Tugas 3 - Shabrina Laili - 190341621609 - Off B2 PDF
Tugas 3 - Shabrina Laili - 190341621609 - Off B2 PDF
NIM : 190341621609
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Off : B2
Tugas 3
Matakuliah Belajar dan Pembelajaran
Menurut teori konstruktivisme hal yang terpenting adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, peserta didik yang harus mendapatkan penekanan. Peserta didik itu sendiri
yang harus aktif untuk mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain
karena peserta didik yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.
Kreativitas dan keaktifan peserta didik akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan kognitif siswa.
Teori konstruktivisme mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang dan
lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi
terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada
pengalaman.
Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldhan (1994)
adalah sebagai berikut:
a. Orientasi
Peserta didik diberik kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
b. Elitasi
Peserta didik mengungkapkan idenya denegan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster,
dan lain-lain.
c. Restrukturisasi ide
Klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.
e. Review
Dalam mengapliasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah
2) Jerome Brunner
Jerome Bruner adalah sosok pelopor aliran psikologi belajar kognitif yang sangat
mendorong agar pendidikan mengutamakan pengembangan proses berpikir.Bruner banyak
memberikan pandangan tentang perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar
atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan, dan mentransformasikan
pengetahuan tersebut.
Menurut Brunner belajar adalah proses yang bersifat aktif terkait dengan ide discovery
learning, dimana peserta didik berinteraksi dengan lingkungan melalui eksplorasi dan
manipulasi objek lalu membuat pertanyaan dan melakukan eksperimen. Cara terbaik
seseorang untuk memulai proses belajar adalah dengan mengkronstruksi sendiri konsep dan
prinsip yang dipelajari.
Menurut Bruner, dalam belajar haruslah melibatkan tiga proses yang terjadi hampir selalu
bersamaan yaitu :
1. Memperoleh informasi baru
2. Transformasi informasi
3. Menguji relevansi informasi dengan ketepatan pengetahuan
3) Jean Piaget (1896 – 1980)
3. Mediasi
Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang yang digunakan seseorang untuk
memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi
pembelajaran yaitu :
• Tema mediasi semiotik dimana tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan
seseorang untuk memahami sesuatu diluar pemahamannya ini didapat dari hal yang
belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk
membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham terhadap
hal yang dimaksudkan
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Memanusiakan manusia yaitu ketika mereka
bisa mencapai aktualisasi diri, bisa memahami dirinya sendiri, serta mampu merealisasikan
diri sebagai orang yang sedang belajar. Teori humanustik berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik
sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Menurut teori humanistik, teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar secara optimal.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Teori Humanistik antara lain:
1. Manusia memiliki kemampuan belajar yang alami.
2. Pembelajaran menjadi hal yang signifikan ketika materi atau konten pembelajaran
tersebut dianggap memiliki relevansi dengan maksud tertentu oleh indiviidu yang
belajar
3. Belajar adalah aktivitas yang menyangkut adanya perubahan dalam persepsi
seseorang.
4. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan ketika ancaman itu relatif
kecil.
5. Orang yang belajar memiliki cara untuk belajar dengan pembelajaran yang memiliki
ancaman rendah.
6. Belajar menjadi aktivitas yang bermakna ketika orang yang belajar benar-benar mau
melakukannya atau mempraktikkannya
7. Keterlibatan orang yang belajar dalam proses pembelajaran membuat proses itu
berjalan lancar
8. Pembelajaran dengan melibatkan orang yang belajar bisa membuat mereka
mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih mendalam
9. Perlu adanya penumbuhan terhadap rasa percaya diri dari orang yang belajar guna
membuatnya menjadi pribadi yang mawas diri.
10. Pembelajaran sosial adalah belajar proses belajar
Tokoh-tokoh yang termasuk dalam kelompok teori belajar humanistik antara lain,
yaitu :
1) David A. Kolb
Menurut Kolb, belajar merupakan sebuah proses saat pengetahuan diciptakan melalui
perubahan atau transformasi pengalaman. Pengetahuan adalah kombinasi dari kemampuan
untuk memahami dan mentransformasikan pengalaman. Kolb terkenal dengan Teori
Pembelajaran Eksperiental atau Experiental Learning Theory, yaitu sebuah teori
pembelajaran yang ditekankan pada model holistik. Tahapan belajar menurut teori Kolb
adalah sebagai berikut:
Converger, yaitu tipe orang yang suka belajar dengan memiliki jawaban tertentu atau
sudah pasti. Mereka yang memiliki gaya belajar converger biasanya ditandai dengan sifat
tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda (mati) dibandingkan manusia.
Diverger, yaitu tipe belajar seseorang yang hobi menelaah berbagai sisi dan mencobanya
menghubungkan semua sisi tersebut menjadi kesatuan utuh. Orang dengan tipe diverger
biasanya memiliki preferensi untuk mendalami bahasa, sastra, sejarah, atau ilmu sosial.
Assimilation, yaitu tipe belajar seseorang yang cenderung tertarik pada konsep abstrak.
Mereka tidak akan terlalu mermperhatikan penerapan atau praktek dari ide-ide mereka.
Biasanya, orang dengan gaya belajar ini cenderung tertarik dengan hal-hal ilmiah dan
matematika.
Accomodator, yaitu tipe atau gaya belajar seseorang yang berusaha mengembangkan
berbagai konsep. Orang dengan gaya belajar ini cenderung menyukai hal-hal yang konkrit
dan bisa dipraktikkan.
2) Peter Honey dan Alan Mumford
Pandangan Honey dan Mumford Kolb sedikit banyak dipengaruhi oleh pandangan dari
Kolb, menurut mereka ada beberapa golongan orang belajar, yaitu:
Kelompok Aktivis
Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini adalah mereka yang tidak sungkan untuk
melibatkan diri dan berkontribusi dalam kegiatan. Mereka menginginkan pengalaman
baru. Sifat orang dengan gaya belajar ini biasanya mudah diajak ngobrol, pemikirannya
relatif terbuka, bisa menghargai pendapat dan pemikiran orang lain, dan memberikan
kepercayaan pada orang lain secara lebih mudah.
Kelompok Reflektor
Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini ditandai dengan karakteristik sifat orang
yang sangat berhati-hati, cenderung memiliki banyak pertimbangan sebelum berani
mengambil keputusan, mereka tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, dan orang-orang
ini cenderung konservatif.
Kelompok Teroris
Yaitu, orang yang tergabung dalam golongan belajar ini biasanya termasuk orang yang
kritis dan hobi menganalisis segala sesuatu dari segala sisi, pikirannya rasional dan sangat
menggunakan akal sehat, tidak suka dengan hal-hal yang spekulatif, pendiriannya kuat,
serta tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Kelompok Pragmatis
Yaitu, golongan belajar ini didominasi oleh orang-orang dengan karakteristik yang
praktis, menyukai hal-hal yang ringkas dan tidak bertele-tele, dan berpikir bahwa sesuatu
dianggap berguna ketika bisa dilaksanakan atau dipraktikkan dalam kehidupan.
3) Jurgen Hubermas
Habermas berpendapat bahwa belajar baru akan terjadi jika ketika seseorang melakukan
interaksi dengan lingkungannya, lingkungan belajar yang dimaksud Haberman adalah
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya merupakan lingkungan yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Jika Honey dan Mumford menyatakan adanya
kelompok-kelompok belajar dalam teori mereka, Habermas mengemukakan beberapa
klasifikasi tipe belajar seseorang, yaitu:
• Kawasan kognitif
Terdapat 6 tingkatan pada kawasan kognitif, yaitu:
1. Mengingat, meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama
diajarkan.
2. Mengerti, mampu membangun arti dai pesan pembelajaran, termasuk komunikasi
lisan, tulisan maupun grafis.
