Anda di halaman 1dari 16

Skenario 1.

Gizi terjamin mutu bersaing


Gizi merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan di Sustainable
Development Goals (SDG's) tahun 2016-2030. Perbaikan gizi menjadi faktor
kunci dalam keberhasilan perbaikan status kesehatan masyarakat Indonesia dan
dunia. Gizi yang baik meningkatkan standar kesehatan masyarakat. Indikator
keberhasilan SDG's diterjemahkan dalam enam poin, yakni peningkatan ASI
eksklusif, makanan pada ibu hamil serta anak, menekan jumlah balita pendek, ibu
hamil penderita anemia, kurang energi, dan balita kurus. Pemilihan enam poin
tersebut terkait dengan laporan Global Nutrition Report tahun 2014 yang
menyatakan Indonesia merupakan satu dari 117 negara yang menderita tubuh
pendek (stunting), kurus (wasting), dan obesitas akibat ketidakseimbangan asupan
gizi.
STEP 1 ( KLARIFIKASI ISTILAH )
1. SDG’S adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang telah terukur & tenggat
yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk
kemaslahatan umat manusi & bumi. 1
2. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis karena asupan gizi yang
kurangdalam waktu yang lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan
& akan Nampak saat anak berusia 2 tahun. 1
3. Asi ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi selama 6 bulan pertama
sejak kelahiran tanpa minuman atau makanan tambahan lain. 1
4. Gizi adalah zat-zat sebagai komponen pembangun tubuh manusia dalam
rangka mempertahankan dan memperbaiki jaringan-jaringan agar fungsi
tubuh manusia itu sendiri dapat berjalan sebagaimana mestinya. 1

1
STEP 2 ( IDENTIFIKASI MASALAH )
1. Apa prinsip SDG’s ?
2. Bagaimana cara mengatasi kondisi pada kasus ?
3. Apa saja indikator SDG’s berhasil ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi masalah pada gizi?
5. Apa saja faktor stunting pada anak ?
STEP 3 ( KLARIFIKASI MASALAH)
1. Prinsip SDG’s, antara lain :
a. Universality – SDG’s
Dilaksanakan oleh negara maju maupun negara berkembang.2
b. Integration – SDG’s
Dilaksanakan secara terintegrasi dan saling terkait pada semua dimensi
sosial, ekonomi, dan lingkungan. 2
c. No One Left Behind
Harus memberi manfaat bagi semua terutama bagi yang rentan, dan
pelaksanaan yang melibatkan semua pemangku kepentingan.2
2. Cara mengatasi kondisi pada kasus, antara lain :
a. Memperbaiki asupan untuk ibu sebelum dan saat hamil.
b. Menjaga status gizi anak ketika sudah lahir dan harus menjalani Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) minimal satu jam
c. Memastikan anak mengkonsumsi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kelahiran.
d. Memastikan anak mengkonsumsi makanan pendamping ASI yang bergizi
pada usia 6 bulan – 2 tahun.2
3. Indikator keberhasilan SDG’s diterjemahkan dalam enam poin, yaitu
peningkatan ASI eksklusif, makanan pada ibu hamil serta anak, menekan
jumlah balita pendek, ibu hamil penderita anemia, kurang energi, dan
balita kurus. 3

4. Faktor yang mempengaruhi gizi


a. Faktor Manusia/ Host (pejamu)

2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh manusia: 4
1. genetis
2. umur
3. jenis kelamin
4. kelompok etnik
5. fisiologis
6. imunologik
7. kebiasaan seseorang
b. Faktor Sumber/ Agent (zat gizi kurang/lebih, penyakit) 4
c. Faktor Lingkungan/ Environment (fisik, biologis, ekonomi, bencana
alam)4
1. Faktor yang berpengaruh terhadap ada tidaknya ‘agent’
2. Faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan gizi ‘pejamu’
3. Faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan ‘pejamu’
d. Ketersediaan bahan makanan yang kurang di pasaran: 4
1. Krisis ekonomi yang berkepanjangan
2. Kegagalan produksi pertanian
e. Ketersediaan bahan makanan yang kurang di tingkat rumah tangga/
individu. 4
1. Keadaan sosial ekonomi kurang memadai
2. Daya beli yang kurang/ menurun
3. Tingkat pengetahuan yang kurang
4. Kebiasaan/ budaya yang merugikan
f. Penyakit-penyakit infeksi
5. Faktor stunting pada anak yaitu :
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan
tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga,
anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan
dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin
dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama
Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi,

3
rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan
sumber protein hewani. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama
pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi
penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup
dan baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan,
dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak. 4
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu,
kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang
pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. Untuk mencegahnya,
perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal
sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja
perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi.
Selain itu butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi
dan air bersih.4

4
STEP 4 SKEMA

STEP 5 SASARAN BELAJAR


1. Etiologi dan Faktor Resiko Malnutrisi.
2. Epidemiologi Malnutrisi.
3. Mekanisme malnutrisi yang mempengaruhi tumbuh kembang.
4. Manifestasi.
5. Penegakan Diagnosis.
6. Penatalaksanaan Malnutrisi.
7. Penanggulangan dan Pencegahan Masalah Gizi.

