial and
chance) datam eksperimen ada

227 'bid hlrn. 108.


Ibid. mm. 110-111.
167
SyahnÅ Näar Saragih

8
AKSIOLOGI ILMI-J

A. Pendahuluan

Secara etimologi istilah aksiologi berasal dari bahasa


Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu axios yang artinya
layak dan logos yang artinya ilmu. Berdasarkan arti kata dasar
tersebut pengertian aksiologi berkembang menjadi beberapa
pengertian, antara Iain adalah; penama, aksiologi merupakan
analisis nilai-nilaL Maksud kata analisis di sini adalah
membatasi artif ciri-cirl asal, tipe, kriteria dan status
epistemologi dari suatu nilainilaL Kedua aksiologi merupakan
studi yang menyangkut teori umum tentang nilai atau suatu
studi yang menyangkut segala yang bernilai. Ketiga, aksiologi
adaIah studi ftlosofis tentang hakikat nilai-mlai.232
Berdasarkan kepada arti dasar kata "aksiologi" tersebut maka
pengertian pertama menunjukkan pada adanya suatu
pertimbangan. Menilai berarti mempertimbankan dua hal atau
lebih untuk dianalisis. Ungkapan atau kata-kata "layak"
menunjukkan sesuatu putusan selalu berdasarkan pada
pertimbangan. Misalnya, ketika orang masuk perguruan tinggi
maka ada seleksi ujian. Ujian itu merupakan alat pertimbangan
bagi calan mahasiswa apakah ia layak diterima atau tidak
layak diterima memasuki dunia Perguruan tinggi. Sering kali
yang lulus dipandang layak dan yang tidak lulus tidak layak.
Jadi, di sini unsur penilaian bersifat subjektif.

Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), him.


33-34.

172
Fdsafat 'Imu

tradisional dia mengatakan "logika yang sekadigunakan,


Iebih merugikan dari pada mengkan". Yang dimaksud di
Sini logika tradisional adalah silogisme. Menurutnya
hanya ada dua cara emungkinan untuk mencari dan
menemukan kebegan. Pertama, melampaui panca indra
dan hal-hal partikular menuju aksiona-aksioma tengah.
Kedua benitik tolak dari aksioma melalui pengamatan
dan hal.hal partikuler. Lalu secara bertahap dan tanpa
erputus meningkat sampai kepada aksioma yang paling
umum sebagai tujuan paling akhir.210 Demikian bngkah-
langkah mengusahakan ilmu pengetahuan yang benar
menurut Bacon.

2. Metode Geometris René Descartes


Descartes adalah bapak filsafat modern. la belajar di
College selama 9 tahun, 6 tahun untuk mendalami sastra
klasik dan 3 tahun mendalami filsafat yang mencakup
logika, ilmu pasti-alam (termasuk astronomi dan
arsitektur) dan metafisika.21i Dari tahun 1615-1618 ia
belajar ilmu pasti-alam dan 1618-1628 selama 10 tahun dia
banyak dalam perjalanan tapi sekaligus sibuk kegiatan
ilmiah dan filsafat.212 Pada dasar-
Descartes ingin mencari suatu metode yang dapat dijadikan
landasan bagi semua ilmu.
Pada zamannya sudah menjadi mode mencari
metode ilmiah yang tepat. la menganggap bahwa metode
yang baik merupakan kunci bagi kemajuan

Metode•metode Fibafat(Jakarta : Ghalia

159
Filsafat /lmu

3. Metode Eksperimentil David Hume


Awalnya David Hume mempelajari sastra dan
filsafat sebelum akhirnya mendapat ilham untuk menyusun
ilmu dan metode baru. Sejak tahun 1734-1737 ia tinggal di
Prancis dan mengarang buku A treatise of human nature
yang terdiri dari 3 jilid. Buku ini terbit tahun 1738-1740
dan tanggapan dunia sangat mengecewakan —minim.
Kemudian tahun 1737 ia pindah ke Skotlandia dan tahun
1745 ia melamar dosen di universitas Edinbugh namun
ditolak dengan alasan dia adalah seorang skeptikus dan
ateis. Maka ia tidak pemah mengajar fdsafat.221
Hume memakai metode eksperimental dan sukses
diterapkan dalam ilmu alam. Semua pengertian dan
kepastian berasal dari observasi tingkah-laku dan
introspeksi tentang proses psikologis. Mustahil memulai
dengan intuisi akan hakekat manusia. Hume berpendapat
skeptisisme Descartes sebagai titik tolak terlalu radikal,
tapi sikap objektif, tanpa prasangka, merupakan syarat
mutlak bagi sikap ilmiah yang benar.
Untuk mencapai hal itu, Hume memakai metode

skeptis secara metodik yaitu menangguhkan segala


pendapat dan mengajukan argumen "kontra" atas
pembuktian terdahulu. la ingin membersihkan metaftsika
dari aktivitas ilmiah. Menurutnya metafisika menjadi
tempat persembunyian bagi agama.223 Sebagai sintesis dart
sikap skeptis dan naturalistis, Hume hanya menerima dua
macam penalaran yaitu pernikiran abstrak tentang kuantitas,
angka dan pemikiran eksperimental
222
Ibid., hlm. 80.
223
/bidv him. 81-82
Ibid., hlm. 82.
165
Syahrul NizarSaragih
mengenai fakta dan eksistensi. Semua pemikiran lain
dianggap bukan ilmiah dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Hume merupakan puncak aliran empirisme. Kaum
empirisme semua sangat dipengaruhi oleh sistem dan
metode Descartes, terutama mengenai data kesadaran
individual yang tidak dapat diraguragukan. Menurut Hume,
semua ilmu berhubungan dengan hakikat manusia. Ilmu
tentang manusia merupakan satu-satunya dasar kokoh bagi
ilmu-ilmu lain. Jadi ilmu manusia itu perlu disusun
terlebihdahulu. Dengan menerangkan hakikat manusia, ia
sekaligus mau menyusun sistem ilmu-ilmu lengkap atas
dasar yang hampir serba baru.225
4. Metode Fenomenologis Husserl
Mulanya berkutat dalam bidang ilmu pastt menjabat
sebagai asisten dalam mata kuliah (Imu pasti, sampai
akhirnya ia tertarik pada persoalan-persoalan fdosofis.
Pada tahun 1884-1886 ia mengikuti kuliah fitsafat pada
Franz Bretano di Wtna. Kegiatannya sebagai filosof dapat
dibagi menjadi empat tahapan yaitu pertamą periode pra-
fenomenologi 1887-1901. Kedua, periode fenomenologis
sebagai usaha epistemologis 1901-1906. Ketiga, periode
fenomenologis murni sebagai dasar umum bagi filsafat
1907-1935. Keempat, periode pengatasan idealisme 1935-
1938.
Husserl memulai refleksi filosofis dari soal-soal
pasti lalu berlanjut kepada pemikiran filosofis. Mulamula
ia bereaksi terhadap empirisme dan psikologis-

166
Filsafat /lmu

embaran-lembaran bukunya "Sciences and Religion


whatyou Were Never Told' menunjukkan bukti-bukti
bahwa hukum alam itu pasti ada yang menciptakan.
Dengan demikian, sudah sangat jelas bahwa argumen
apapun yang mencoba mempertahankan bahwa
pandangan sains merupakan satu-satunya yang paling

absah dalam menafsirkan keberadaan


alam semesta merupakan pendapat yang lemah dan dapat
dibantah. Oleh sebab itu, penolakan sains terhadap
pandangan lainnya, merupakan hal yang tidak dapat
dibenarkan. Sebab ada realitas yang "tak tampak" yang
tidak dapat dijelaskan oleh sains sendiri.
Untuk lebih mendalam mengenai bagaimana proses
ilmu pengetahuan tersebut dihasilkan maka pada bagian
berikut ini akan diuraikan pembahasan pemikiran
beberapa ilmuan mengenai metode ilmu.
C Beberapa Metode llmiah Para llmuan
1. Metode Induktif Francis Bacon
Francis Bacon (1561-1626) lahir di London.
Bapaknya adalah "Lord Keeper of the Great Seal" pada
masa ratu Elizabeth. la sendiri seorang filosof dan
politikus Inggris. la belajar di Cambridge University,
kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan.
Pada tahun 1584 ia terpilih sebagai anggota parlemen
dan tahun 1603 diangkat menjadi Lord. la salah satu
penyokong digunakannya scientific methods dalam
penelitian ilmiah terutama "inductive method" dengan
catatan si peneliti terlebihdahulu membersihkan pikiran
mereka dari prasangka yang ia namakan idols (arca).207

20' Harold H. Titus, Marytin S. Smith. Richard l. Nolan. Filsafat


(Jakarta : Bulan Bintang 1984), hlrn 192.
157
Syahrul NizarSaragih

Pada dasarnya, persoalan utama epistemolog ialah


sumber pengetahuan, bagaimana dan dari mana manusia
memperoleh pengetahuan. Bagaimana manuSia
memperoleh konsep-konsep dasar seperti ikan, laut,
hidup, ombak, gelombang, dan konsep dasar Iainnya. Dari
mana manusia memperoleh konsepkonsep majmuk seperti
"ikan hidup di dalam air", "mendung per-tanda turun
hujan", "universitas tempat

mahasiswa menimba ilmu pengatahuan" — dan Iainnya.


Ada bebe-rapa aliran epistemologi memberi jawaban atas
per-tanyaan semacam itu.
Bila mengikuti idealisme, mereka mengatakan
sumber pengetahuan manusia dari ide. Plato tokoh utama
aliran ini mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
proses mengingat kembali informasi yang ada di dalam
ide. Proses mengingat itu terjadi karena pada mulanya
jiwa ada dalam dunia ide, namun ketika ia menyatu
dengan tubuh, jiwa menjadi lupa segala sesuatu yang ada
di dalam ide. Oleh sebab itu, jiwa membutuhkan proses
mengingat kembali segala sesuatu yang ada di dunia ide.
Dalam proses mengingat itulah manusia memperoleh
pengetahuan. Jadi, sumber pengetahuan menurut aliran
idealisme plato adaIah alam ide. Teori Plato didasarkan
pada dua proposisi. Pertama, jiwa sudah ada sebelum
alam ada. Kedua pengetahuan rasional adalah
pengetahuan tentang realitas tetapi di alam "tinggi".i92
Dalam gagasan Plato, konsep-konsep umum mendahului
persepsi pengindraan. Pengindraan tidak akan terlaksana
cuali melalui proses pelacakan dan mengingat kem-

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatøz (Baodurv Mizan


1991), him. 27-28.
146
SyahnÅNizar Saragih

2. Cara memperoleh Ilmu Pengetahuan


Dalam karyanya "understanding Philosophy Of
Sciencé James Ladyman memulai uraiannya tentang
metode sains dengan dialog antara Alice dan Thomas.
Dalam dialog itu, Alice begitu meyakini kebenaran
metode sains. Dia percaya bahwa teori seperti "Big Bang"
yang diajukan sains dibuktikan dengan metode yang jelas,
teori-teori sains tidak hanya sekedar dike mukakan tanpa
pembuktian, malainkan telah melalui proses pembuktian,
hal ini menurutnya, berbeda dengan pandangan agama.
Thomas menantang keyakinan Alice tersebut.
Menurutnya, sains tidak mengatakan apapun kepada kita,
sains, seperti banyak orang, mengatakan sesuatu
berdasarkan ketertarikan kepada sesuatu yang disorotinya.
Seperti penjual mobil yang mengatakan mobil yang dijual
keluaran terbaru dan Iebih baik dari mobil produk
sebelumnya, tujuannya apalagi kalau bukan agar si
pengunjung tertarik lalu segera membeli mobil tersebut,
atau seperti seorang pendeta yang mengatakan kepada
jamaatnya mereka harus rajin ke gereja supaya mendapat
ampunan dari Tuhan dan kelak mereka akan masuk surga.
Pernyataan sains tidak Iebih seperti itu, apakah
eksperimen dan observasi bisa membuktikan dan
menjamin bahwa teori yang diajukan sains sendiri
sungguh-sungguh benar.199
Sains tidak mungkin dapat membuktikan bahwa metode yang
dipakainya adalah satu-satunya metode yang paling handal
dan benar. Kemustahilan itu dikarenakan ia tidak mungkin
membuktikan dirinya sendiru Haruslah di luar dirinya yang
menyatakan bahwa

199 James Ladyman, Understanding Philosophy of science


(London and New York. Routlledge), hlm. 11-13.
l

ONTOLOGI ILMU

A Pendahuluan
Secara etimologi, kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ontos yang artinya
ada, keberadaan, dan logos yang artinya ilmu. Berdasarkan
kata dasarnya pengertian ontologi berkembang menjadi
beberapa defenisi yaitu; penama, stildi tentang esensi dari
yang ada dalam dirinya sendiri yang berbeda dari studi hal-
hal yang ada secara khusus. Kedua, cabang filsafat yang
menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin. Ketiga, cabang filsafat yang mencoba; melukiskan
hakikat ada yang terakhir, menunjukkan bahwa segala hal
tergantung bagi wujudnya eksistensi, menghubungkan
pikiran dan tindakan manusia yang bersifat individual dan
hidup dalam sejarah dengan realitas tertentu.1
Ontologi sebagai cabang filsafat melihat hakikat
kenyataan dari dua sudut pandang. Penama, pendekatan
kuantitatif yang bertanya apakah kenyataan itü tunggal atau
jamak? Kedua, pendekatan kualitatif yang mempertanyakan
dalam babak terakhir "apakah yang merupakan jenis
kenyataan itu? Sejumlah pertanyaan bersifat umum seperti
"bagaimanakah cara kita hendak membicarakan

1 Loren Bagus Kanu Gramedia

Louis O. Kattsoff., Pengantat Filsafat (Yogyakarta : 1 192.

126
Filsafat /lmu

demikian adanya, tentu tidak ada problem yang akan


diteliti dan ini menandaskan bahwa tidak ada pula solusi
yang menjadi pemcahannya dan sudah pasti kemustahilan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, perlu dan harus ada problem yang
dihadapi manusia di alam ini. Namun demikian,
pertanyaannya adalah apakah penyebab munculnya
masalah dalam ilmu pengetahuan? Apakah semua
masalah merupakan problem ilmu pengetahuan? Ada
banyak jawaban yang diajukan para ilmuan. Namun Bagi
Archie J. Bahm sendiri untuk dapat menjawab
pertanyaan tersebut setidaknya harus diperhatikan
karakteristik problem ilmu pengetahuan. Dengan
mengidentifikasi karakteristik tersebut akan tampak apa
saja yang dapat dikategorikan sebagai problem ilmu
pengetahuan. Menurutnya ada tiga karakter problem
ilmu.
Pertama problem komunikasi. Ilmu tanpa di
komunikasikan mustahil dikatakan ilmu. Umpamanya,
suatu ketika seorang ilmuan menemukan problem ilmu
pengetahuan, setelah diteliti dan ia dapat menyelesaikan
dengan baik akan tetapi oleh karena sesuatu hal, tidak
dikomunikasikan atau dipublikasikan, sehingga hasil
penelitiannya tersebut tidak diketahui oleh ilmuan lain
atau masyarakat. Penelitian tersebut disimpan ratusan
atau bahkan ribuan tahun dan tidak ada seorang pun yang
mengetahui. Maka sulit rasanya untuk memutuskan
apakah itu dapat dikatakan pekerjaan yang berharga atau
merupakan kegiatan sia-sia. Oleh karena itu, komunikasi
merupakan bagian dari dasar ilmu pengetahuan.
Kedua karakteristik problem ilmiah yang kedua ini
berkaitan erat dengan sikap ilmiah. Hal ini akan
129
SphrulMzarSaragih

diuraikan lebih dalam pada bagian berikut. Sikap para


ilmuan terhadap ilmu tentu akan mempengaruhi ke.
giatan, hasil dan corak ilmu pengetahuan itu sendiŔ
Hal ini tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu, sikap
ilmiah merupakan bagian dasar dari umu.
Ketiga, karakter metode ilmiah. Jika suatu metode tidak
dapat dipakai atau diterapkan maka tidaklah dapat ia disebut
sebagai metode ilmiah. Bagaiaman mungkin, suatu metode
telah dirancang akan tetapi tidak seorangpun yang dapat
mengaplikasikannya ke dalam wilayah penelitian. Oleh karena
itu, suatu metode harus dapat diterapkan pada tataran praktis.
Tanpa metode tidak mungkin ilmu pengetahuan yang Ŕstematis
terjadi. Oleh sebab itu, metode ilmiah merupakan bagian dasar
dari ilmu pengetahuan. Hal ini akan diurai lebih dalam pada
bagian berikut.
2. Sikap ilmiah
Landasan kedua ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, sikap ilmiah
memiliki masalahnya sendiri. Unsurunsur yang
membentuk sikap ilmiah itu sangat beragam. Di bawah
akan diuraikan lebih dalam mengenai hal ini.

Di antara unsur-unsur sikap ilmiah yang perlu dibahas


di sini adalah pertama, rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
(tu berkaitan dengan keingintahuan tentang bagaimana
sesuatu bisa ada, apa tabiatnya, apa fungsi-nya dan
bagaimana sesuatu (tu saling ber hubungan dengan
sesuatu yang lainnya. Bila kita perhatikan ada sebagian
ilmuan yang memiliki rasa Ingin tahu yang tinggi terhadap
sesuatu tetapi pada saat yang sama dia tidak mau tahu
terhadap yang

130
Filsafat Ilmu

untuk bersikap terbuka pada pendapat yang lainnya atau


hasil penelitian orang lain.
Kelima, sikap mau menangguhkan putusan.
Umpamanya, ketika seorang ilmuan menemukan kendala
dalam penelitian serta belum menemukan pemahaman
yang benar dan solusi, sebiknya ia mau menunda, tidak
"ngotoť memaksakan diri terus melanjutkannya. Padahal
dia sendiri sudah tidak mampu untuk melanjutkan
dikarenakan berbagai hal. Dia dituntut untuk lebih
bersabar sampai merasa bahwa dia telah menemukan
jalan untuk melanjutkan penelitiannya tersebut.
Keenam, sikap kesementaraan yaitu mengakui
bahwa seluruh usaha ilmu menjadi bagian dari sikap
sementara. kemauan untuk mengakui bahwa kebenaran
hasil penemuannya bersifat tentatif. Dengan demikian,
akan ada usaha selanjutnya untuk melakukan râset yang
lebih mendalam sebagai kelanjutan dari riset
sebelumnya.
Semua sikap tersebut di atas haruslah menjadi
pertimbangan di dalam penyelenggaraan ilmiah,
sehingga langkah-langkah datam menghasilkan (Imu
dapat diertanggungjawabkan secara ilmiah pula.
3. Problem Metode
Dasar ketiga (mu pengetahuan adalah metode. Esensi
(Imu itu metode. Terkait dengan metode, yang perlu
diperhatikan di sini pertama, metode versus metode-
metode. Apakah metode Itu satu atau banyak. Ada yang
berasumsi bahwa metode saintiftk adalah metode satu-
satunya yang paling layak untuk dipakai dalam riset
penelitian. Sementa-ra Itu, yang lainnya dipandang tidak
layak. Asumsi semacam ini
133
SyWul NåarSaragih
Untuk mempertajam bagaimana ilmu melihat
realitas maka ada baiknya tertebihdulu membedah ilmu
sebagai ilmu. Dengan demikian, diharapkan menjädi jelas
kontribusinya sebagai salah satu alat dalam melihat
realitas. Setelah itu kemudian diuraikan asumsiasumsi
metafisik yang terkandung di dalam aktivitas ilmiah yang
mempengaruhi ilmu melihat realitas terutama alam
semesta.
B. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan
Dalam tulisannya "what is science",186 Archie J.
Bahm menegemukakan paling tidak ada enam hal yang
menjadi landasan ilmu pengetahuan. Keenam hal tersebut
ialah problem ilmu, sikap ilmiah, problem metode,
problem aktivitas ilmiah, problem kesimpulan dan
dampak ilmu pengetahuan. Keenam hal itu akan menjadi
pembahasan pada bagian berikut ini.
1. Problem Ilmu
Bayangkan kalau tidak ada masalah yang
dihadapi manusia di dunia ini. Semua orang berjalan
pada koridornya masing-masing tanpa hambatan
apapun. Misalnya, seorang guru tidak menemukan
kesulitan apapun dalam mengajarkan mata pelajaran
kepada anak didiknya. Seorang psikolog tidak
mendapatkan kesulitan apapun dalam mengatasi
persoalan yang sedang dihadapi dan dialami pasiennya.
Seorang penetiti tidak menemukan sesuatu yang tidak
serasi antara kenyataan dan teori. Singkatnya, tidak ada
persoalan di permukaan burni ini, semua hal berjalan
tanpa ada sedikit pun masalah. Maka sudah pastijika

Bagian ini kalau boleh disebut merupakan ringkasan


atau saduran singkat dari What is Science-karya Archi J. Bahm 128

Filsafat /&nu
yang cepat pula sejalan dengan derap perkembangan
ilmu dan teknologi itu sendiri.
(e) Sekalipun seseorang telah berupaya
mendalami dan merekonstruksi "ilmu metode",
hendaknya ia harus mengakui adanya tingkatan metode
sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.
Kedua, Metode ilmiah. Secara jujur Archie J.
Bahm menandaskan bahwa dia berseberangan pendapat
dengan aliran Empirisme Tradisional Inggris dan
Pragmatisme Amerika. Baginya metode ilmiah
memiliki setidaknya lima langkah.
(a) kesadaran akan adanya problem. Kesadaran
adalah sesuatu yang sangat sulit dipahami. Kesadaran
itu berkaitan dengan upaya mengusahakan ilmu. Apabila
ada seseorang merasa tidak mampu untuk mengatasi
kesulitan dalam penelitian, maka hal ini

bukanlah problem ilmu. Problem ilmu adalah seseorang


berusaha untuk memberikan solusi terhadap masalah di
dalam penelitiannya. (b) Menguji masalah. Pengujian ini
harus dimulai dari observasL Tujuannya untuk
memahami masalah itu sendiri dan pada akhirnya akan
mendapatkan solusi pemecahan masalah. (c) Berencana
untuk menemukan solusi masalah. Solusi di sini haruslah
solusi yang jelas sesuai dengan problem yang ditangani.
(d) Pengujian maksud. Di sini ada dua macam yaitu
mental testing dan operasional testing. (e) Solusi
Masalah. Apapun ceritanya metode tetap bertujuan untuk
memberikan solusi bagi problem.
4. Problem Aktivitas
Problem aktivitas. Aktivitas para ilmuan dalam
penelitian ilmiah mempunyai dua aspek yaitu aspek

135
Syah•ul Nior
7
EPISTEMOLOGI ILMu

A Pendahuluan
Epistemologi terdiri dari dua kata yaitu episteme
berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan logos
berarti pengetahuan atau informasi. Jadi secara singkat
epistemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan
atau disebutjuga sebagai "teori pengetahuan".191 Persoa
lan yang menjadi kajian epistemologi adalah hakikat,
sumber, dasar dan kebenaran pengetahuan. Dalam konteks
ilmu, epistemologi merupakan suatu asas, proses
bagaimana ilmu (tu diperoleh, menelaah sumber-sumber
ilmu terutama yang berkaitan dengan metode dan
keabsahannya serta validitas kebenaran ilmu.
Sebelum mengkaji sumber-sumber ilmu dalam
konteks pengetahuan ilmiah, ada baiknya menguraikan
sekilas seluk-beluk epistemologi sebagai disiplin filsafat
yang berdiri sendirü Sebab pembahasan tentang hakikat
pengetahuan, sumber pengetahuan dan kebenaran
pengetahuan dalam epistemologi dapat memberikan
gambaran bagaimana manusia memahami hakikat
pengetahuan. Sebagai suatu usaha untuk mengenali
eksistensi dirinya.
Kecuali itu, epistemologi pengetahuan manusia
juga mengusahakan ilmu pengetahuan. Secara tidak langsung
ilmu pengetahuan telah mewarnai kehidupan manusia.
Persoalan tentang hakikat ilmu, metode ilmu
Grarnedia,

144

Anda mungkin juga menyukai