Anda di halaman 1dari 24

Shafira Akmala

12030117140162
Perencanaan Pajak
Kelompok 9

UU NO 14 TAHUN 2002

Untuk mencapai pembangunan nasional yang berkesinambungan dan berkelanjutan


serta merata di seluruh tanah air memerlukan dana yang memadai terutama dari sumber
perpajakan. Dengan meningkatnya jumlah Wajib Pajak dan pemahaman akan hak dan
kewajibannya dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak dapat
dihindarkan timbulnya Sengketa Pajak yang memerlukan penyelesaian yang adil dengan
prosedur dan proses yang cepat, murah, dan sederhana. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah Agung, karenanya
diperlukan suatu Pengadilan Pajak yang sesuai dengan sistem kekuasaan kehakiman di
Indonesia dan mampu menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam penyelesaian
Sengketa Pajak.

1. Pengertian
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib
Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan
Peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Banding adalah upaya
hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terhadap suatu
keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib
Pajak atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan
yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
Surat Uraian Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi
jawaban atas alasan Banding yang diajukan oleh pemohon Banding. Surat Tanggapan
adalah surat dari tergugat kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban atas gugatan yang
diajukan oleh penggugat. Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau
penggugat kepada Pengadilan Pajak yang berisi bantahan atas surat uraian banding atau surat
tanggapan. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau
dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau
putusan disampaikan secara langsung. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos
pengiriman, tanggal faksimile, atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal saat
surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung.

2. Kekuasaan Pengadilan Pajak


Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak.
Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan Pajak atau keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya.

3. Hukum Acara
Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau
lebih kuasa hukum dengan Surat Kuasa Khusus. Terhadap 1(satu) Keputusan diajukan 1(satu)
Surat Banding.
a. Banding
Banding diajukan:
 Dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
 Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan yang
dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
 Dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima
surat keputusan yang dibanding.
 Hanya dapat diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding
hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar
sebesar 50% (lima puluh persen).
 Dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya.
Apabila selama proses Banding, pemohon Banding meninggal dunia, Banding dapat
dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal
pemohon Banding pailit. Jika selama proses Banding pemohon Banding melakukan
penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan
dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena
penggabungan, peleburan, pemecahan/ pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.
Pemohon banding dapat melengkapi Surat Bandingnya untuk memenuhi ketentuan
yang berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu (3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.
Namun, Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan tidak dapat diajukan
kembali.

b. Gugatan
Terhadap satu pelaksanaan penagihan atau satu Keputusan diajukan satu Surat
Gugatan. Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan pajak adalah 14
(empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Namun, jangka waktu untuk
mengajukan gugatan terhadap keputusan selain Gugatan adalah 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal diterima Keputusan yang digugat.
Gugatan dapat diajukan:
 Oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya
dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan
dokumen yang digugat.
Apabila selama proses Gugatan, penggugat meninggal dunia, Gugatan dapat
dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal
penggugat pailit. Jika, selama proses Gugatan, penggugat melakukan penggabungan,
peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat
dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggung jawaban karena penggabungan,
peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.
Gugatan, dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.
Gugatan yang telah dicabut tidak dapat diajukan kembali.
4. Persiapan Persidangan
Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan atas Surat
Banding atau Surat Gugatan kepada terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterima Surat Banding atau Surat Gugatan.
Terbanding atau tergugat menyerahkan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan
sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu :
 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Uraian Banding; atau
 1(satu) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Tanggapan.
Pemohon Banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat Bantahan kepada
Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima salinan
Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan

5. Putusan
Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap. Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan
Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.
Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa :
 Menolak
 Mengabulkan sebagian atau seluruhnya
 Menambah pajak yang harus dibayar
 Tidak dapat diterima;
 Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau
 Membatalkan.
Tidak dapat lagi diajukan Gugatan, Banding, atau kasasi.

6. Pemeriksaan Peninjauan Kembali


Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada
Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Permohonan
peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan
peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.
UU 19 TAHUN 2000

1. Pengertian
 Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, termasuk Bea
Masuk dan Cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, menurut
undang-undang dan peraturan daerah.
 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajjban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya.
 Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Juru sita
Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa,
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman lelang,
Surat Penentuan Harga limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan dan
surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung
Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang-undang dan
peraturan daerah.
 Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan
seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan
 Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau
surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peralihan perundang-undangan perpajakan.
 Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau rnemperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita.
 Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang
diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak
untuk melunasi utang pajaknya.
 Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,
Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
 Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
 Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan
biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
 Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak,
guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-
undangan.
 Objek Sita adalah barang Penanggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang
pajak.
 Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga
secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
 Risalah Lelang adalah Berita Acara Pelaksanaan Lelang yang dibuat oleh Pejabat
Lelang atau kuasanya dalam bentukyang ditentukan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan lelang.
 Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak
tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak
dengan menempatkannya di tempat tertentu.
 Gugatan atau Sanggahan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan
pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan.

2. Jurusita

Jurusita Pajak bertugas:

1. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;


2. memberitahukan Surat Paksa;
3. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan

Penyitaan; dan

4. melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda
pengenal. Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan
Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.

3. Surat Paksa

Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat:

1. nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penangung Pajak;
2. dasar penagihan;
3. besarnya utang pajak; dan
4. perintah untuk membayar.

Surat Paksa diterbitkan apabila:


1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
2. terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus; atau
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

UU NO 6 TAHUN 1983

1. Dalam Undang Undang yang dimaksud dengan:


 Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan;
 Badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik Negara
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau
perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga,
dan bentuk usaha tetap;
 Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terhutang;
 Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim atau satu tahun buku;
 Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu Tahun Pajak;
 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terhutang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
 Surat Pemberitahuan Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
memberitahukan pajak yang terhutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu
saat;
 Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk memberitahukan pajak yang terhutang dalam suatu Tahun Pajak;
 Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran pajak yang terhutang di Kas Negara atau di tempat
pembayaran lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dan/atau untuk
melaporkan ke Direktorat Jenderal Pajak;
 Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan,/atau sanksi
berupa bunga dan denda administrasi;
 Surat Ketetapan Pajak adalah, surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah
pajak yang terhutang, jumlah pengurangan pembayaran pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang
masih harus dibayar;
 Surat Ketetapan Pajak Tambahan adalah Surat keputusan yang menambah
jumlah pajak yang telah ditetapkan;
 Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak adalah surat keputusan yang
menentukan pengembalian kelebihan pembayaran jumlah pajak yang telah dibayar
dan/atau dipotong dan/atau dipungut, karena jumlah pajak yang telah dibayar
dan/atau dipotong dan/atau dipungut lebih besar dari pajak yang terhutang;
 Surat Pemberitaan adalah surat yang berisi pemberitahuan kepada Wajib Pajak,
bahwa jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang
sudah dibayar, dan/atau dipotong dan/atau dipungut;
 Pajak yang terhutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
 Surat Paksa adalah surat perintah membayar pajak dan tagihan yang berkaitan
dengan pajak, sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang
Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1850);
 Kredit Pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak
sendiri, setelah ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain
dan dikurangkan dari seluruh pajak yang terhutang termasuk apabila ada jumlah
pajak atas penghasilan yang terhutang di luar negeri;
 Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja;
 Tindakan Pemeriksaan adalah tindakan yang dilakukan oleh petugas perpajakan
dalam rangka melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, untuk mencari
bahan-bahan guna penghitungan jumlah pajak yang terhutang dan jumlah pajak
yang harus dibayar.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Pemberitahuan, dan Tata Carapembayaran
Pajak

Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan dirinya pada Direktorat Jenderal Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan, menandatangani, dan menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Pajak
dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, selambat-lambatnya dua puluh hari
setelah akhir Masa Pajak;
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, selambat-lambatnya tiga bulan setelah
akhir Tahun Pajak.

Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke Direktorat


Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu,
sedangkan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan harus diberikan juga bukti penerimaan.
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), dikenakan sanksi
berupa denda administrasi sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
Wajib Pajak dapat membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum mulai
melakukan tindakan pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan yang mengakibatkan hutang pajak menjadi lebih besar, maka kepadanya
dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua per-sen) sebulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar, dihitung mulai saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai
dengan tanggal pembayaran karena pembetulan Surat Pemberitahuan itu.
Kekurangan pembayaran pajak yang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan harus dibayar lunas dalam jangka waktu tiga bulan setelah Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan itu disampaikan. Surat
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan harus
dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan.

3. Penetapan dan Ketetapan Pajak


Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terhutang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
Surat Ketetapan Pajak.
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terhutangnya pajak, atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal-hal sebagai berikut :
 apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak
yang terhutang kurang atau tidak dibayar;
 apabila Surat Pemberitahuan tidak (disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran;
 apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak, tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol
persen), atau tidak seharusnya diberikan pengembalian pajak;

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak ditambah dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar :
 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang kurang atau tidak dibayar
dalam satu Tahun Pajak;
 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;
 100%(seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

Besarnya pajak yang terhutang dalam suatu Tahun Pajak yang diberitahukan oleh
Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan, menjadi pasti menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, apabila dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tidak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak.

Surat Tagihan Pajak dikeluarkan apabila :


 pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
 Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasi dan/atau
bunga;
 dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atau pemeriksaan,


menerbitkan :

 Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dalam jangka waktu paling lama dua
belas bulan sejak diterima surat permohonan, apabila jumlah pajak yang dibayar
atau jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut ternyata lebih besar
dari jumlah pajak yang terhutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terhutang;

 Surat Pemberitaan, apabila jumlah pajak yang dibayar atau jumlah Pajak
Penghasilan yang dipotong atau dipungut sama dengan jumlah pajak yang
terhutang.

4. Penagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan
merupakan dasar penagihan pajak. Tata cara pelaksanaan penagihan pajak diatur lebih
lanjut oleh Menteri Keuangan.
Apabila atas pajak yang terhutang, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak dibayar atau kurang
dibayar itu, dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran dan bagian dari bulan dihitung
penuh satu bulan. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur, atau menunda
pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2%, (dua persen) sebulan. Dalam hal
Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan dan ternyata
penghitungan sementara pajak yang terhutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya
terhutang, maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan.
Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak, atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan ditagih seketika, dalam hal:
 Wajib Pajak atau wakilnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya ataupun berniat untuk itu;
 Wajib Pajak atau wakilnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaannya atau
pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia ataupun memindah tangankan barang
bergerak atau barang tidak bergerak yang dimilikinya atau dikuasainya;
 Pembubaran Badan atau niat untuk membubarkannya, pernyataan pailit, begitu pula
dalam hal terjadi penyitaan atas barang bergerak atau barang tidak bergerak milik
Wajib Pajak atau wakilnya.

Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak,
dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan yang tidak dibayar pada waktunya dapat ditagih
dengan Surat Paksa.

5. Keberatan Banding

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :
a. Surat Pemberitaan;
b. Surat Ketetapan Pajak,
c. Surat Ketetapan Pajak Tambahan;
d. Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keberatan harus diajukan, dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal
pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kecuali apabila
Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan
atau penjelasan tertulis.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terhutang.

Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatannya dalam jangka waktu
tiga bulan sejak tanggal keputusan ditetapkan, dengan dilampiri salinan Surat Keputusan
tersebut.

6. Ketentuan Pidana

Barang siapa karena kealpaannya :


a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang tidak benar; sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-
lamanya satu tahun dan/atau denda setinggitingginya sebesar dua kali jumlah
pajak yang terhutang.

Barang siapa dengan sengaja :


 Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
hak Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; atau
 Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; dan/atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap; dan/atau memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; dan/atau
 Tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan pembukuan, pencatatan,
atau dokumen lainnya; dan/atau
 Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara
selama- lamanya tiga tahun dan /atau denda setinggi-tingginya sebesar
empat kali jumlah pajak yang terhutang yang kurang atau yang tidak
dibayar.

Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu
sepuluh tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian
Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, di- pidana dengan pidana kurungan selama-
lamanya enam bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah)

UU NO 28 TAHUN 2007
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)
yang telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang:

a. Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3566);
b. Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984)

 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
 Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
 Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
 Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang- Undang ini.
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
 Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
 Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau
bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan perpajakan.
 Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Masa Pajak.
 Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
 Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan.
 Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
 Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
 Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/ atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan Surat Keputusan
Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan
pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
 Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
 Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili,
atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat,
keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.
 Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili,
atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat,
keputusan, atau putusan diterima secara langsung.

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib
melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir
Masa Pajak;

b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang


pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau

c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan,


paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4),
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak badan serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan disampaikan.
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai
berikut:

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang


terutang tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya
dikenai tarif 0% (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;
atau
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/ atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar:
a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dibayar dalam satu Tahun Pajak,
b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak
tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah
pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar.

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;


b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/ atau salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/ atau bunga;
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu;
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a)
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan surat ketetapan pajak.

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak
atas suatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;


b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak
dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan
peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih
harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah dibayar menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan SuratKetetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali; atau
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali.
Setiap orang yang dengan sengaja:

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau
tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak; menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib
Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
b. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan/ atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap; menolak untuk dilakukan pemeriksaan memperlihatkan
pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah- olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
c. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
d. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara program aplikasi on- line di Indonesia
e. atau tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara


dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.

UU NO 16 TAHUN 2009

Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan merupakan ketentuan khusus yang memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak
untuk lebih terbuka dan jujur dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang telah lalu.
Apabila Wajib Pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007 yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib
Pajak dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajaknya.
Dalam rangka menghadapi dampak krisis keuangan global, sangat mendesak untuk
memperkuat basis perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara dari sektor
perpajakan yang lebih stabil. Pelaksanaan Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sangat efektif untuk memperkuat basis
perpajakan nasional.
Menjelang berakhirnya jangka waktu pemberian fasilitas pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 37A ayat (1)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, masih banyak
masyarakat yang ingin memanfaatkan fasilitas dimaksud, namun mengalami kendala
kurangnya waktu dalam mempersiapkan penyampaian pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, perlu segera memperpanjang jangka
waktu pelaksanaan ketentuan Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai