Anda di halaman 1dari 14

Nama : Shabrina Laili

NIM : 190341621609
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Off : B2

Tugas 3
Matakuliah Belajar dan Pembelajaran

Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme memiliki arti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat


pendidikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern, merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun dari segi kemampuan,
pemahaman, dan dalam proses pembelajaran. Dengan memiliki sikap membangun maka
dapat diharapkan keaktifan dari peserta didik akan meningkatkan kecerdasannya.

Menurut teori konstruktivisme hal yang terpenting adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, peserta didik yang harus mendapatkan penekanan. Peserta didik itu sendiri
yang harus aktif untuk mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain
karena peserta didik yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.
Kreativitas dan keaktifan peserta didik akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan kognitif siswa.

Teori konstruktivisme mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang dan
lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi
terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada
pengalaman.

Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldhan (1994)
adalah sebagai berikut:
a. Orientasi
Peserta didik diberik kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.

b. Elitasi
Peserta didik mengungkapkan idenya denegan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster,
dan lain-lain.

c. Restrukturisasi ide
Klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.

d. Penggunaan ide baru dalam setiap situasi


Ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam
situasi.

e. Review
Dalam mengapliasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran menurut teori konstruktivisme yaitu :


1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi langsung kepada
benda-benda konkrit ataupun model artifisial
2. Memperhatikan konsepsi awal peserta didik guna menanamkan konsep yang benar
3. Sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin
salah
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyanya
5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap
6. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir yang mandiri
Tokoh-tokoh yang termasuk dalam kelompok teori belajar konstruktivisme antara lain,
yaitu :

1) John Dewey (1856-1952)


John Dewey dikenal sebagai bapak konstruktivisme yang mengemukakan bahwa belajar
tergantung pada pengalaman dan minat peserta didik, topik dalam kurikulum harus saling
berintegrasi dan berpusat pada siswa. Perkembangan dalam belajar dipengaruhi oleh
perkembangan sosial. Menurut John Dewey, sekolah seharusnya mencerminkan kehidupan
masyarakat secara lebih besar dan kelas berperan sebagai laboratorium untuk memecahkan
masalah di kehidupan nyata.
Dewey menganjurkan agar pengajar mendorong peserta didik untuk terlibat dalam proyek
atau tugas yang berorientasi pada masalah, pengajar juga diharapkan dapat membantu peseta
didik menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial. Dewey juga menyarankan untuk
melibatkan penggunaan teknologi sebagai sarana belajar.

2) Jerome Brunner
Jerome Bruner adalah sosok pelopor aliran psikologi belajar kognitif yang sangat
mendorong agar pendidikan mengutamakan pengembangan proses berpikir.Bruner banyak
memberikan pandangan tentang perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar
atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan, dan mentransformasikan
pengetahuan tersebut.
Menurut Brunner belajar adalah proses yang bersifat aktif terkait dengan ide discovery
learning, dimana peserta didik berinteraksi dengan lingkungan melalui eksplorasi dan
manipulasi objek lalu membuat pertanyaan dan melakukan eksperimen. Cara terbaik
seseorang untuk memulai proses belajar adalah dengan mengkronstruksi sendiri konsep dan
prinsip yang dipelajari.

Menurut Bruner, dalam belajar haruslah melibatkan tiga proses yang terjadi hampir selalu
bersamaan yaitu :
1. Memperoleh informasi baru
2. Transformasi informasi
3. Menguji relevansi informasi dengan ketepatan pengetahuan
3) Jean Piaget (1896 – 1980)

Jean Paiget dikenal dengan konstruktivisme individual. Piaget menegaskan bahwa


penekanan teori konstruktivisme adalah pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realita. Peran pengajar dalam pembelajaran menurut Piaget
adalah sebagai fasilitator atau moderator.

Tahap perkembangan berfikir individh menurut Piaget, yaitu :


• SENSORIMOTORIK (0-2 TAHUN)
• PRAOPERASIONAL (2-7 TAHUN)
• OPERATIONAL KONGKRIT (7-11 TAHUN)
• OPERASIONAL FORMAL (11-15 TAHUN)

Proses mengkontruksi pengetahuan menurut Piaget, meliputi skemata, asimilasi,


akomodasi, dan keseimbangan.Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam
pikiran anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai skemata yang
dimilikinya.Skemata adalah kumpulan konsep yang digunakan ketika seseorang berinteraksi
dengan lingkungan.

Asimilasi merupakan proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,


konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan
yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada, sehingga cocok dengan rangsangan
tersebut. Sedangkan keseimbangan atau ekuilibrasi terjadi antara asimilasi dan akomodasi.
Keseimbangan dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
4) Lev Vygotsky (1896-1934)
Lev Vygotsky merupakan tokoh dari teori belajar konstruktivistik yang menekankan
bahwa manusia secara aktif menyusun pengetahuan dan memiliki fungsi-fungsi mental serta
memiliki koneksi social. Beliau berpendapat bahwa manusia mengembangkan konsep yang
sistematis, logis dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang yang dianggap
ahli disekitarnya. Dalam teori ini orang lain (sosial) dan bahasa memegang peranan penting
dalam perkembangan kognitif manusia.
Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur
merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar
dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal
Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi untuk memahami
sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya.Teori belajar ini meliputi tiga konsep
utama, yaitu :

1. Hukum Genetik tentang Perkembangan


Perkembangan menurut Vygotsky tidak bisa hanya dilihat dari fakta-fakta atau
keterampilan-keterampilan, namun lebih dari itu. Perkembangan seseorang melewati
dua tataran, yaitu tataran sosial dan tataran psikologis. Teori ini menenpatkan
lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan
pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang.

2. Zona Perkembangan Proksimal


Vygotsky berpendapat bahwa setiap anak dalam suatu domain mempunyai ‘level
perkembangan aktual’ yang dapat dinilai dengan menguji secara individual dan
potensi terdekat bagi perkembangan domain dalam tersebut.

Vygotsky mendefinisikan Zona Perkembangan Proksimal sebagai jarak antara level


perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara
individu dan level perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman
sebaya yang lebih mampu. Vygotsky mengemukakan ada empat tahapan ZPD yang
terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran (Schunk, 1986), yaitu :
o Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
o Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
o Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
o Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap
untuk berfikir abstrak.

3. Mediasi
Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang yang digunakan seseorang untuk
memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi
pembelajaran yaitu :
• Tema mediasi semiotik dimana tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan
seseorang untuk memahami sesuatu diluar pemahamannya ini didapat dari hal yang
belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk
membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham terhadap
hal yang dimaksudkan

• Scafholding dimana tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang


untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang memang
sudah ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda
atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan kepada orang yang
belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.

Implikasi Teori Belajar konstruktivistik dalam Pembelajaran

Prinsip-prinsip utama teori belajar konstruktivistik yang banyak digunakan dalam


pendidikan, yaitu
• Pengetahun dibangun oleh peserta didik secara aktif
• Tekanan proses belajar mengajar terletak pada peserta didik
• Mengajar adalah membantu peserta didik
• Tekanan dalam proses belajar dan bukan pada hasil belajar
• Kurikulum menekankan pada partisipasi peserta didik
• Guru adalah fasilitator
Beberapa implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
• Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian dan lebih
mendekatkan kepada konsep-konsep yang lebih luas
• Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta
didik
• Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan
manipulasi bahan
• Peserta didik dipandang sebagai pemikir-peikir yang dapat memunculkan teori-teori
tentang dirinya.
• Pengukuran proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan peserta
didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan
• Peserta didik-peserta didik banya belajar dan beerja di dalam group proses
• Memandang pengetahuan adalah non objektif, berifat temporer, selalu berubah, dan
tidak menentu
• Belajar adalah penyusunan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah menata
lingkungan agar peserta didik termotivasi dalam menggali makna

Teori Belajar Humanistik

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Memanusiakan manusia yaitu ketika mereka
bisa mencapai aktualisasi diri, bisa memahami dirinya sendiri, serta mampu merealisasikan
diri sebagai orang yang sedang belajar. Teori humanustik berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik
sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Menurut teori humanistik, teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar secara optimal.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Teori Humanistik antara lain:
1. Manusia memiliki kemampuan belajar yang alami.
2. Pembelajaran menjadi hal yang signifikan ketika materi atau konten pembelajaran
tersebut dianggap memiliki relevansi dengan maksud tertentu oleh indiviidu yang
belajar
3. Belajar adalah aktivitas yang menyangkut adanya perubahan dalam persepsi
seseorang.
4. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan ketika ancaman itu relatif
kecil.
5. Orang yang belajar memiliki cara untuk belajar dengan pembelajaran yang memiliki
ancaman rendah.
6. Belajar menjadi aktivitas yang bermakna ketika orang yang belajar benar-benar mau
melakukannya atau mempraktikkannya
7. Keterlibatan orang yang belajar dalam proses pembelajaran membuat proses itu
berjalan lancar
8. Pembelajaran dengan melibatkan orang yang belajar bisa membuat mereka
mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih mendalam
9. Perlu adanya penumbuhan terhadap rasa percaya diri dari orang yang belajar guna
membuatnya menjadi pribadi yang mawas diri.
10. Pembelajaran sosial adalah belajar proses belajar

Tokoh-tokoh yang termasuk dalam kelompok teori belajar humanistik antara lain,
yaitu :

1) David A. Kolb
Menurut Kolb, belajar merupakan sebuah proses saat pengetahuan diciptakan melalui
perubahan atau transformasi pengalaman. Pengetahuan adalah kombinasi dari kemampuan
untuk memahami dan mentransformasikan pengalaman. Kolb terkenal dengan Teori
Pembelajaran Eksperiental atau Experiental Learning Theory, yaitu sebuah teori
pembelajaran yang ditekankan pada model holistik. Tahapan belajar menurut teori Kolb
adalah sebagai berikut:

• Pengalaman konkrit/Concrete Experience


Tahap ini merupakan tahap paling awal dimana seseorang mengalami suatu kejadian
sebagaimana adanya. Ia melihat, merasakan, lantas menceritakan kembali pengalaman
yang dialaminya. Pada tahap ini, seseorang yang mengalami pembelajaran belum
memahami apa yang benar-benar terjadi dan mengapa hal itu bisa terjadi

• Pengamatan aktif dan reflektif/Active and Reflection Observation


Pada tahap ini, seseorang yang mengalami kejadian tadi mencoba untuk melakukan
observasi berupa pencarian jawaban, melaksanakan refleksi yang kemudian ditandai
dengan munculnya beberapa pertanyaan tentang kejadian terkait.
• Konseptualisasi/Abstract Conceptualization
Tahap ini adalah kondisi di mana seseorang berusaha membuat abstraksi atau
mengembangkan teori dari obyek perhatian suatu kejadian. Peristiwa belajar
seseorang sudah mulai ketika dia berupaya untuk membuat abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang
menjadi obyek perhatiannya. Pada tahap ini, diaharapkan peserta didik mampu
membuat peraturan-peraturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian
yang meskipun berbeda-beda tetapi mempunyai landasan yang sama.

• Eksperimen aktif/ Active Experimentation


Tahap ini merupakan titik dimana seseorang secara aktif melakukan percobaan yang
merupakan hasil dari aplikasi konsep dan teori ke situasi kenyataan.

Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori


serta konsep-konsep di lapangan. Seseorang tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau
suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.

Dari tahapan pembelajaran menurut pandangan Kolb, ia kemudian berpikir bahwa


gaya untuk menjalani setiap tahapan pembelajaran oleh satu orang dengan orang lainnya akan
berbeda. Gaya belajar tersebut dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Converger, yaitu tipe orang yang suka belajar dengan memiliki jawaban tertentu atau
sudah pasti. Mereka yang memiliki gaya belajar converger biasanya ditandai dengan sifat
tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda (mati) dibandingkan manusia.

 Diverger, yaitu tipe belajar seseorang yang hobi menelaah berbagai sisi dan mencobanya
menghubungkan semua sisi tersebut menjadi kesatuan utuh. Orang dengan tipe diverger
biasanya memiliki preferensi untuk mendalami bahasa, sastra, sejarah, atau ilmu sosial.

 Assimilation, yaitu tipe belajar seseorang yang cenderung tertarik pada konsep abstrak.
Mereka tidak akan terlalu mermperhatikan penerapan atau praktek dari ide-ide mereka.
Biasanya, orang dengan gaya belajar ini cenderung tertarik dengan hal-hal ilmiah dan
matematika.

 Accomodator, yaitu tipe atau gaya belajar seseorang yang berusaha mengembangkan
berbagai konsep. Orang dengan gaya belajar ini cenderung menyukai hal-hal yang konkrit
dan bisa dipraktikkan.
2) Peter Honey dan Alan Mumford
Pandangan Honey dan Mumford Kolb sedikit banyak dipengaruhi oleh pandangan dari
Kolb, menurut mereka ada beberapa golongan orang belajar, yaitu:

 Kelompok Aktivis
Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini adalah mereka yang tidak sungkan untuk
melibatkan diri dan berkontribusi dalam kegiatan. Mereka menginginkan pengalaman
baru. Sifat orang dengan gaya belajar ini biasanya mudah diajak ngobrol, pemikirannya
relatif terbuka, bisa menghargai pendapat dan pemikiran orang lain, dan memberikan
kepercayaan pada orang lain secara lebih mudah.

 Kelompok Reflektor
Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini ditandai dengan karakteristik sifat orang
yang sangat berhati-hati, cenderung memiliki banyak pertimbangan sebelum berani
mengambil keputusan, mereka tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, dan orang-orang
ini cenderung konservatif.

 Kelompok Teroris
Yaitu, orang yang tergabung dalam golongan belajar ini biasanya termasuk orang yang
kritis dan hobi menganalisis segala sesuatu dari segala sisi, pikirannya rasional dan sangat
menggunakan akal sehat, tidak suka dengan hal-hal yang spekulatif, pendiriannya kuat,
serta tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

 Kelompok Pragmatis
Yaitu, golongan belajar ini didominasi oleh orang-orang dengan karakteristik yang
praktis, menyukai hal-hal yang ringkas dan tidak bertele-tele, dan berpikir bahwa sesuatu
dianggap berguna ketika bisa dilaksanakan atau dipraktikkan dalam kehidupan.

3) Jurgen Hubermas
Habermas berpendapat bahwa belajar baru akan terjadi jika ketika seseorang melakukan
interaksi dengan lingkungannya, lingkungan belajar yang dimaksud Haberman adalah
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya merupakan lingkungan yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Jika Honey dan Mumford menyatakan adanya
kelompok-kelompok belajar dalam teori mereka, Habermas mengemukakan beberapa
klasifikasi tipe belajar seseorang, yaitu:

 Technical learning (belajar teknis)


Maksudnya adalah peserta didik belajar berinteraksi dengan alam alam sekelilingnya.
Pengetahuan dan keterapilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat
menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik oleh sebab itu, imu-
ilmu alam atau sains amat dipentingkan dalam belajar teknis.
 Practical learning (belajar praktis)
Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini
lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia

 Emancpatory learning (belajar emansipatori)


Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam
lingkungan sosialnya.

4) Benjamin Samuel Bloom dan David Krathwohl


Bloom dan Krathwohl menekankan perhatiannya pada hal-hal yang harus dikuasai
individu (sebagai tujuab belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar
yang dikemukakannya dirangkum dalam tiga kawasan yang biasa disebut dengan Taksonomi
Bloom, ketiga kawasan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

• Kawasan kognitif
Terdapat 6 tingkatan pada kawasan kognitif, yaitu:

1. Mengingat, meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama
diajarkan.
2. Mengerti, mampu membangun arti dai pesan pembelajaran, termasuk komunikasi
lisan, tulisan maupun grafis.
3. Memakai, menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan
masalah
4. Menganalisis, memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menetukan
bagaimaa bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada seluruh
struktur
5. Menilai, membuat pertimbangan berdasarkan kriteria standar tertentu.
6. Mencipta, membuat suatu pokok yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur
atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada

• Kawasan afektif
Kawasan afektif terdiri dari 5 tingkatan, yaitu:

1. Penerimaan (receiving), meliputi kesadaran akan adanya sesuatu, inging menerima,


dan memperhatikannya.
2. Pemberian respons (responding), meliputi sikap ingin merespons, puas dalam
memberi respons.
3. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing), meliputi penerimaan terhadap suatu nilai
, memililih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitemen untuk
menggunakan nilai tertentu.
4. Pengorganisasian (organization), meliputi menghubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya.
5. Karakterisasi (characterization), meluputi menjadikan nilai-nilai sebagai bagian pola
hidupnya.
• Kawasan psikomotor
1. Peniruan, kemampuan mengamati gerakan.
2. Penggunaan, kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung.
3. Ketepatan, kemampuan memberikan respons atau melakukan gerak dengan benar.
4. Perangkaian, kemampuan melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar.
5. Naturalisasi, melakukan gerakan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan
psikis yang minimal.

Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran

Pada penerapan teori humanistik, hal yang sangat baik bila guru dapat membuat
hubungan yang kuat dengan peserta didik dan membantu peserta didik untuk membantu
peserta didik berkembang secara bebas. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menawarkan
berbagai sumber belajar kepada peserta didik, seperti situs-situs web yang mendukung
pembelajaran.
Teori belajar humanistik paling dekat untuk digunakan oleh guru, karena guru
merupakan profesi yang bisa berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar
seseorang. Teori ini merupakan panduan atau guideness yang bisa digunakan untuk
mendampingi murid selaku peserta belajar agar mereka bisa mendalami proses belajar
tersebut dari dalam dirinya sendiri. Teori Belajar Humanistik sebagai panduan bagi fasilitator
adalah sebagai berikut:

• Guru atau fasilitator diharapkan mampu memberikan kesan awal yang


menyenangkan.

• Guru bertugas membantu setiap peserta didik untuk memperoleh dan memahami
adanya tujuan perorangan dalam proses belajar tersebut. Selain tujuan perorangan,
peserta didik juga mampu memahami adaanya tujuan kelompok yang bersifat umum
dalam proses tersebut.

• Guru yang berkiblat pada teori pembelajaran ini harus memiliki keyakinan bahwa
setiap peserta didik akan melaksanakan tujuan yang paling tidak bermanfaat bagi
dirinya sendiri. Hal itu digunakan sebagai kekuatan pendorong dalam proses belajar

• Diusahakan, guru sebisa mungkin mengatur dan menyediakan berbagai sumber


pembelajaran yang paling luas dan bisa dimanfaatkan oleh peserta didik. Hal ini akan
membuat peserta didik bisa mencapai tujuan belajar secara pribadi maupun secara
umum. Jangan terpaku pada pengetahuan atau informasi yang sudah lampau karena
pengetahuan pun mengalami transformasi dari waktu ke waktu.

• Guru harus mampu menempatkan diri sebagai suatu sumber yang sifatnya fleksibel.
Fungsinya agar kelompok peserta didik bisa mendapatkan pendidikan, bukan hanya
pengetahuan. Ketika sumber pengetahuan begitu kaku hanya dengan memberikan
pengetahuan pasti saja, guru sebagai fasilitator harus bisa mengombinasikan
pengetahuan tersebut dengan pendidikan karakter yang bisa dicerna oleh peserta
didik.
• Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menurut kiblat humanistik harus
mampu menanggapi berbagai respon yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik
respon yang sifatnya intelektual maupun yang lebih ke arah perasaan personal.

• Apabila kelas telah menjadi kelompok yang lebih mandiri, peran fasilitator sebagai
seorang ‘guru yang mengajari’ harus perlahan berubah untuk berbaru menjadi ‘murid
yang belajar’. Guru harus bisa melatih peserta didik dengan pola pikir sesuai dengan
tujuan pembelajaran.

• Meskipun fasilitator adalah seorang guru, namun ia harus bersedia untuk mengikuti
proses pembelajaran. Perasaan dan pikiran seorang guru sebagai fasilitator tidak boleh
menuntut apalagi sampai memaksakan pembelajaran tersebut harus berhasil
didapatkan atau diilhami oleh peserta didik.

• Guru sebagai fasilitator harus bisa peka dalam menanggapi adanya respon yang lebih
terkait pada perasaan, bukan pada konteks pembelajaran.

• Sangat penting bagi seorang guru sebagai fasilitator untuk mengenali diri sendiri dan
peserta didik hingga menerima adanya kekurangan yang mungkin muncul di tengah
proses pembelajaran.

Inti dari pembelajaran humanistik adalah bagaimana memanusiakan peserta didik dan
membuat proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Dalam prakteknya
teori humanistik ini cenderung mengarahkan peserta didik untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar.
Daftar rujukkan :

1. Agus, N Cahyo. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual


Dan Terpopuler. Jogjakarta: Divapres.

2. Ainurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

3. Karfi, H, dkk. 2002. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Bina Media.

4. M. Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogjakarta: Arr-
Ruzz Media

5. Schunk, Dale. H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective. Edisi keenam.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

6. Siregar, E & Nara, H. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.

7. Savitra, Khanza. 2017. Teori Belajar Humanistik Menurut Para Ahli dan
Penerapannya di dosenpsikologi.com (di akses pada Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai