Anda di halaman 1dari 55

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini,
yang di beri judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Mengembangkan Produk Keramik Khas
Kelurahan Dinoyo”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Sosial Dan Kependudukan.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
mengingat keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Namun
demikian, dengan segala kemampuan yang ada dan dengan rasa tanggung jawab, akhirnya
kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan, uluran tangan, maupun bimbingan dari
berbagai pihak, laporan ini tidak dapat terwujud, untuk itu pada kesempatan kali ini
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada :

1.      Ibu Ir.Titik Poerwati,MT selaku dosen mata kuliah Sistem Sosial Dan Kependudukan.

2. Kepala Kelurahan Dinoyo atas izin survey dan Informasi data.

2.      Teman-teman yang telah mendukung penyelesaian laporan ini.

3.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan dibalas oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa dengan balasan yang setimpal. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak,terutama warga Kelurahan Dinoyo, agar keramik
khas Dinoyo dapat dikenal lebih oleh masyarakat luas.

Malang,17 Januari 2018

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................

1.2. Tujuan dan Sasaran...................................................................................................................

1.3. Ruang Lingkup..........................................................................................................................

1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................

1.5. Metode Penelitian......................................................................................................................

1.6. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................................................

1.7. Sumber Data..............................................................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................

BAB III. GAMBARAN UMUM KELURAHAN DINOYO....................................................................

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...............................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan................................................................................................................................

5.2. Saran..........................................................................................................................................

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kerajinan keramik merupakan kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah
liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir)
sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Di Indonesia
perkembangan kerajinan keramik banyak diminati oleh masyarakat. Bahkan banyak hasil
produk kerajinan telah menembus pasar ekspor ke mancanegara. Mereka biasa membeli
keramik untuk dijadikan aksesoris/hiasan rumah dan selain itu biasa untuk dijadikan souvenir
pernikahan, kado ulang tahun dan sebagainya.

Kerajinan keramik tak hanya digemari oleh masyarakat lokal. Banyak pula turis
mancanegara yang terpesona dengan kerajinan keramik ini. Semakin diminatinya berbagai
kerajinan keramik dan dengan memberikan produk yang mengoptimalkan kreatifitas agar
calon pembeli tertarik untuk lebih memilih membeli kerajinan keramik yang di produksi,
membuat kerajinan ini memiliki nilai seni tersendiri yang dapat menarik minat masyarakat
luas dan menjadikan kerajinan keramik sebagai salah satu kerajinan yang bernilai tinggi.

Malang merupakan salah satu daerah yang cocok dan kondusif untuk dijadikan daerah
industri. Hal ini dikarenakan letak geografis Kota Malang yang berada pada posisi stategis
serta sarana angkutan yang mendukung. Namun demikian keberadaanya tidak mengganggu
kelestarian lingkungan dan daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur. Perkembangan
sentra-sentra industri kecil dan kerajinan di Kota Malang menurut jenis usahanya berjumlah
1308 unit usaha kecil. Dalam satu desa terdapat kurang lebih 50 unit usaha yang tersebar
diwilayah Kota Malang.

Termasuk diantaranya adalah industri kecil kerajinan keramik yang terdapat di


Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Industri kerajinan keramik ini
membawa pengaruh bagi masyarakat pengrajin terutama dibidang ekonomi. Keramik Malang
sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas yang hanya bermula dari industri rumah tangga
(home industri) yang dikelola secara sederhana oleh pengrajin. Karena banyak tersedianya
bahan baku yang berkualitas baik seperti kaolin, felspard, kuarsa, ballclay, dan didukung oleh
peningkatan keterampilan yang dimiliki para pengrajin, maka kini industri kecil keramik
Malang dapat berkembang dengan pesat dan lebih dikenal dengan “Keramik Dinoyo”.

3
Berangkat dari hal diatas, keberadaan industri kecil kerajinan keramik mempunyai
peran yang besar dalam meningkatkan hasil pendapatan masyarakat, terutama yang memilki
usaha kecil ataupun para pengrajinnya yang berada di Kelurahan Dinoyo tersebut. Selain itu
keberadaannya mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat baik fisik (sandang, pangan, papan), kesehatan dan juga pendidikan.

Keberadaan industri kerajinan keramik Dinoyo cukup potensial dan menjanjikan


dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama yang memilki usaha kecil
ataupun para pengrajin yang berada di kawasan Kelurahan Dinoyo tersebut. Industri
kerajinan keramik Dinoyo juga mampu menyerap banyak tenaga kerja dan mampu
meningkatkan hasil pendapatan masyarakat, taraf hidup masyarakat secara fisik (sandang,
pangan, papan), kesehatan dan pendidikan. Selain itu, industri kerajinan keramik Dinoyo juga
dapat meningkatkan serta mendukung sektor pariwisata di Kota Malang.

Partisipasi masyarakat Kelurahan Dinoyo juga sangat penting, karena dalam proses
pembuatan dan pemasaran nya, perlu partisipasi langsung dari masyarakat agar dalam proses
pembuatan hingga pemasaran nya masyarakat dapat aktif dalam kegiatan prosuksi keramik
Dinoyo. Karena berdasarkan pengamatan langsung, jumlah pengrajin dan bukan pengrajin di
keluraha Dinoyo lebih cenderung lebih banyak masyarkat yang bukan pengrajin. Maka dari
latar belakang inilah dibutuhkan sinergi antara masyarakat dan pengrajin sehingga sentra
industri di Kelurahan Dinoyo dapat tetap berjalan karena adanya partisipasi masyarakat yang
mendukung kegiatan tersebut. Oleh karena itu, dengan penjelasan di atas maka penulis
mengambil judul “Partisipasi Masyarakat dalam Mengembangkan kerajinan Keramik Khas
Kelurahan Dinoyo”.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Dalam pembahasan mengenai “Partisipasi Masyarakat dalam mengembangkan produksi
keramik khas Kelurahan Dinoyo”, Kelurahan Dinoyo,Kecamatan Lowokwaru,Kota Malang
diperlukannya tujuan dan sasaran agar memiliki arah yang jelas. Tujuan dan sasaran adalah
sebagai berikut.

1.2.1 Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar partisipasi masyarakat
dalam mengembangkan produk sentra industri keramik Dinoyo dan bentuk partisipasi
masyarakat dalam memasarkan produk sentra industri keramik Dinoyo.

4
1.2.2 Sasaran
Sasaran secara umum yang ingin di capai dalam mengetahui seberapa besar
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produk sentra industri keramik di Kelurahan
Dinoyo Kecamatan Lowokwaru dan bagaimana bentuk upaya partisipasi masyarakat dalam
kerajinan keramik Dinoyo adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarkat Kelurahan Dinoyo dalam


memasarkan produk kerajinan keramik.

2. Mengetahui kondisi tata letak kawasan sebagai tempat pemasaran keramik


Dinoyo.

3. Mengidentifikasi dan mengetahui dukungan warga masyarakat Kelurahan


Dinoyo dalam hal ikut mengembangkan hasil produksi keramik Dinoyo.

1.3. Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Lokasi


Kelurahan Dinoyo merupakan kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri 7 RW (Rukun Warga) dan 51 RT (Rukun
Tetangga). Secara administratif, Kelurahan Dinoyo dikelilingi oleh kelurahan lainnya.

 Di sebelah utara, Kelurahan Dinoyo berbatasan langsung dengan Kelurahan


Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
 Di sebelah timur, Kelurahan Dinoyo ini berbatasan langsung dengan Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
 Di sebelah selatan, Kelurahan Dinoyo berbatasan langsung dengan Kelurahan
Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
 Di sebelah barat, Kelurahan Dinoyo ini berbatasan dengan Kelurahan Merjosari dan
Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru,Kota Malang.

Namun yang menjadi fokus dari studi kasus pada penelitian ini adalah tepatnya di
Jl.MT Haryono XI, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

5
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan yang
meluas atau menyimpang pada penulisan laporan ini, penulis membatasi masalah hanya pada
sejauh mana tingkat partisipasi masyarkat kelurahan Dinoyo dalam ikut mengembangkan
produksi kerajinan keramik. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
sebagai berikut :

a) Partisipasi masyarakat dalam mengenalkan produk hasil kerajinan kemasyarakat luas.

b) Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produk kerajinan keramik dinoyo


dalam proses produksi.

c) Tata letak kawasan pemasaran produk hasil kerajinan.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini berguna untuk mengetahui betapa pentingnya pasrtisipasi masyarakat


dalam hal mengembangkan dan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh para pegiat
usaha,baik yang berada pada kegiatan perdagagangan, maupun jasa. Dalam hal ini warga
Kelurahan Dinoyo harus mengetahui betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam hal
mengembangkan dan mengenalkan produk hasil kerajinan keramik di Dinoyo ini, sehingga
dapat membawa dampak positif. Baik itu kepada para pengrajin maupun kepada masyarakat
setempat.

1.5 Metode Penelitian


Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode
observasi

a. Teknik Pengamatan Langsung/survey. Pada teknik ini penulis terjun langsung


meneliti ke lapangan untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat di
Kelurahan Dinoyo terhadap sentra kerajinan keramik.

b. Penelitian deskriftif kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang


berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

6
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Survei dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 Januari 2018 Bertempat di Jl.MT
Haryono XI yang berada di Kelurahan Dinoyo. Lokasi yang strategis memudahkan akses
pengunjung untuk berwisata di Dinoyo Sentra Keramik. Terdapat sekitar 30 toko yang
menjual kerajinan khas Malang. Berdiri sejak tahun 1971 ,dan diresmikan pada tahun 2010
kampung wisata keramik menjadi mata pencaharian warga sekitar. Berawal sebagai sentra
gerabah, pengrajin mulai mengembangkan kerajinan keramiknya menjadi keramik semi
porselen setelah berkembangnya keramik Cina. Sehingga faktor ini lah yang membuatnya
cocok untuk dijadikan objek penelitian.

1.7 Sumber Data


Laporan ini menyajikan pandangan secara umum dengan uraian dan penjelasan
berdasarkan data hasil dari pengambilan sampel. Metode pengumpulan sebagai dasar untuk
menyusun laporan ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain :

a.      Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak  melalui media
perantara) dalam hal ini kami memperolehnya langsung dari masyarakat setempat.

b.      Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dalam hal ini kami
memperolehnya dari internet dan BPS Kota Malang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Partisipasi Masyarakat

Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan
pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam
kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat


dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan
yang terjadi.

Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta
dalam pengambilan keputusan;
2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek
pembangunan;
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri;
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu;
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh
informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan
lingkungan mereka.

8
Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat
kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang
(masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan
dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai


berikut:pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan
(pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam
sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun
prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan
Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID)
(dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:

a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari
hasil- hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai
keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa
tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan
jenjang dan struktur masing-masing pihak.

c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim


berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat


harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari
terjadinya dominasi.

9
e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai
tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan
(sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-
langkah selanjutnya.

f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala


kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam
setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu
sama lain.

g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan
dengan kemampuan sumber daya manusia.

Bentuk dan Tipe Partisipasi

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program
pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi
keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif. Dengan berbagai bentuk partisipasi
yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis,
yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk
partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata
misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak
nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan
partisipasi representatif.

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi


pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda adalah
partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau
perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan
partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya
kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut
dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

10
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat
atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Partisipasi sosial diberikan
oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya
dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang
lain untuk berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat
terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait
dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif dilakukan dengan cara
memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.
Penjelasan mengenai bentuk-bentuk partisipasi dan beberapa ahli yang mengungkapkannya
dapat dilihat dibawah ini.

Nama Pakar

1. Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi


2. (Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)
3. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi
pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
4. (Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)
5. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
6. (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)
7. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
8. (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)
9. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud
agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
sosialnya.
10. (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)
11. Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat
atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk

11
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang
diikutinya.
12. (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)
13. Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda
paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga
sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk
berpartisipasi.
14. (Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)
15. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap
diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan
kepentingan bersama.
16. (Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)
17. Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dianalisis, dapat ditarik sebuah


kesimpulan mengenai tipe partisipasi yang diberikan masyarakat. Tipe partisipasi masyarakat
pada dasarnya dapat kita sebut juga sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh
masyarakat. Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33) mengidentifikasikan partisipasi masyarakat
menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif,
partisipasi dengan cara memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi
untuk insentif materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan self mobilization.

Tipe Partisipasi

1.Partisipasi pasif/ manipulatif

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi.

(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan
tanggapan masyarakat.

(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok
sasaran.

12
2.Partisipasi dengan cara memberikan informasi

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian


seperti dalam kuesioner atau sejenisnya.

(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses
penyelesaian.

(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3.Partisipasi melalui konsultasi

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi.

(b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk


kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi
tanggapan-tanggapan masyarakat;

(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;

(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat


(sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

4.Partisipasi untuk insentif materil

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja,
demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya.

(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajarannya.

(c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang


dilakukan pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

5.Partisipasi fungsional

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan proyek.

13
(b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang
disepakati;

(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll)
tetapi pada saatnya mampu mandiri.

6.Partisipasi interaktif

(a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada perencanaan
kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan kelembagaan yang telah ada;

(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman
perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik;

(c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-keputusan


mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

7.Self mobilization

(a)Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak


dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka
miliki;

(b)Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan


bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan;

(c)Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.

Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan berkelanjutan melalui
partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung sampai pada tipe macam apa partisipasi
masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana pemahaman
masyarakat terhadap suatu program sehingga ia turut berpartisipasi.

Proses partisipasi

Dalam berbagai program pembangunan para praktisi pembangunan pun telah


melakukan persiapan sosial agar program tersebut benar-benar menyentuh kepentingan,
kebutuhan dan masalah masyarakat melalui tahapan-tahapan keikutsertaan masyarakat,
dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat dan juga tingkat
keikutsertaan masyarakat. Persiapan sosial ini dimaksudkan agar setiap paket pembangunan
dapat dikomunikasikan secara efektif dan efisien.

14
Analisis proses partisipasi atau keikutsertaan masyarakat ini menjadi sangat penting
karena dengan demikian usaha komunikasi program pembangunan ke dalam masyarakat akan
memperoleh hasil yang maksimal. Analisis yang di maksud adalah :

1. Tahapan penumbuhan ide untuk membangun dan perencannaan

Dalam tahap ini kita harus melihat, apakah pelaksanaan program tersebut didasarkan
ats gagasan atau ide yang tumbuh dari kesadaran masyarakat serdiri atau diturunkan dari atas.
Jika datangnya dari masyarakat itu sendiri karena didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi
yang menghimpitnya pada saat itu maka peran aktif masyarakat akan lebih baik dan juga
sebaliknya. Jika masyarakat diikut libatkan di dalam proses perencanaan untuk membangun
daerahnya, maka dapat dpastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa dihargai sebagai
manusia yang dihargai sebagai manusia yang memilki potensi dan kemampuan sehingga
mereka lebih mudah berperanserta aktif dalam melaksanakan, melestarikan program
pembangunan tersebut.

2. Tahap pengambilan keputusan

Landasan filosofi dalam tahap ini adalah bahwa setia orang akan merasa dihargai jika
mereka diajak untuk berkomprimi, memberikan pikiran-pikirannya dalam membuat suatu
keputusan untuk membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya. Keikutsertaan
anggota atau seseorang di dalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah
memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan untuk turut bertanggungjawab dalam
melaksanakan, mengembangkan setiap paket program yang di komunikasikan. Mereka
merasa memiliki tanggung jawab secara penuh tehadap keberhasilan program yang
dilaksanakan. Dengan demikian dalam diri masyarakat akan tumbuh rasa tanggung jawab
secara sadar kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif dengan penuh
kesadaran.

3. Tahap pelaksanaan dan evaluasi

Landasan filosofi dalam tahapan ini adalah prinsip learning by doing dalam metode
belajar orang dewasa. Tujuan melibatkan masyarakat dalam tahap pelaksanaan adalah agar
masyarakat dapat mengetahi secara baik tentang cara-cara melaksanakan program sehingga
nantinya mereka secara mandiri mampu melanjutkan, meningkatkan, serta melestarikan
program pembangunan yang dilaksanakan. Tujuan lainnya adalah untuk menghilangkan

15
kebergantungan masyarakat terhadap pihak luar (komunikator atau penyuluh). Sedangkan
dalam hal mengevaluasi, masyarakat diarahkan untuk mampu menilai sendiri dengan
mengungkapkan tentang apa yang mereka tahu dan apa yang mereka lihat. Mereka diberi
kebebasan untuk menilai sesuatu dengan apa yang ada dibenaknya, pengalaman, kelebihaan,
kelemahan, manfaat, hambatan dan faktor pelancar dari program tersebut.

4. Tahap pembagian keuntungan

Tahap ini menekankan pada tahap pemanfaatan program pembangunan yang diberikan secara
merata kepada anggota masyarakat. Pertimbangan pokok dalam menerapkan suatu program
jika dilihat dari aspek keuntungan ekonomis adalah program tersebut akan memberikan
kesuksesan secara ekonomis kepada anggotanya.

Dalam pelaksanaan tidak mudah untuk menerapkan tahapan-tahapan diatas, karena


keterbatasan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan,
penagmbilan keputusan, evaluasi serta menghitung kemanfaatan secara ekonomis. Akan
tetapi dengan pendekatan analisis partisipasi maka akan mewujudkan bottom up planning
yang berjalan seimbang dengan top down planning.

Selain analisis proses partisipasi diatas, dalam partispasi juga terdapat cara-cara dalam
merealisasikan keikutsertaan yang efektif yang diterapkan ADB (Asian Development Bank)
dalam kegiatan yang mereka laksanakan, diantaranya:

1. Partisipasi dengan Berbagi/Mengumpulkan Informasi

Ujung pasif pada skala partisipasi (dari dangkal sampai dalam) adalah menyebarluaskan
informasi kepada, atau mencari informasi dari, para stakeholder. Penyebarluasan
informasi harus menjadi bagian dari setiap prakarsa pembangunan.

2. Partisipasi melalui Konsultasi/Mendapatkan Umpan balik

Konsultasi merupakan cara utama bagi ADB (Asian Development Bank) dan instansi-instansi
pelaksana pemerintah untuk mengikutsertakan para stakeholder dalam prakarsa-
prakarsa pembangunan mereka. Tingkat partisipasi sangat berbeda di antara bentuk-
bentuk konsultasi.

3. Partisipasi melalui Pemberdayaan/Kendali Bersama

16
Kedalaman partisipasi maksimum tercapai dengan adanya pemberdayaan atau kendali
bersama. Pada tingkat ini, kekuasaan untuk membuat keputusan terpusat pada masyarakat
daerah. Masyarakat mengembangkan rencana tindakan dan mengelola kegiatan mereka
sendiri berdasarkan prioritas dan gagasan mereka sendiri. Para lembaga donor dan
profesional pembangunan lebih bersifat memperlancar dan mendukung, daripada
mengarahkan, pembangunan daerah. Kelompok-kelompok daerah mengendalikan
keputusan-keputusan daerah, yang meningkatkan kepentingan mereka dalam
mempertahankan bangunan dan praktek fisik atau kelembagaan.

4. Partisipasi melalui Kolaborasi/Pembuatan Keputusan Bersama

Konsultasi yang menggunakan metode partisipasi memperlihatkan bahwa para


stakeholder didorong untuk menyuarakan wawasan mereka dan bersama-sama
merekomendasikan solusi. Tetapi, konsultasi bersifat terbatas karena tidak memberikan
kendali pembuatan keputusan kepada para stakeholder. Untuk satu dan lain alasan,
lembaga sponsor memilih untuk mempertahankan kemampuan untuk menerima atau
menolak saran-saran stakeholder. Sebaliknya, kolaborasi berbeda dengan konsultasi karena
para stakeholder diundang untuk mempengaruhi isi suatu proyek atau program.

Partisipasi berkisar dari yang dangkal sampai yang dalam dari pertukaran informasi
yang pasif sampai komitmen penuh. Para stakeholder dapat dilibatkan dalam banyak hal, dari
sekadar diberitahubahwa “pembangunan” sedang “berlangsung” sampai mengambil bagian
dalamproyek-proyek yang membantu mereka bertanggung jawab atas pembangunanmereka
sendiri.

Tingkat Partisipasi

===============================================================

Berbagi Konsultasi/ Kolaborasi/ Pembuatan Pemberdayaan/

Informasi Mendapatkan Umpan Balik Keputusan Bersama Kendali Bersama

Dangkal
<-------------------------------------------------------------------------------------------------------
>Dalam

===============================================================

17
Berbagi (atau mengumpulkan) informasi berada pada ujung pasif atau dangkal dari sk ala
partisipasi. Ini bisa melibatkan penyebarluasan informasi tentang program yang direncanakan
atau meminta para stakeholder untuk memberikan informasi yang akan digunakan oleh
para pihak lain untuk membantu merencanakan atau mengevaluasi proyek atau
kegiatan lain.

Kolaborasi/pembuatan keputusan bersama dan pemberdayaan/kendali bersama


mewakili apa yang oleh kebanyakan pelaku pembangunan partisipatif dianggap sebagai
partisipasi sejati. Pada tiap tahap, para stakeholder terlibat aktif dan tercapai hasil yang
berkelanjutan. Dalam kolaborasi, misalnya, orang diundang oleh pihak luar untuk
memenuhi tujuan yang telah ditentukan sebelumnya: profesional atau organisasi
pembangunan mengidentifikasi problem atau masalah yang akan dibahas, dan
menghimpunkan kelompok untuk berkolaborasi membahas topik tersebut. Para
stakeholder mungkin tidak memprakarsai kolaborasi tersebut, tetapi secara signifikan
mempengaruhi hasilnya. Kelompok atau sub-kelompok dibentuk sehingga membangun
jaringan dan meningkatkan mutu struktur atau praktek. Orang itu sendiri dan proyek di mana
mereka bekerja berubah akibat interaksi mereka. Gagasan-gagasan para stakeholder
mengubah desain proyek atau rencana pelaksanaan, atau menyumbang pada kebijakan atau
strategi baru. Yang paling penting, profesional atau organisasi pembangunan yang meminta
keterlibatan stakeholder menanggapi dengan serius sudut pandang orang-orang tersebut dan
bertindak sesuai dengan sudut pandang tersebut.

Kendali bersama melibatkan partisipasi yang lebih dalam daripada kolaborasi. Warga
masyarakat menjadi lebih diberdayakan dengan menerima tanggung jawab yang makin
bertambah atas pengembangan dan pelaksanaan rencana aksi sehingga bertanggung
jawab kepada anggota kelompok demikian pula atas pembentukan atau pemantapan
lembaga-lembaga daerah. Para profesional pembangunan menjadi fasilitator bagi
proses yang digerakkan oleh daerah. Para stakeholder memegang kendali serta
pemilikan atas komponen mereka dalam proyek atau program, dan membuat keputusan
sesuai dengan itu. Pada tingkat ini, partisipasi daerah sangat berkelanjutan karena orang
yang bersangkutan memiliki kepentingan dalam mempertahankan struktur atau
praktek. Pemantauan partisipatif—di mana warga masyarakat, kelompok atau organisasi

18
menilai tindakan mereka sendiri dengan menggunakan prosedur dan indikator kinerja yang
mereka pilih sewaktu menyelesaikan rencana mereka—memperkuat pemberdayaan dan
keberlanjutan. Karena lebih bersifat sebagai pelengkap, daripada pengganti untuk,
pemantauan eksternal, pemantauan partisipatif telah disebut “penyempurna” pembangunan
partisipatif.

Bila dulu tidak ada partisipasi yang signifikan, pengumpulan informasi atau
konsultasi dapat dipandang sebagai tonggak penting. Di samping itu, tantangan,
kendala, dan peluang khusus yang diberikan oleh masing-masing konteks mengartikan bahwa
hal-hal ini kadang-kadang dapat dinilai sebagai cara-cara partisipasi yang paling sesuai. Pada
kesempatan lain, hal-hal ini dapat melengkapi dan mendukung bentuk partisipasi yang lebih
rumit. Banyak dari kasus yang ditinjau di sini adalah eksperimen atau langkah-langkah
pertama yang dirancang untuk memperkenalkan stakeholder dalam dan luar kepada
teknik-teknik partisipasi. Di samping itu, banyak kegiatan yang rumit dan menggunakan
beberapa bentuk partisipasi, kadang-kadang mulai pada satu tingkat dan menjadi lebih
dalam sewaktu para profesional pembangunan dan stakeholder daerah belajar bersama.
Aspek-aspek tertentu dari masing-masing kasus disoroti dalam makalah ini untuk
memperjelas bentuk partisipasi tertentu.

Pola Peran Serta Masyarakat

Dalam perkembangannya partisipasi terbagi kedalam dua pola, yaitu pola patisipasi
secara individu dan partisipasi secara kelompok. Seseorang yang aktif dan inovatif dalam
setiap pembangunan akan sangat membantu dirinya setra keluarganya untuk meningkatkan
taraf kehidupannya secara ekonomis dan spiritual. Namun sebagai mahluk sosial maka pola
individu harus dikembangkan kepada anggota lainnya sehingga tercipta pola partisipasi
kelompok.

Berbagai pedekatan pembangunan saat ini lebih banyak menggunakan pertisipasi


kelompok. Oleh karena itu pola partisipasi harus dilihat secara kelompok karena setiap
kelompok memiliki elemen-elenem yang bekerjasama dimana antara elemen satu dengan
elemen lainnya akan asaling berinteraksi yang akan menimbulkan suatu dinamika kelompok

19
yang akan menjadikan karakter bersikap dan bertindak sehingga menimbulkan kemampuan
anggota kelompok untuk perpartisipasi dalam setiap program pembangunan.

Dalam mengembangkan partisipasi anggota secara kelompok perlu menggunakan


pendekatan ‘partisipation action model (PAM)’ yang dikembangkan oleh Prof. S. Chamala
untuk pengembangan Group Skill Management Forland Care. Metode ini di kembangkan atas
pertimbangan :

1. Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kemanpuan anggota khususnya dan


masyarakat umunnya

2. Masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam pembangunan

3. Melalui pendekatan PAM masyarakat dapat mengembangkan dirinya dan siap ikut dalam
partisipasi pembangunan

4. PAM dibutuhkan karena :

a. Pembangunan dimasa sekarang semakin komplek

b. Pemerintah memiliki keterbatasan dalam hal sumbernya

c. Membutuhkan pengetahuan masyarakat yang mampu menerima inovasi denagn cepat dan
tepat.

Metode PAM ini berlandaskan pada filosofi sebagai berikut : “telling adults provokes
reaction, showing them triggers the imagination, involving them gives them understanding,
empowering them leads to commitment and action “, memberitahu orang dewasa dapat
memprovokasi reaksi, sedangkan menunjukkan kepada mereka dapat memicu imajinasi,
melibatkan mereka memberi mereka pemahaman, memberdayakan mereka mengarah ke
komitmen dan tindakan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu
program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun
ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

20
Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam
masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan
keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih
banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada
dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat
peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama
nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan
pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat
mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan
bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan
berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

21
5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi


dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia
tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih
terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Sedangkan menurut Holil (1980: 9-10), unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang juga
dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah:

Kepercayaan diri masyarakat;

Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;

Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat;

Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas
kekuatan sendiri;

Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan diakui sebagai/menjadi
milik masyarakat;

Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang


bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena penunggangan
oleh kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat;

Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan;

Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan


kepentingan-kepentingan umum masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga dapat berasal
dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu:

Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan
pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

22
Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan,
permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan bagi serta
mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;

Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem
nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga masyarakat atau
lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan
berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok

Pengertian keramik adalah cakupan untuk semua benda yang terbuat dari tanah liat
(lempung), yang mengalami proses panas / pembakaran sehingga mengeras. Balai Besar
Keramik Bandung, mendefinisikan keramik sebagai berikut: “Keramik adalah produk yang
terbuat dari bahan galian anorganik non - logam yang telah mengalami proses panas yang
tinggi. Dan bahan jadinya mempunyai struktur kristalin dan non-kristalin atau campuran dari
padanya” (Praptopo Sumitro, dkk, 1984:15).

Definisi Keramik

Definisi keramik yang pengertiannya luas dan umum adalah “bahan-bahan yang
dibakar tinggi”, termasuk didalamnya adalah semen, gibs, besi (metal) dan lain sebagainya.
Karena hal itulah sebutan keramik bervariasi seperti gerabah, tembikar, mayolika, email,
keramik putih, terracota, porselin, keramik batu (stoneware), benda tanah liat, barang pecah-
belah, benda api, cermet (keramik-metal), gelas, semen api, keramik halus, kaca, silikon dan
lain sebagainya.

Pengertian keramik dapat pula dipandang dari bentuk visualnya (wujud rupa), dari
bahan material ( kimia - fisik ) dan teknologinya ( teknik kimia, teknik fisika, teknologi
proses, dll. ), serta dari fungsi praktis, konsep seni dan desain. Bila ditinjau dari sudut ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek), keramik dapat digolongkan dalam lingkup silika
enjinering (Teknik Kimia) karena bahan materialnya menjadi titik pusat perhatian dan
karakteristiknya. Bisa juga digolongkan dalam lingkup fisika enjinering ( Teknik Fisika ), hal
ini bila ditinjau dari sifat fisik dan cara pemanasan atau pembakarannya. Iptek- material ini
meneropong berbagai segi keramik modern.

Dari bahan baku, bahan mentah, pemrosesan, sampai dengan analisis dan
penerapannya untuk berbagai rekayasa teknologi mutakhir. Rekayasa canggih tersebut

23
meliputi elektronika dan outomotif serta komputer, juga akhir-akhir ini telah merambah ke
bidang biologi (tulang dan gigi) yang mengetengahkan keramik modern yang menakjubkan.
Dengan demikian keramik juga termasuk dalam lingkup bidang ilmu Teknik dan MIPA.

Arah baru dari pengembangan riset bahan keramik pada akhir abad 20 ditandai
dengan Iptek-bahan yaitu “Material Multifungsi”yang penggunaannya teramat banyak,
termasuk piranti (komponen) elektronika (elektro-keramik), komponen bertegangan tinggi
dan suhu tinggi seperti mesin dan cerobong pesawat, komponen untuk industri produksi
seperti permrosesan gelas dan logam serta piranti dari proses manufaktur (alat potong dan
lainnya). Lapisan pelindung pesawat antariksa dan kendaraan hipersonik Angkatan Laut
Amerika memakai bahan multifungsi yang tahan pada suasana oksidatif dan reduktif serta
menghambat suhu dingin dan aliran cepat suhu yang amat panas (Anton J.H., 1994:100).
Gelas-keramik alumunium silikat sebagai bahan pelapis dan komposit karbon-karbon (C-C),
sangat stabil pada suhu panas 1500°C. Pemrosesan sol-gel sangat baik untuk membuat bahan-
multifungsi misalnya optika silikat, keramik-metal (cermet) dan lainnya.

Selain itu, pengembangan baru IPTEKS yang menggabungkan biologi, kimia-fisik


dan DNA-rekombinan, para ahli telah dapat menciptakan bahan untuk perbaikan enamel gigi
manusia. Teknologi canggih dan eksperimentasi terus berlangsung dan kemudian Zircone-Y
merupakan hasil temuan cemerlang, sehingga para ahli mampu menjadikan keramik sebagai
bahan mentah terkeras dan sangat kuat, tahan terhadap goresan, panas dan berbagai bentuk
efek kimia dan mekanik.

Temuan tersebut telah diterapkan dan dimanfaatkan oleh pabrik jam tangan merek
Rado La Coupole ‘Ceramique’ dipadukan dengan batu sapir dan oksidasi metal serta kilauan
berlian di beberapa sudutnya membuat nyaman dan menyatu dengan keindahan desain. Lalu
pemanfaatan tulang sebagai komposit keramik yang mengandung serat organik (kolagen) dan
mineral, merupakan bahan baku (biologi-material) yang cukup potensial. Dan kini telah
dimanfaatkan oleh perusahaan patungan dalam negeri yaitu PT. Han Kook Keramik
Indonesia, yang meramu tulang sapi dengan tanah liat sebagai bahan baku peralatan rumah
tangga.

Pengertian keramik secara “khusus”dikaitkan dengan bidang senirupa, yang ditinjau


dari segi perwujudan bentuknya. Secara umum disebut sebagai “seni keramik”, yaitu suatu
pengertian dari proses pengubahan atau penciptaan benda yang bernilai “seni”. Hasil dari
pengolahan, penyusunan dan proses kreasi seni tersebut biasa disebut sebagai “keramik

24
seni”. Penciptaan bentuk keramik ada hubungannya dengan penyusunan dari unsur-unsur
sat-mata (element visual) dan latar belakang atau tujuan dari pembuatan, yang tertuang dalam
kegiatan perancangan atau men-desain, disamping menyangkut kreativitas juga bisa berupa
ungkapan (ekspresi). Cara pandang keramik di dalam bidang senirupa bisa berada dalam
kajian seni murni atau bisa dalam kajian seni kriya atau bisa dalam kajian seni pakai (terapan)
dan kajian desain.

Riset bahan keramik dan seni keramik terus bergulir dengan wawasan yang semakin
luas, kompleks, rinci serta mendalam; sehingga pengertian keramik masa kini dan mendatang
tidak lagi sederhana atau sekedar keterampilan dan ketekunan mengolah lempung belaka,
tetapi sudah berwajah Iptek tinggi. Dengan demikian, spesialisasi keahlian perlu
dikembangkan untuk memudahkan dalam mengarahkan dan mendalami keramik.

Untuk memudahkan dalam menanggapi persoalan-persoalan keramik, dalam hal ini


ada beberapa cara pandang yaitu keramik sebagai “meterial” (bahan), yaitu pembahasan yang
meliputi bahan baku dan bahan mentah serta Iptek-material seperti masalah tanah atau
lempung, batuan, bahan galian, air, bahan glasir, komposisi bahan, yang meliputi
pembahasan ilmu kimia dan fisika. Keramik juga bisa dilihat dari sudut “teknik”, yang
meliputi proses pembuatan, teknologi proses, penerapan kimia dan fisika, bahan konstruksi
dan arsitektur, tungku dan pembakaran, komponen rekayasa teknologi pesawat, komputer,
elektro, dapur tinggi (pengecoran) dan lain sebagainya. Dan cara pandang yang khas adalah
keramik sebagai “konsep visual”, yang berhubungan dengan pengorganisasian dan
penyusunan unsur-unsur sat-mata (element visual) berkaitan dengan bidang senirupa dan
desain.

25
BAB III

GAMBARAN UMUM KELURAHAN DINOYO

PETA KECAMATAN LOWOKWARU

26
Profil Kelurahan Dinoyo,Kecamatan Lowokwaru,Kota Malang

Nama Desa / Kelurahan Kelurahan Dinoyo


Tahun Pembentukan -
Dasar Hukum Pembentukan -
Nomor Kode Wilayah -
Nomor Kode Pos 65144
Kecamatan Lowokwaru
Kabupaten / Kota Kota Malang
Propinsi Jawa Timur
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan


Lowokwaru, 2016

N Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


O
1 0-4 6052 6055 12107
2 5-9 5920 5639 11559
3 10-14 5655 5323 10978

27
4 15-19 10961 13084 24045
5 20-24 19734 19292 39026
6 25-29 8457 7259 15716
7 30-34 6936 6760 13696
8 35-39 5937 6119 12056
9 40-44 5605 5927 11532
10 45-49 4864 5757 10621
11 50-54 4698 5331 10029
12 55-59 4018 4162 8180
13 60-64 2847 2855 5702
14 65-69 1828 1935 3763
15 70-74 1148 1393 2541
16 75+ 1087 1883 2970
Jumlah 95747 98774 194521
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2017

Lingkungan I Kelurahan Kotalama, Mergosono dan Jodipan.


Lingkungan II Kelurahan Kiduldalem, Sukoharjo dan Ciptomulyo.
Lingkungan III Kelurahan Kauman, Kasin dan Sukun.
Lingkungan IV Kelurahan Klojen, Oro-oro Dowo, Samaan dan Rampal Celaket.
Lingkungan V Kelurahan Bareng, Tanjungrejo, Gading Kasri, Pisang Candi,
Penanggungan, Sumbersari, Ketawanggede dan Dinoyo.
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Jumlah Pencari Kerja Terdaftar menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan
Jenis Kelamin di Kecamatan Lowokwaru, 2016

28
Tingkat Pendidikan Terakhir Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
(L+P)
Tidak/Belum pernah sekolah - - -
Tidak/Belum Tamat SD - - -
Sekolah Dasar/Sederajat 1 3 4
Sekolah Menengah Pertama 1 5 6
Sekolah Menengah Atas 5 11 16
Sekolah Menengah Kejuruan 12 14 26
Diploma 5 22 27
Universitas 19 35 54
Jumlah 43 90 133
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Jumlah Penduduk dan Perkembangan Penduduk menurut Jenis Kelamin Kelurahan di


Kecamatan Lowokwaru, 2015 dan 2016

Jumlah Penduduk Perkembangan Penduduk


Laki-Laki Perempuan
NO Kelurahan 2015-2016 (%)
1 Merjosari 19551 19822 1.39
2 Dinoyo 17933 18058 0.70
3 Sumbersari 17462 17397 -0.37
4 Ketawanggede 10141 10075 -0.65
5 Jatimulyo 21464 21700 1.10
6 Lowokwaru 17531 17452 -0.45
7 Tulusrejo 16112 16233 0.75
8 Mojolangu 24909 25033 0.50
9 Tanjungsekar 15244 15386 0.93
10 Tasikmadu 6111 6192 1.33
11 Tunggulwulung 7692 7860 2.18
12 Tlogomas 19171 19313 0.74
Kecamatan Lowokwaru 193321 194521 0.62
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Lowokwaru 2016

29
N Kelurahan Luas Wilayah % Luas Terhadap
O (Km2) Luas Kecamatan
1 Merjosari 3.36 14.87
2 Dinoyo 1.17 5.18
3 Sumbersari 1.28 5.66
4 Ketawanggede 0.83 3.67
5 Jatimulyo 2.51 11.11
6 Lowokwaru 1.23 5.44
7 Tulusrejo 1.31 5.80
8 Mojolangu 2.88 12.74
9 Tanjungsekar 1.87 8.27
10 Tasikmadu 2.43 10.75
11 Tunggulwulung 1.87 8.27
12 Tlogomas 1.86 8.23
Kecamatan Lowokwaru 22.60 100.00
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Jarak Dari Kelurahan ke Ibukota Kecamatan di Kecamatan Lowokwaru

N Kelurahan Jarak Kelurahan Dari Ibukota


O Kecamatan
(Km)
1 Merjosari 5.00
2 Dinoyo 3.00
3 Sumbersari 5.00
4 Ketawanggede 2.00
5 Jatimulyo 3.00
6 Lowokwaru 3.00
7 Tulusrejo 1.00
8 Mojolangu 1.00
9 Tanjungsekar 2.00
10 Tasikmadu 4.00
11 Tunggulwulung 6.00
12 Tlogomas 5.00
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

N Kelurahan Jumlah Rukun Jumlah Rukun Tetangga


30
O Warga(RW) (RT)
1 Merjosari 12 84
2 Dinoyo 7 51
3 Sumbersari 7 40
4 Ketawanggede 5 32
5 Jatimulyo 10 75
6 Lowokwaru 15 104
7 Tulusrejo 16 74
8 Mojolangu 19 117
9 Tanjungsekar 8 73
10 Tasikmadu 6 32
11 Tunggulwulung 6 54
12 Tlogomas 9 49
Kecamatan Lowokwaru 120 785
Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) menurut Kelurahan di Kecamatan
Lowokwaru, 2016

Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Distribusi dan Kepadatan Penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Lowokwaru, 2016

Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

N Kelurahan Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk


O

31
1 Merjosari 10.19 5899
2 Dinoyo 9.28 15434
3 Sumbersari 8.94 13591
4 Ketawanggede 5.18 12139
N5 Kelurahan
Jatimulyo Jumlah TPS yang
11.16Dikelola 8645
O6 Lowokwaru 8.97 14189
17 Tulusrejo
Merjosari 28.35 12392
28 Mojolangu
Dinoyo -12.87 8692
39 Tanjungsekar
Sumbersari 17.91 8228
410 Tasikmadu
Ketawanggede 13.18 2548
511 Tunggulwulung
Jatimulyo 14.04 4203
612 Tlogomas
Lowokwaru 19.93 10383
7 Kecamatan Lowokwaru
Tulusrejo 100.00
- 8607
8 Mojolangu 1 Jumlah Tempat
9 Tanjungsekar 1 Peribadatan menurut Jenis
10 Tasikmadu 2
11 Tunggulwulung 1 Tempat Peribadatan di
12 Tlogomas 2 Kecamatan Lowokwaru,
Kecamatan Lowokwaru 13
2016

Jenis Tempat Peribadatan Jumlah


Masjid 151
Musholla/Langgar 204
Gereja 9
Klenteng -
Vihara -
Pura -
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Jumlah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang Dikelola menurut Kelurahan di


Kecamatan Lowokwaru, 2016

32
Sumber : Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

Hasil Kuesioner”Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produk sentra


industri keramik Dinoyo”

1. Apakah anda ikut andil dalam memberikan ide atau gagasan kepada pengrajin terhadap
produksi keramik Dinoyo?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase)


f %
1 Ya 7 41%
2 Tidak 10 59%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

33
2. Apakah anda ikut membantu para pengrajin keramik dalam memasarkan hasil
produksinya?
No Jawaban Frekuensi Persentase
(f) (%)
1 Ya 6 24%
2 Tidak 11 76%
Jumlah 17 100%

Sumber : Kuesioner

3. Apakah pabrik industri keramik di Dinoyo,melibatkan masyarakat yang bukan pengrajin


dalam proses produksinya?
No Jawaban (Frekuensi) Persentase
f (%)
1 Ya 13 76%
2 Tidak 4 24%
Jumlah 17 100%

Sumber : Kuesioner

4.Dalam era globalisasi sekarang,orang-orang menggunakan media sosial seperti,Instagram


(IG),Facebook(FB),Whats up (WA),dan media sosial lainnya.Apakah anda ikut
berpartisipasi,dalam mengenalkan produk keramik tersebut melalui media sosial?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Ya 6 35%
2 Tidak 11 65%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

5. Apakah letak produksi keramik dan tempat penjualan nya strategis?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase

34
f (%)
1 Ya 6 35%
2 Tidak 11 65%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

6. Apakah pernah ada sosialisasi promosi tentang penjualan keramik yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat setempat?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Ya 12 71%
2 Tidak 5 29%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

7. Apakah anda memberikan bantuan untuk membantu memperdagangkan hasil produksi


yang dihasilkan oleh pengrajin?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Ya 10 59%
2 Tidak 7 41%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

8. Apakah produksi pembuatan keramik,menganggu aktivitas warga?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Ya 3 9%
2 Tidak 14 91%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

9.Bagaimana menurut pandangan Bapak/Ibu tentang kawasan ini sebagai lokasi Pemasaran
hasil Produksi?

35
No Jawaban (Frekuensi) Persentase
f (%)
1 Sangat Tepat 2 8%
2 Tepat 6 12%
3 Kurang Tepat 7 37%
4 Tidak Tepat 2 43%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

10.Menurut Bapak/Ibu apakah keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan keramik dari


pengrajin Dinoyo ini,dilakukan ketika ada kegiatan saja?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Sangat Tepat 1 6%
2 Tepat 5 29%
3 Kurang Tepat 10 59%
4 Tidak Tepat 1 6%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

11.Menurut Bapak/Ibu apakah keterlibatan masyaralat dalam mengembangkan dan


membantu memasarkan keramik dari pengrajin dimulai dari awal produksi sampai kepada
pemasaran.?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Sangat Tepat 1 6%
2 Tepat 6 35%
3 Kurang Tepat 6 35%
4 Tidak Tepat 4 24%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

12.Menurut Bapak/Ibu apakah setiap produksi yang akan dihasilkan pengrajin harus
dikonsultasikan kepada masyarakat terlebih dahulu?

36
No Jawaban (Frekuensi) Persentase
f (%)
1 Sangat Tepat 1 6%
2 Tepat 1 6%
3 Kurang Tepat 10 59%
4 Tidak Tepat 5 29%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

13.Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang kawasan ini sebagai tempat para
pengrajin keramik khas Dinoyo,dijadikan sebagai tempat wisata?

No Jawaban (Frekuensi) Persentase


f (%)
1 Sangat Tepat 2 12%
2 Tepat 5 29%
3 Kurang Tepat 9 53%
4 Tidak Tepat 1 6%
Jumlah 17 100%
Sumber : Kuesioner

37
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

 Profil Responden

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel beberapa masyarakat di di Kelurahan


Dinoyo, sebanyak 17 orang, dengan profil responden sebagai berikut :

Profil Responden

Kriteria Sub Kriteria Jumlah


Jenis Kelamin Laki Laki 4
Perempuan 13
Total 17

Pendidikan Terakhir Tidak Bersekolah 0


Tamat SD 5
Tamat SMP 1
Tamat SMA 7
Perguruan Tinggi 4

38
Partisipasi masyarakat Kelurahan Dinoyo dalam mengembangkan dan
meningkatkan produksi serta pemasaran keramik Dinoyo

 Analisis Hasil Penelitian

Analisis penelitian digunakan dengan analisis diagaram dan deskripsi berdasarkan


tanggapan atas pertanyaan–pertanyaan dalam kuisoner. Item-item pertanyaan partisipasi
masyarakat dalam mengembangkan produk sentra industri keramik Dinoyo dalam bentuk
diagram di bawah ini :

1. Apakah anda ikut andil dalam memberikan ide atau gagasan kepada pengrajin terhadap
produksi keramik Dinoyo?

41%
59%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “tidak”


dengan angka presentase 59%.Sedangkan keikutsertaan masyarakat dalam memberikan ide
atau gagasan kepada pengrajin terhadap produksi keramik Dinoyo adalah “41% “. Maka
dapat di tarik kesimpulan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam memberikan ide atau
gagasan kepada pengrajin adalah kurang aktif.

39
2. Apakah anda ikut membantu para pengrajin keramik dalam memasarkan hasil
produksinya?

35%

65%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “ya” dengan
angka presentase 65%.Sedangkan yang menjawab tidak dalam membantu para pengrajin
keramik dalam memasarkan hasil produksinya adalah “35% “.Maka dapat di tarik kesimpulan
bahwa keikutsertaan masyarakat dalam membantu para pengrajin kurang aktif.

40
3. Apakah pabrik industri keramik di Dinoyo,melibatkan masyarakat yang bukan pengrajin
dalam proses produksinya?

24%

76%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “ya” dengan
angka presentase 76%.Sedangkan ketidakterlibatan masyarakat dalam proses produksi
adalah“24% “. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam proses
produksinya adalah aktif. Namun,ini adalah hasil dari kerjasama antara pengrajin dan
masyarakat.

41
4. Dalam era globalisasi sekarang,orang-orang menggunakan media sosial seperti,Instagram
(IG),Facebook(FB),Whats up (WA),dan media sosial lainnya.Apakah anda ikut
berpartisipasi,dalam mengenalkan produk keramik tersebut melalui media sosial?

35%

65%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “tidak”


dengan angka presentase 65%.Sedangkan partisipasi masyarakat dalam mengenalkan produk
keramik tersebut melalui media social adalah “35% “.Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
partisipasi masyarakat dalam mengenalkan produk keramik Dinoyo melalui media sosial
adalah kurang aktif.

42
5. Apakah letak produksi keramik dan tempat penjualan nya strategis?

35%

65%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “tidak”


dengan angka presentase 65%.Sedangkan yang menjawab “ya” adalah 35%.Maka dapat di
tarik kesimpulan menurut masyarakat setempat,letak penjualan keramik Dinoyo adalah
kurang strategis.

6. Apakah pernah ada sosialisasi promosi tentang penjualan keramik yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat setempat?

43
29%

71%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “ya” dengan
angka presentase 71%.Sedangkan yang menjawab “ya” adalah “21% “. Maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa masyarakat dan pemerintah bersinergi dalam mempromosikan tentang
keramik Dinoyo agar dikenal masyarakat luas.

7. Apakah anda memberikan bantuan untuk membantu memperdagangkan hasil produksi


yang dihasilkan oleh pengrajin?

44
41%

59%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “ya” dengan
angka presentase 59%.Sedangkan partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan dalam
memperdagangkan hasil produksi adalah “41% “.Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
partisipasi masyarakat dalam mebmberikan bantuan untuk memperdagangkan hasil kerajinan
adalah sangat aktif.

8.Apakah produksi pembuatan keramik,menganggu aktivitas warga?

45
18%

82%

Ya Tidak

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “tidak”


dengan angka presentase 82%.Sedangkan masyarakat yang menjawab bahwa produksi
pembuatan keramik menganggu aktivitas warga “18% “. Maka dapat di tarik kesimpulan
bahwa produksi pembuatan keramik Dinoyo tidak menganggu aktivitas warga.

9.Bagaimana menurut pandangan Bapak/Ibu tentang kawasan ini sebagai lokasi Pemasaran
hasil Produksi?
46
12% 12%

35%
41%

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “tidak tepat”
dengan angka presentase 35%. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa sebagian besar
masyarakat setempat di Kelurahan Dinoyo berpendapat bahwa kawasan tempat penjualan
tidak tepat. Dari beberapa warga yang menjawab tidak tepat adalah dikarenakan lokasi parkir
yang tidak memadai sebagai tempat parker pengunjung atau pembeli.

10.Menurut Bapak/Ibu apakah keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan keramik dari


pengrajin Dinoyo ini,dilakukan ketika ada kegiatan saja?

47
6% 6%

29%

59%

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “kurang tepat”
dengan angka presentase 59%. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa masyarkat Kelurahan
Dinoyo selalu berpartisipasi dalam hal mengembangkan atau sekedar mengenalkan produk
keramik Dinoyo.

48
11.Menurut Bapak/Ibu apakah keterlibatan masyaralat dalam mengembangkan dan
membantu memasarkan keramik dari pengrajin dimulai dari awal produksi sampai kepada
pemasaran.?

6%

24%

35%

35%

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “kurang tepat”
dan “tepat” dengan angka presentase 35%. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa sebagian
besar masyarakat setempat di Kelurahan Dinoyo ada yang terlibat langsung dari awal
Produksi sampai kepada pemasaran dan ada juga beberapa warga yang hanya melakukan
partisipasinya dalam hal pemasaran.

49
12.Menurut Bapak/Ibu apakah setiap produksi yang akan dihasilkan pengrajin harus
dikonsultasikan kepada masyarakat terlebih dahulu?

6%
6%

29%

59%

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “tidak tepat”
dengan angka presentase 59%. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa produksi hasil
keramik adalah murni hasil kreativitas para pengrajin dan tanpa harus di konsultasikan
kepada masyarakat. Namun dalam hal ini,masyarakat juga harus memberikan masukannya
kepada pengrajin agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di dunia pasar dengan
mengikuti tren zaman sekarang yang masyarakat nya melihat kualitas.

50
13.Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang kawasan ini sebagai tempat para
pengrajin keramik khas Dinoyo,dijadikan sebagai tempat wisata?

6%
12%

29%

53%

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat

Pada diagram diatas menyatakan bahwa responden dominan menjawab “kurang tepat”
dengan angka presentase 53%. Maka dapat di tarik kesimpulan menurut beberapa masyarakat
setempat daerah produksi ini belum tepat untuk dijadikan sebagai tempat Wisata. Namun dari
hasil survey yang kami lakukan, bahwa daerah ini bias dijadikan tempat wisata edukasi
sebagai tempat belajar pembuatan keramik. Hal ini haru mendapatkan dukungan dari
Pemerintah Kota Malang, karena ini merupakan suatu karya yang bernilai seni tinggi.

51
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam data dan pembahasan,dapat ditarik kesimpulan bahwa


partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produksi mengembangkan produk sentra
industry keramik Dinoyo adalah masyarakatnya kurang aktif dalam
pengembangannya.Padahal dalam hal ini,perlu adanya sinergi antara masyarakat dan
pengrajin karena,ini merupakan sesuatu yang baik bagi masyarakat setempat,karena dapat
mengenalkan produk home industri unggulan dari masyarakat Kelurahan Dinoyo

5.2.Saran

Saran :

1.Masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam hal mengembangkan kerajinan keramik khas
Kelurahan Dinoyo

2.Adanya sosialisasi yang berkelanjutan dari pemerintah agar masyarakat setempat sadar
bahwa,kerajinan keramik Dinoyo adalah salah satu produk unggulan Kota Malang

3.Adanya kerjasama antara masyarakat dan pengrajin,agar dalam proses produksinya


masyarakat dapat ikut andil sebagai gamabaran masyarakat Indonesia yang menjunjung
budaya gotong royong.

52
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Agus , Sunyoto,2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Badan Penerbit IPWI

Rachmawati, Ike Kusdyah, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: ANDI

M. Tohar, 2001, Membuka Usaha Kecil, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kusnadi, 1980. Peranan Seni Kerajinan Tradisional. Depdikbud. Moleong, Lexy


Wiyadi, Alberts. Dkk. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Manullang, 2004. Dasar- Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Samuelson, Paul A dan William D Nourdhaus. (2001). Makro-Ekonomi Edisi keempatbelas.


Jakarta: Erlangga

http://risetsdmkristin.blogspot.co.id/2017/06/riset-sdm-kampung-keramik-dinoyo-
malang.html

Kecamatan Lowokwaru Dalam Angka 2016

BPS Kota Malang

53
Dokumentasi:

54
55

Anda mungkin juga menyukai