Anda di halaman 1dari 29

1

IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA (PTK PADA SISWA KELAS XI IS-3

SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang penting dalam perkembangan

masyarakat dewasa ini. Sejalan dengan perkembangannya, pendidikan

banyak menghadapi berbagai tantangan salah satunya adalah berkenaan

dengan peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 11 tahun 1989 Pasal 4

merumuskan :

“tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa


dan mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki
keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. “
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan

memperbaiki proses belajar mengajar karena proses belajar mengajar

merupakan hal yang utama dalam pendidikan. Belajar mengajar adalah

hubungan timbal balik antara siswa dan guru dalam situasi pendidikan,

sehingga guru dalam mengajar dituntut keuletan dan kreatif agar situasi

belajar mengajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan.


2

Proses pembelajaran akan berjalan efektif dan menyenangkan

apabila guru memahami berbagai strategi mengajar dan berbagai

karakteristiknya, sehingga mampu memilih strategi mengajar yang tepat

sesuai dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.

Dalam proses pembelajaran sering ditemukan bahwa pembelajaran

masih berpusat pada guru. Siswa hanya sebagai pendengar sehingga siswa

menjadi malas mengikuti pelajaran. Siswa menjadi tidak mandiri dan

hanya mengandalkan teman yang pandai karena pembelajaran tidak

difokuskan pada proses, namun pada hasilnya. Siswa akan melakukan

perbuatan-perbuatan yang curang dalam mengerjakan tugas ataupun tes

misalnya menyontek atau menjiplak. Hal tersebut terjadi akibat

ketidakyakinan siswa pada kemampunnya sendiri.

Pada SMA Muhammadiyah 1 Surakarta kelas XI IS-3 kemandirian

belajar siswa masih rendah yaitu 27, 27% yang telah mempunyai

kemandirian belajar. Hal tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang

kurang menarik. Maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang

menarik untuk mengatasi masalah tersebut.

Cooperative learning tipe two stay two stray adalah suatu metode

pembelajaran yang di dalamnya siswa dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok. Siswa kemudian saling berpindah kelompok dan ada yang

tetap tinggal di dalam kelompok. Siswa yang berpindah kekelompok lain

akan menerima materi dan kelompok yang tetap tinggal di dalam

kelompok akan menyampaikan materi. Dalam metode ini masing-masing


3

siswa mempunyai tanggung jawab untuk menerima dan mengajarkan

materi pelajaran kepada teman yang lain.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka

dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :

a. Kemandirian dalam proses belajar masih kurang misalnya keyakinan

akan kemampuan sendiri dalam mengerjakan soal di depan kelas

masih kurang.

Berikut ini adalah tabel data kemandirian awal pada kelas XI IS-3

SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

Kemandirian
No. Nama
belajar siswa

1. Ahsin Ramadani

2. Alfian Eka Pratama 

3. Alfian Iffan Nur. A

4. Alvin Setiawan

5. Amirul Wisnu Sani

6. Anayanti

7. Andi Pratama 

8. Annisa Dian Aulia

9. Azes Tri Wibowo

10. Brillyan Dimas Prasetyo

11. Catur Prasetyo


4

12. Chandra Winata

13. Clarienszafanie Sevianda Nismara 

14. Devina Rizki Amelia 

15. Diah Ayu Pasha 

16. Dimas Pramudya Widiyanto

17. Fachruddin Aji Muhrifin Sri Widodo

18. Fandy Saputra

19. Fauzi Outra Karen Dika

20. Ida Irawati

21. Intan Perdani 

22. Lili Fatmawati

23. Lili Lismayatun

24. Linda Permatasari 

25. Maharani Pangestiara Rahayu 

26. Marsha Diptha Indriana 

27. Moch. Yayang Fadiel

28. Muhammad Nur Andika

29. Muhammad Bayu Saputro 

30. Muhammad Jihan Akbar

31. Muhammad Rosyid Ridho

32. Namira Nimarsha

33. Nurfita Rachma. A 

34. Prasetya Adi Guntara

35. Raka Nur Purnama Putra

36. Ridwan Aardiansyah

37. Robby Gunandar


5

38. Robet Hartanto

39. Siti Nurmardiyah 

40. Tri Valda Kustarini

41. Triyana Nur Widyastuti

42. Vera Fatma Rahmawati

43. Wahyu Hermawan

44. Wahyu Putro Utomo

Jumlah 12

b. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru belum bervariasi.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dibutuhkan agar penelitian yang dilakukan

lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dipahami lebih mendalam. Dalam

penelitian ini peningkatan kemandirian belajar siswa sebagai variabel

terikat. Sedangkan variabel bebasnya adalah penggunaan metode

pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray. Adapun yang

menjadi bagian dari variabel tersebut adalah mata pelajaran akuntansi

semester 2 (genap) tahun 2010/2011, dengan batas peningkatan

kemandirian siswa sebesar 80%.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: ”Adakah peningkatan

kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran akuntansi


6

menggunakan metode cooperative learning tipe two stay two stray pada

siswa kelas XI IS-3 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah sebagai alat kontrol yang dapat dijadikan

petunjuk dan mendapatkan sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan dari

penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui proses pembelajaran akuntansi melalui metode

cooperative learning tipe two stay two stray.

b. Untuk mengetahui kemandirian siswa dalam pembelajaran akuntansi

melalui metode cooperative learning tipe two stay two stray.

F. Manfaat Penelitian

Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini

memberikan manfaat pada pembelajaran ekonomi.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam memberikan

sumbangan kepada pelajaran akuntansi, dan sebagai salah satu cara

meningkatkan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran

akuntansi melalui metode cooperative learning tipe two stay two

stray.

b. Manfaat Praktis
7

1) Penulis memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran

akuntansi menggunakan metode cooperative learning tipe two stay

two stray.

2) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya

guru akuntansi sebagai salah satu alternatif pembelajaran.

3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa sebagai objek

penelitian, sehingga diharapkan siswa memperoleh pengalaman

tentang kebebasan dalam belajar akuntansi secara mandiri dan

menyenangkan.

G. Kajian Teori

a. Metode Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

1) Metode Cooperative Learning.

Beberapa definisi cooperative learning adalah sebagai

berikut :

Menurut Slavin (1992) “cooperative learning adalah suatu


model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4 – 6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.
Isjoni (2007:13) menyatakan bahwa “cooperative learning
dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani
mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan
saling memberikan pendapat (sharing ideas) serta siswa dapat
bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas
yang dihadapinya”.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling


8

bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam mengatasi tugas

yang dihadapinya. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

agar siswa lebih memahami materi pelajaran serta dapat lebih

bekerja sama dengan siswa yang lain.

Prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah :


a) Perumusan Tujuan Belajar Siswa Harus Jelas.
b) Penerimaan yang Menyeluruh oleh Siswa tentang Tujuan
Belajar.
c) Ketergantungan yang Bersifat Positif.
d) Interaksi yang Bersifat Terbuka.
e) Tanggung Jawab Individu.
f) Kelompok Bersifat Heterogen.
g) Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif.
h) Tindak Lanjut (Follow Up).
i) Kepuasan dalam Belajar.

Jarolemik dalam Isjoni (2007:24-25) menyatakan bahwa


cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari cooperative learning adalah :


a) Saling ketergantungan yang positif.
b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan
individu.
c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan
kelas.
d) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara
siswa dan guru.
f) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.

Adapun kelemahan dari cooperative learning adalah :


a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran
dan waktu.
9

b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka


dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya.
c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas
meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
d) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.

2) Metode Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray.

Metode cooperative learning dikembangkan oleh Spencer

Kagan pada tahun 1992. Metode cooperative learning adalah

model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk memebagikan hasil dan informasi

kekelompok lain. Metode pembelajaran ini dapat digunakan

pada semua pelajaran dan peserta didik. Pembelajaran ini akan

melibatkan guru dan siswa. Pembelajaran ini akan berhasil jika

komunikasi antara guru dan siswa terjalin dengan baik.

Langkah-langkah dalam metode cooperative learning tipe

two stay two stray adalah :

a) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4

orang.

b) Setelah selesai, 2 orang dari masing-masing kelompok

menjadi tamu kedua kelompok yang lain.

c) 2 orang yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.

d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri

dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.


10

e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja

mereka.

b. Pembelajaran Akuntansi

Beberapa definisi pembelajaran akuntansi adalah sebagai berikut :

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:157) ”Pembelajaran adalah


proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa
dalam belajar bagaimana memproses dan memperoleh suatu
pengetahuan, keterampilan dan sikap”.
Oemar Hamalik (1995:57)menyatakan bahwa ”Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur
manusiawi , material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru dan didukung

oleh fasilitas dan prosedur serta saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila

kerjasama antara guru dan siswa berjalan dengan baik pula.

Menurut Jerry (2007) “Akuntansi adalah suatu sistem informasi


yang mengidentifikasikan, mencatat dan mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para
pengguna yang berkepentingan”.

Dari keterangan tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran akuntansi adalah proses kegiatan yang dalam

mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa

ekonomi kepada pengguna yang berkepentingan. Proses kegiatan

tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Dengan

demikian guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

belajar mengajar. Ruang lingkup pembelajaran akuntansi untuk SMA


11

adalah akuntansi perusahaan jasa dan akuntansi perusahaan dagang.

Dalam penelitian ini ruang lingkup pembelajaran akuntansi adalah

siklus akuntansi perusahaan jasa.

c. Pengertian Peningkatan

Peningkatan merupakan salah satu usaha menjadikan suatu

keadaan menjadi keadaan yang lebih baik yang dapat diusahakan atau

diciptakan kriterianya. Adanya peningkatan jika keadaannya berbeda

dari keadaan sebelumnya yaitu lebih baik atau naik nilainya dari

keadaan sebelumnya.

d. Pengertian Kemandirian

Kemandirian diperlukan dalam diri seseorang untuk meningkatkan

rasa percaya diri. Adanya rasa percaya diri dalam diri seseorang akan

menimbulkan kepuasan terhadap apa yang telah dikerjakannya. Tanpa

kepercayaan diri, seseorang akan menjadi pribadi yang mudah

tersinggung, kurang pandai dalam menerima pendapat orang lain serta

tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Sutarno (2005 :

160) “mandiri mengandung pengertian sanggup atau mampu berdiri

sendiri, bekerja sendiri dan melaksanakan semua kegiatan dengan

baik”.

Dari pengertian kemandirian di atas, maka dapat diperoleh

indikator dari kemandirian yaitu :

1) Melakukan sesuatu atas kemauan sendiri.

2) Tidak suka bergantung pada orang lain.


12

3) Mempunyai kemauan yang keras untuk mencapai tujuan

hidupnya.

4) Tidak suka menunda waktu.

5) Mempunyai idea tau gagasan dan berusaha untuk

mempertahankan argument logisnya.

e. Pengertian Kemandirian Belajar

Mandiri dalam belajar siswa sangat diperlukan untuk menjadikan

siswa tidak tergantung kepada orang lain dan percaya diri terhadap

hasil pekerjaannya. Menurut Elaine B. Johnson dalam Ibnu Setiawan

(2008:152) “kemandirian belajar adalah proses yang mengajak siswa

melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang,

biasanya satu kelompok”.

Menurut Haris Mujiman (2007:1) “belajar mandiri adalah kegiatan


belajar aktif, yang didorong oleh motif menguasai suatu
kompetensi yang telah dimiliki. adalah terkadang satu orang,
biasanya satu kelompok”.

Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek

kemandirian siswa ditandai dengan adanya perilaku sebagai berikut :

1) Belajar, ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan sendiri dan

bukan kehendak dari orang lain.

2) Progresif dan ulet yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk

mengerjakan dengan penuh ketekunan untuk meraih prestasi,

merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya.

3) Inisiatif yaitu kemampuan berfikir dan bertindak secara orisinil,

kreatif dan penuh inisiatif.


13

4) Pengendalian diri dari dalam, adanya perasaan mampu untuk

mengatasi masalahnya, mampu mengendalikan tindakannya serta

mempengaruhi lingkungan atas usahanya.

5) Kemampuan diri yaitu ditunjukkan dengan sikap percaya diri dan

keyakinan atas kemampuan dari diri sendiri serta tidak mudah

menyerah dalam menghadapi segala sesuatu.

H. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa masalah yang berkaitan dengan kemandirian belajar

siswa adalah daya tangkap siswa terhadap pelajaran dan suasana belajar-

mengajar. Cara mengajar guru juga merupakan masalah yang utama

dalam menimbulkan kemandirian belajar siswa karena dengan cara

mengajar guru yang tepat akan menciptakan suasana belajar-mengajar

yang kondusif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Menurut hasil penelitian Hani Fitriani (2009) membuktikan bahwa

pada pelajaran matematika melalui metode pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) dengan strategi the power of two dapat

meningkatkan kemandirian dan keaktifan siswa. Dalam kemandirian

belajar siswa berdasarkan indikator kemandiriannya adalah :

a. Mengerjakan soal-soal latihan yang diberika kepada guru meningkat

dari 24% menjadi 76%.

b. Menjawab pertanyaan yang diberikan guru meningkat dari 12%

menjadi 60%.
14

c. Maju ke depan kelas meningkat dari 8% menjadi 53%.

d. Berlatih menjelaskan pekerjaan kepada teman lain meningkat dari 0%

menjadi 32%.

e. Berinteraksi dengan teman lain meningkat dari 24% menjadi 96%.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa

cooperative learning dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah cooperative learning namun

dengan jenis yang berbeda. Penelitian ini relevan dengan penelitian

sebelumnya.

I. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teroritis sebagaimana telah dipaparkan di atas,

maka dalam penelitian ini dipandang perlu untuk mengajukan kerangka

pemikiran sebagai berikut :

a. Penggunaan metode pembelajaran cooperative learning tipe two stay

two stray akan membuat siswa mandiri pada waktu proses

pembelajaran.

b. Adanya keterkaitan antara penggunaan metode pembelajaran

cooperative learning tipe two stay two stray dengan peningkatan

kemandirian belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Bila digambarkan maka akan tampak sebagaimana siklus berikut

ini.
15

Guru belum melaksanakan proses


pembelajaran menggunakan metode
c. cooperative learning tipe two stay
Kondisi Awal
two stray

Siswa kurang mandiri dan yakin


dengan kemampuan sendiri

Penggunaan metode cooperative


d.
Tindakan learning tipe two stay two stray

Diduga dengan penggunaan metode


cooperative learning tipe two stay
Kondisi Akhir two stray akan meningkatkan
kemandirian belajar siswa

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

J. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan hipotesis dari penelitian

ini adalah : ”Diduga melalui penerapan metode cooperatif learning tipe

two stay two stray dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam

proses pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IS-3 SMA

Muhammadiyah 1 Surakarta.

K. Metode Penelitian
16

1. Setting Penelitian

Tempat penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak tahap persiapan sampai tahap

penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama

beberapa bulan selama bulan Maret sampai selesai.

Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun 2011 yaitu

pada bulan Februari sampai selesai. Subjek penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XI IS-3 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta yang

berjumlah 44 siswa, sedangkan guru adalah sebagai partner kolaborasi

serta sebagai triangulasi data.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas

(PTK) atau dapat juga disebut dengan classroom action research.

Suharsimi (2007:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah tindakan yang terdiri

dari beberapa kegiatan untuk mengatasi masalah yang terjadi di dalam

kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan tindakan pemecahan masalah

yang dimulai dari: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi, 4)

Refleksi, 5) Evaluasi yang telah disusun, dilakukan observasi dan

evaluasi yang hasilnya digunakan sebagai masukan untuk melakukan


17

refleksi yang dijadikan pertimbangan pada rencana tindakan

selanjutnya.

3. Prosedur Penelitian

Suharsimi (2007:16), model penelitian tindakan kelas adalah secara

garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim untuk diketahui, yaitu: 1)

Perencanaan, 2) Pelaksanaan,3) Pengamatan, 4) Refleksi. Adapun

model dan penjelasan untuk masing masing tahapan adalah sebagai

berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 2. Siklus Prosedur Penelitian


18

I. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan ini mengacu pada kemandirian

belajar siswa sebagai fokus permasalahannya. Adapun

langkah-langkah persiapan tindakan pembelajaran adalah :

1) Identifikasi Masalah

Peneliti merumuskan permasalahan pada

kemandirian belajar siswa dalam pelajaran akuntansi.

Metode pembelajaran yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan

melakukan tindakan sebagai berikut :

a) Penerapan metode pembelajaran cooperative learning

tipe two stay two stray.

b) Bagaimana mengupayakan agar siswa bersikap mandiri

dalam pelajaran akuntansi?

2) Perencanaan Solusi Masalah

Solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah :

a) Menerapkan metode pembelajaran cooperative

learning tipe two stay two stray pada mata pelajaran

akuntansi dan pada pokok bahasan yang akan

diajarkan.

b) Tindakan untuk meningkatkan kemandirian belajar

siswa dengan melihat hasil pelaksanaan dari metode


19

cooperative learning tipe two stay two stray karena

setiap siswa mempunyai tanggung jawab individu

dalam menerima pelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan guru sebagai mitra

kolaborasi berdasarkan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya. Perencanaan penelitian bersifat fleksibel artinya

selalu dapat dikondisikan dan dan dapat berubah – ubah sesuai

kebutuhan pengajaran yang berlangsung.

c. Observasi atau Monitoring

Observasi dan monitoring adalah upaya merekam segala

peristiwa kegiatan yang terjadi selama kegiatan berlangsung,

pelaksana kegiatan bukan hanya bertindak sebagai peneliti saja

tetapi juga sebagai observer yang mengamati segala tindakan

kelas dan juga mencatatnya dalam pedoman observasi yang

telah dibuat.

d. Refleksi

Mengkaji apa yang telah terjadi atau yang tidak terjadi,

yang telah dihasilkan maupun yang belum dihasilkan selama

kegiatan berlangsung. Hasil dari refleksi digunakan untuk

menentukan langkah mencapai tujuan. Refleksi dilakukan oleh


20

peneliti sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan

dalam mencapai tujuan sementara.

II. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan ini mengacu pada tindakan pertama yang telah

dihasilkan sebagai solusi dari pemecahan masalah. Langkah

selanjutnya adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi Masalah

Tindakan yang diterapkan pada identifikasi masalah

didasarkan pada hasil tindakan Siklus I yaitu:

a) Mengevalusi kelemahan metode cooperative learning

tipe two stay two stray.

b) Mengidentifikasi peningkatan kemandirian belajar.

siswa pada mata pelajaran akuntansi.

c) Menyikapi peningkatan kemandirian belajar siswa pada

pelajaran akuntansi.

2) Perencanaan Solusi Masalah

Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut adalah:
21

a) Penerapan metode cooperative learning tipe two stay two

stray divariasi dengan metode lain misalnya debat.

b) Memberi penugasan kepada siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus II dilaksanakan setelah kegiatan Siklus I selesai

dilaksanakan. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan guru

sebagai pelaksana tindakan berdasarkan perencanaan yang

telah dibuat sebelumnya.

c. Observasi atau Monitoring

Observasi dan Monitoring digunakan untuk melihat

jalannya tindakan pada pelaksanaan pada Siklus I. Semua

proses jalannya kegiatan pembelajaran akuntansi dan

peningkatan kemandirian belajar siswa didokumentasikan oleh

peneliti.

d. Refleksi

Pada Siklus II refleksi dilaksanakan setelah semua proses

pembelajaran selesai dilaksanakan. Permasalahan-

permasalahan yang ada akan dicarikan solusinya. Hasil

refleksi digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya

dalam mencapai tujuan.


22

4. Jenis Data dan Sumber Data

Menurut Suharsimi (2007) data adalah hasil pencatatan peneliti,

baik yang berupa fakta maupun angka. Disebutkan pula bahwa data

adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil

pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Sumber data

dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data

yang diperlukan penelitian yaitu informan, tempat berlangsungnya

penelitian, dan dokumen dokumen atau arsip yang menyangkut

keberhasilan penelitian. Dalam penelitian ini informan yaitu yang

memberikan keterangan dan data-data yang diperlukan diantaranya

adalah:

a. Siswa kelas XI IS-3 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

b. Guru mata pelajaran Akuntansi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti dan guru

melalui observasi, wawancara, dokumentasi, yang masing masing

dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Suharsimi (2007) ”observasi adalah menatap

kejadian, gerak atau proses”. Supardi (2007) menyatakan bahwa


23

”observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”.

Dalam observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan peserta didik

dalam mempersiapkan, memperhatikan, dan menjelaskan selama

proses pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan

penggunaan metode cooperative learning tipe two stay two stray

sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas

IS-3 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Peneliti menggunakan

catatan observasi yang berupa cek list,dimana kisi-kisi tindakan

untuk masing masing catatan observasi tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru.

2) Menjawab pertanyaan yang diberikan kepada guru.

3) Maju ke depan kelas.

4) Berlatih menjelaskan pekerjaan kepada teman lain.

5) Berinteraksi dengan teman lain.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

sering dipakai karena wawancara merupakan salah satu teknik yang

mudah dalam pengumpulan data. Menurut Hopkins (1993:125)

”wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di


24

dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain”. Wawancara

dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara dan guru serta siswa

yang dipilih secara acak berdasarkan pertimbangan dari guru sebagai

pihak yang diwawancarai.

”Menurut Rea Parker dan Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 84)


kelebihan dari wawancara langsung antara lain:
1. Fleksibel
2. Pertanyaan dapat diajukan secara kompleks
3. Memungkinkan mengumpulkan data dari yang sulit dihubungi
4. Kemungkinan jawaban lebih benar
5. Kemungkinan jawaban seperti yang diharapkan”.
c. Dokumentasi

Menurut Elliot (1991:78) dan Rochiati (2006:121) dokumentasi

dapat membantu dalam mengumpulkan data penelitian, yang ada

kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas.

Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data di sekolah dan

identitas siswa antara lain nama siswa dan nomor induk siswa dengan

meliat dokumen yang ada di dalam sekolah.

6. Validitas Data

Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan dalam

menentukan validitas data terutama dalam penelitian tindakan kelas.

Dalam penelitian ini, validasi yang digunakan adalah triangulasi.

Menurut Rochiati (2006:168-169) “triangulasi adalah memeriksa


25

kebenaran hipotesis, konstruk, analisa yang timbul dari peneliti dan

membandingkan dengan hasil orang lain”. Adanya perbandingan

antara peneliti dengan orang lain dalam memeriksa kebenaran

hipotesis akan lebih meningkatkan validitas data.

Menurut Supardi (2006:126-127) ada berbagai macam triangulasi


yaitu :
a. Triangulasi teori; menggunakan teori dalam upaya menelaah
sesuatu.
b. Triangulasi data; mengambil data dari berbagai suasana, waktu,
tempat dan jenis.
c. Triangulasi sumber; mengambil data dari berbagai nara sumber.
d. Triangulasi instrument; menggunakan berbagai metode
pengumpulan data.
e. Triangulasi analitik; menggunakan berbagai metode atau cara
analisis.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

data dan triangulasi sumber.

7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode model interaktif. Langkah-

langkah analisis data menurut Miles dan Huberman sebagaimana

dikutip oleh Patilima (2005:97-100), adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan melakukan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi

dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang


26

tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada

proses pengumpulan data berikutnya.

b. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada di lapangan

langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Dalam

penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja, keterkaitan

kegiatan atau tabel.

c. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti

harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung

di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab-

akibat.

pengumpulan
data

penyajian
data

Reduksi data
Kesimpulan-
kesimpulan
Penarikan/Varifikasi

Gambar 3. Komponen Penelitian Model Interaktif


27

8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dan guru sebagai

partner kolaborasi dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan cara

pelaksanaan dan tujuan, peneliti menggunakan pedoman catatan

observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

catatan observasi yang berupa cek list, dimana tindakan untuk masing-

masing catatan observasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru.

b. Menjawab pertanyaan yang diberikan kepada guru.

c. Maju ke depan kelas.

d. Berlatih menjelaskan pekerjaan kepada teman lain.

e. Berinteraksi dengan teman lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian belajar

siswa atau tindakan siswa dalam suatu proses pembelajaran akuntansi,

oleh karena itu penelitiaan ini juga termasuk penelitian kualitatif.

Kelengkapan lain yang menunjang jalannya pelaksanaan proses

pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe two stay two

stray :

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran.


28

b. Kertas untuk dibagikan kepada setiap kelompok.

c. Lembar pengamatan terhadap guru dan siswa.

d. Media pembelajaran yang lain seperti papan tulis, spidol, dan

penghapus.

9. Indikator Pencapaian

Berkaitan dengan indikator kinerja Suwandi dan Madyo Eko Susilo

(2007:36) menyatakan bahwa ”Indikator kinerja merupakan rumusan

kinerja yang akan dijadikan dalam menentukan keberhasilan atau

keefektifan penelitian. Diharapkan dengan penerapan metode

cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan

kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran akuntansi pada

siswa kelas XI IS-3 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran

2011 dapat meningkat minimal 80%.


29

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi


Mahasatya

Elaine B. Johnson. 2008. Contextual Teaching and Learning (terjemahan Ibnu


Setiawan). Bandung : MLC
Fitriani, Hani. 2009. Peningkatan Kemandirian Dan Keaktifan Belajar
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi
The Power Of Two (Ptk Pada Siswa Kelas VII B Smp Muhammadiyah
8 Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Haris Mujiman. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jerry dkk. 2007. Accounting Principles. Jakarta: Salemba Empat
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasindo
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. (diterjemahkan Ole: Tjetjep
Rohedi Rosidi). Jakarta: Universitas Indonesia
Rochiati Wiraartmadja. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Soedarsono. 2000. Penyemaian Jati Diri. Jakarta : Gramedia
Suharsimi Arikunto dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Sutarno. 2005. Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan
Masyarakat Informasi. Jakarta : Panta Rei
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Widagdo, Candra Sakti Nurwakhid. 2010. Peningkatan Keaktifan Siswa dan
Prestasi Belajar Matematika Pada Segi Empat Melalui Pendekatan
Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai