Anda di halaman 1dari 6

TERAPI INHALASI

Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar
dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi ini biasanya
digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik,
misalnya pada penyakit asma. Salah satu alat terapi inhalasi yang efektif bagi anak adalah alat
terapi dengan kompresor (jet nebulizer). Nebulizer merupakan alat untuk membantu pencairan
dahak / slump yg ada di rongga dada. Kebanyakan anak kecil yang belum bisa buang dahak (- 5
thn) yang memerlukan alat ini. Terapi inhalasi merupakan istilah yang menekankan pada
berbagai terapi yang melibatkan perubahan komposisi, volume, atau tekanan gas yang
diinspirasi. Terapi ini terutama mencakup peningkatan konsentrasi oksigen pada gas yang
diinspirasi (terapi oksigen), peningkatan uap air yang terkandung di dalam gas yang diinspirasi
(terapi humidifikasi), penambahan partikel udara dengan zat lain yang bermanfaat (terapi
aerosol), dan pemakaian berbagai alat untuk mengendalikan atau membantu pernapasan
(ventilasi buatan, tekanan jalan napas positif).
Faktor yang berperan dalam inhalasi adalah sasaran terapi yang dibuat, pemilihan jenis
obat, pemilihan alat, keterampilan terapis, kondisi saluran pernafasan. Tujuan diberikannya
inhalasi adalah rileksasi spasme bronchial yang meliputi mengencerkan secret, menekan proses
peradangan dan melembabkan saluran pernafasan. Adapun indikasi dari inhalasi adalah penyakit
saluran nafas atas akut dan kronis, penyakit saluran nafas bawah akut dan kronis, penyakit
jaringan paru untuk memperbaiki ventilasi, gangguan saluran pernafasan karena alergi, bayi
dengan sekret yang berlebihan.

Terapi oksigen
Terapi oksigen (O2) lebih sering dilakukan di Rumah Sakit. O2 yang diberikan pada bayi
melalui incubator sudah cukup memuaskan jika kadar yang rendah sudah dapat mencegah
sianosis, tetapi konsentrasi O2 yang lebih tinggi (hampir 100%) harus disuplai dengan plastic
hood. Oksigen yang dilembabkan tidak boleh dihembuskan langsung ke wajah bayi dan alat
tidak boleh bergesekan dengan leher, dagu atau bahu bayi. Bayi dan anak-anak yang lebih besar
dan kooperatif dapat menggunakan kanula hidung atau bercabang yang dapat menyuplai
konsentrasi O2 sampai 50%. Masker tidak ditoleransi baik oleh anak-anak.
Untuk anak-anak yang berada diatas masa bayi awal, tenda oksigen merupakan alat yang
sangat baik untuk pemberian O2. Tenda tersebut cenderung tidak membutuhkan alat tambahan
untuk langsung berhubungan dengan wajah, tetapi konsentrasi O2 didalam tenda sulit
dikendalikan dan dipertahankan antara 30-50%. Kesulitan utama pada penggunaan tenda oksigen
adalah menjaga tenda agar tetap tertutup sehingga konsentrasi O2 dapat dipertahankan.
Reaksi anak terhadap tenda O2 bervariasi. Anak-anak yang lebih besar merasa nyaman
dengan tenda oksigen dan menyukai suasana menyenangkan dan privasi yang ditimbulkannya.
Sedangkan anak-anak yang masih kecil, merasa takut karena tenda tertutup. Dinding plastic
mengganggu pandangan mereka terhadap dunia luar dan menjadi penghalang antara mereka dan
sumber rasa nyaman mereka, seperti orang tua. Distress yang mereka alami dapat dikurangi jika
mereka melihat seseorang dan memastikan bahwa mereka tidak akan dibiarkan sendiri. Mainan
atau benda favorit dapat dibawa masuk ke dalam tenda, tapi semua mainan tersebut harus
dperiksa terlebih dahulu keamanan dan kesesuaiannya.
Dalam pemberian terapi O2, hal yang perlu diperhatikan adalah Humidifikasi. Hal ini

penting diperhatikan karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan
O2 yang diperoleh dari sumber O2 (tabung) merupakan udara kering yang belum

terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.


Metode pemberian O2 dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu:
1. Sistem Aliran Rendah
Fungsi tehnik ini adalah untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Jenis alat yang
menggunakan system aliran rendah adalah:
a. Kateter Nasal : merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara

kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dan konsentrasi 24% - 44%. Keuntungannya adalah
pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai

sebagai kateter penghisap. Namun, kerugiannnya adalah tidak dapat memberikan


konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada

kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring,
aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan
mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6

L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal. Adapun keuntungannya adalah

pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah

memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara dan
membuat klien merasa nyaman. Kerugian penggunaan kanula nasal adalah tidak dapat
memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas

lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm dan dapat mengiritasi
selaput lendir.

c. Sungkup Muka Sederhana

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2

40 – 60%. Keuntungan menggunakan alat ini adalah konsentrasi O2 yang diberikan lebih

tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugiannya adalah tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40% dan dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing


Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12

L/mnt. Keuntungannya yaitu konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana

dan tidak mengeringkan selaput lender. Adapun kerugian alat ini adalah tidak dapat
memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan

penumpukan CO2 dan kantong O2 bisa terlipat.

e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing


Merupakan tehnik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 –

12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. Keuntungannya
adalah konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100% dan tidak mengeringkan

selaput lendir. Namun, kerugiannya dapat menyebabkan kantong O2 terlipat.

2. Sistem Aliran Tinggi


Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe

pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan

teratur. Contoh dari tehnik ini adalah sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2

dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian
akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga akan tercipta tekanan negatif, akibatnya udara

luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini
sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
Dalam menggunakan suatu alat, pasti ada keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan
menggunakan alat ini yaitu konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada

alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat

dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2

Terapi aerosol
Terapi aerosol dapat menempatkan obat langsung ke dalam jalan napas secara efektif.
Rute pemberian aerosol berguna untuk menghindari efek samping sistemik dari obat tertentu dan
mengurangi jumlah obat yang diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan. Penggunaan
terapi aerosol merupakan tantangan terutama jika diberikan pada anak-anak yang masih terlalu
kecil terutama untuk mengontrol kecepatan dan kedalaman pernapasan. Obat dapat diaerosol
atau disemprotkan dengan udara atau gas yang diperkaya dengan O2.

Macam-macam terapi inhalasi ada 3, yaitu inhalasi dosis terukur (Metered Doze
Inhaltion- MDI), inhalasi bubuk kering (Dry Powder Inhalation-DPI) dan inhalasi nebulizer.
1. Inhalasi dosis terukur (Metered Doze Inhaltion- MDI)
Inhalasi jenis ini banyak digunakan oleh orang-orang dan mengandung
chlorofluorocarbons [CFC] dan mungkin Freon/archon. Kecepatan aerosol pada inhalasi
ini rata-rata 30m/detik. Kesalahan yang mungkin terjadi pada penggunaan MDI adalah
kurang koordinasi, terlalu cepat inspirasi, tidak menahan napas selama 10 detik, tidak
mengocok canister sebelum digunakan, tidak berkumur-kumur setelah penggunaan MDI
dan posisi MDI kemungkinan terbalik.
Penggunaan MDIs dengan alat bantu (spacer) pada anak:
a. Pemeriksaan katup : sebelum menggunakan babyhaler, periksalah bahwa 2 katup
berwarna biru bekerja sebagaimana mestinya. Peganglah babyhaler dengan masker
menghadap anda. Tekan masker ke mulut Anda. Anda harus dapat melihat setidaknya
sebagian dari masing-masing kedua katup berwarna biru. Tarik dan buang napas
secara perlahan melalui masker. Pada saat membuang napas, katup kuat pada bagian
atas babyhaler harus bergerak sedikit. Pada saat menarik napas katup dalam harus
bergerak sedikit.
b. Penyiapan inhaler: lepaskan tutup bagian mulut dari inhaler kocok inhaler.
c. Letakkan inhaler perlahan-lahan ke dalam bagian penyangga inhaler. Bagian mulut
inhaler harus tepat bersambung pada Babyhaler.
d. Pemberian obat pada bayi: dokter akan memberitahu berapa dosis yang harus
diberikan pda bayi. Peluk bayi dan pastikan posisinya mantap.
e. Letakkan posisi Babyhaler pada mulut bayi. Tekan inhaler sekali dengan ibu jari untuk
melepas satu dosis obat ke dalam Babyhaler.
f. Letakkan masker secara perlahan sehingga menutupi hidung dan mulut bayi secara
aman. Pegang babyhaler pada posisi yang enak untuk anda dan bayi. Teruskan hingga
bayi menarik napas 5-10 kali.
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDIs dengan spacer adalah ukuran
canister dan spacer tidak cocok dan menggosok spacer dengan kasar/keras,
2. Inhalasi bubuk kering (Dry Powder Inhalation-DPI)
Contoh DPI di Indonesia adalah diskus, turbuhaler, handihaler dan swinghaler. Obat
dihirup saat menarik napas, tidak diperlukan koordinasi tangan dan tarikan napas. DPI
tidak menggunakan propelan sehingga pasien harus dapat menarik napas dengan kuat.
Praktis dan mudah dibawa.
Perbedaan MDIs dan DPIs adalah pMDI membutuhkan koordinasi tangan/paru tingkat
tinggi, banyak anak sulit menggunakan pMDI secara benar, latihan berulang diperlukan
supaya trampil dalam penggunaan pMDIs, DPIs tidak menggunakan campuran propelan.
3. Inhalasi nebulizer
Biasanya untuk serangan akut, nayi dan anak-anak. Alat dapat mengubah larutan menjadi
aerosol. Aerosol dihisap melalui masker. Nebulizer menggunakan alat bantu masker,
mouth piece, nostril dan trakea kanul. Penggunaan nebulizer yang tidak benar adalah tipe
obat dan dosis tidak tepat, masker terlalu besar, tidak terhubung dengan listrik, durasi
pemberian tidak cukup lama.

Penyebab anak tidak respon terhadap terapi asma, yaitu tidak patuh berobat dan tehnik
penggunaan alat yang salah. Memilih alat inhalasi yang tepat untuk anak asma adalah:
Kelompok umur Alat yang dianjurkan Alat alternatif
< 4 tahun Inhalasi dosis terukur (MDI) + Nebulizer dengan masker
spacer dengan masker.
4 – 6 tahun Inhalasi dosis terukur (DPI) + Nebulizer dengan mouthpiece
spacer dengan mouthpiece
> 6 tahun DPI atau MDI dengan spacer Nebulizer dengan mouthpiece
dan mouthpiece

Anda mungkin juga menyukai