Meski tersedia berbagai sumber data yang dapat digunakan untuk melihat gambaran tentang
pola tingkat kelahiran di Indonesia, namun untuk keperluan proyeksi ini, sumber data yang
digunakan adalah Sensus Penduduk 2000 (SP2000), Survei Penduduk Antar Sensus 1995 (SUPAS95)s,
serta data SUSENAS tahun 1991 sampai 1999 (SSN 1991, SSN 1992, ..., SSN 1999). Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan untuk menjaga "konsistensi" data serta kesamaan metodologi dan definisi
yang dipakai. Dengan demikian data yang akan dijajarkan dari masa lalu hingga perkiraan di masa
yang akan datang tidak mengandung penyimpangan yang disebabkan oleh perbedaan metodologi
.
dan definisi
Dalam pembuatan Proyeksi Penduduk Provinsi Sulawesi Utara mulai tahun 2000 ini, digunakan
suatu aplikasi yakni aplikasi Fivsin yang akan memudahkan kita dalam penghitungan estimasi-
estimasi parameter kependudukan. Dengan melakukan input beberapa data yang dibutuhkan seperti
: Penduduk menurut kelompok umur, TFR dan ASFR, dan Level kematian, output yang dihasilkan
dengan program “Fivsin” antara lain :
Lebih lanjut, sebaiknya sebelum melakukan proyeksi penduduk dikaji terlebih dahulu
mengenai evaluasi struktur umur penduduk, dengan cara :
Dari rumus tersebut terlihat bahwa indeks whipple dihitung dengan cara:
kalikan 5 jumlah penduduk yang berumur dengan akhiran 0 dan 5 mulai dari umur
25 sampai 60. Selanjutnya dibagi dengan total jumlah penduduk yang berumur
antara 23 sampai 62 tahun.
Jika semua penduduk yang berumur 23 sampai 62 tahun melaporkan umurnya
berakhiran angka 0 atau 5, nilai indeks akan menjadi sebesar 500. Sebaliknya jika
pelaporan umur antara 23 tahun sampai dengan 62 tahun tersebut benar, maka
secara ringkas nilai indeks tersebut akan sama dengan 100. Dengan demikian,
semakin dekat nilai indeks dengan 100, maka pelaporan umur makin mendekati
kecermatan.
Untuk mengetahui seberapa besar nilai dari indeks Whipple sehingga pada akhirnya
kita bisa menentukan tingkatan dari kualitas data pelaporan umur suatu daerah, digunakan
rumus sebagai berikut :
Berdasarkan data pada tabel diatas, maka dapat dihitung Indeks Whipple untuk penduduk
laki-laki dan perempuan, sebagai berikut :
Iw =
c. Dengan Menghitung Myer’s Index untuk mengevaluasi kecenderungan pelaporan umur yang
berakhiran 1 sampai dengan 9 (Dida)
Metode ini menghasilkan suatu indeks preferensi untuk masing-masing digit terminal,
menggambarkan deviasinya dari 10% total populasi. Jika tidak terjadi age heaping, maka nilai
indeksnya akan mendekati zero atau nol. Indeks ini adalah suatu estimasi proporsi minimum
penduduk yang salah melaporkan umurnya. Secara teoritis, range dari indeks Myers ini
adalah antara 0 sampai 90 dimana indeks bernilai 0 ketika sama sekali tidak ada heaping
sedangkan nilai indeks 90 terjadi jika semua umur yang dilaporkan pada single digit adalah
umur 0.
Tabel 14. Penghitungan indeks Myers daerah Perkotaan Provinsi Sulawesi Utara, daerah
Perkotaan+Pedesaan Provinsi Sulawesi Utara, 2000
Jumlah
Jumlah Jumlah Koefisien Distribusi
koefisien penduduk Deviasi
Terminal untuk untuk pengali persen
pengali bauran dari
digit (a) umur umur kolom kolom
kolom (3) (2)x(4) + 10%
(10-69) (20-69) (2) (6)
(3)x(5)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
0 193153 155314 1 9 1590979 11.49 1.49
1 158362 124447 2 8 1312300 9.48 0.52
2 158474 124941 3 7 1350009 9.75 0.25
3 150179 117502 4 6 1305728 9.43 0.57
4 147825 115271 5 5 1315480 9.50 0.50
5 167553 131197 6 4 1530106 11.05 1.05
6 143340 108863 7 3 1329969 9.61 0.39
7 148882 110923 8 2 1412902 10.21 0.21
8 141512 104263 9 1 1377871 9.95 0.05
9 131971 96405 10 0 1319710 9.53 0.47
Total 13845054 100.00 5.50
Indeks Myers diperoleh dengan menjumlahkan nilai absolut deviasi dari 10%
untuk masing-masing terminal digit.Berdasarkan penghitungan, diperoleh indeks
Myers untuk daerah perkotaan+pedesaan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2000 adalah
sebesar 5.50 persen.Olehkarena nilainya kurang dari 10 persen, maka kesimpulan
yang dapat kita ambil adalah bahwa berdasarkan penghitungan indeks Myers,
pelaporan umur pada data jumlah penduduk di daerah perkotaan+pedesaan Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2000 sudah cukup baik. Dari penghitungan diatas, pada setiap
tahap penghitungan, tampak bahwa penduduk pada umur yang berakhiran 0 dan 5
selalu lebih besar proporsinya dibandingkan dengan terminal digit lainnya.Namun
ternyata, berdasarkan indeks Myers, perbedaan proporsi pada terminal digit 0 dan 5
belum cukup signifikan untuk dikatakan terjadi Age Heaping.
d. Dengan Menghitung United Nation’s Index untuk melihat keakurasian umur dan jenis
kelamin
Metode ini berisi esensi penghitungan rasio jenis kelamin (sex ratio) dan rasio
umur (age ratio) untuk kelompok umur 5 tahunan dimulai kelompok umur 0-4
sampai dengan 70-74 tahun. Dalam kasus ini sex ratio akan berbeda antara satu
kelompok umur dengan kelompok umur berikutnya.
Metode ini dapat dipakai apabila data umur tunggal tidak tersedia. Hasil
penghitungan indeks tidak sangat tepat sekali, tergantung dari pada sekedar ukuran
ketepatan. Metode ini memberikan keterbatasan-keterbatasan, dan membiarkan
pengecualian-pengecualian dari perubahan struktur umur penduduk karena
perubahan trend penduduk akibat faktor-faktor seperti korban peperangan, defisit
tingkat kelahiran sewaktu-waktu, dan perpindahan penduduk mempengaruhi
kelompok umur dan jenis kelamin
The UN Secretariat Method mempunyai kelebihan-kelebihan dari pada
metode Whipple, Myer, maupun Bachi. Penghitungan dengan metode ini efektif
karena menghilangkan variasi perbedaan dalam kelompok umur penduduk dari hasil
sensus.
Adapun dalam pengambilan keputusannya, apakah data umur yang dilaporkan
pada suatu sensus itu akurat atau tidak, terdapat patokan sebagai berikut :
hasil penghitungan untuk daerah perkotaan + perdesaan tersaji pada tabel berikut ini
:
Tabel 15. hasil penghitungan Joint Score Index untuk daerah Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2000
Perapihan umur perlu dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil kesalahan yang
ada dalam data. Jika perapihan umur tidak dilakukan maka kesalahan-kesalahan itu akan
terbawa ke dalam perhitungan proyeksi, sehingga akan mempengaruhi jumlah dan struktur
umur penduduk dalam periode proyeksi tersebut. Dalam melakukan perapihan umur
kesulitan yang dihadapi adalah tidak diketahui secara pasti letak kesalahan-kesalahan yang
ada, sehingga sulit menentukan umur-umur mana yang sudah pasti salah dan mana yang
benar, sehingga perapihan dilakukan untuk semua kelompok umur.
Perapihan data dasar penduduk menurut umur dan jenis kelamin dilakukan dalam
tiga tahapan yang berbeda. Pertama, merapihkan data penduduk umur (10-64) tahun.
Kedua, merapihkan data penduduk umur 65 tahun ke atas, tahap terakhir adalah
merapihkan data penduduk umur (0-9) tahun. Masing-masing tahap perapihan data dasar
dilakukan dengan metode yang berbeda.
Prorata =
Setelah diakukan penghitungan dengan rumus diatas pada setiap kelompok umur,
selanjutnya dilakukan pembulatan hasil penghitungannya. Dalam proses ini, pembulatan
keatas diutamakan pada hasil penghitungan yang mengahasilkan angka dibelakang koma
lebih dari 0.5, namun jika dalam kolom tersebut tidak terdapat angka desimal lebih dari 0.5,
maka pembulatan keatas dilakukan pada sel yang memiliki angka desimal tertinggi pada
kolom tersebut. angka desimal (di belakang koma) yang tertinggi pada suatu kolom
dibulatkan keatas, seterusnya secara berurutan hingga jumlah TT terbagi habis.
Berikut ini data dasar yang akan digunakan untuk proyeksi penduduk sebelum dan
setelah di-prorata :
Perkotaan
Tabel 2. Prorata Penduduk Propinsi Sulawesi Utara Menurut Kelompok Umur Daerah Pedesaan,
Sensus Penduduk 2000
*
5Px = 1/16(5Px-10+4 5Px-5+10 5Px + 4 5Px+5 - 5Px+10)
5Px* = Jumlah penduduk yang telah dirapihkan menurut kelompok umur 5 tahunan
Hasil perapihan penduduk menurut jenis kelamin pada kelompok umur 10-69 tahun
menggambarkan keadaan pada tanggal 30 Juni 2000 (Census Date SP2000) yang digunakan
sebagai dasar I perhitungan proyeksi. Berikut ini tabel yang menyajikan hasil perapihan
untuk kelompok umur 10-69 tahun :
Perkotaan
Tabel 2. Hasil perapihan untuk kelompok umur 10-69 tahun, Penduduk perempuan
daerah Perkotaan Provinsi Sulawesi Utara, Sensus Penduduk 2000
Sebelum Setelah
Age
dirapihkan dirapihkan
0-4 32234 -
5--9 30342 -
10--14 28987 30040
15-19 34983 34461
20-24 38291 38113
25-29 37219 37105
30-34 32924 33073
35-39 28385 28479
40-44 24193 24151
45-49 19430 19242
50-54 13850 13989
55-59 10214 10472
60-64 9067 8757
65-69 6837 6782
70-74 4919 -
75+ 5595 -
Total 357470
Perapihan Umur Penduduk Perempuan daerah Perdesaan Provinsi Sulawesi Utara 10-69 tahun :
Perkotaan+Perdesaan
Tabel 3. Smoothing/Perapihan Penduduk Perempuan Umur (10-69) Propinsi Sulawesi Utara Daerah
Pedesaan, Sensus Penduduk 2000
Perapihan Umur Penduduk Perempuan daerah perkotaan+perdesaan Sulawesi Utara 10-69 tahun
(tabel diatas):
P(10-14)= [ ]
P(15-19)= [ ]
P(20-24)= [ ]
P(25-29)= [ ]
P(30-34)= [ ]
P(35-39)= [ ]
P(40-44)= [ ]
P(45-49)= [ ]
P(50-54)= [ ]
P(55-59)= [ ]
P(60-64) [ ]
P(65-69)= [ ]
Sedangkan untuk perapihan jumlah penduduk laki-laki yang berada pada kelompok
umur 10-69 tahun dengan three Moving Average menggunakan data sex ratio yang dihitung
berdasarkan data hasil prorata pada Tabel 1 diatas. Penghitungan ini menggunakan rumus :
Kemudian untuk setiap kelompok umur, hasil penghitungan dari rumus tersebut
dikalikan dengan jumlah penduduk perempuan yang telah dirapihkan pada setiap kelompok
umur dari 10 hingga 69 tahun. Berikut ini tabel yang memuat hasil penghitungan sex ratio
sebelum dan setelah dirapihkan serta jumlah penduduk laki-laki setelah dilakukan perapihan
(smoothing) :
Perkotaan
Tabel 3. Hasil perapihan untuk kelompok umur 10-69 tahun, Penduduk laki-laki
daerah Perkotaan Provinsi Sulawesi Utara, Sensus Penduduk 2000
Sex Ratio Sex Ratio Jumlah penduduk
Age
sebelum Sesudah hasil perapihan
0-4 1.077 - -
5--9 1.080 - -
10--14 1.071 1.057 31752
15-19 1.006 1.016 35024
20-24 0.983 0.989 37702
25-29 0.986 0.992 36812
30-34 1.014 1.012 33485
35-39 1.036 1.043 29714
40-44 1.088 1.071 25870
45-49 1.073 1.076 20702
50-54 1.069 1.062 14851
55-59 1.035 1.024 10721
60-64 0.956 0.953 8343
65-69 0.864 0.877 5945
70-74 0.823 - -
75+ 0.637 - -
Total 1.023
= 1.057
= 1.016
= 0.989
= 0.992
= 1.012
= 1.043
= 1.071
= 1.076
= 1.062
= 1.024
= 0.953
= 0.877
Perdesaan
= 0.9049
= 0.9173
= 0.9444
= 0.9449
= 0.9251
= 0.9166
= 0.9161
= 0.9142
= 0.9189
= 0.9446
= 0.9915
= 1.0416
Perkotaan+Perdesaan
Laki-Laki
Kelompok Sebelum Sesudah
Umur Smoothing Smoothing
(1) (2) (3)
0-4 98870 -
5-9 96240 -
10-14 89132 90393
15-19 93781 93205
20-24 97539 98455
25-29 97917 97782
30-34 89934 89595
35-39 77929 78951
40-44 70515 69535
45-49 57209 56874
50-54 41489 41351
55-59 29804 30728
60-64 26678 25457
65-69 19072 19262
70-74 13661 -
75+ 11955 -
Jumlah 1011725
Tahap selanjutnya adalah merapihkan penduduk yang berumur 0-4 dan 5-9 tahun.
Jumlah penduduk kelompok ini, terutama yang berumur 0 dan 1 tahun, jauh lebih kecil
daripada yang diharapkan dan diduga karena lewat cacah. Untuk merapihkannya diperlukan
data angka kelahiran total (TFR) masa lampau yang menggambarkan keadaan paling tidak 10
tahun sebelum pencacahan, jumlah dan susunan umur wanita usia subur, serta tingkat
kematian dalam kurun waktu yang sama.
Untuk perapihan penduduk yang berumur 0-4 dan 5-9 tahun dibutuhkan beberapa
informasi tambahan diantaranya jumlah kelahiran dari tahun 1991 hingga tahun 2000, level
kematian untuk masing-masing penduduk kota, desa, dan kota+desa, serta informasi
mengenai survival ratio yang dihitung menggunakan life table berdasrkan level kematian
tersebut. berikut ini tabel yang menyajikan data jumlah kelahiran dari tahun 1991 hingga
tahun 2000 :
Level kematian yang digunakan untuk Proyeksi Penduduk Provinsi Sulawesi Utara ini
diperoleh dari hasil penghitungan estimasi angka kematian dengan metode Brass, dimana
penghitungan ini didsarkan pada data rata-rata anak yang pernah dilahirkan (ALH) dan rata-
rata anak yang masih hidup (AMH). Ratio antara rata-rata ALH pada kelompok umur 15-19
dengan kelompok umur 20-24 digunakan sebagai dasar penentuan level kematian, dengan
mengalikannya dengan faktor pengali yang ada pada Tabel Faktor Pengali Brass.
Dengan faktor pengali tersebut, pada akhirnya dapat diketahui level kematian dari Life
Table yang akan kita gunakan untuk merapihkan penduduk umur 0-4 dan 5-9 tahun, yakni
dengan merata-ratakan level kematian pada kelompok usia 20-24 dan 25-29 tahun. Untuk
daerah Perkotaan, diperoleh, level yang digunakan adalah level 23,206 yang berada
diantara level 23 dan level 24. Sedangkan untuk penduduk perdesaan propinsi Sulawesi
Utara adalah 22,947 yang berada pada interval level kematian 22 dan level 23. Kemudian
untuk daerah desa+kota, dengan proses penghitungan yang sama diperoleh level kematian
23,053 yang terletak antara level 23 dan 24.
Selanjutnya dengan informasi jumlah kelahiran tahun 1991-2000 dan level kematian
tahun 2000 diatas, dapat dihitung nilai survival ratio untuk masing-masing desa, kota, serta
desa+kota. Penghitungan survival ratio dilakukan dengan West Model Life Table dengan
interpolasi nilai P(2) dan P(3) untuk masing-masing penduduk laki-laki dan perempuan pada
level yang bersangkutan. Nilai P(2) merupakan nilai survival ratio untuk penduduk umur 0-4
tahun, sedangkan P(3) merupakan nilai survival ratio untuk penduduk usia 5-9 tahun. Berikut
ini tabel penghitungan survival ratio berdasarkan desa/kota dan jenis kelamin :
Tabel 5. Survival Ratio Penduduk kelompok umur 0-4 dan 5-9 tahun berdasarkan
daerah tempat tinggal dan jenis kelamin
Jenis Kota Desa kota+desa
umur
kelamin 23 23.2057 24 22 22.9471 23 23 23.0531 24
(0-4) 0.9978 0.9980 0.9990 0.9959 0.9977 0.9978 0.9978 0.9978 0.9990
Perempuan
(5-9) 0.9989 0.9990 0.9995 0.9981 0.9989 0.9989 0.9989 0.9989 0.9995
(0-4) 0.9965 0.9969 0.9982 0.9941 0.9964 0.9965 0.9965 0.9966 0.9982
Laki-laki
(5-9) 0.9981 0.9982 0.9989 0.9971 0.9980 0.9981 0.9981 0.9981 0.9989
Perdesaan :
1. Perapihan penduduk perempuan umur 0-4 tahun
= jumlah kelahiran (1996 – 2000) x Survival Ratio
= (19968+13821+21665+18218+14035) x 0.9977
= 87707 x 0.9977
= 87502.7 = 87503
Perkotaan + Perdesaan :
1. Perapihan penduduk perempuan umur 0-4 tahun
= jumlah kelahiran (1996 – 2000) x Survival Ratio
= (29026+26176+31046+26942+27810) x 0.9978
= 141000 x 0.9978
= 140689,8 = 140690
Tahap terakhir dari proses perapihan (smoothing) adalah perapihan penduduk yang
berusia 70 tahun ke atas, menggunakan tabel Stable Population. Kelompok penduduk ini
tidak besar pengaruhnya terhadap hasil proyeksi karena jumlahnya relatif kecil dan dalam
waktu relatif singkat akan berkurang menjadi nol.
Untuk menghitung jumlah perapihan penduduk umur (70-74) tahun dan juga umur
(75+), terlebih dahulu kita hitung ratio penduduk P(70-74) dan P(75+) . Selain ratio penduduk,
dibutuhkan pula suatu estimasi dari ratio penduduk yang disajikan dalam tabel berikut :
Berikut ini penghitungan untuk merapihkan data penduduk umur 70-74 dan 75 tahun keatas :
Perkotaan :
ratio 2.9413 % untuk P(70-74)terletak pada persen 2,5 = 1,41 dan 3 = 1,64 interpolasinya :
Interpolasi =
ratio 2.9413 % untuk P(75)terletak pada persen 2,5 = 1,09 dan 3 = 1,36 interpolasinya :
Interpolasi =
ratio 2.0819 % untuk P(70-74)terletak pada persen 2 = 1,16 dan 2,5 = 1,41 interpolasinya :
Interpolasi =
ratio 2.0819 % untuk P(75)terletak pada persen 2 = 0,84 dan 2,5 = 1,09 interpolasinya :
Interpolasi =
Perdesaan
Ratio 3,5359% untukP(70-74) terletak pada persen 3,5 = 1,86 dan 4 = 2,08, interpolasinya :
Interpolasi =
P(70-74) = 11328
Interpolasi =
P(75+) = 10024
Ratio 2.7864% untukP(70-74) terletak pada persen 2,5 = 1,41 dan 3 = 1,64, interpolasinya :
Interpolasi =
P(70-74) = 9962
ratio 2.0819 % untuk Untuk P75+ terletak pada 2,5 = 1,09 dan 3 = 1,36
Interpolasi =
P(75+) = 8043
Perkotaan + Perdesaan
Ratio 3,315 % untuk P(70-74) terletak pada persen 3,0 = 1,64 dan 3,5 = 1,86 interpolasinya :
Interpolasi =
Ratio 3,315 % untuk P(75+) terletak pada persen 3,0 = 1,36 dan 3,5 = 1,64 interpolasinya :
Interpolasi =
Sehingga data Jumlah penduduk yang telah dirapihkan dan siap untuk diinput kedalam
Program Fivsin adalah sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut ini :
Tabel.4 Penghitungan Total Fertility Rate (TFR) di wiayah perdesaan Propinsi Sulawesi Utara
tahun 2000 dengan Metode P/F Ratio
Kelompok
Pi Fi Fi Ki Fi' Pi / Fi' fi'
Umur
1 2 3 4 5 6 7 8
15 -19 0,11 0,06 0,000 2,351 0,141 0,780 0,047
20-24 0,71 0,13 0,300 2,756 0,658 1,079 0,140
25-29 1,34 0,11 0,950 3,036 1,284 1,044 0,115
30-34 1,96 0,08 1,500 3,143 1,751 1,119 0,090
35-39 2,48 0,05 1,900 3,288 2,064 1,201 0,060
40-44 2,9 0,02 2,150 3,626 2,223 1,305 0,026
45-49 3,26 0,01 2,250 4,656 2,297 1,420 0,014
f1/f2 = o,461
Di daerah perdesaan, angka TFR sebesar 2,45. Artinya, rata-rata jumlah anak yang
dilahirkan oleh seorang wanita di wilayah perdesaan Sulawesi Utara sampai dengan akhir
masa reproduksinya adalah antara 2 sampai 3 orang anak
Pada kelompok umur 20-24 dan 25-29 terjadi kesalahan laporan karena Pi/Fi’ kurang
dari 1. Sedangkan pada kelompok umur 35-39 dan 40-44 juga dimungkinkan terjadi
penurunan yang tajam terhadap tingkat fertilitasnya.
Pada kelompok umur 20-24 dan 25-29 terjadi kesalahan laporan karena Pi/Fi’ kurang
dari 1. Sedangkan pada kelompok umur 35-39 dan 40-44 juga dimungkinkan terjadi
penurunan yang tajam terhadap tingkat fertilitasnya.
Dengan demikian, telah diperoleh nilai TFR untuk masing-masing desa, kota, serta desa+kota,
sebagaimana tersaji pada tabel berikut :
Tabel 11. Age Spesific Fertility Rate (ASFR) dan Total Fertility Rate (TFR) Propinsi Sulawesi Utara
Kelompok
kota desa desa+kota
Umur
15-19 0,033 0,047 0,039
20-24 0,097 0,140 0,123
25-29 0,113 0,115 0,114
30-34 0,091 0,090 0,090
35-39 0,049 0,060 0,049
40-44 0,026 0,026 0,027
45-49 0,006 0,014 0,001
TFR 2.07 2.45 2.21
3. Asumsi-Asumsi
Menentukan asumsi merupakan kunci perhitungan proyeksi penduduk. Biasanya
asumsi mengenai kecenderungan tiga komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu, tingkat
kelahiran, kematian, serta perpindahan penduduk ditentukan oleh kecenderungan yang
terjadi di masa lalu dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi ketiga
komponen itu. Namun begitu, informasi ini belum cukup, karena harus dilengkapi dengan
kecenderungan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang akibat pelaksanaan
kebijakan pembangunan sektor yang terkait dengan masalah kependudukan. Proyeksi sangat
tergantung dengan ketepatan dalam menentukan asumsinya. Para ahli menyebutkan beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pembuatan asumsi :
1) Asumsi fertilitas dan mortalitas dibuat berdasarkan tren tingkat fertilitas di masa lalu dan
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan fertilitas
2) Asumsi mortalitas juga berdasarkan tren tingkat mortalitas di masa lalu dan kebijakan
pemerintah sehubungan dengan tingkat kematian bayi
3) Karena sulitnya menentukan asumsi migrasi, biasanya pola migrasi untuk masa yang akan
datang dianggap sama dengan pola migrasi data yang dipakai.
Sedangkan asumsi yang digunakan untuk Proyeksi Penduduk Provinsi Sulawesi Utara ini antara
lain :
Di awal sudah disebutkan bahwa dengan menggunakan program FIVSIN dapat dilakukan
penghitungan estimasi-estimasi dari parameter kependudukan, seperti kelahiran dan kematian.
Untuk kelahiran akan disajikan beberapa informasi antara lain terkait dengan ASFR, TFR, GRR, NRR.
Untuk kematian sendiri juga disajikan informasi terkait dengan angka harapan hidup, dan juga angka
kematian bayi, serta informasi lainnya.
Berikut ini akan diulas mengenaI output yang dihasilkan dari penghitungan proyeksi
penduduk menggunakan program FIVSIN untuk masing-masing perdesaan, perkotaan, serta
perkotaan+perdesaaan.