3. Memakai, menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan
masalah
4. Menganalisis, memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menetukan
bagaimaa bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada seluruh
struktur
5. Menilai, membuat pertimbangan berdasarkan kriteria standar tertentu.
6. Mencipta, membuat suatu pokok yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur
atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada
• Kawasan afektif
Kawasan afektif terdiri dari 5 tingkatan, yaitu:
Pada penerapan teori humanistik, hal yang sangat baik bila guru dapat membuat
hubungan yang kuat dengan peserta didik dan membantu peserta didik untuk membantu
peserta didik berkembang secara bebas. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menawarkan
berbagai sumber belajar kepada peserta didik, seperti situs-situs web yang mendukung
pembelajaran.
Teori belajar humanistik paling dekat untuk digunakan oleh guru, karena guru
merupakan profesi yang bisa berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar
seseorang. Teori ini merupakan panduan atau guideness yang bisa digunakan untuk
mendampingi murid selaku peserta belajar agar mereka bisa mendalami proses belajar
tersebut dari dalam dirinya sendiri. Teori Belajar Humanistik sebagai panduan bagi fasilitator
adalah sebagai berikut:
• Guru bertugas membantu setiap peserta didik untuk memperoleh dan memahami
adanya tujuan perorangan dalam proses belajar tersebut. Selain tujuan perorangan,
peserta didik juga mampu memahami adaanya tujuan kelompok yang bersifat umum
dalam proses tersebut.
• Guru yang berkiblat pada teori pembelajaran ini harus memiliki keyakinan bahwa
setiap peserta didik akan melaksanakan tujuan yang paling tidak bermanfaat bagi
dirinya sendiri. Hal itu digunakan sebagai kekuatan pendorong dalam proses belajar
• Guru harus mampu menempatkan diri sebagai suatu sumber yang sifatnya fleksibel.
Fungsinya agar kelompok peserta didik bisa mendapatkan pendidikan, bukan hanya
pengetahuan. Ketika sumber pengetahuan begitu kaku hanya dengan memberikan
pengetahuan pasti saja, guru sebagai fasilitator harus bisa mengombinasikan
pengetahuan tersebut dengan pendidikan karakter yang bisa dicerna oleh peserta
didik.
• Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menurut kiblat humanistik harus
mampu menanggapi berbagai respon yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik
respon yang sifatnya intelektual maupun yang lebih ke arah perasaan personal.
• Apabila kelas telah menjadi kelompok yang lebih mandiri, peran fasilitator sebagai
seorang ‘guru yang mengajari’ harus perlahan berubah untuk berbaru menjadi ‘murid
yang belajar’. Guru harus bisa melatih peserta didik dengan pola pikir sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
• Meskipun fasilitator adalah seorang guru, namun ia harus bersedia untuk mengikuti
proses pembelajaran. Perasaan dan pikiran seorang guru sebagai fasilitator tidak boleh
menuntut apalagi sampai memaksakan pembelajaran tersebut harus berhasil
didapatkan atau diilhami oleh peserta didik.
• Guru sebagai fasilitator harus bisa peka dalam menanggapi adanya respon yang lebih
terkait pada perasaan, bukan pada konteks pembelajaran.
• Sangat penting bagi seorang guru sebagai fasilitator untuk mengenali diri sendiri dan
peserta didik hingga menerima adanya kekurangan yang mungkin muncul di tengah
proses pembelajaran.
Inti dari pembelajaran humanistik adalah bagaimana memanusiakan peserta didik dan
membuat proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Dalam prakteknya
teori humanistik ini cenderung mengarahkan peserta didik untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar.
Daftar rujukkan :
4. M. Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogjakarta: Arr-
Ruzz Media
6. Siregar, E & Nara, H. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
7. Savitra, Khanza. 2017. Teori Belajar Humanistik Menurut Para Ahli dan
Penerapannya di dosenpsikologi.com (di akses pada Oktober 2020)