Anda di halaman 1dari 5

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA

Oleh Ananda Puspitasari, 0806316101

I. PENDAHULUAN
Perawat sering mempunyai latar belakang etnik, budaya dan agama yang
berbeda dengan klien yang dirawatnya. Penting bagi perawat untuk memahami
bahwa klien mempunyai pandangan yang berbeda mengenai penyakit dan
kesehatan yang didasarkan pada keyakinan sosial budaya dan agama klien.
Apabila perawat dapat memahami akan adanya keunikan keyakinan dalam praktik
kesehatan, maka akan terbina hubungan yang baik antara perawat dan klien.
Hubungan ini dapat meningkatkan pemberian asuhan keperawatan berdasarkan
budaya efektif yang aman.
Proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Semua proses keperawatan disesuaikan
dengan keadaan budaya yang berlaku pada klien. Namun, pada tulisan ini akan
dibahas mengenai pengkajian asuhan keperawatan budaya. Pengkajian asuhan
keperawatan budaya perlu dibahas agar perawat dapat mengumpulkan data untuk
mengidentifikasikan masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya
klien.

II. ISI
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger dan
Davidhizar, 1995). Suatu cara agar perawat dapat memberikan perawatan yang
sensitif dan kompeten secara kultural adalah dengan mengkaji konsistensi warisan
budaya klien, kontrol lingkungan, variasi biologis, organisasi sosial, keterampilan
komunikasi, ruang dan waktu.
Pengkajian konsistensi warisan budaya meliputi mengkaji budaya, etnisitas
dan religi klien. Budaya menggambarkan sifat nonfisik seperti nilai, keyakinan,
sikap, atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Potter & Perry, 2005).
Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur sosial
umum dan warisan budaya (Potter & Perry, 2005). Religi adalah keyakinan dalam
suatu kekuatan sifat ketuhanan atau diluar kekuatan manusia yang harus dipatuhi
dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta (Abramson, 1980).
Kontrol lingkungan mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok
kultural tertentu untuk merencanakan aktivitas yang mengontrol sifat dan faktor
lingkungan langsung (Giger & Davidhizar, 1995). Dalam hal ini perawat
mengkaji sistem keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit, praktik
pengobatan tradisional dan penggunaan alat penyembuhan tradisional. Contohnya,
di Benua Asia dan Afrika memiliki kontrol lingkungan yang berbeda. Negara-
negara Asia seperti Cina, Filipina, Korea, Jepang dan Asia tenggara memiliki
keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit dan praktisi tradisionalnya
berupa dokter Cina dan herbalis. Sedangkan di negara-negara Afrika seperti Pulau
Indian Barat, Republik Dominika, Haiti, Jamaika cenderung meyakini penyembuh
tradisional dukun.
Antara satu budaya dengan budaya yang lainnya tentu memiliki variasi
biologis. Hal yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji variasi biologis klien
adalah:
1. Mengkaji struktur dan bentuk tubuh klien. Misalnya, orang yang berasal
dari Asia biasanya memiliki bentuk tubuh yang kecil dibandingkan
dengan bangsa Eropa.
2. Mengkaji warna kulit. Misalnya, warna kulit bangsa Afrika lebih gelap
jika dibandingkan dengan bangsa Asia.
3. Mengkaji variasi enzimatik dan genetik. Variasi ini mencakup cara
klien berespon terhadap obat dan terapi diet.
4. Mengkaji kerentanan terhadap penyakit. Misalnya, penyakit diabetes
mellitus lebih rentan menyerang suku yang berasal dari Spanyol dan
Indian Amerika, penyakit hipertensi lebih rentan menyerang bangsa
kulit hitam Afrika (Potter & Perry, 2005).
5. Mengkaji variasi nutrisi.
Lingkungan sosial tempat seseorang dibesarkan dan tinggal dalam kurun
waktu yang cukup lama berperan penting dalam perkembangan dan identitas
kultural mereka. Dalam hal ini, perawat mengkaji tempat tinggal klien, latar
belakang keluarga klien dan lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap klien.
Hal ini dilakukan agar perawat dapat mengetahui latar belakang pribadi dan sosial
klien.
Perbedaan komunikasi ditunjukkan dalam banyak cara, seperti perbedaan
bahasa serta perilaku verbal dan non verbal. Komunikasi yang jelas dan efektif
adalah aspek terpenting ketika berhubungan dengan klien, terutama jika
perbedaan bahasa menciptakan rintangan kultural antara perawat dan klien. Hal
yang harus dilakukan perawat adalah mengkaji bahasa yang digunakan klien dan
mencoba memahami istilah-istilah kesehatan yang dapat dimengerti klien.
Ketidakberhasilan dalam berkomunikasi secara efektif dengan klien dapat
mengganggu proses keperawatan dan juga dapat mengarah pada hasil yang tidak
diinginkan. Misalnya, perawat berkomunikasi dengan klien menggunakan bahasa
Inggris, namun klien tidak mengerti bahasa Inggris. Pada saat perawat
menjelaskan prosedur keperawatan yang akan dilakukan dan meminta klien untuk
bekerjasama, klien hanya mengangguk-angguk saja. Dalam hal ini, perawat
menganggap klien telah mengerti apa yang ia instruksikan. Namun kenyataannya,
klien tidak dapat melaksanakan instruksi perawat dengan baik dan itu dapat
berakibat fatal terhadap kesembuhan klien. Untuk itu, sebelum melaksanakan
proses keperawatan, perawat harus mengkaji kemampuan berbahasa klien agar
hasil yang diharapkan maksimal.
Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan pada
ruang disekitar mereka (Potter & Perry, 2005). Teritorialitas adalah suatu sikap
yang ditujukan pada suatu area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau
bereaksi secara emosional ketika orang lain memasuki area tersebut (Potter &
Perry, 2005). Ruang personal dan teritorial dipengaruhi oleh kultur, oleh karena
itu kelompok etnik yang berbeda mempunyai berbagai norma yang berhubungan
dengan penggunaan ruang tersebut. Dalam hal ini perawat mengkaji batas ruang
personal dan teritorial klien agar tidak terjadi kesalah pahaman antara perawat dan
klien. Misalnya, dalam melakukan perawatan seringkali membuat perawat harus
menyentuh tubuh klien. Namun hal ini tidak dapat diterima oleh semua budaya.
Dalam hal ini perawat harus mengetahui standar perilaku, seperti bersentuhan
dengan siapa dan daerah mana yang disentuh. Orang yang tinggal di Benua Asia
cenderung untuk tidak melakukan kontak fisik dengan perawat. Namun bagi
orang yang tinggal di Benua Afrika memiliki ruang personal yang cukup dekat.
Lain halnya dengan orang yang tinggal di Benua Amerika, ruang yang mereka
miliki sangat penting dan tidak memiliki batasan.
Orientasi waktu memiliki keragaman diantara kelompok kultur yang
berbeda. Perawat akan menemukan kesulitan untuk memahami dan merencanakan
asuhan bagi klien dengan orientasi waktu yang berbeda. Beberapa orang kulit
hitam yang berasal dari Afrika, Hispanik dan Eropa Amerika Selatan lebih
berorientasi pada situasi saat ini ketimbang pada masa mendatang. Klien yang
seperti ini mungkin tidak menangkap sikap perawat yang berorientasi pada masa
mendatang yang ditujukan pada hal-hal yang berhubungan dengan waktu.

III. PENUTUP

Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger dan
Davidhizar, 1995). Cara agar perawat dapat memberikan perawatan yang sensitif
dan kompeten secara kultural adalah dengan mengkaji konsistensi warisan budaya
klien, kontrol lingkungan, variasi biologis, organisasi sosial, keterampilan
komunikasi, ruang dan waktu. Pengkajian konsistensi warisan budaya meliputi
mengkaji budaya, etnisitas dan religi klien. Kontrol lingkungan mengacu pada
kemampuan dari anggota kelompok kultural tertentu untuk merencanakan
aktivitas yang mengontrol sifat dan faktor lingkungan langsung (Giger &
Davidhizar, 1995). Hal yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji variasi
biologis klien adalah mengkaji struktur dan bentuk tubuh klien, mengkaji warna
kulit, mengkaji variasi enzimatik dan genetic, mengkaji kerentanan terhadap
penyakit, mengkaji variasi nutrisi. Perbedaan komunikasi ditunjukkan dalam
banyak cara, seperti perbedaan bahasa serta perilaku verbal dan non verbal. Ruang
personal dan teritorial dipengaruhi oleh kultur, oleh karena itu kelompok etnik
yang berbeda mempunyai berbagai norma yang berhubungan dengan penggunaan
ruang tersebut.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Giger, J. N., Davidhizar, R. E. (1998). Canadian transkultural nursing. United
States of Amerika: Mosby, inc.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental keperawatan : konsep, proses
dan praktek. Jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai