Disusun Oleh:
Shafira Akmala
12030117140162
Kelas B
Absen 35
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. Latar Belakang
1. Fraud
Fraud merupakan suatu perbuatan dan tindakan yang dilakukan secara sengaja, sadar dan
mau untuk menyelahgunakan segala sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya sumber
daya perusahaan dan negera, demi kenikmatan pribadi dan kemudian menyajikan informasi
yang salah untuk menutupi penyalahgunaan tersebut. Fraud berbeda dengan kesalahan yang
tidak disengaja (unintentional error).
Jika seorang secara tidak sengaja memasukkan data yang salah ketika mencatat suatu
transaksi, maka itu tidak dapat dikatakan sebagai fraud karena dilakukan dengan tidak sengaja.
Tetapi jika seseorang dengan kecerdikannya, merekayasa laporan keuangan untuk menarik
minat calon investor untuk berinvestasi pada perusahaannya maka disebut fraud.
Fraud pada laporan keuangan merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam pelaporan
keuangan dimana laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku. Kelalaian atau kesengajaan tersebut sifatnya material sehingga dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan. Fraud biasanya terjadi pada
korporasi yang besar, baik pemerintah maupun swasta sehingga kerugian atas terjadinya fraud
sangat besar jumlahnya.
Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan),
opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar berikut ini:
2. Opportunity (Kesempatan)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena
internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen
yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan
control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
3. Rationalization (Pembenaran)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya: Bahwa tindakannya untuk membahagiakan keluarga
dan orang-orang yang dicintainya, perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat
besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
Risiko audit (audit risk) merupakan Risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat
wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Risiko bisnis
(business risk) merupakan risiko dimana auditor akan menderita kerugian atau merugikan
dalam melakukan praktik profesinya akibat proses pengadilan atau penolakan publik dalam
hubungannya dengan audit. (Guy, Dan et al, 2002).
Pengguna laporan keuangan merupakan unsur utama dalam risiko bisnis. Untuk
menentukan tingkat kepastian yang diperlukan, auditor terlebih dahulu harus mengidentifikasi
pengguna potensial laporan keuangan. Jumlah pengguna laporan keuangan yang lebih besar
akan meningkatkan risiko bisnis dan dapat meningkatkan tingkat kepastian yang diinginkan
auditor.
Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting agar tujuan perusahaan dapat
tercapai. Tanpa adanya pengendalian internal, tujuan tujuan perusahaan tidak dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Semakin besar perusahaan semakin penting pula arti dari
pengendalian internal dalam perusahaan tersebut. Secara umum, pengendalian internal
merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan
pedoman operasional perusahaan atau organisasi tertentu.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa tujuan pengendalian internal
yaitu mencakup tiga hal pokok yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Tujuan tujuan operasi yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi.
Bahwa pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari
semua operasi perusahaan sehingga dapat mengendalikan biaya yang bertujuan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Tujuan-tujuan pelaporan
Bahwa pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan data serta catatan
catatan akuntansi dalam bentuk laporan keuangan dan laporan manajemen sehingga tidak
menyesatkan pemakai laporan tersebut dan dapat diuji kebenarannya.
IV. Pembahasan
Dalam kasus ini mengapa Perusahaan Olympus bisa dikatakan melakukan fraud
karena Perusahaan Olympus telah terbukti melakukan manipulasi laporan keuangan, dengan
cara menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau
sejak era 1980-an.
Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian investasi di masa lalu
tersebut. Hal itu terlihat sangat gamblang ketika dalam beberapa bulan kemudian, pembayaran
kepada tiga perusahaan investasi lokal itu dihapus dari buku. Kasus ini dipastikan akan
menyeret Olympus, beserta para direksi dan akuntannya kena tuntutan pidana untuk pasal
manipulasi laporan keuangan dari para pemegang sahamnya. Disebutkan Perusahaan Olympus
sudah mengaku mengisi data palsu (di laporan keuangan) untuk menutupi kerugian selama 20
tahun. Semua pihak yang terlibat selama 20 tahun juga harus ikut bertanggung jawab.
Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus Michael Woodford
yang dipecat pada 14 Oktober silam.
Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana. Dalam kasus ini auditor
internal tidak menjalankan tugas dan menyalahi kode etiknya, auditor internal seharusnya
menjadi kunci penting bagi perusahaan dalam mendeteksi adanya fraud. Namun dalam
perusahaan umumnya di perusahaan jepang, sifat bawahan yang harus turut dengan atasannya
menjadi permasalahan dalam kasus ini.
Kurangnya kesadaran dalam moralitas menjadi factor penentu kecurangan dalam kasus
ini, oleh karena itu auditor internal mengikuti perintah atasan untuk menutupi kecurangan.
Tanggungjawab internal auditor dalam pencegahan, pendeteksian dan menginvstigasi
perbuatan kecurangan masih menjadi perdebatan yang berkepanjangan dalam profesi audit,
khususnya pada lembaga audit internal. Namun demikian tidak bisa dibantah baha internal
auditor memegang peranan penting dalam mendukung penerapan good corporate
governance.
V. Kesimpulan
Dalam kasus ini kecurangan terjadi karena dana akuisisi disalahgunakan oleh
Perusahaan Olympus, dalam hal ini memang kecurangan sudah direncenakan dengan baik dari
mulai CEO sampai audit internal Perusahaan Olympus. Dana akuisisi memang sudah sering
terjadi digunakan dalam melakukan kecurangan karena dana akuisisi memang sangat berisiko
dalam risiko bisnis. Sudah jelas dalam kasus ini auditor internal juga ikut terlibat yang
seharusnya auditor internal mencegah adanya kecurangan dalam perusahaan. Sistem
pengendalian internal Perusahaan Olympus harus diperketat, selain itu peran para whistle
blower juga harus didengarkan dan dilindungi. Dalam kasus ini umumnya perusahaan jepang
bawahan selalu mengikuti atasan nya dengan alasan takut. Identitas para whistle blower
haruslah
Secara garis besar pencegahan dan pendeteksian serta investigasi merupakan tanggung
jawab manajemen, akan tetapi internal auditor diharapkan dapat melakukan tiga hal tersebut di
atas sebagai bagian dari pelaksanaan tugas manajemen. Dalam perkembangannya penugasan
dalam memerangi kecurangan saat ini telah mengarah pada profesi tersendiri, seperti Certified
Fraud Examiners (CFE) ataupun akuntan forensic. Dalam menjalankan tugas auditnya,
internal auditor harus waspada terhadap setiap hal yang menunjukkan adanya peluang atau
kemungkinan terjadinya kecurangan.
Dalam kenyataannya, kewaspadaan dan sifat skeptic yang pada tempatnya, mungkin
merupakan dua keterampilan yang penting bagi inernal auditor. Penyelidikan yang kritis
terhadap kemungkinan kecurangan, harus diikuti oleh penilaian terhadap pengendalian yang
ada, praktik pengendalian dan seluruh lingkup pengendaliannya yang potensial. Untuk
menyelidiki kecurangan yang terjadi dalam suatu perusahaan/organisasi, sering kali
dibutuhkan kombinasi keahlian seorang auditor terlatih dan penyelidik criminal.
Internal auditor harus bertindak secara proaktif dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya
kecurangan, khususnya keterlibatan secara aktif dalam mengevaluasi struktur pengendalian
intern perusahaan dan status organisasi.
Efektivitas internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan sering kali
terkendala oleh waktu dan besarnya biaya untuk menilai/menguji prosedur, kebijakan
manajemen dan pengujian atas pengendalian.
Internal auditor barada dalam posisi yang penting untuk memonitor secara terus menerus
struktur pengendalian intern perusahaan melalui identifikasi dan deteksi atas tanda-tanda (red
flags) yang mengindikasikan adanya suatu kecurangan. Internal auditor berada pada posisi
yang tepat untuk memehami seluruh aspek tentang struktur organisasi, tempat pelatihan yang
tepat, pemahaman mereka tentang sumber daya manusia yang ada, memahami kebijakan dan
prosedur operasi, dan memahami kondisi bisnis dan lingkungan pengendalian intern yang
memungkinkan untuk mengidentifikasi dan menilai tanda-tanda atau gejala
(symptom ataupun red flag) kemungkinan terjadinya kecurangan.
Para internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan diatur secara jelas
dalam kewenangan pelaporan dan standar profesi. Komisi Treadway (the Treadway
Commision, 1987) merekomendasikan bahwa internal auditor harus berperan aktif dalam
mencegah dan mendeteksi kecurangan. Demikian pula dalam Pernyataan Standar Internal
Audit mensyaratkan bahwa internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah dan
mendetesi kecurangan dengan mengidentifikasi tanda-tanda kemungkinan terjadinya
kecurangan, menginvestigasi gejala kecurangan dan melaporkan temuannya pada komite audit
atau kepada tingkat manajemen yang tepat.
Kecurangan biasanya tidak hanya dilakukan oleh karyawan pada tingkat bawah, tetapi
jug adapt dilakukan oleh jajaran direksi (top management) baik secara individual maupun
bersama-sama (fraud management) yang dalam cakupan penugasan audit mungkin luar
jangkauan kewenangan internal auditor.
Pada dasarnya dalam menjalankan tugas audit regular, internal auditor perlu
mewaspadai terjadinya kecurangan yang dapat mempengaruhi kualitas, integritas dan
keandalan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, internal auditor harus
menginvestigasi secara menyeluruh kemungkinan terjadinya kecurangan dan
mengkomunikasikan kepada komite audit terhadap adanya indikasi kecurangan. Dengan
demikian, hubungan kerjasama yang erat antara komite audit dengan fungsi audit internal,
khususnya melalui pertemuan-pertemuan antara ketua komite audit dengan kepala Satuan
Pemeriksa Intern (SPI), akan dapat meingkatkan kualitas hasil kerja internal auditor dan
mengurangi keungkinan terjadinya kecurangan.
Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor dapat membawa
keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap (kemungkinan) terjadinya
kecurangan pada area peran internal auditor yang sangat terbatas, misalnya pada level
terjadinya kecurangan melibatkan manajemen lini menengah dan atas (middle/top
management). Sehingga secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu berperan
dalam memantau kemungkinan terjadinya kecurangan pada level pembuat kebijkan. Situasi
demikian ini akan memberikan peluang bagi internal auditor untuk berperan aktif dalam
pengujian integritas, kualitas, dan keandalan proses pembuatan hingga implementasi
kebijakan yang dilakukan oleh top manajemen.