3319
Kerjasama :
BAPPEDA Kabupaten Kudus
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Kudus
Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Kudus
Buku Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kudus Tahun 2011
merupakan publikasi yang diterbitkan secara berkesinambungan dengan buku-buku
PDRB tahun sebelumnya. Buku ini disusun dengan menggunakan tahun dasar tahun
2000, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan Kabupaten Kudus
secara umum.
Seperti tahun sebelumnya, maka informasi yang termuat dalam Publikasi buku
PDRB meliputi beberapa sektor berdasar harga berlaku dan harga konstan, informasi
secara makro tentang pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, struktur ekonomi,
peranan investasi serta peranan ekspor daerah yang erat kaitannya dengan potensi
sektor-sektor ekonomi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya PDRB juga sebagai
acuan perencana, badan usaha, perguruan tinggi, pemerintah dan stakeholders terkait
didalam merumuskan kebijakan terkait dengan angka-angka perkapita PDRB.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
mewujudkan buku ini. Saran dan koreksi dari para pembaca sangat kami harapkan
dalam rangka penyempurnaan pada penerbitan selanjutnya.
i
PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Kudus Tahun 2011 ini dapat terwujud.
Publikasi ini merupakan kelanjutan dari publikasi yang serupa dari tahun
sebelumnya, dan merupakan kerjasama antara Bappeda Kabupaten Kudus dengan BPS
Kabupaten Kudus, dengan harapan publikasi ini dapat membantu pemerintah daerah di
dalam melakukan perencanaan pembangunan ekonomi secara makro dan
mengevaluasi hasil yang telah tercapai selama ini di Kabupaten Kudus.
Pada penghitungan PDRB tahun 2011 ini masih menggunakan tahun dasar
2000, sehingga sedikit banyak berpengaruh pada besaran angka PDRB. Secara teoritis
metode penghitungan PDRB ini masih sama dengan metode penghitungan pada
publikasi tahun sebelumnya, yaitu metode pendekatan produksi yang dianjurkan oleh
United Nation Organisation (PBB), dengan maksud agar terdapat kesamaan pandang,
sehingga bisa dibandingkan secara Nasional maupun Internasional.
Selanjutnya kepada semua pihak yang menaruh perhatian terhadap publikasi ini
dinantikan saran dan kritik serta apresiasinya guna kesempurnaan publikasi mendatang
dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga terwujudnya publikasi ini
diucapkan banyak terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
PRAKATA ii
DAFTAR GRAFIK x
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Umum 1
iii
IV. ULASAN SINGKAT PERKEMBANGAN PENDAPATAN REGIONAL KAB. 16
KUDUS TAHUN 2011
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.7 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga 34
Berlaku Tahun 2007 – 2011
Tabel 1.8 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga 35
Konstan 2000 Tahun 2007 – 2011
Tabel 1.9 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Kudus Tahun 2007 – 2011 36
v
Tabel 2.2 Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita atas 38
dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Kudus Tahun
2007 – 2011
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
I. PENDAHULUAN
I.1. Umum
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kudus yang disajikan secara
series memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu. Informasi
mengenai PDRB memiliki arti penting dalam rangka memahami struktur dan
Salah satu agenda Pembangunan Nasional 2010 – 2014 adalah untuk mencapai
visi pembangunan nasional tersebut, ditetapkan tiga arah kebijakan umum pembangunan
Arah kebijakan yang pertama menuju Indonesia yang sejahtera diimplementasikan dengan
perkapita penduduk, dalam hal ini dihitung dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk pada waktu tertentu. Dengan semakin besarnya
PDRB suatu daerah diharapkan pendapatan penduduk daerah tersebut akan bertambah
tinggi.
Secara umum pola perekonomian di Kabupaten Kudus untuk tahun 2011 tidak jauh
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebagai penyumbang kedua setelah sektor industri, diikuti sektor pertanian. Dengan
Kabupaten Kudus untuk menciptakan barang dan jasa tidak jauh berbeda selama ini.
Pada penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2011, masih
menggunakan tahun dasar 2000 (2000 = 100) sebagai dasar penghitungan PDRB atas
dasar harga konstan. Hal ini sejalan dengan penghitungan pendapatan nasional yang
dilakukan oleh BPS RI maupun penghitungan PDRB Provinsi Jawa Tengah serta
Kabupaten/kota lainnya. Dengan demikian data PDRB Kabupaten Kudus tetap dapat
Dasar pertimbangan dalam pemilihan tahun dasar adalah bahwa tahun yang
persyaratan :
b. Awal dari peristiwa besar dimana semua hasil pembangunan (kinerja) ekonomi akan
c. Kelengkapan data dasar, baik yang berupa data produk (kuantum)/indikator produk,
harga/indikator harga, struktur input, data pelengkap, indeks harga, dan sebagainya
cukup memadai.
Sehingga dari beberapa syarat tersebut dipilihlah tahun 2000 sebagai tahun dasar dengan
a. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 dipandang relatif stabil. Hal ini dapat
b. Struktur ekonomi tahun 2000 telah berbeda dengan tahun 1993. oleh karena itu
pemutakhiran tahun dasar dalam penghitungan PDRB menjadi perlu dilakukan agar
gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektoral.
tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini dimaksudkan agar besaran angka
PDRB dapat saling diperbandingkan antar daerah/wilayah dan antar waktu guna
b. Dengan adanya perubahan tahun dasar ini (2000 = 100) seri data yang resmi
dipublikasikan pada tahun 2011 mencakup tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011.
c. Penyajian publikasi PDRB baru (2000 = 100) masih sama dengan penyajian PDRB
Terminologi agregat yang disajikan dalam publikasi ini mengikuti konsep dan
definisi dari Pendapatan Regional yang baru (2000 = 100) dimana konsep tersebut
Kudus.
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto dapat dilihat dari tiga sudut
sama.
netto dari barang dan jasa yang dihasilkan wilayah dalam jangka waktu
1. Sektor Pertanian
Sub sektor Industri Tanpa Migas dirinci lebih lanjut berdasarkan digit
ISIC (2 digit). Pada tingkat daerah, rincian ini diharapkan bisa sesuai
dengan sebaran industri yang ada di daerah.
5. Sektor Bangunan
9. Sektor Jasa-jasa
yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam
Balas jasa faktor produksi adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal
Regional Bruto, kecuali balas jasa faktor produksi seperti tersebut diatas
Tambah Bruto.
nilai impor.
Dari ketiga sudut pandang tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa jumlah pengeluaran berbagai komponen akan sama dengan jumlah produk
akhir dari barang dan jasa, yang dihasilkan oleh produsen, akan sama pula dengan
Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto seperti yang diuraikan diatas disebut
tersebut.
Produk regional Netto adalah produk regional bruto dikurangi seluruh nilai
penyusutan atas barang modal tetap yang digunakan dalam satu tahun.
Adalah Produk Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan
pajak tak langsung netto. Sedangkan pajak tak langsung netto adalah pajak yang
langsung maupun subsidi, lazimnya sangat berkaitan dengan tingkat harga barang
dan jasa yang diproduksi. Perbedaannya apabila pajak tak langsung cenderung
atas dasar biaya faktor produksi inilah yang disebut sebagai Pendapatan Regional.
Adalah merupakan hasil bagi produk domestik regional bruto dengan jumlah
disebut Income Perkapita adalah produk netto atas dasar biaya faktor produksi,
Bab I Pendahuluan
Kudus
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan masih menggunakan tahun dasar 2000,
artinya seluruh output yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi dari region Kabupaten
Kudus, baik yang berupa barang maupun jasa dinilai dengan harga tahun 2000.
1. Pertanian
3. Industri pengolahan
5. Bangunan
9. Jasa-jasa
produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua sektor perekonomian
Barang dan jasa yang diproduksi dinilai dengan harga produsen yaitu harga
tambah setiap pelaku kegiatan ekonomi. Seperti dimaklumi bahwa biaya transport
akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor transportasi, dan keuntungan
pemasaran akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor perdagangan. Nilai
barang dan jasa pada tingkat harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto,
karena masih termasuk biaya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibeli dari
sektor lain .
biaya yang dipakai untuk memproduksi barang dan jasa yang disebut sebagai
biaya antara harus dikeluarkan, sehingga diperoleh nilai produksi netto. Nilai ini
kemudian disebut nilai tambah (value added). Apabila di dalam nilai tambah
tersebut masih terdapat komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto maka
disebut nilai tambah bruto atas dasar harga pasar. Jumlah dari nilai tambah bruto
atas dasar harga pasar dari seluruh sektor perekonomian selanjutnya disebut
dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, yaitu
ekonomi yang beroperasi disuatu wilayah, akan diperoleh Nilai Tambah Netto atas
biaya faktor produksi. Untuk mendapatkan PDRB atas dasar harga pasar harus
dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit ekonomi,
meliputi barang dan jasa yang dikonsumsi baik oleh rumahtangga, lembaga swasta
barang-barang yang masih dalam proses termasuk stock serta ekspor netto.
Ekspor netto adalah nilai barang ekspor dikurangi impor. Barang impor sebagai
nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah domestik saja.
ekspor netto akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
pasar.
Hal ini mungkin saja terjadi, misalnya bila suatu unit ekonomi yang mempunyai
kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berlokasi di wilayah lain, sedangkan
kantor cabang tidak dapat mengetahui nilai tambah yang diperolehnya, sementara
yang relevan bisa berupa nilai produksi, jumlah produksi, jumlah karyawan, jumlah
Metoda alokasi ini lazim disebut juga metoda penghitungan tidak langsung,
cenderung lebih diminati oleh konsumen data bila dibandingkan angka-angka yang
diperoleh dari metoda tidak langsung, oleh karena itu sejauh mungkin dilakukan
upaya penghitungan dengan menggunakan metoda langsung. Namun bila hal itu
REGIONAL KABUPATEN
secara series selalu disajikan dalam dua versi yaitu atas dasar harga berlaku dan atas
a. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua angka-angka pendapatan regional
dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai
produksi maupun biaya antara, karenanya komponen nilai tambah dan komponen
b. Pada penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua angka-angka baik
saat menilai produksi maupun biaya antara dinilai atas dasar harga yang terjadi pada
regional dari tahun ke tahun merupakan perkembangan riil dan bukan perkembangan
b. Indeks berantai diperoleh dengan membagi nilai pada suatu tahun dengan tahun
sebelumnya dikalikan 100. Jadi disini tahun sebelumnya selalu dianggap 100. Indeks
ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan regional dari tahun ke
tahun, dengan pembanding tahun sebelumnya.
atas dasar harga konstan dikalikan 100 untuk masing-masing tahun. Indeks ini
harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks Implisit ini dibuat indeks berantai,
suatu tahun dasar (dalam hal ini dipakai tahun 2000) sangat penting untuk mengetahui
perkembangan riil dari tahun ke tahun setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang
dimaksud dapat berupa produk domestik regional secara keseluruhan, nilai tambah
Dalam menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Revaluasi
Metoda ini dilakukan dengan cara menilai baik produksi, biaya antara maupun nilai
tambah masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (tahun 2000) dan
hasilnya merupakan nilai produksi dan nilai tambah atas dasar harga konstan tahun
2000. Di dalam praktek sangat sulit untuk melakukan revaluasi terhadap biaya antara
yang digunakan untuk proses produksi karena mencakup komponen yang relatif
banyak dan bervariasi, disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi
semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan
biasanya diperoleh dari perkalian antara nilai produksi atas dasar harga konstan
masing-masing tahun dengan rasio biaya antara terhadap nilai produksi dari hasil
survei khusus.
Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk masing-masing tahun
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tanbah pada tahun dasar dengan indeks
produksi. Indeks produksi ini merupakan indeks indeks dari masing-masing jenis
produksi yang dihasilkan, atau menggunakan indikator produksi seperti tenaga kerja,
jumlah aktivitas dan lain-lainnya sesuai dengan jenis kegiatan yang dihitung.
Ekstrapolasi dapat pula dilakukan terhadap penghitungan nilai produksi atas dasar
harga konstan.
c. Deflasi
Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat pula dicari
dengan cara deflasi, yaitu dengan membagi nilai tambah bruto atas dasar harga
berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga yang sesuai dengan sektornya.
Indeks harga yang digunakan sebagai deflator antara lain : Indeks harga konsumen,
indeks harga perdagangan dan sebagainya. Indeks harga tersebut dapat pula
berfungsi sebagai inflator, dalam keadaan nilai tambah atas dasar harga konstan yang
diketahui lebih dahulu yaitu dengan cara mengalikan nilai tambah atas dasar harga
konstan dengan indeks harganya.
d. Deflasi Ganda
Di dalam penerapan deflasi berganda ini dideflasikan adalah nilai produksi dan biaya
antara masing-masing tahun, sedangkan nilai tambahnya diperoleh dari selisih
keduanya dari hasil perhitungan tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai deflatornya dalam penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan
biasanya adalah indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai
dengan cakupan komoditasnya. Sedangkan indeks harga yang dipakai untuk
memperoleh biaya antara atas dasar harga konstan adalah indeks harga dari
komponen biaya yang terbesar kontribusinya.
Secara matematis PDRB adalah kumulatif nilai tambah bruto dari seluruh sektor
lapangan usaha. Namun dari hitungan-hitungan tersebut PDRB dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa dari seluruh kegiatan
Penghitungan PDRB tahun 2011 ini merupakan angka sangat sementara, oleh
karena itu pada tabel yang disajikan diberi apostrof bintang dua. Sedangkan angka PDRB
tahun 2010 merupakan angka sementara dan diberi apostrof bintang satu. Keadaan ini
dilakukan karena masih dimungkinkan adanya perubahan ataupun perbaikan data yang
digunakan.
PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kudus tahun 2011 terhitung sebesar
33.830.035,59 juta rupiah atau tumbuh sebesar 7,52 persen. Angka tersebut
menggambarkan besarnya nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga di
tahun 2011. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan sebesar 13.183.606,91
juta rupiah, dengan laju pertumbuhan sebesar 4,21 persen. Meskipun pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kudus masih di bawah prediksi pertumbuhan nasional, akan tetapi
cukup bagus mengingat pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuan ekonomi tahun 2010 sehingga dapat diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi
tahun 2011 mengalami percepatan. Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah.
ekonomi riil suatu daerah, yang merupakan rata-rata tertimbang pertumbuhan sektor
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, rata-rata PDRB yang diperoleh penduduk
Kabupaten Kudus dari tahun 2007 - 2011 sebesar 29.099.786,42 juta rupiah, dengan rata-
rata pertumbuhan sekitar 9,46 persen per tahun atas dasar harga berlaku. Sedangkan
apabila dilihat atas dasar harga konstan tahun 2000 PDRB yang diperoleh sebesar
12.181.359,45 juta rupiah dengan rata-rata pertumbuhan 3,91 persen per tahun.
perekonomian di Kabupaten Kudus terus bertumbuh, lambat tapi pasti angka laju
pertumbuhan terus menaik. Pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2011, yaitu sebesar
4,21 persen, disusul pada tahun 2010 dengan pertumbuhan 4,17 persen. Secara umum
dalam lima tahun ini rata-rata pertumbuhan di Kabupaten Kudus mencapai 3,91 persen.
peranan masing-masing sektor lapangan usaha dalam menciptakan nilai tambah aktivitas
Kudus dan sektor lapangan usaha mana yang tumbuh pesat ataupun statis.
Dari sembilan sektor lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, untuk harga
berlaku terlihat bahwa semua sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang positif
yaitu berada pada kisaran antara 4,90 persen sampai dengan 14,66 persen. Demikian pula
untuk pertumbuhan riil atau menurut harga konstan 2000, dari sembilan sektor lapangan
usaha angka pertumbuhan riil, berada pada kisaran 0,52 persen sampai 13,41 persen.
bergeliat untuk meningkatkan nilai tambah sehingga pada giliran berikutnya pendapatan
Pertumbuhan tertinggi untuk PDRB atas dasar harga berlaku dialami oleh sektor
Konstruksi/Bangunan sebesar 14,66 persen, begitu pula bila dilihat atas dasar harga
Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian tahun 2011 dapat dikatakan melambat atau
lebih rendah (0,52 persen) setelah pada tahun 2010 tumbuh 4,62 persen, sektor pertanian
merupakan penyumbang PDRB Kabupaten Kudus pada urutan ketiga setelah sektor
Industri Pengolahan dan sektor perdagangan, namun demikian sektor pertanian ini tidak
Pertumbuhan sektor penggalian dari tahun ke tahun terus menurun kecuali tahun
2011 tumbuh 6,56 persen. Meskipun demikian, hasil bahan galian di Kabupaten Kudus
masih memberikan kontribusi terhadap angka PDRB meskipun dengan prosentase yang
sangat kecil sekali terutama bahan galian tanah urug yang menjadi unggulan sektor
Tabel A2.
Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Kudus Tahun 2011
tahun 2011 ini lapangan usaha sektor industri mengalami pertumbuhan 3,75 persen.
Memang dari segi angka, pertumbuhan sektor industri pengolahan tergolong kecil namun
secara nilai berkontribusi sangat besar jika dibandingkan dengan ke delapan sektor
Pertumbuhan untuk lapangan usaha lainnya dapat dilihat pada Tabel A2.
Hal ini dimungkinkan cukup jelinya penduduk Kudus untuk menangkap peluang-peluang
yang ada dalam menciptakan produk-produk industri yang laku di pasaran. Lapangan
usaha industri pengolahan masih menempati urutan tertinggi dalam menyumbang nilai
PDRB, yakni sebesar 62,41 persen dari seluruh nilai total PDRB pada tahun 2011.
Sektor kedua yang memberikan kontribusi cukup besar adalah lapangan usaha
Perdagangan, Hotel & Restoran. Sektor ini pada tahun 2011 memberikan sumbangan
sebesar 26,35 persen lebih besar dari tahun 2010 (26,29 persen). Sektor Perdagangan,
hotel & restoran selalu menyumbang lebih dari 25 persen dari PDRB Kabupaten Kudus.
Besaran kontribusi ini terjadi baik pada angka atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. Sektor Perdagangan, hotel & restoran adalah merupakan muara dari
sektor pertanian; penggalian; dan industri pengolahan, karena hasil produksi dari ketiga
sektor tersebut akan didistribusikan oleh sektor perdagangan sehingga arus barang dari
produsen ke konsumen atau dari Kabupaten Kudus ke luar daerah atau pun sebaliknya
Sektor pertanian pada tahun 2011 menghasilkan kontribusi sebesar 2,74 persen,
turun 2,49 persen dibanding kontribusi tahun 2010. Bila ditinjau dari jangka waktu dua
dasawarsa ini, sudah berhektar-hektar lahan pertanian yang berubah menjadi lahan kering
non pertanian baik untuk perumahan, industri maupun untuk kegiatan-kegiatan lain
disamping itu banyak penduduk yang sudah beralih profesi dan tidak menggantungkan
hidupnya pada lapangan usaha pertanian. Menjadi suatu pekerjaan rumah bagi
industri pengolahan maupun lapangan usaha lainnya dari pada sektor pertanian. Maklum
adanya, upah buruh industri lebih tinggi dari upah buruh pertanian dengan resiko dan
beban kerja yang lebih kecil. Hal tersebut merupakan salah satu faktor kenapa sektor
pertanian di Kudus tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga perlu solusi
secara integral untuk dapat mengembalikan citra pertanian di Kudus baik dari segi
Selama ini angka inflasi masih menjadi barometer dalam menilai stabilitas ekonomi
ekonomi utamanya indikator harga di wilayah tersebut yang tergolong sensitif terhadap
Di tahun 2011 indeks implisit PDRB Kudus meningkat dari 248,70 persen di tahun
2010 menjadi 256,61 persen dengan inflasi yang terjadi sebesar 3,18 persen. Dengan
besaran 3,18 persen inflasi di tingkat produsen ini cukup wajar karena masih dibawah
batas psikologis (dua digit). Kenaikan angka inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga-harga
yang dinamis. Dengan demikian dengan angka inflasi yang lebih rendah dan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dari tahun 2010, maka di tahun 2011 ini kondisi perekonomian di
Pada tahun 2011 nilai tambah bruto (PDRB) yang dihasilkan penduduk Kabupaten
Kudus akibat adanya aktivitas produksi, rata-rata perkapitanya adalah Rp. 44.103.966,34
atau naik sebesar 6,83 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
setiap penduduk Kudus mampu mengumpulkan nilai tambah bruto sebanyak Rp.
3.675.330,- perbulannya, angka ini sangat jauh di atas batas garis kemiskinan. Namun bila
kita lihat lebih seksama lagi, perekonomian Kudus kurang lebih 60 persennya didominasi
sektor industri, utamanya industri besar dan sedang yang jumlah perusahaanya relatif
kecil bila dibandingkan dengan industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Dengan
demikian nilai tambah yang dihasilkan lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha
industri besar dan sedang yang mampu memproduksi barang yang lebih besar dan lebih
mahal di pasaran. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Kudus untuk
lebih memotivasi rakyatnya yang masih di bawah garis kemiskinan untuk mampu
menghasilkan nilai tambah dan berpenghasilan lebih besar seperti penduduk Kudus
lainnya yang terkenal sebagai penduduk yang kreatif serta perlu mengembangkan sektor
lainnya.
Pendapatan Regional perkapita atau dengan kata lain dan lebih dikenal sebagai
Income percapita merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh penduduk sebagai
keikutsertaannya dalam aktivitas proses produksi. Pendapatan yang diterima oleh setiap
penduduk Kabupaten Kudus tahun 2011 adalah Rp.22.234.913,60 naik sebesar 4,33
persen dari tahun 2010. Dengan pendapatan penduduk yang cukup besar, dapat
dikatakan bahwa tingkat kemakmuran penduduk di Kabupaten Kudus jauh lebih baik bila
dibandingkan dengan tingkat kemakmuran Kabupaten lainnya diwilayah lain minimal di
karesidenan Pati.
Kabupaten Kudus layak dinilai sebagai kota modern dan mempunyai karakteristik
seperti wilayah perkotaan, terbukti sektor primer berkontribusi lebih kecil dari sektor
menuju modern ditandai dengan kegiatan ekonominya akan bergerak dari sektor primer ke
Menilik hal tersebut di atas di tahun 2011 kontribusi sektor primer yang terdiri dari
kontribusi sebesar 2,84 persen dari total PDRB menurut harga berlaku. Kontribusi dari
sektor primer ini cenderung mengalami stagnasi. Dengan luas tanah pertanian di Kudus
lebih dari 50 persen (luas sawah = 21.0704 Ha) dari luas wilayah Kabupaten (42.516 Ha),
ternyata produktivitasnya terus saja masih lebih rendah bila dibandingkan dengan
Tabel C
Distribusi Prosentase PDRB menurut Kelompok Sektor Tahun 2011
Selain itu kecilnya animo atau minat sebagian besar masyarakat di Kabupaten
Kudus terhadap usaha sektor pertanian sangat kecil dan masih terbatasnya kualitas
sumber daya manusia dan kemampuan biaya serta masih minimnya pemanfaatan
Kelompok sektor Sekunder yang terdiri dari sektor Industri Pengolahan; Listrik, Gas
& Air Bersih serta Bangunan merupakan kelompok sektor yang menopang 64,62 persen
dari total PDRB Kudus menurut harga berlaku. Kelompok sektor ini masih menjadi andalan
Kelompok sektor Tersier yang terdiri dari Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran;
dapat dikatakan modern apabila kelompok sektor tersier di daerah tersebut berhasil
menyumbangkan 32,54 persen dari total PDRB. Tingginya kontribusi kelompok sektor
tersier ini tidak terlepas dari letak geografis yang strategis menjadi pusat distribusi/
perdagangan aneka barang dan jasa utamanya hasil industri pengolahan baik skala besar,
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
20000000
15000000
10000000
5000000
0
2007 2008 2009 2010 2011
25000000
Pertanian harga
berlaku
20000000
Industri harga
berlaku
15000000 Perdagangan
harga berlaku
Industri harga
5000000 konstan
Perdagangan
harga Konstan
0
2007 2008 2009 2010 2011
Tabel 1.3. DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS
Tabel 1.1. ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 - 2011
Tabel 1.2. (JUTAAN RUPIAH)
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
* **
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
0
2007 2008 2009 2010 2011
income percapita berlaku income percapita konstan
45,000,000
40,000,000
35,000,000
30,000,000
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
2007 2008 2009 2010 2011
PDRB kapita berlaku PDRB kapita konstan
Tabel 2.3 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB DAN ANGKA-ANGKA PERKAPITA
Tabel 2.3 ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KABUPATEN KUDUS
Tabel 2.1 TAHUN 2007-2011
64.41%
32.82%
2.77%
62.39%
34.33%
3.29%