Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DIABETES MELITUS DISERTAI GANGRENE DENGAN KERUSAKAN
INTEGRITAS JARINGAN
Diabetes Melitus (DM) dengan gangren merupakan salah satu penyakit
yang paling ditakuti oleh orang-orang dewasa. Dari data rekam medik RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto total pasien yang dirawat di ruang
Hayam Wuruk untuk pasien Diabetes Mellitus pada tahun 2018 berjumlah 96
kasus atau dengan presentase masalahnya 11,52 % kasus Diabetes Mellitus
disertai gangrene.Oleh karena itu, dengan melakukan penelitian Diabetes Mellitus
dengan kerusakan integritas jaringan (luka gangrene) dengan tujuan memperoleh
informasi baru dan sebagai bahan perbandingan serta referensi bagi
perkembangan ilmu keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Berdasarkan data yg
diproleh dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam perencanaan
antara teori dengan yang dilakukan peneliti. Namun terdapat perbedaan kriteria
hasil yang dicapai dan pemberian hari perawatan luka yang diberikan kepada
kedua klien. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pada kondisi luka.Diharapkan
kepada pelayanan kesehatan untuk lebih mempertahankan penanganan sehingga
kualitas pelayanan tetap terjaga dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi
serta meningkatkan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang DM gangren,
sehingga keluarga menjadi lebih kooperatif terhadap terapi yang diberikandan
dapat menanggulangi secara dini kejadian diabetes mellitus.

Kata Kunci : DM Gangren, Kerusakan Integritas Jaringan

1
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis mempunyai julukan “The silent

killer” atau pembunuh manusia secara diam-diam dan menyebabkan kerusakan

vaskuler sebelum penyakit terdeteksi. ( Helmanu & Ulfa, 2015). Diabetes

Mellitus juga dikaitkan dengan peningkatan insiden penyakit neuropati, seperti

penyakit luka diabetes atau gangren dan gangren ini akan mengakibatkan

kerusakan integritas jaringan apabila tidak ditangani dengan baik. Kerusakan

integritas jaringan adalah keadaan dimana individu mengalami kerusakan

intergumen, membran mukosa, corneal, jaringan pembungkus atau jaringan

subkutan. Batasan minor mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi

(primer,sekunder) pruritus (Doenges,2014).

Penderita Diabetes Melitus perlu penanganan tenaga kesehatan karena

berbagai masalah keperawatan dapat muncul seperti kurang nutrisi, kerusakan

integritas jaringan, nyeri, resiko penyebaran infeksi,dan ulkus diabetik. Salah satu

masalah keperawatan yang perlu penanganan khusus yaitu terjadinya kerusakan

integritas jaringan, jika kematian jaringan semakin melebar akan memicu

timbulnya ulkus diabetik.

Menurut WHO (World Health Organization) penderita Diabetes Mellitus

mencapai 171,2 juta orang pada tahun 2015 dan pada tahun 2030 diperkirakan

366,2 juta orang atau naik sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun.

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan adanya peningkatan jumlah

2
penyandang Diabetes Mellitus sebanyak 2-3 kali lipat pada tahaun 2030.

Berdasarkan data yang di dapatkan dari dinas kesehatan provinsi jawa timur

(2015) terdapat 10 juta orang penderita diabetes, dan 17,9 juta orang yang

beresiko menderita penyakit ini. Sementata provinsi jawa timur masuk 10 besar

prevalensi penderita diabetes se-indonesia atau menempati urutan ke sembilan

dengan prevalensi 6,8% (Depkes jatim 2015).

Data rekam medik RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto total

pasien yang dirawat di Ruang Hayam Wuruk untuk Pasien Diabetes Mellitus

disertai Gangren dengan Kerusakan Integritas Jaringan di data dari Januari 2018

sampai Desember 2018 berjumlah 96 orang. Sehingga dari jumlah pasien yang

diperoleh penulis maka kasus Diabetes Mellitus disertai Gangren termasuk salah

satu penyakit tertinggi di Ruangan Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudiro

Husodo Mojokerto.

