Anda di halaman 1dari 20

ENDODONTIK (PERAWATAN SALURAN AKAR)

Mahkota gigi terdiri dari lapisan keras gigi yakni email dan dentin. Kedua
lapisan keras gigi ini melindungi jaringan lunak gigi yang disebut pulpa
yang memanjang dari mahkota sampai ujung akar gigi . Jaringan lunak
pulpa terdiri dari pembuluh darah dan pembuluh syaraf yang menyuplai
makanan dan memberikan rasa pada gigi.

Perawatan saluran akar dilakukan dengan cara mengangkat jaringan pulpa


yang mengalami radang atau terinfeksi. Jaringan pulpa dapat mengalami
peradangan atau infeksi karena adanya karies (keropos) gigi yang
dalam,tambalan yang sangat dalam sehingga mengiritasi saluran pulpa,
gigi pecah/patah sampai mendekati saluran pulpa karena trauma, atau
kadang karena peradangan gusi yang sudah parah.

Kerusakan jaringan pulpa dapat ditandai dengan rasa nyeri, sensitif yang
berlangsung lama saat makan/minum panas atau dingin,diskolorasi
gigi,pembengkakan gusi. Kadangkala tanpa keluhan sama sekali. Dan bila
kondisi ini dibiarkan maka  akan menimbulkan nyeri dan bengkak serta
kerusakan tulang penyangga gigi.

KEUNTUNGAN PERAWATAN SALURAN AKAR


Apabila kerusakan sudah mencapai jaringan pulpa maka daripada harus
dilakukan pencabutan ,dokter gigi akan mempertahankan gigi dengan
melakukan perawatan saluran akar. Sesudah perawatan, gigi menjadi non
vital ( tanpa saluran pulpa), meski demikian masih ada jaringan vital
disekeliling gigi seperti gusi,jaringan penyangga gigi dan tulang. Gigi
yang telah dirawat akan tetap bisa digunakan berfungsi dan dijaga
kebersihannya seperti gigi gigi vital lainnya

BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PERAWATAN SALURAN


AKAR?
- Langkah pertama adalah pengambilan jaringan pulpa yang terinfeksi.
Kadang dilakukan anestesi,apabila  
  gigi masih vital atau rasa nyeri yang berlebihan. Pembukaan akses dari
mahkota ke ruang pulpa 
  dilakukan untuk membuang jaringan pulpa yang terinfeksi
- Dengan menggunakan instrumen khusus, saluran akar dibersihkan dan
dibentuk agar dapat ditutup 
  dengan bahan pengisi saluran akar. Kotoran di dalam saluran akar
dikelurkan dengan cara menyemprot 
  saluran dengan cairan anti bakteri.
- Saluran akar akan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
- Tambalan sesudah perawatan gigi dapat berupa resin komposit,crown
atau onlay dengan atau tanpa 
  post/pasak  tergantung dari sisa jaringan keras gigi yang tersisa agar tidak
patah/pecah saat berfungsi

Perawatan saluran akar dapat dilakukan sekali kunjungan atau lebih


tergantung dari kondisi gigi. Apabila diperlukan, selama antar
kunjungan,saluran akar akar diberi obat/medikasi untuk sterilisasi saluran
akar dan lubang ditutup dengan tambalan sementara.
Pengambilan radiograf seringkali diperlukan untuk menentukan panjang
akar dan memonitor tahap-tahap perawatan saluran akar.

APAKAH PERAWATAN TERSEBUT MENIMBULKAN RASA


SAKIT?
Prosedur perawatan saluran akar diusahakan untuk dilakukan senyaman
mungkin bagi pasien, sehingga kadang dilakukan anestesi sebelumnya.
Sesudah perawatan kadang timbul rasa sensitive untuk beberapa hari
karena peradangan yang sebelumnya telah terjadi. Rasa tidak nyaman ini
dapat diatasi dengan mengkonsumsi obat penahan sakit,misalnya
Paracetamol. Apabila rasa sakit terus berlanjut,bahkan makin parah dan
timbul pembengkakan, maka anda harus menghubungi dokter yang
merawat.

PEMELIHARAAN GIGI SESUDAH PERAWATAN SALURAN


AKAR.
Selama perawatan,hindari menggigit makanan keras di daerah gigi yang
sedang dirawat untuk menghindari gigi pecah/retak kecuali gigi dilindungi
dengan mahkota sementara.
Gigi yang telah dirawat,relatiflebih rapuh dari gigi vital,oleh karena itu
restorasi gigi yang sesuai dengan kondisi gigi harus segera dilakukan.
Pemeliharaan kebersihan gigi seperti sikat gigi dan flossing pada gigi
paska perawatan saluran akar tetap harus dilakukan untuk menghindari
infeksi ulang. Lakukan pemeriksaan berkala tiap 6 bulan secara teratur.
   
 

BAHAN PENGISI SALURAN AKAR


Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya
mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah
multiplikasi mikro-organisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan
jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai
media bakteri, danmenciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk
proses penyembuhanjaringan. Hasil pengisiansaluran akar yang kurang
baik tidak hanyadisebabkan teknik preparasi dan teknik pengisianyang
kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran
akar.
Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk
mengisi ruangan antarabahan pengisi (semi solid atau solid) dengan
dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur.
Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] merupakan bahan yang sering digunakan
dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar (Harty. FJ, 2003).
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
tindakan, yaitu :
         Pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit
         Saluran akar bersih dan kering
         Tidak terdapat nanah
         Tidak terdapat bau busuk
Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan menjadi :
           Golongan padat
Termasuk golongan padat ialah guttap silver point dan acrilic cone. Silver
point digunakan untuk saluran akar yang sempit, bulat mengecil, dan
bengkok. Kontraindikasinya gigi anterior, premolar akar tunggal, dan
molar akar tunggal yang besar.
           Golongan pasta
Bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar, mudah dimasukkan tapi
mudah keluar melalui foramen apikal, dan porus kebbocoran lebih besar.
Contoh :  pasta dengan bahan dasar ZnO, bahan dasar Ca(OH)2, dan
bahan dasar resin.
1.      ZnO. Merupakan serbuk amorf yang halus, rapuh, mudah larut dalam
asam, tidak larut dalam air/alkohol, antiseptik, dan toksisitasnya rendah.
ZnEO bersifat non toksik dan digunakan untuk perawatan pulpektomi.
2.      Ca(OH)2, bersifat :
-          Mempunyai efek bakteriostatik atau bakterisid
           Golongan semen
Bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras,
sukar dimasukkan dalam saluran akar yang sempit, mudah terdesak keluar
melalui foramen apikal, iritasi, dan sulit dikeluarkan. Contoh : oxycloride,
oxysulfate, zinc oxyfosfat, zinc oxyeugenol.
           Golongan plastis
1.      Amalgam
Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam,
yaitu suatu paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Menurut
Charbeneau dkk. (1981) amalgam pertama kali diperkenalkan oleh Taveau
pada tahun 1826 di Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan,
amalgam disebut silver amalgam, karena bagian terbesar komponennya
adalah perak. Black adalah orang yang pertama kali memperkenalkan
amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam publikasinya pada tahun
1896, komposisi alloy amalgam adalah :
-          Ag (perak) 68,50%
-          Sn (Timah putih) 25,50%
-          Au (emas) 5%
-          Zn (seng) 1%
Amalgam telah dikenal sebagai bahan pengisi retrograde sejak
lama. Dewasa ini para peneliti terus berusaha mencari alternatif bahan
pengisi retrograde selain amalgam. Tidak ada bahan pengisi retrograde
yang ideal. Amalgam sebagai bahan pengisi retrograde memiliki
Kekurangan: yaitu kebocoran marginal, korosi, kontaminasi merkuri pada
jaringan periapikal, beberapa alloy sensitif terhadap kelembaban,
memerlukan preparasi untuk undercut dan dapat mewarnai jaringan lunak
dan jaringan keras. (Heptorina, 2007).
2.  Gutta percha
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap
jaringan periradikuler dengan kombinasi semen saluran akar (siler) yang
dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon osteogenic) den
merangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk
yang mengalami dua fase yaitu: fase β dan fase α. Struktur isomer gutta
percha adalah trans-7, 4-polyisoprene, dimana memiliki struktur yang
teratur yang dapat mengalami kristalisasi sehingga tampak keras dan kaku.
Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan
memiliki sifat plastis maka gutta percha dalam pembuatannya selalu
dikombinasikan dengan wax, zinc oxide, calsium hidroxide. Untuk
mendapatkan suatu pengisian yang hermetis sangat perlu diketahui sifat-
sifat material gutta percha point (Tamba, 2010).
Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok, berbahan
dasar zinc okside eugenol, resin komposit, guttap perca, bahan adhesif
dentin, dan bahan yang ditambah obat – obatan.
1.        Zinc oxide eugenol
Semen oksida dan seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative
yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cair, dan
berguna untuk basis insulatif (penghambat). Bahan ini juga sering
digunakan untuk balutan sementara. PH-nya mendekati 7 yang
membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling sedikit
mengiritasi.
Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah
salah satukelebihan jenis semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah
kemampuan semen untukmeminimalkan kebocoran micro, dan
memberikan perlindungan terhadap pulpa. Bahan ini paling sering
digunaakan ketika merawat lesi-lesi karies yang besar.
Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol relatif lemah.
Di tahun tahun terakhir ini mulai diperkenalkan semen-semen oksida seng
eugenol yang telahdisempurnakan. Salah satu produk OSE (Oksida Seng
Eugenol) yang diperkuat dan cukup terkenal adalah produk yang
menggunakan polimer sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel bubuk
oksida seng telah “dirawat permukaan” untuk menghasilkan ikatan
partikel-partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini menghasilkan
kekuatan yang lebih besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama
digunakan sebagai bahan tambalan sementara. Sejumlah bahan lain,
seperti resin hidroginase, dapat juga dijumpai dalam beberapa produk.
Kegunaan seng oksida eugenol :
-          restorasi sementara dan menengah
-          bahan perekat/pengikat sementara dan permanen untuk restorasi

2.        Resin komposit
              Kelebihan Bahan Komposit
Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan
bahan konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya
dapat dilihat dari beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal
dan fisikal, keupayaan (reliability), kebolehprosesan dan biaya. Seperti
yang diuraikan dibawah ini :
            a. Sifat-sifat mekanikal dan fisikal
Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan
peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit.
Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit yang
mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan
konvensional seperti keluli.
-       Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding
dengan bahan konvensional. Ini memberikan implikasi yang penting
dalam konteks penggunaan karena komposit akan mempunyai kekuatan
dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional.
Implikasi kedua ialah produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai
kerut yang lebih rendah dari logam. Pengurangan berat adalah satu aspek
yang penting dalam industri pembuatan seperti automobile dan angkasa
lepas. Ini karena berhubungan dengan penghematan bahan bakar.
-       Dalam industri angkasa lepas terdapat kecendrungan untuk
menggantikan komponen yang diperbuat dari logam dengan komposit
karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan terhadap fatigue
yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.
-       Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah rintangan terhadap
kakisa yang lemah terutama produk yang kebutuhan sehari-hari.
Kecendrungan komponen logam untuk mengalami kakisan menyebabkan
biaya pembuatan yang tinggi. Bahan komposit sebaiknya mempunyai
rintangan terhadap kakisan yang baik.
-       Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility
(berdaya guna) yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang
menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan
serat yang digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat
dengan matriks untuk menghasilkan komposit hibrid.

            b. Proses pembuatan


Kebolehprosesan merupakan suatu kriteria yang penting dalam
penggunaan suatu bahan untuk menghasilkan produk. Ini karena dikaitkan
dengan produktivitas dan mutu suatu produk. Perbandingan antara
produktiviti dan kualiti adalah penting dalam konteks pemasaran produk
yang dipabrikasi. Selain dari itu kebolehprosesan juga dikaitkan dengan
keberbagai teknik fabrikasi yang dapat digunakan untuk memproses suatu
produk.
Adalah jelas bahwa bahan komposit dibolehprosesan dengan
berbagai teknik fabrikasi yang merupakan daya tarik yang dapat membuka
ruang luas bagi penggunaan bahan komposit. Contohnya untuk komposit
termoplastik yang mempunyai kelebihan dari segi pemrosesan yaitu ianya
dapat diproses dengan berbagai teknik fabrikasi yang umum yang
biasadigunakan untuk memproses termoplastik tanpa serat (Hendri
Ginting, 2002).
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal
dimana merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang
bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda
terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit
terdiri dari suatu bahan utama (matrik – matrix) dan suatu jenis penguatan
(reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan
kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre, fiber).
Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat
dibagi kedalam tiga kelompok utama :
-          Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
-          Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
-          Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
-           
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut,
Polimer Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or
Plastics) – bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai
matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar)
sebagai penguatannya.
Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan
suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan
serat seperti silikon karbida.
Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini
menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek,
atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida atau
boron nitrida
Komposit Matrik Polimer
Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan
penggunaan dalam manufaktur strukturnya, dikarenakan sifat-sifat
mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh sebagian besar
logam. Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang
diinginkan, sebagian besar khususnya kemampuan untuk dibentuk dengan
mudah kedalam bentuk yang rumit.
Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik
dan kekuatan tekan yang luar biasa tinggi tetapi dalam ‘bentuk padat’
sifat-sifat ini tidak muncul. Hal ini berkenaan dengan kenyataan ketika
ditegangkan, serabut retak permukaan setiap bahan menjadi retak dan
gagal dibawah titik tegangan patah teoritisnya. Untuk mengatasi
permasalahan ini, bahan diproduksi dalam bentuk serat, sehingga,
meskipun dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut retak
tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat dengan memperlihatkan sisa
kekuatan teoritis bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan
lebih akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat
hanya memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang serat,
seperti halnya serat dalam suatu tali.
Jika sistem resin dikombinasikan dengan serat penguat seperti
kaca, karbon dan aramid, sifat-sifat yang luarbiasa dapat diperoleh. Matrik
resin menyebarkan beban yang dikenakan terhadap komposit antara setiap
individu serat dan juga melindungi serat dari kerusakan karena abrasi dan
benturan. Kekuatan dan kekakuan yang tinggi, memudahkan pencetakan
bentuk yang rumit, ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi dengan
berat jenis rendah, membuat kesimpulan komposite lebih superior
terhadap logam dalam banyak aplikasi.
Bila Komposit Matrik Polimer mengabungkan sistem resin dan
serat penguat, sifat-sifat yang dihasilkan bahan komposit akan
memadukan beberapa hal sifat-sifat yang dimiliki oleh resin dan yang
dimiliki oleh serat.
Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh :
-          Sifat-sifat serat
-          Sifat-sifat resin
-          Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat –
Fibre Volume Fraction)
-          Geometri dan orientasi serat pada komposit
Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama ketika struktur
tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa orang yang membuat struktur
menciptakan sifat-sifat bahan komposit yang dihasilkan, dan juga proses
manufaktur yang digunakan biadanya merupakan bagian yang kritikal
yang berperanan menentukan kinerja struktur yang dihasilkan.
Pembebanan
Terdapat empat beban langsung utama dimana setiap bahan dalam suatu
struktur harus menahannya: tarik, tekan, geser/lintang dan lentur
Tarik
Gambar dibawah memperlihatkan beban tarik yang diterapkan pada suatu
komposit. Reaksi komposit terhadap beban tarik sangat tergantung pada
sifat kekakuan dan kekuatan tarik dari serat penguat, dimana jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan resinnya.
Tekan
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dibawah beban
tekan. Disini sifat daya rekat dan kekakuan dari sistem resin adalah
penting, sebagaimana resin menjaga serat sebagai kolom lurus dan
menjaganya dari tekukan (buckling)
Geser/Lintang
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dikenakan beban
geser. Beban ini mencoba untuk meluncurkan setiap lapisan seratnya.
Dibawah beban geser resin memainkan peranan utama, memindahkan
tegangan melintang komposit. Untuk membuat komposit tahan terhadap
beban geser, unsur resin harus tidak hanya mempunyai sifat-sifat mekanis
yang baik tetapi juga daya rekat yang tinggi terhadap serat penguat.
Lenturan
Beban lentursebetulnya merupakan kombinasi beban tarik, tekan dan
geser. Ketika beban seperti diperlihatkan, bagian atas terjadi tekan, bagian
bawah terjadi tarik dan bagian tengah lapisan terjadi geser.
Sistem-sistem Resin
Apapun sistem resin yang digunakan dalam bahan komposit akan
memerlukan sifat-sifat berikut :
-          Sifat-sifat mekanis yang bagus
-          Sifat-sifat daya rekat yang bagus
-          Sifat-sifat ketangguhan yang bagus
-          Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus
Sifat-sifat Mekanis Sistem Resin
Gambar dibawah memperlihatkan kurva tegangan/regangan untuk
suatu sistem resin ideal. Kurva untuk resin menunjukkan kekuatan puncak
tinggi, kekakuan tinggi (ditunjukkan dengan kemiringan awal) dan
regangan tinggi terhadap kegagalan. Hal ini berarti bahwa resin pada
awalnya kaku tetapi pada waktu yang sama tidak akan mengalami
kegagalan getas.

Seharusnya dicatat dimana ketika suatu komposit di bebani tarik,


untuk mencapai sifat-sifat mekanis yang optimal dari komponen serat,
resin harus mampu berubah panjang paling tidak sama dengan serat.
Gambar dibawah ini memberikan regangan terhadap kegagalan yang
dimiliki untuk serat kaca-E, serat kaca-S, serat aramid, dan serat karbon
berkekuatan tinggi (yaitu bukan dalam bentuk komposit). Disini terlihat,
sebagai contoh, serat kaca-S dengan perpanjangan 5,3%, akan
membutuhkan resin dengan perpanjangan paling tidak sama dengan nilai
tersebut untuk mencapai sifat tarik yang maksimum.

Sifat-sifat Daya rekat Sistem Resin


Daya rekat yang tinggi antara resin dan serat penguat diperlukan
untuk apapun jenis sistem resin. Hal ini akan menjamin bahwa beban
dipindahkan secara efisiensi dan akan menjaga pecahnya atau lepasnya
ikatan serat dan resin ketika ditegangkan.
Sifat Ketangguhan Sistem Resin
Ketangguhan adalah suatu ukuran dari ketahanan bahan terhadap
propaganda retak, tetapi dalam komposit hal ini akan susah untuk diukur
secara akurat. Bagaimanapun juga, kurva tegangan dan regangan yang
dimiliki sistem resin menyediakan beberapa indikasi ketangguhan bahan.
Sistem resin dengan regangan terhadap kegagalan yang rendah akan
cenderung menciptakan komposit yang getas, dimana retak dapat mudah
terjadi.
Sifat terhadap Lingkungan Sistem Resin
Ketahanan terhadap lingkungan, air dan substansi agresif lain yang
bagus, bersama-sama dengan kemampuan untuk bertahan terhadap siklus
tegangan konstan, adalah sifat yang paling esensi untuk apapun jenis
sistem resin. Sifat-sifat ini secara khusus penting untuk penggunaan pada
lingkungan laut.
3. Guttap perca
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran
gigi telah terbukti bahwa gutta percha point menipakan bahan yang paling
ideal dan sering digunakan sebagai bahan pengisian saJuran akar.
Gutta percha merupakan lateks koagulasi dari cairan getah murni
yang dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat
dipadatkan, terdapat di semenanjung Malaysia dan pulau-pulau sekitarya
serta pada daerah tropis yang pertama sekali dijumpai oleh Isonandra
Gutta.
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap
jaringan periradikular dengan kombinasi semen saluran akar (siler) yang
dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon osteogenic) dan
tnerangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk
yang dapat mengalami dua fase (fase beta/ {3 dan fase a/fa/ a). Struktur
isomer gutta percha adalah trans -7, 4- poiy isoprene, dimana memiliki
struktur yang teratur yang dapat mengalami kritalisasi sehingga tampak
keras dan kaku.
Gutta percha dapat digunakan bersama dengan pelarut organik
misalnya chloroform dan xylohencalyptol yaitu guttapercha solvents yang
dikenal dengan nama chloropercha atau eupercha. Untuk mendapatkan
kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan memiiiki sifat plastis
maka gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan dengan
wax, zinc oxide, calcium hidroxide. Untuk mendapatkan suatu pengisian
yang hermetis sangat perlu diketahui sifat-sifat material gutta percha point.
Pada perawatan saluran akar dengan memakai gutta percha point
mempunyai tujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin sesuai
dengan anatomi saluran akar gigi di dalam rongga mulut dan dapat
memadat dengan baik. Gutta percha point sebagai material yang
popularitas dan keunggulannya sudah teruji masih memiliki kerugian.
Oleh karena itu sangat diperiukan keteiitian dalam menggunakan gutta
percha point sebagai bahan pengisian saluran akar.
Pada guttaercha, dilakukan beberapa teknik untuk emmasukkannya
ke dalam saluran akar. Yaitu. kondensasi lateral dan kondensasi vertical.
Kondensasi lateral bahan pengisian gutta percha adalah teknik pengisian
yang paling sering diajarkan dan dipraktekkan, serta merupakan prosedur
standar dibandingkan dengan semua teknik lain yang dievaluasi. Untuk
mendapatkan hasil perawatan endodontik yang optimal, saluran akar harus
seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada bagian sepertiga
apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutaperca yang
dikombinasikan dengan siler saluran akar dengan teknik kondensasi lateral
akan memberikan penutupan apikal yang baik. Penggunaan siler bertujuan
menyempurnakan obturasi karena siler berfungsi sebagai perekat dan
pengisi celah antara bahan pengisi dan dinding
saluran akar, serta mengisi saluran-saluran lateral dan saluran-saluran
tambahan.Adapun merek-merek guttap yang sering dipergunakan yakni
ProTaper Gutta percha point [P-LC], ProTaper [P] dan warm [P-OE]
Gutta percha point, Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas).

4. Bahan adhesif dentin


Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30
tahun terakhir. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi
resin komposit lebih dapat diandalkan dan bertahan lebih lama. Sistem
adhesif yang lebih baru menghasilkan kekuatan perlekatan yang tinggi
pada dentin yang lembab dan kering, dengan pembuangan smear
layersecara keseluruhan ataupun sebagian. Akan tetapi, kekuatan
perlekatan dapat bervariasi tergantung pada kelembaban intrinsik dentin,
daerah yang dietsa, dan bahan adhesifnya.
Kata adhesif berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti
melekatkan. Secara terminologi, adhesi adalah suatu proses interaksi zat
padat maupun cair dari suatu bahan (adhesive atau adherent) dengan
bahan yang lain (adherend) pada sebuah interface. Dental
adhesion biasanya disebut juga dengan dental bonding. Kebanyakan
keadaan yang berhubungan dengan dental adhesion akan
melibatkan adhesive joint.Adhesive joint  adalah hasil interaksi lapisan
bahan intermediet (adhesiveatau adherent) dengan dua permukaan
(adherend) menghasilkan dua buahadhesive interface. Enamel bonding
agent yang melekat di antara enamel yang dietsa dan bahan resin
komposit, merupakan dental adhesive jointyang klasik.

Gambar 1. Skema adhesi dan adhesive joint dental

Perlekatan yang kuat bahan tumpatan pada dentin sulit didapatkan


bila dibandingkan ke permukaan enamel meskipun telah dilakukan
pengetsaan asam. Hal ini disebabkan adanya komponen tertentu yang
dimiliki dentin seperti struktur tubulus dentin, kelembaban intrinsik dentin
dan bersifat lebih hidrofilik dibanding enamel. Beberapa faktor yang
memberikan pengaruh pada perlekatan dentin antara lain komposisi dari
dentin (dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen 18% dan
hidroksiapatit 70%), adanya cairan di dalam tubulus dentin,
prosesusodontoblast  yang terdapat pada tubulus dentin, jumlah dan lokasi
dari tubulus dentin, serta keberadaan smear layer. Smear layer tersebut
dapat menutup tubulus dentin dan berperan sebagai barrier difusi
sehingga mengurangi permeabilitas dentin
Permukaan dentin yang telah dietsa dapat dikeringkan dengan dua
cara yaitu teknik wet-bonding dan dry-bonding. Teknik wet-bonding yaitu
permukaan dentin dikeringkan dengan cara blotting sehingga permukaan
dentin dalam kondisi lembab. Teknik dry-bonding yaitu permukaan dentin
dikeringkan dengan semprotan udara yang menghasilkan permukaan
dentin yang benar-benar kering.
Teknik ”wet-bonding” mencegah perubahan yang timbul
(kolapsnya kolagen) saat pengeringan dentin yang terdemineralisasi.
Penggunaan bahan adhesif pada dentin yang lembab dimungkinkan oleh
penggabungan solvent  organik aseton atau etanol dalam primer atau
adhesif. Karena solvent  dapat menggantikan air dari permukaan dentin
dan kolagen yang lembab, hal tersebut mendukung infiltrasi monomer
resin ke dalam kolagen. Teknik ”wet-bonding” meningkatkan kekuatan
perlekatan karena air mempertahankan porositas kolagen untuk difusi
monomer.Penelitian in vitro yang telah dilakukan menyebutkan bahwa
kondisi dentin yang basah dapat memberi pengaruh buruk dan dapat
mengurangi kekuatan perlekatan bahan adhesif pada dentin, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Kanca menunjukkan kekuatan perlekatan
bahan adhesif dengan pelarut aseton secara signifikan lebih tinggi pada
permukaan dentin yang basah daripada permukaan dentin yang kering.
Tay et almenyebutkan bahwa bahan adhesif yang
menggunakan primer berpelarut air pada permukaan dentin yang basah
akan menimbulkan fenomena ”over-wet”.
Banyak praktisi masih mengeringkan gigi yang telah dietsa untuk
memeriksa enamel yang teretsa. Karena tidak mungkin mengeringkan
enamel tanpa mengeringkan dentin, kolagen dentin kolaps selama
pengeringan udara, menyebabkan penutupan celah mikro dalam
kolagen.9 Jika dilakukan pengeringan udara pada dentin yang
demineralisasi maka dapat mengakibatkan kolapsnya kolagen dan
mencegah infiltrasi resin.14 Adanya air dalam komposisi beberapa bahan
adhesif dapat membasahkan serat kolagen sehingga membuka celah untuk
infiltrasi resin primer. Oleh karena itu, adanyasolvent organik dan air
dapat menjadi dasar untuk infiltrasi beberapa adhesif ke dalam dentin yang
terdemineralisasi.
Kanca cit. Yesilyurt membagi sistem adhesif menjadi dua jenis
ditinjau dari tekniknya, yaitu sistem total-etching dan sistem self-
etching.19Van Merbeek B et al. cit. Purnama Dewi membagi bahan
adhesif berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasi klinisnya
yaitu total-etching three-step adhesive (generasi keempat), total-etching
two-step adhesive (generasi kelima), self-etching two-step
adhesive  (generasi keenam) dan self-etching one-step adhesive (generasi
ketujuh).10Perbedaan dari generasi-generasi bahan adhesif yang telah ada
terletak pada perlakuan yang diberikan terhadap smear layer.
Self-etching telah diperkenalkan untuk mengurangi sensitivitas
teknik dengan menyederhanakan langkah bonding, yaitu menggabungkan
langkah conditioning dengan langkah infiltrasi monomer hidrofilik
(priming). Demineralisasi jaringan keras gigi terbatas pada daerah
infiltrasi monomer. Monomer self-etching  yang lemah dengan pH 2
atau self-etching  yang kuat dengan pH 0.8 sudah tersedia saat ini.
Beberapa produk mengandung semua substansi yang digunakan untuk
adhesi dalam satu kemasan (one-bottle system).
Sistem adhesif generasi ke-7 menggunakan sistem self-
etchingsebagai karakteristik utamanya, yaitu sistem one-step self-etching.
Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one adhesive system, ketiga
langkah etsa, priming, dan bonding resin telah digabung, dalam satu
kemasan dengan air, etanol atau aseton. Aplikasi dari
asam primer menyebabkan demineralisasi dentin dan penetrasi
adhesif. Air dan monomer hidrofilik merupakan komponen penting yang
akan menghasilkan ion hidrogen yang diperlukan untuk melarutkan dan
mendemineralisasi gigi. Etanol dan/atau aseton juga mendukung kelarutan
monomer resin.
Untuk mendapatkan perlekatan ke dentin yang stabil, sistem
adhesif self-etchharus berpenetrasi melewati smear layer ke dalam dentin.
Sistem adhesif one-step self-etching mengandalkan demineralisasi
sebagian dari permukaan dentin oleh monomer asam untuk
menghilangkan smear layer serta mengekspos serat kolagen untuk
penetrasi monomer resin. Efek pengetsaan sistem adhesif one-step self-
etching berhubungan dengan interaksi monomer fungsional asam dengan
komponen mineral substrat gigi, dan membentuk kesatuan antara
permukaan gigi dan adhesif oleh demineralisasi yang simultan dan
penetrasi resin. Sistem adhesif one-step self-etching harus mengandung air
serta monomer hidrofilik yang larut terhadap air seperti 2-hidroksietil
metakrilat (HEMA), sehingga monomer asam dapat penetrasi ke dalam
dentin yang hidrofilik. Kedalaman demineralisasi selama aplikasi adhesif
tergantung pada tipe monomer asam, konsentrasinya, dan lamanya aplikasi
serta komposisi dentin.

              Gambar 2. Bonding resin pada dentin dengan teknik self-etc

Sistem adhesif one-step self-etching adalah alternatif sistem


adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan
dengan mudah dan dirancang untuk digunakan pada dentin yang kering.
Walaupun tidak bisa mendapatkan dentin yang kering, permukaan dentin
dapat dikeringkan setelah preparasi kavitas.
Tujuan aplikasi bahan adhesif one-step self-etching adalah untuk
memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah
yang dibutuhkan dalam prosedur bahan adhesif. Keuntungan lain dari
sistem adhesifone-step self-etching yaitu sistem adhesif ini tidak teretsa
terlalu jauh ke dalam dentin di bawah smear layer. Pada sistem ini, smear
layer tidak disingkirkan sehingga sensitivitas post-operative, yang
disebabkan infiltrasi resin yang tidak sempurna pada tubulus dentin, dapat
dikurangi. Secara klinis, sistem one-step self-etching ini tidak hanya
mengurangi jumlah tahap aplikasi, tetapi juga menghilangkan beberapa
sensitivitas teknik dari sistem total-etching. Meskipun
lapisan hybrid dangkal, kekuatan perlekatan resin ke dentin sangat tinggi.
Pada umumnya sistem adhesif one-step self-etching atau
sistem all-in-onememiliki kemampuan perlekatan yang lebih lemah
dibandingkan sistem adhesif lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor.
Pertama, asam, monomer hidrofilik dan hidrofobik, solvent organik, dan
air digabung bersama dalam satu atau dua botol ini mempengaruhi fungsi
dan efisiensi komponen ini menjadi buruk. Kedua,
konsentrasi solvent yang tinggi. Ketiga, kadar air yang tinggi dan
viskositas yang rendah menyebabkan lapisan adhesif yang tebal
selama light cured. Keempat, kemungkinan beberapa solvent yang tersisa
(air), mengganggu polimerisasi resin. Kelima, sifat hidrofilik yang tinggi
setelah polimerisasi, membuatnya berperan seperti membran yang
permeabel.
Pada sistem adhesif one-step self-etching, solvent dan monomer
fungsional biasanya 50% dari adhesif. Maka konsentrasi monomer
hidrofobik cross-linking berkurang drastis. Oleh karena kekuatan mekanis
bahan adhesif diberikan oleh polimerisasi monomer cross-linking,
monomer hidrofobik yang lebih sedikit terdapat pada permukaan gigi
setelah aplikasi bahan adhesif ini mengganggu kekuatan perlekatan.
Tokuyama Bond Force memiliki pH sebesar 2,3 sehingga
dikelompokkan sebagai self-etch yang ringan. Kemampuan self-etch yang
lebih ringan untuk bereaksi secara kimia dengan kristal hidroksiapatit di
dalam smear layer yang terdemineralisasi sebagian dapat
dipertimbangkan. Di samping itu, monomer self-reinforcing Bond
Force diperlukan untuk memberikan lapisan adhesif yang lebih kuat yang
dapat menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi (Parulina
Tamba, 2010).
Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang
ideal, tetapi paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu :
 Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
 Harus dapat menutup saluran lateral atau apikal
 Tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan ke dalam saluran akar
gigi
 Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban
 Bakteriostatik
 Radiopaque
 Tidak mewarnai struktur gigi
 Tidak mengiritasi jaringan apikal
 Steril atau dapat dengan mudah disterilkan
 Tidak larut dalam cairan jaringan
  Bukan penghantar panas
 Pada waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi
solid dan sesudahnya menjadi keras (Ray. H. Seltzer, 2005)

Salah satu bahan pengisi saluran tersebut adalah glass ionomer


cement. Glass ionomer cement mempunyai biokompatibilitas, melepaskan
flourida secara long acting, melekat baik pada lapisan dentin. Karena sifat
– sifat glass ionomer cement tersebut beberapa peneliti menganjurkan
untuk pemakaian endodontik sealer. Glass ionomer cement terbukti lebih
efektif dari pada zinc okside eugenol untuk mencegah kebocoran secara in
vitro, tapi bila ditanam dalam tulang menyebabkan terjadinya peradangan
dan bahan dapat ditolerir cukup baik (Ray.H. Seltzer, 2004).
Mekanisme kerja sebelum pengisian saluran akar, dilakukan
preparasisaluran akar. Preparasi saluran akar biomekanikal dalam
perawatan endodonti bertujuan untuk membersihkan dan
membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang hermetis
dengan bahan dan teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran
akar tidak dilakukan, maka perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena
itu, preparasi saluran akar biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin,
sesuai dengan bentuk saluran akar.  Dengan adanya bentuk gigi yang
berbeda, anatomi rongga pulpa dari setiap gigi juga tidak sama, sehingga
teknik preparasi saluran akar pada gigi yang satu akan berbeda dengan
gigi yang lain. Jadi dalam melakukan preparasi saluran akar pada gigi
yang mempunyai bentuk anatomi saluran yang berbeda, diperlukan
beberapa teknik preparasi saluran akaryang sesuai yaitu: teknik preparasi
konvensional, telescope, flaring, step-back.
Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir,
terutama sebelum pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan
meletakkan ujung spuit pada dinding saluran akar. Pengeringan
menyeluruh dapat dilakukan dengan  menggunakan paper point yang tediri
dari berbagai macam ukuran. Secara klinis perlu disadari bahwa paper
point bekerja seperti kertas penyerap dan harus diberi waktu dalam saluran
akar agar dapat bekerja efektif. Paper point dapat dipegang dengan pinset
dan diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga ujungnya tidak terdorong
secara tidak sengaja melalui foramen apikal. Paper point dimasukkan
secara perlahan sehingga mengurangi terdorongnya cairan irigasi ke dalam
jaringan apikal. Kecelakaan seperti ini dapat menyebabkan pasien merasa
sakit pada terapi endodontic. Saluran akar segera diisi setelah
pengeringan.
 Pada kasus pulpektomi vital, pengisian saluran segera dilakukan
setelah preparasi dan pembersihan, hal ini dapat mengurangi resiko
kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan untuk perawatan dan
menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Ada berbagai macam
teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi teknik sementasi
cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil penelitian
belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun memang
ada beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari
yang lain. (Trimurni & Darwis aswal, 2004)

Bahan Pengisi Saluran Akar


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap
tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam socket. Karena itu
sebaiknya seorang klinisi (Dokter Gigi, red) harus mengetahui prinsip-
prinsip ilmu endodontik secara benar yaitu pengetahuan mendiagnosis,
cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan sisa
jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam
mulut dan menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan
dalam soketnya sehingga dapat memperlambat resorbsi tulang alveolar
gigi terkait. Keuntungan secara psikologis yang diperoleh adalah gigi
dapat bertahan secara alamiah. Pasien tetap memiliki gigi asli dalam
kedaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat
dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan. 
Dalam setiap melakukan perawatan endodontik, prinsip prinsip perawatan
endodontik harus selalu diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung
saluran akar, pembersihan dan pembentukan saluran akar, pengisian
saluran akar, dan pembuatan restorasi (penambalan, pembuatan onlay atau
mahkota) yang benar, sehingga didapatkan jaringan periodondal yang
sehat. 
Umumnya kualitas restorasi sangat bergantung pada tiga faktor, yaitu
klinisi/Dokter Gigi, bahan restorasi, Laboratorium Gigi, dan pasien. Tetapi
dari keempat faktor penyebab kegagalan tersebut, yang sangat memegang
peranan adalah faktor klinisi/Dokter Gigi tersebut. Sedang bahan restorasi
adalah faktor terakhir kegagalan restorasi (penambalan, pembuatan onlay
atau mahkota).

B. TUJUAN
1. Dapat mengetahui bahan – bahan pengisi saluran akar
2. Dapat mengetahui indikasi bahan – bahan pengisi saluran akar
3. Dapat mengetahui komposisi bahan – bahan pengisi saluran akar

C. MANFAAT
1. Dapat membedakan jenis bahan pengisi saluran akar
2. Dapat mengetahui fungsi bahan dan proses pengisian bahan pada
saluran akar

PEMBAHASAN

D. IDENTIFIKASI BAHAN
Bahan – bahan pengisi saluran akar hendaknya mempunyai beberapa
syarat sebagai berikut ;
1. Tidak mengiritasi pulpa
2. Tidak mengiritasi jaringan periodonsium
3. Tidak mengiritasi gingival 
4. Tidak mengiritasi mucosa
5. Mudah dimasukan pada ruang pulpa
6. Dapat menutup saluran pulpa
7. Tidak boleh menyusut pada saluran pulpa
8. Tidak dapat ditembus air
9. Bakteriostatik

E. Macam – macam bahan pengisi pulpa


1. Gutta perca
2. Cresophate
3. N2
4. Endometason
5. Putridomors
6. Triplex pasta
7. Triopasta gysi
8. Triodin
9. Trioxy
10. Cemen ZOE
11. Calcium hydroxide

F. ANALISIS BAHAN

1. Gutta Perca
Sifat fisik : batang berwarna jingga
Komposisi : cairan getah murni
Indikasi : - bahan pengisi saluran akar
- mempertahankan gigi selama mungkin
Sifat : plastis, keras dan kaku 
Kemasan : botol kecil
Cara penyimpanan : simpan di tempat tertutup

2. Cresophate
Sifat fisis : berwarna putih
Komposisi : 
a. Parachlorophenol 7.36 gram
b. Champor 11.75 gram
c. Dry zinc sulfate 10.00 gram
d. Excipient q.s.ad 100.00 gram
Indikasi :
a. Bahan pengisi untuk perawatan saluran akar
b. Antiseptic untuk saluran gigi dan dindingnya.

Kontra indikasi :
Pada penggunaan cresophate sebagai bahan pengisi saluran akar gigi tidak
boleh dilakukan dalam keadaan gigi yang lembab atau basah karena dapat
mengganggu proses pemasukan bahan yang bias berakibat gagal
perawatan saluran akar gigi. Dan dapat membuat daya tahan dentin
menurun sehingga bakteri akan mudah masuk ke dalam pulpa.
Cara penyimpanan : 
Wadah harus tertutup rapat di ruang bersuhu 5 Celcius dan terlindung dari
paparan sinar matahari langsung.

3. N2
Sifat fisik :
a. Powder : bubuk halus warna merah muda berbau cengkeh ( menyengat )
bermassa 7 gram
b. Liquid : bening warna merah tak ada endapan.
Komposisi : 
a. Paraformaldehyde
b. Bismuts salts
c. Zinc oxide
d. Eugenol
e. Rose oil

Indikasi : 
a. Perawatan saluran akar gigi, baik yang masih vital maupun gigi yang
gangrene.
b. Menstimulasi penyembuhan granuloma pada sekitar apexs.
c. Haeomoragie pada pulpa akibat penggunaan instrument.

Kontra indikasi :
a. Diagnosisi pasti belum ditegakan.
b. Pada gigi vital tidak boleh mengenai region apical.
c. Tidak boleh digunakan untuk pengobatan endodontic karena bacterial
N2 hanya sebentar dan kira – kira 10 hari akan hilang.

Efek samping :
a. Iritasi pada jaringan disekitar apex oleh N2 pada gigi yang masih vital
jika ada diperforasi apex.
b. Dapat timbul nyeri setelah pengisian saluran akar gigi.

Cara penyimpanan :
Bahan disimpan dalam wadah tertutup, di tempat yang kering dalam
ruangan yang sejuk dan terhindar dari paparan sinar matahari secara
langsung.

Anda mungkin juga menyukai