Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

NEBULISASI

Disusun Oleh:

RINI JUANDA

(202024207)

Dosen Pembimbing :

Ns. M. Arif, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik
Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara hirupan/inhalasi
dalam bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi masih menjadi
pilihan utama pemberian obat yang bekerja langsung pada saluran napas terutama
pada kasus asma dan PPOK.
2. Tujuan
Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak,
bronkospasme berkurang/ menghilang.
3. Prinsip
Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau
masker. Dengan nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol berukuran antara 2-5
µ. Alat nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari
generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup
(tempat obat cair).
4. Komplikasi
1) Henti napas
2) Spasme bronkus atau iritasi saluran napas
3) Akibat efek obat yang digunakan seperti salbutamol (short acting beta-2
agonist) dosis tinggi akan menyebabkan gangguan pada sistim sekunder
penyerapan obat. Hipokalemi dan disritmia dapat ditemukan pada paslien
dengan kelebihan dosis.
5. Bahan, peralatan, dan perlengkapan
1) Nebulizer kit
2) Obat inhalasi
3) Daftar panduan belajar
4) Status penderita, pulpen, pensil
5) Main unit
6) Air hose (selang)
6. Prosedur kerja tindakan
1) Sapalah penderita atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda,
serta tanyakan keadaannya.
2) Berikan informasi umum kepada penderita atau keluarganya tentang
indikasi/tujuan dan cara pemakaian alat.
3) Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan,
tombol OFF/ON), memastikan masker ataupun mouthpiece terhubung
dengan baik, persiapan obat)
4) Meminta penderita untuk kumur terlebih dahulu.
5) Mempersilakan penderita untuk duduk, setengah duduk atau berbaring
(menggunakan bantal), posisi senyaman mungkin.
6) Menjelaskan kepada penderita agar penderita menghirup uap yang keluar
secara perlahan-lahan dan dalam hingga obat habis
7) Melatih penderita dalam penggunaan masker atau mouthpiece.
8) Memastikan penderita mengerti dan berikan kesempatan untuk bertanya.
9) Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan.
10) Menghubungkan air hose, nebulizer dan masker/mouthpiece pada main kit
11) Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis
yang telah ditentukan.
12) Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien
13) Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit.
Perhatikan jenis alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus
menekan tombol pengeluaran obat pada nebulizer kit.
14) Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang
keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis
(kurang lebih 10-15 menit).
15) Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer
kit, dan air hose
16) Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah selesai dan
mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang dilakukan memberikan
perbaikan/mengurangi keluhan
17) Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah
dipakai.
LAPORAN PENDAHULUAN

SUCTION

OLEH

RINI JUANDA

2020242027

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Muhammad Arif, M. Kep

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021/2022
A. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby,
2016). Tindakan suctioning merupakan suatu prosedur penghisapan lendir yang
dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal
(Syafni, 2012). Suction merupakan suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran
napas dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga
mulut ke dalam pharyng atau trackea (Nizar dan Haryati, 2015).
Suctioning adalah tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan
mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan
memasukkan catheter suction ke endotracheal tube atau saluran pernapasan sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat (Yuliani, 2018).

B. Tujuan
1. Membersihkan jalan nafas
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
C. Komplikasi
1. Penurunan saturasi oksigen
2. Disritmia jantung
3. Hipotensi
4. tekanan intracranial
Menurut (Hayati, Nur, Rayasari, Sofiani, & Irawati, 2019) pada saat akan
melakukan tindakan suction, sangatlah perlu adanya pemantuan saturasi oksigen
karena saat tindakan suction bukan hanya secret yang terhisap tetapi oksigen juga
terhisap. Selain itu, saturasi oksigen pada tindakan suction dipengaruhi oleh
banyaknya hiperoksigansi yang diberikan, tekanan suction yang sesuai usia dan
besar diameter kanul. Bila hal tersebut kurang diperhatikan maka akan timbul
komplikasi. Komplikasi dari suction pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik
adalah terjadinya hipoksi yang ditandai dengan penurunan saturasi oksifen atau
desaturasi (Kozier & Erb, 2012 dalam Hayati, Nur, Rayasari , Sofiani, & Irawati,
2019).
D. Kriteria
1. Sekret dapat terlihat atau suara sekret yang terdengar dengan atau tanpa
menggunakan stetoskop
2. Setelah prosedur fisioterapi dada
3. Setelah prosedur pengobatan bronkodilator
E. Alat & bahan
1. Alat penghisap lender dengan botol berisi larutandesinfektan
2. Kateter penghisap lender
3. Pinset steril
4. Sarung tangansteril
5. Sarung tanganbersih
Masker
6. Dua cucing berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
7. Kasa steril
8. Tisu
9. Stetoskop
F. Prosedur tindakan
1. Salam pada pasien
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang prosedur yang akandilakukan
3. Cuci tangan lalu pakai sarung tanganbersih
4. Tuangkan NaCl 0,9% atau Aquades ke dalamcucing
5. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring kea rahperawat
6. Lepas sarung tangan lalu ganti dengan sarung tangansteril
7. Hubungkan kateter penghisap dengan selang alatpenghisap
8. Nyalakan mesin penghisap
Lakukan penghisapan lendir, sebelumnya masukan kateter penghisap ke dalam
cucing yang bersisi NaCl 0,9% atau Aquades untuk mempertahankan tingkat
kesterilan(asepsis)
9. Masukan kateter penghisap kedalam organ yang akan dilakukan penghispan
(hidung atau mulut) dalam keadaan tidakmenghisap
10. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa, 95-110
mmHg untuk anak-anak dan 50-95 mmHg untukbayi
11. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15detik
12. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl0,9%
13. Minta pasien untuk nafas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distress
pernafasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan penghisapan
berikutnya
14. Rapikan keadaan pasien
15. Bereskan peralatan dan kembalikan pada tempatsemula
16. Sampaikan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan
17. Ucapkan salam
18. Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?q=http://repository.unimus.ac.id/2052/13/BAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw2LmLTwwz9v2Q62oU7-6GZI
LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWATAN WSD

Disusun oleh :

RINI JUANDA

2020242027

Dosen pembimbing :

Ns. Muhammad Arief, M.Kep

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


TAHUN 2020/2021

I. Bagian Konsep Teori

A. Pengertian
Tindakan WSD ( Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan “Chest
Tube” (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga
pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat didalam rongga
pleura, seperti misalnya pus pada empisema, untuk mengeluarkan udara yang
terdapat didalam rongga pleura (Pneumotoraks) atau darah.
B. Tujuan
1. Untuk mengeluarkan udara, cairan, atau darah dari rongga pleura
2. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Untuk mengembangkan kembali paru paru yang kolaps dan kolaps
Sebagian
4. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada
C. Prinsip
1. Gravitasi : udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan
yang rendah
2. Tekanan positive : udara dan cairan dalam kavum pleura (+763 mmHg atau
lebih). Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit (+761mmHg)
3. suction
D. Komplikasi
1. Nyeri akan terasa setelah efek dari obat bius local habis, terutama 12 – 48
jam setelah insersi. Setelah 24 jam pasien dapat menyesuaikan diri dan
dapat diatasi dengan analgetic
2. Robeknya pleura, terutama apabila terjadi perlengketan pleura. Keadaan ini
akan menyebabkan fistula bronkopleura. Kateter juga dapat salah masuk,
yakni ke bawah diafragma atau dibawah jaringan subkutan. Efek
sampingan ini didapat apabila menggunakan trocar
3. Dengan kateter yang steril dan dengan drain yang terpasang baik, maka
infeksi jarang terjadi. Akan tetapi apabila drain tersumbat, maka sangat
mudah terinfeksi. Oleh karena itu bila jumlah cairan yang keluar dibawah
50 cc, maka drain harus dicabut dari rongga pleura, oleh kateter selain
cairan sudah tidak ada, juga mudah menyebabkan terjadinya infeksi.

II. Bagian Prosedur Tindakan Keperawatan Dasar

A. Alat dan bahan


1. Botol WSD berisi larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NACL
0,9% dan ujung selang terendam sepanjang 2 cm
2. Kasa steril dalam tromol
3. Korentang
4. Plester
5. Gunting
6. Nierbekken
7. Alcohol
8. Bethadine
9. Handscoon steril
B. Prosedur kerja tindakan
1. Persiapan pasien dan lingkungan
 Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
 Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
 Membebaskan pakaian pasien bagian atas
 Mengatur posisi semi fowler atau sesuai kemampuan pasien
 Alat – alat didekatkan ke tempat tidur pasien
2. Pelaksanaan
 Perawat mencuci tangan kemudia memasang handscoon
 Membuka set bedah minor steril
 Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati hati,
balutan kotor dimasukkan ke dalam nierbeken
 Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadine kemudian dengan
alcohol
 Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya
kemudian diplester
 Selang WSD diklem
 Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bombing pasien
cara batuk efektif
 Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari
melakukan Latihan gerak pada persedian bahu daerah pemasangan
WSD
 Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu
pasien dalam posisi yang paling nyaman
 Lakukan evaluasi
a) Evaluasi keadaan umum
- Observasi keluhan pasien
- Observasi gejala sianosis
- Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada
- Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang
WSD
- Observasi tanda – tanda vital
b) Evaluasi ekspansi paru
- Melakukan anamnesa
- Melakukan inspeksi paru setelah selesai melakukan
perawatan WSD
- Melakukan perkusi paru setelah selesai melakukan
perawatan WSD
- Melakukan aukultasi paru setelah selesai melakukan
perawatan WSD
- Foto thorax setelah dilakukan pemasangan selang WSD
dan sebelum selang WSD dilepas
c) Evaluasi WSD
- Observasi undulasi pada selang WSD
- Observasi fungsi suction countinous
- Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat
- Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
- Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu
berada 2cm di bawah air
- Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari
tubuh
- Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh
 Membersihkan alat alat dan botol WSD yang kotor kemudian
disterilisasi kembali
 Membuka handscoon dan mencuci tangan
 Lakukan dokumentasi mencatat prosedur yang telah dilakukan pada
catatan perawatan

Anda mungkin juga menyukai