Komplikasi Diabetes Mellitus salah satunya mikroangiopati,

mikromiopati, dan mikroartropati yaitu masalah (lesi) spesifik Diabetes Mellitus

pada pembuluh darah mikro, kapiler, serta otot-otot saraf serta kulit. Penyebab

Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu terjadinya kerusakan pada pankreas atau

ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan insulin atau kualitas insulin yang

dihasilkan sangat jelek sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan

menyebabkan glukosa dalam darah meningkat. Hiperglikemia jangka panjang

yang dapat menyebabkan komplikasi Makrovaskuler kronik (Penyakit jantung,

Stroke dan Ekstermitas) pada ekstermitas yaitu terjadinya ulkus diabetik atau

3
gangren dan dapat menyebabkan Gangguan integritas jaringan bila tidak ditangani

dengan baik.

Apabila keadaan ini tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi akut

maupun kronik. Gangren misalnya, gangren ini diawali adanya hiperglikemia

pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali dan menyebabkan kelainan

pada pembuluh darah neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan

autonomik akan mengakibabtkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang

kemudian menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

selanjutnya akan mempermudah terjadinya gangren dan apabila tidak ditangani

dengan baik maka akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Kerusakan integritas

jaringan yang tidak dirawat dengan baik akan mengalami kecacatan atau kelainan

pada kulit ( Dian dan Dewi, 2015).

Bersarkan uraian diatas maka penanganan dapat dilakukan dengan 4 Pillar

penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu: edukasi, terapi nutrisi medis (TNM),

aktivitas fisik, terapi farmakologis (Amin & Hardhi, 2016). Upaya pencegahan

terjadinya resiko kerusakan integritas jaringan antara lain bertujuan untuk

mengetahui adanya kelainan pada integritas jaringan secara dini, contohnya:

Penggunaan lotion pada bagian kulit yang kering, menghindari kerutan pada

tempat tidur pasien tujuannya adalah menghindari timbulnya goresan atau lesi

baru di bagian tubuh pasien, monitor kulit akan adanya kemerahan (tanda-tanda

kerusakan integritas jaringan), monitor status nutrisi pasien dan lain sebagainya.

4
2. Kasus /Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Diabetes Mellitus

Disertai Gangren Dengan Kerusakan integritas jaringan di Ruang Hayam Wuruk RSU

Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto?.

5
TINJAUAN PUSTAKA

3. Konsep Diabetes Mellitus

3.1.1 Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat,lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin

atau penurunan sensifitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi

kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. ( Elin, 2009).

Kencing manis juga sering disbut sebagai the great imitator,karena penyakit

ini bisa merabah keseluruh organ tubuh manusia dan menimbulkan berbagai

dampak yang sangat serius. Dampak yang ditimbulkan terkadang tidak

memberikan gejala klinis yang bisa segera diketahui oleh penderita, bisa dalam

waktu yang lama. Penderita baru menyadari kalau telah menderita kencing manis

setelah diadakan pemeriksaan kadar gula darah (Hartini, 2009)

3.1.2 Etiologi

Banyak hal yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit kencing manis

atau diabetes mellitus. Menurut Amin & Hardhi, 2016 penyebab diabetes

mellitus yaitu :

6
a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pancreas yang disebabkan oleh:

1) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,

tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes mellitus tipe 1.

2) Faktor imunnologi (autoimun)

3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Disebabkan oleh kegagalan sel beta dan relative sel beta dan

resistensi insulin. Factor resiko yang berhubungan dengan proses

terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas riwayat dan keluarga dll.

1) Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa

darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan

peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

2) Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita Diabetes Melitus diduga mempunyai gen

diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya

orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang

menderita Diabetes Melitus.

3) Umur

7
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes

Mellitus adalah > 45 tahun karena semakin tua banyak organ-organ vital

yang melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin.

Bahkan pada wanita yang sudah mengalami menopause punya

kecendeungan untuk lebih tidak peka terhadap insulin.

4) Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan

bayi > 4000gram.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan

dibagi menjadi 3 yaitu :

1) < 140 mg/dl = normal

2) 140- < 200 mg/dl = toleransi glukosa terganggu

3) >200 mg/dl = diabetes

5) Jenis Kelamin

Menurut teori kejadian Diabetes mellitus pada wanita lebih tinggi dari pada

laki-laki. Wanita lebih beresiko mengidap diabetes karena secara fisik

wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar

(Restyana, 2015).

3.1.3 Patofisiologi

Pada DM tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,

yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

8
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe

II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlansung lambat dan progresif

maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya

dialami pasien gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup

kelelahan, iritabilitasi, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi

vagina atau pandangan yang kabur, (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

Penyakit diabetes membuat gangguan/ kerusakan pada pembuluh darah di

seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan

terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)

disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular)

disebut mikroangiopati.

Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekurangan ataau tanpa insulin :

a. Penurunan gangguan glukosa

b. Peningkatan mobilisasi lemak

c. Peningkatan penggunaan protein

Saat DM terdiagnosis, diperkirakan pasien tersebut sudah mengalami

kehilangan 50% massa sel beta pancreas, sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara sekresi insulin dan resistensi insulin itu. DM,

khususnya adalah hal ini hiperglikemia, merupakan bagian sindrom

metabolic/ sindrom resistensi insulin. Sindrom metabolic merupakan

9
sekumpulan kelainan metabolic yang mengarah kepada risiko penyakit

kardiovaskuler dan diabetes.

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang

disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan

dengan konsep. Pembahasan disusun sesuai dengan tujuan khusus.

4.2.1 Pengkajian

1) Identitas klien

Pada saat pengkajian didapatkan dua klien yang menderita Diabetes

mellitus disertai ganggren dengan kerusakan integritas jaringan.

Menurut teori kejadian Diabetes mellitus pada wanita lebih tinggi dari

pada laki-laki. Wanita lebih beresiko mengidap diabetes karena secara fisik

wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar

(Restyana, 2015). Secara teori usia terbanyak yang terkena Diabetes Mellitus

adalah >45 tahun.

Terdapat kesamaan antara teori dan fakta dimana klien 1 dan 2 sama-

sama berumur >45 tahun.

2) Riwayat kesehatan

Keluhan utama klien 1 dan 2 mengatakan terdapat luka pada kaki yang

tidak kunjung sembuh. Ibu K mengatakan menderita penyakit kencing manis

± 5 tahun. Ibu K juga mengatakn tidak pernah menderita luka kaki seperti ini

10
sebelumnya. Ibu N mengatakan menderita penyakit kencing manis sejak

tahun 2014. Dan baru pertama kalinya mengalami luka kaki seperti ini sejak

menderita kencing manis.

Menurut teori tanda dan gejala Diabetes mellitus yaitu mikroangiopati,

mikromiopati, dan mikroartropati yaitu masalah (lesi) spesifik DM pada

pembuluh darah mikro, kapiler serta otot-otot, saraf serta kulit. Luka yang

sukar sembuh adalah infeksi yang hebat, kuman, atau jamur yang mudah

tumbuh pada kondisi kadar gula darah yang tinggi, kerusakan dinding

pembuluh darah akibatnya aliran darah tidak lancar pada kapiler

(pembuluh darah kecil) yang menghambat penyembuhan luka, dan

kerusakan saraf dan luka yang tidak terasa menyebabkan penderita tidak

menaruh perhatian dan membiarkan luka hingga semakin membusuk

(Hans Tandra, 2007). Terdapat kesamaan antara teori dan fakta dimana klien

1 dan 2 sama-sama mengalami luka yang sukar sembuh meskipun luas dan

dalam luka berbeda.

Menurut teori disebutkan bahwa penyakit Diabetes mellitus disebabkan

karena genetik atau keturunan (Amin & Hardhi, 2016). Dan pada pengkajian

riwayat penyakit keluarga didapatkan hasil pada klien 1 mengatakan dalam

keluarganya ada yang mengalami kencing manis yaitu bapak dan kedua

kakak perempuannya. Kemudian pada klien 2 didapatkan data bahwa dalam

keluarganya tidak ada yang menderita kencing manis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus tidak hanya mengacu

pada garis keturunan karena pada klien kedua tidak ada yang menderita

11
Diabetes mellitus dalam keluarganya dan klien dua sudah menderita Diabetes

mellitus sejak tahun 2014 atau sekitar 4 tahun yang lalu.

4.2.2 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian pada 2 klien dengan diabetes mellitus

dilapangan ditemukan dua diagnosa yang sama kerusakan integritas jaringan

berhubungan dengan gangren dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan

dan aktivitas jasmani.

Pada teori terdapat 2 diagnosa keperawatan yaitu kerusakan integritas

jaringan berhubungan dengan gangrene, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan

dan aktivitas jasmani. Jadi terdapat sedikit perbedaan antara fakta dan teori

dimana pada kasus dilapangan ditemukan dua diagnosa yang sama pada 2 klien

yang berbeda yaitu kerusakan integritas kulit dan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

Berdasarkan data yang diperoleh pada kasus dilapangan dapat

disimpulkan bahwa diagnosa yang diangkat pada kedua klien yaitu kerusakan

integritas jaringan. Terdapat beberapa kesamaan antara fakta dan teori yang di

dapatkan pada klien di lapangan. Dimana pada kasus dilapangan kedua klien

sama-sama mengalami kerusakan integritas jaringan

12
Diagnosa keperawatan yang diambil pada klien 1 dan klien 2 yaitu

sama-sama ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas

jasmani.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah ketidak

mampuan tubuh memenuhi asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik

(Amin dan Hardhi, 2016). Batasan karakteristik ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh menurut (Amin dan Hardhi, 2016) yaitu,

menunjukkan peningkatan pengecapan, tidak ada tanda malnutrisi, tidak terjadi

penurunan berat badan.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa

yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang sesuai dengan

buku (Amin dan Hardhi, 2016). Dan terdapat beberapa kesamaan antara teori dan

data yang di dapatkan pada klien di lapangan. Dimana pada kasus dilapangan

kedua klien sama-sama tidak mampu melakukan pemenuhan kebutuhan dirinya

secara mandiri dan mengatakan tubuhya terasa lemah, dan pada batasan

karakteristik yang ada pada teori sudah hampir sama dengan yang ada pada kasus

dilapangan.

13
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari masalah kerusakan integritas jaringan berhubungan

dengan gangrene dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan angguan insulin, makanan dan jasmani diperoleh masalah teratasi

sebagian karena tujuan dan kriteria hasil yang dibuat peneliti tercapai sebagian. Klien 1

mengatakan ada sedikit perubahan pada luka kakinya. Dan untuk masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

insulin, makanan, dan jasmani diperoleh masalah teratasi sebagian karena klien

mengatakan masih tidak nafsu makan dan tubuhnya masih terasa lemas tapi masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan menyebabkan badannya

terasa lemas juga disebabkan karena kadar gula darahnya juga masih tinggi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus Jilid 1. Yogyakarta.
Mediaction
Attoriq, S., & Sodik, M. A. (2018). Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Terkait
Pelayanan Kesehatan Di Lahan Praktik.
Elin, Yuliana. 2015. Nanda Nic-Noc, “Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis, NANDA NIC-NOC” edisi jilid I.
Yogyakarta : Mediaction
Helmanu & Ulfa, 2015. Stop Gejala Penyakit Diabetes Hipertesi, Jantung
Koroner. Yogyakarta: PT. Insan Media
Helmanu & Ulfa, 2015, Hubungan Obesitas dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Diabetes Mellitus Tipe II. Vol. 2. No 1
Tandra, Hans, 2007. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Surabaya: EGC
Wikipedia Bahasa Indonesia, Definisi Gangren, dilihat 18 Maret 2019
World Health Organization. 2016. Diabetes-Facts-And-Numbers-Indonesian-pdf
http//www.8-whd-2016-diabetes-millitus-facts-and-numbers-indonesian-
pdf Dilihat pada 20 Maret 2019

15
16

Anda mungkin juga menyukai