1. Perkotaan
Output pertama yang dihasilkan oleh program ini adalah output mengenasi estimasi fertilitas
penduduk Provinsi Sulawesi Utara. Tabel berikut ini memuat informasi estimasi tingkat kelahiran
berdasarkan kelompok umur (ASFR) untuk penduduk daerah perkotaan Provinsi Sulawesi Utara dari
tahun 2000 hingga tahun 2035 dengan periode waktu lima tahunan :
Tabel 9. Estimasi ASFR Menurut Kelompok Umur Wanita Usia Subur Propinsi Sulawesi Utara
daerah Perkotaan Periode 2000-2035
ASFR
Age
2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
1 2 3 4 5 6 7 8
15-19 0.033 0.033 0.033 0.033 0.033 0.033 0.033
20-24 0.097 0.097 0.097 0.097 0.097 0.097 0.097
25-29 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113
30-34 0.091 0.091 0.091 0.091 0.091 0.091 0.091
35-39 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049
40-44 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026
45-49 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006
Tampak pada tabel diatas,nilai estimasi ASFR pada setiap periode waktu dari tahun 2000
hingga tahun 2035 nilainya sama, hal ini disebabkan oleh penggunaan asumsi pada saat meng-input
data kelahiran bahwa tingkat kelahiran dianggap sama pada setiap periode waktu. Jika dilihat
berdasarkan kelompok umur, tampak bahwa tingkat kelahiran pada kelompok umur 25-29
merupakan tingkat kelahiran yang tertinggi diantara kelompok umur laiinnya. Hal ini wajar
mengingat pada umur tersebut, wanita sedang berada padamasa yang paling subur dan pada umur
tersebut biasanya wanita baru saja menikah. Berdasarkan data BPS pada tahun 2000, umur
perkawinan pertama penduduk wanita di daerah perkotaan adalah pada umur 23,1 , data ini
mendukung hasil proyeksi ASFR diatas karena umur kawin pertama terletak pada kelompok umur
yang memiliki tingkat kelahiran tertinggi
Selanjutnya, beberapa estimasi fertility yang dihasilkan dari program FIVSIN antara lain TFR
(Total Fertility Rate), GRR (Gross Reproduction Rate), dan NRR (Nett Reproduction Rate). Hasil
output ukuran-ukuran fertilitas tersebut disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 10. Estimasi Ukuran-Ukuran Fertilitas Menurut Kelompok Umur Wanita Usia Subur
Propinsi Sulawesi Utara daerah Perkotaan Periode 2000-2035
Periode Waktu
Parameter
Fertilitas 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
1 2 3 4 5 6 7 8
TFR 2.070 2.070 2.070 2.070 2.070 2.070 2.070
GRR 1.010 1.010 1.010 1.010 1.010 1.010 1.010
NRR 0.982 0.982 0.982 0.982 0.982 0.982 0.982
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai TFR untuk daerah Perkotaan Sulawesi Utara adalah 2,070
yang artinya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita di wilayah perkotaan
Sulawesi Utara sampai dengan akhir masa reproduksinya adalah antara 2 sampai 3 orang
anak.
Selanjutnya nilai GRR merupakan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh
seorang wanita selama hayatnya, dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti
ibunya. Ukuran ini sangat erat hubungannya dengan angka fertilitas total. Perbedaannya, TFR
tidak memisahkan bayi laki-laki atau perempuan. GRR sudah memisahkan bayi perempuan
saja yang akan berfungsi seperti ibunya. Angka GRR untuk daerah perkotaan Sulawesi Utara
adalah sebesar 1.010, artinya seorang wanita di daerah perkotaan Sulawesi Utara selama
hayatnya rata-rata melahirkan 1 atau 2 anak perempuan, dengan mengikuti pola fertilitas dan
mortalitas yang sama seperti ibunya.
Nett Reproduction Rate (NRR) merupakan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan
oleh seorang wanita selama hayatnya dan akan tetap hidup sampai dapat menggantikan kedudukan
ibunya, dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya.
Asumsi ini digunakan karena beberapa anak perempuan yang dilahirkan akan meninggal
sebelum ia mencapai usia reproduksinya, bahkan mungkin ada yang meninggal pada umur
reproduksinya (telah masuk umur reproduksi, tapi tidak dapat menyelesaikan sampai batas akhir).
Maka NRR akan lebih kecil daripada GRR. Keadaan NRR = 1 dikenal dengan istilah replacement level,
suatu keadaan dimana, dengan asumsi tidak ada pengaruh migrasi, jumlah penduduk tidak
bertambah atau pertumbuhannya nol (zero population growth)
Berdasarkan data hasil output program Fivsin pada tabel diatas, tampak bahwa nilai estimasi
NRR penduduk daerah perotaan Sulawesi Utara tahun 2000-2035 adalah sebesar 0.982, artinya rata-
rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama hayatnya dan akan tetap
hidup sampai dapat menggantikan kedudukan ibunya, dengan mengikuti pola fertilitas dan
mortalitas yang sama seperti ibunya adalah antara 1 orang anak atau bahkan tida ada sama sekali.
Output selanjutnya yang dihasilkan oleh program ini adalah output mengenasi estimasi
mortalitas penduduk Provinsi Sulawesi Utara. Tabel berikut ini memuat informasi estimasi tingkat
kematian bayi (IMR /Infant Mortality Rate) berdasarkan jenis kelamin untuk penduduk daerah
perkotaan Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2000 hingga tahun 2035 dengan periode waktu lima
tahunan :
Tabel 10. Estimasi Infant Mortality Rate (IMR) berdasarkan jenis kelamin, penduduk daerah
perkotaan Propinsi Sulawesi Utara Periode 2000-2035
IMR
Jenis
Kelamin 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
1 2 3 4 5 6 7 8
Perempuan 14.100 14.100 14.100 14.100 14.100 14.100 14.100
Laki-laki 19.860 19.860 19.860 19.860 19.860 19.860 19.860
Both 17.050 17.050 17.050 17.050 17.050 17.050 17.050
Dari tabel diatas, tampak bahwa nilai IMR sama pada setiap periode waktu, hal ini
diarenakan asumsi yang digunakan adalah bahwa level kematian dan TFR yang tetap untuk tiap
tahun, maka program FIVSIN mengeluarkan output angka estimasi harapan hidup yang sama dari
tahun ke tahun. Angka kematian bayi untuk perempuan adalah 14,1, artinya ada sekitar 14 hingga 15
kematian bayi perempuan per 1000 kelahiran hidup tiap tahunnya. Kemudian untuk laki-laki, nilainya
lebih tinggi daripada perempuan, yakni 19,86 , berarti ada 19 hingga 20 kematian bayi pada setiap
1000 kelahiran hidup bayi laki-laki.
Berdasarkan data IMR tampaklah disini bahwa bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian
dibandingkan dengan perempuan. Jika dilihat dari data Angka Harapan Hidupnya, data yang ada juga
mendukung pernyataan diatas. Tabel dibawah ini menunjukkan nilai Angka Harapan Hidup pada saat
lahir untuk daerah perkotaan Sulawesi Utara berdasarkan jenis kelamin :
Tabel 10. Estimasi Angka Harapan Hidup (AHH) berdasarkan jenis kelamin, penduduk daerah
perkotaan Propinsi Sulawesi Utara Periode 2000-2035
AHH
Jenis
Kelamin 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
1 2 3 4 5 6 7 8
Perempuan 75.520 75.520 75.520 75.520 75.520 75.520 75.520
Laki-laki 71.210 71.210 71.210 71.210 71.210 71.210 71.210
Both 73.310 73.310 73.310 73.310 73.310 73.310 73.310
Wanita mempunyai angka harapan hidup yang lebih tinggi daripada laki-laki, salah
satu penyebab biologisnya adalah gen, dimana wanita memiliki dua kromosom X (pria hanya
punya satu), sehingga cacat bawaan yang terkandung dalam mutasi salah satu kromosom
bisa di-cover oleh kromosom yang lain. Faktor biologis lain yang mempengaruhi adalah
hormon, dimana hormon estrogen yang dimiliki perempuan menjadi salah satu pelindung
alami dari perkembangan penyakit jantung, dan perubahan kondisi tubuh perempuan
sepanjang hidupnya (menstruasi, kehamilan, beranak, menopause) membuat tubuh mereka
secara internal lebih ‘tahan banting’. Sebaliknya, hormon testosteron yang dimiliki pria
malahan mendorongnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang membuat jantung makin
jedag-jedug, misalnya saja merokok, menyetir ugal-ugalan, berkelahi, atau aktif berburu
pasangan. (Why Males Die Before Females, LiveScience).
FEMALE
Age
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
500000
Axis Title
400000
300000
200000
100000
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
tahun 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
jumlah penduduk 410979 436706 461708 486974 513304 538358 558673 573143
1 1.03
0.82
0.8
0.59
0.6
0.4
0.2
0
2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
pertumbuhan penduduk
Dengan menggunakan program FIVSIN, kita juga dapat mengetahui proyeksi
penduduk laki-laki di daerah perdesaan Propinsi Sulawesi Utara. Outpunya adalah sebagai
berikut :
Table 12.Proyeksi Penduduk Laki-laki di Daerah Perkotaan Propinsi Sulawesi Utara Tahun
2000-2035
MALE
Age
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Pada dasarnya, pergerakan jumlah penduduk laki-laki tidak terlalu jauh berbeda.
Pada hasil proyeksi penduduk laki-laki diatas tampak bahwa jumlahnya selalu meningkat
pada setiap periode waktu. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di
daerah perkotaan Suawesi Utara selama tiga puluh lima tahun mendatang terus meningkat
yaitu dari 410979 pada tahun 2000 menjadi 573143 pada tahun 2035.hal ini dapat juga
diartikan bahwa dalam kurun waktu tiga puluh lima tahun, jumlah penduduk laki-laki di
daerah perkotaan meningkat menjadi 1,3946 kali jumlah penduduk awal.
Berikut ini merupakan grafik garis yang menggambarkan trend jumlah penduduk laki-
laki di daerah perkotaan Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2000 hingga tahun 2035 :
Trend Jumlah penduduk laki-laki daerah perkotaan Provinsi
Sulaweesi Utara (2000-2035)
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
1 1
jumlah penduduk 410979 436706 461708 486974 513304 538358 558673 573143
0.6
0.55
0.4
0.2
0
2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
pertumbuhan…
Tampak pada grafik diatas, penurunan angka pertumbuhan penduduk mulai tampak
drastispada periode tahun 2015-2020 hingga periode waktu tahun 2030-2035.
Berikutnya, dengan program Fivsin, dapat diperoleh informasi mengenai beberapa ukuran
demografi yang penting, yakni yang tersaji pada tabel dibawah ini :
Tabel 15.Parameter Demografi Propinsi Sulawesi Utara Daerah Pedesaan Periode 2000-2035
(per1000)
Parameter
2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
Demografi
1 2 3 4 5 6 7 8
Birth Rate 17.1 16.4 16.5 17.1 16.9 15.7 14.4
Death Rate 4.5 5 5.5 6.2 6.9 7.8 5.5
Pop Increase 12.6 11.4 11 10.9 9.9 7.8 5.5
Berdasarkan tabel diatas, ada tiga parameter kependudukan yang dapat dikaji. Pada
tabel diatas tampak bahwa nilai birth rate untuk daerah perkotaan propinsi Sulawesi Utara
menurun dari periode ke periode, yakni 17,1 pada periode tahun 2000-2005 terus menurun
hingga mencapai nilai 14,4 atau 14 hingga 15 kelahiran per 1000 wanita per tahunnya
Keadaan sebaliknya terjadi pada death rate. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat
dimana tingkat kematian di daerah perkotaan propinsi Sulawesi Utara dari periode ke
periode cenderung meningkat. Anmun pada periode tahun 2030-2035 nilai death rate
menurun dari 7-8 kematian tiap 1000 kelahiran hidup pada periode 2025-2030 menjadi
hanya 5-6 kematian dari 1000 kelahiran hidup pada periode 2030-2035. Pada periode
terakhir tersebut, tampak bahwa tingkat kelahiran dan tingkat kematian keduanya berada
pada nilai yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tersebut telah mencapai kondisi
yang baik jika dilihat dari proses transisi demografi.
Berikut ini data hasil output program Fivsin yang digunakan sebagai dasar
penghitungan Angka ketergantungan :
Tabel 15. Angka Katergantungan penduduk daerah perkotaan Provinsi Sulawesi Utara
(2000-2035)
Berikut ini grafik yang menggambarkan trend Angka Ketergantungan dari periode ke
periode dari tahun 2000 hingga tahun 2035 :
Trend Angka Ketergantungan penduduk di daerah perkotaan
Sulawesi Utara
100.00
90.00
80.00
70.00
Axis Title
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8
. 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
DR 62.02 60.15 48.33 39.59 42.32 46.09 49.08 50.47
Tampak dari grafik diatas, anngka ketergantungan turun dari periode tahun 2000
hingga tahun 2015, namun setelah itu akan meningkat sedikit demi sedikit. Untuk tahun 2000,
rasio ketergantunganya sebesar 62.02 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap
produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 62 orang yang belum produktif dan dianggap tidak
produktif lagi. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di propinsi
Sulawesi Utara daerah perkotaan masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang
proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
2. Perdesaaan
Tabel berikut ini memuat informasi estimasi tingkat kelahiran berdasarkan kelompok umur
(ASFR) untuk penduduk daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2000 hingga tahun
2035 dengan periode waktu lima tahunan :
Tabel 9. Estimasi ASFR Menurut Kelompok Umur Wanita Usia Subur Propinsi Sulawesi Utara
daerah Pedesaan Periode 2000-2035
Periode
Kelompok Umur
2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
15-19 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064
20-24 0.138 0.138 0.138 0.138 0.138 0.138 0.138
25-29 0.177 0.177 0.177 0.177 0.177 0.177 0.177
30-34 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085
35-39 0.053 0.053 0.053 0.053 0.053 0.053 0.053
40-44 0.021 0.021 0.021 0.021 0.021 0.021 0.021
45-49 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat informasi mengenai estimasi ASFR dari Wanita Usia
Subur menurut golongan umur (15-19 tahun, 20-24 tahun, … , 45-49 tahun) dari periode 2000-2005
hingga 2030-2035. Perkembangan ASFR untuk dari periode satu ke periode selanjutnya selalu
konstan, dikarenakan asumsi yang digunakan yaitu mengenai tingkat fertilitas yang konstan dari
peride ke periodenya. ASFR naik secara berjenjang seiring dengan naiknya usia wanita dari dari
kelompok umur muda hingga pada puncaknya ASFR tertinggi ada pada kelompok uisa 25-29 tahun,
yaitu mencapai 0.177 ; yang berarti ada sekitar 177 kelahiran tiap 1000 wanita untuk periode 2000-
2035. Kemudian, di kelompok usia 30-34 tahun ASFR beranjak turun, dan mencapai titik terendahnya
pada kelompok wanita usia 45-49 tahun. Hal ini dapat dikatakan ideal, karena wanita menjelang
masa akhir reproduksinya sewajarnya sudah menghentikan keinginannya untuk menambah jumlah
anak, serta resiko terhadap fisik dan mental wanita masa akhir reproduksi ini dapat dikatakan sudah
rentan untuk hamil dan melahirkan kembali.
Tabel 10. Estimasi Ukuran-Ukuran Fertilitas Menurut Kelompok Umur Wanita Usia Subur
Propinsi Sulawesi Utara daerah Pedesaan Periode 2000-2035
Parameter Periode
Kependudukan(Fertilitas) 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
TFR 2.45 2.45 2.45 2.45 2.45 2.45 2.45
GRR 1.195 1.195 1.195 1.195 1.195 1.195 1.195
NRR 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16
Selain ASFR, program FIVSIN juga menyediakan output ukuran-ukuranfertilitas yang lain,
seperti TFR, GRR, dan NRR. TFR merupakan agregasi ASFR untuk keseluruhan wanita usia subur.
Estimasi TFR yang diperoleh adalah 2.45 untuk setiap periode.Angka 2.45 berarti rata-rata ada 2-3
bayi yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita di propinsi Sulawesi Utara daerah Pedesaan selama
masa reproduksinya. Angka ini cukup mendekati TFR ideal nasional Indonesia yang berkisar antara
2,1-2,2. Lebih lanjut, GRR merupakan rata-rata bayi perempuan yang dilahirkan hidup oleh suatu
kohor wanita, dimana bayi perempuan disini diasumsikan mengikuti pola fertilitas ibunya. Estimasi
GRR yang didapat adalah 1,195 untuk setiap periode estimasi, yang berarti ada sekitar 1195
kelahiran bayi perempuan dari 1000 wanita di propinsi Sulawesi Utara daerah Pedesaan. Sedangkan
ukuran yang lebih teliti lagi yaitu NRR, yang merupakan angka yang mencerminkan rata-rata bayi
perempuan yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita selama masa suburnya.NRR telah
memperhitungkan kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa reproduksinya,
dan asumsi yang digunakan adalah bayi perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas dan mortalitas
ibunya. Estimasi NRRyang didapat adalah 1,16 untuk setiap periode estimasinya, yang berarti rata-
rata bayi perempuan yang dilahirkan hidup oleh suatu kohor wanita dan akan tetap hidup hingga
masa reproduksinya adalah 1,16 per wanita ; atau 1160 per wanita di propinsi Sulawesi Utara daerah
pedesaan.
Output selanjutnya yang dihasilkan oleh program ini adalah output mengenasi estimasi
mortalitas penduduk Provinsi Sulawesi Utara. Tabel berikut ini memuat informasi estimasi tingkat
kematian bayi (IMR /Infant Mortality Rate) berdasarkan jenis kelamin untuk penduduk daerah
perdesaan Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2000 hingga tahun 2035 dengan periode waktu lima
tahunan :
Tabel 13. Estimasi Angka Harapan Hidup Saat Lahir Propinsi Sulawesi Utara Daerah Pedesaan
Periode 2000-2035 (West Model)
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa estimasi angka harapa hidup menunjukan
angka yang sama dari tahun ke tahun. Hal ini karena kita menggunakan asumsi bahwa level kematian
dan TFR yang tetap untuk tiap tahun, maka program FIVSIN mengeluarkan output angka estimasi
harapan hidup yang sama dari tahun ke tahun. Namun ternyata dari tabel tersebut juga menunjukan
bahwa Angka Harapan Hidup untuk perempuan lebih tinggi daripada angka harapan hidup laki-laki.
Hal ini mungkin saja dikarenakan wanita saat lahir memiliki kromosom double X, yang menjadikan
imunitas bayi perempuan saat lahir lebih kuat dibanding laki-laki. Hal ini juga mungkin berpengaruh
pada proyeksi IMR perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 18,7 untuk perempuan dan
25,87 untuk laki-laki.Ini berarti ada sekitar 18-19 kematian bayi perempuan per 1000 kelahiran hidup
tiap tahunnya.
Tabel 14. Estimasi Angka Kematian Bayi Propinsi Sulawesi Utara Daerah Pedesaan Periode 2000-
2035 (West Model)
Tabel 11. Estimasi Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Umur Propinsi Sulawesi
Utara daerah Pedesaan Periode 2000-2035
Periode
Kelompok Umur
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
0-4 1039933 63030 63054 65943 74288 79674 79697 79710
5-9 49584 103668 62869 62893 65774 74098 79470 79493
10-14 53118 49518 103529 62786 62809 65688 73800 79365
15-19 53303 53035 49440 103367 62687 62711 65584 73883
20-24 57289 53175 52907 49321 103118 62536 62559 65426
25-29 57645 57111 53009 52742 49167 102797 62341 62364
30-34 51932 57420 56888 52803 52536 48976 102397 62099
35-39 45169 51651 57109 56580 52517 52252 48711 101843
40-44 39996 44807 51236 56651 56126 52095 51833 48320
45-49 33080 39495 44245 50595 55942 55423 51443 51184
50-54 24370 32435 38726 43384 49610 54852 54344 50441
55-59 18878 23645 31471 37575 42094 48136 53222 52728
60-64 16931 17998 22543 30004 35823 40132 45891 50741
65-69 13863 15643 16629 20829 27722 33098 37080 42401
70-74 11328 12078 13629 14488 18147 24154 28838 32307
75+ 10024 14057 16744 19354 21384 25296 32017 39174
Jumlah 640328 688766 734028 779315 829744 881918 929227 971479
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil estimasi penduduk perempuan propinsi Sulawesi Utara
Daerah Pedesaan untuk periode 2000-2035, dan untuk melihat bagaimana tren perkembangannya
akan disajikan grafik berikut :
Berdasarkan grafik diatas, secara garis besar penduduk perempuan propinsi Sulawesi Utara
daerah pedesaan mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2000-2035. Hal ini sesuai
dengan teori kependudukan yang ada bahwa seiring berjalannya waktu idealnya penduduk akan
terus bertambah di suatu wilayah, diluar faktor-faktor yang mungkin berpengaruh secara nyata
dalam perkembangannya. Untuk periode pertama yaitu periode dasar, jumlah penduduk berada di
angka 640328 jiwa, kemudian naik di tahun 2005 menjadi 688766 jiwa, dan terus naik hingga periode
akhir estimasi yaitu mencapai angka 971479 jiwa di tahun 2035. Kenaikan jumlah penduduk ini harus
disikapi dengan bijak oleh pemerintah, jangan sampai karena kebijakan yang kurang tepat
menjadikan penduduk yang seharusnya merupakan agen pelaksana pembangunan dan juga tujuan
akhir yang menikmati pembangunan, justru menjadi boomerang dan masalah klasik yang tak
berujung dalam menghambat proses pembangunan.
Dengan menggunakan program FIVSIN, kita juga dapat mengetahui proyeksi penduduk laki-
laki di daerah perdesaan Propinsi Sulawesi Utara. Outpunya adalah sebagai berikut :
Table 12.Proyeksi Penduduk Laki-laki di Daerah Perdesaan Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2000-2035
MALES 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 MALES
0-4 97815 71587 71946 74030 80589 85537 86380 87086 0-4
5-9 52843 97386 71273 71631 73706 80235 85162 86001 5-9
10-14 48068 52707 97135 71089 71446 73516 80028 84942 10-14
15-19 48896 47897 52519 96790 70837 71192 73254 79744 15-19
20-24 54101 48612 47619 52214 96227 70425 70779 72829 20-24
25-29 54466 53729 48278 47292 51855 95566 69941 70292 25-29
30-34 48042 54074 53342 47930 46951 51482 94877 69437 30-34
35-39 41400 47629 53609 52883 47518 46547 51039 94061 35-39
40-44 36642 40911 47067 52976 52259 46957 45998 50437 40-44
45-49 30242 35969 40160 46203 52003 51300 46095 45153 45-49
50-54 22393 29340 34896 38963 44824 50452 49770 44720 50-54
55-59 17831 21311 27923 33211 37080 42659 48015 47366 55-59
60-64 16788 16465 19679 25784 30667 34240 39391 44337 60-64
65-69 14440 14806 14521 17355 22740 27046 30197 34741 65-69
70-74 9962 11818 12117 11884 14204 18610 22135 24714 70-74
75+ 8043 11002 13750 15277 15839 17774 21866 26354 75+
TOTAL 601972 655243 705833 755511 808744 863538 914927 962213 TOTAL
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil estimasi penduduk laki-laki propinsi Sulawesi Utara
Daerah Pedesaan untuk periode 2000-2035, dan untuk melihat bagaimana tren perkembangannya
akan disajikan grafik berikut :
Dari diagram garis diatas dapat terlihat bahwa penduduk laki-laki di daerah
perdesaan propinsi Sulawesi Utara selalu mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Hal
ini terlihat pada jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2000 sebanyak 601.972 orang dan
dengan proyeksi penduduk, pada tahun 2035 penduduk laki-laki menjadi 962.213 orang.
Namun, dari data proyeksi penduduk pada table 12 dapat diketahui bagaimana laju
pertumbuhan penduduk laki-laki propinsi Sulawesi Utara.
Dan juga parameter kependudukan lainnya seperti yang tersaji pada tabel dibawah ini :
Tabel 15.Parameter Demografi Propinsi Sulawesi Utara Daerah Pedesaan Periode 2000-2035
Parameter Periode
Kependudukan 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
BIRTH RATE 21 19.6 18.9 19.4 19.4 18.6 17.9
DEATH RATE 5.6 6.2 6.9 7.4 8.1 8.7 9.4
POP INCREASE 15.4 13.4 12.1 12 11.4 9.9 8.5
Berdasarkan tabel diatas, ada tiga parameter kependudukan yang penting untuk
dikaji. Pertama, birth rate, berdasarkan hasil proyeksi dapat dilihat dimana tingkat kelahiran
propinsi Sulawesi Utara daerah pedesaan dari periode ke periode menurun secara pasti, dari
periode 2000-2005 yang awalnya menginjak angka 21 kelahiran per 1000 wanita tiap
tahunnya, hingga pada akhirnya mencapai titik terkecil yaitu 17-18 kelahiran per 1000
wanita tiap tahunnya. Keadaan sebaliknya terjadi pada death rate.Berdasarkan hasil
proyeksi dapat dilihat dimana tingkat kematian propinsi Sulawesi Utara daerah pedesaan
dari periodee ke periode meningkat secara pasti. Terakhir, pertumbuhan penduduk yang
merupakan kunci dari parameter kependudukan mengalami penurunan secara terus
menerus dari periode 2000-2005 yang awalnya 15,4, kemudian turun kembali menjadi 13,4
di tahun 2005-2010, dan pada akhirnya turun menjadi 8.5 di periode 2030-2035.
Berikut ini data hasil output program Fivsin yang digunakan sebagai dasar
penghitungan Angka ketergantungan :
Tabel 16.Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (0-14), (15-64), dan 65+ Propinsi
Sulawesi Utara Periode 2000-2035
Kelompok Periode
Umur 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
0-14 31.17 30.9 31.18 26.25 25.75 25.78 25.8 25.36
15-64 63.71 63.26 62.39 66.54 66.02 64.96 64 63.61
65+ 5.12 5.84 6.43 7.22 8.23 9.25 10.2 11.04
Berdasarkan informasi pada tabel 15, kita dapat menelaah lebih lanjut mengenai
rasio ketergantungan penduduk propinsi Sulawesi Utara. Rumus Rasio Ketergantungan :
Untuk tahun 2000, rasio ketergantunganya sebesar 57 persen, artinya setiap 100
orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 57 orang
yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Dari indikator ini terlihat bahwa
pada tahun 2000 penduduk usia kerja di propinsi Sulawesi Utara daerah pedesaan masih
dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan
tanggung jawab terhadap penduduk tua.Kemudian di periode 2005 dan 2010 rasio
ketergantungan naik hingga mencapai angka tertinggi yakni sekitar 61 persen. Kemudian
turun drastis di tahun 2015, dimana rasio ketergantungan mencapai titik terendah yakni
sekitar 50 persen, dan terus naik kembali secara perlahan hingga pada tahun 2035 rasio
ketergantungan penduduk propinsi Sulawesi Utara daerah Pedesaan mencapai sekitar 57
persen. Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada
saat sensus 1981. Pada tahun 1981 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100
penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini
terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan
program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.