5
STEP 6 ( BELAJAR MANDIRI)
1. Etiologi dan faktor resiko : 5
1. Primer
a) Susunan makanan yang salah 
b) Penyedia makanan yang kurang baik 
c) Kemiskinan
d) Ketidaktahuan tentang nutrisi.
e) Kebiasan makan yang salah.
2. Sekunder 
a) Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan
struktur saluran).
b) Gangguan psikologis.
2. Faktor risiko gizi buruk antara lain :
a. Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup
atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang
salah. 5
b. Status sosial ekonomi
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan
ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kemakmuran hidup. Rendahnya ekonomi keluarga, akan
berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu
rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab
langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.4

c. Pendidikan ibu
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara

6
di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi
merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Salah satu faktor
yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang
rendah.4
d. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta balita yang berada dalam status gizi buruk,
umumnya sangat rentan terhadap penyakit.. Penyakit - penyakit tersebut
justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut
adalah:
1.Diare Persisten
2.Tuberkulosis.
3.HIV/AIDS.
e. Pengetahuan ibu.
Gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu
menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari – hari.
f. Kelengkapan imunisasi.
g. Pemberian ASI.
2. Epidemiologi malnutrisi
a) Malnutrisi kwashiokor
Merupakan kasus yang paling sering dijumpai di daerah miskin
dimana persediaan makanan yang teerbatas dan tingkat pendidikan
yang rendah penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin
dan berkembang seperti Afrika, Amerika tengah, Amerika selatan
serta Asia. Di negara mju seperti Amerika serikat merupakan kasus
yang langka sedangkan menurut SUSENAS (survei ekkonomi
nasional) 2000, sebanyak 26% balita di indonesia menderita gizi
kurang dan 8% balita menderita gizi buruk.2,6
b) Malnutrisi marasmus
Berdasarkan data statistik kesehatan departemen kesehatan RI
tahun 2005 dari 241.973.879. juta penduduk iindonesia 6% atau
sekitar 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk

7
pada umumnya anak-anak dibawah usia 5 tahun. Departemen
kesehatan juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya
menunjukan 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang. Marasmus
merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi
energi dan protein sekaligus. Umumnya kondisi ini dialami
masyarakat yang menderita kelaparan. Marasmus adalah
permasalahan serius yang tetjadi di negara-negara berkembang.
Menurutu WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian yangn terjadi
pada anak anak balita dinegara berkembang berkaitan dengan
defisiensi energi dan protein sekaligus. 2,6
Klasifikasi menurut WHO
a. Persentil ke 50 -3 adalah normal
b. Perssentil <\+=3 adalah malnutrisi.
3. Mekanisme malnutrisi
Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka akan
terjadi deplesi cadangan nutrien pada jaringan tubuh dan selanjutnya kadar
dalam darah akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan tidak cukupnya
nutrien tersebut di tingkat seluler sehingga fungsi sel terganggu misalnya
sintesis protein, pembentukan dan penggunaan energi, proteksi terhadap
oksidasi atau tidak mampu menjalankan fungsi normal lainnya. Bila
berlangsung terus maka gangguan fungsi sel ini akan menimbulkan
masalah pada fungsi jaringan atau organ yang bermanifestasi secara fisik
seperti gangguan pertumbuhan, serta kemunculan tanda dan gejala klinis
spesifik yang berkaitan dengan nutrien tertentu misal edema, xeroftalmia,
dermatosis, dan lain-lain yang kadang-kadang ireversibel. 7
4. Manifestasi Klinis
a. Malnutrisi Kwashiorkor : 8
Edema ekstremitas
Pandangan mata sayu
Rambut berwarna merah seperti jagung dan mudah dicabut
Sering diikuti penyakit infeksi lainnya

8
Wajah bulat dan sembab
Hipertrofi oto
b. Malnutrisi Marasmus: 8
Tampak sangat kurus
Wajah seperti orang tua
Kulit keriput dan cengeng
Sering disertai penyakit kronis
5. Penegakan Diagnosis Malnutrisi Pada Anak
1. Malnutrisi Kwasiorkor : 7
a. Anamnesis
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Keluhan utama
3. Berat badan yang kurang
4. Keluhan tambahan: Anak tidak mau makan (anoreksia)

Anak tampak lemas dan menjadi lebih


pendiam
Sering menderita sakit yang berulang
5. Riwayat makanan: Pola kebiasaan makanan meliputi jenis
makanan, frekuensi, porsi/jumlah, dll
6. Riwayat keluarga
b. Pemeriksaan fisik : 7
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain:
1. Inspeksi:
a. Edema
b. Kurus
c. Pucat
d. Moon face
e. Kelainan kulit (hiperpigmentasi)
f. Crazy pavement dermatosis
2. Palpasi: 8

9
a. Hepatomegali
b. Pengukuran antoprometri (BB, TB, lingkaran kepala atas, dan
lengan lipatan kulit)
c. Pemeriksaan penunjang : 8
Pemeriksaan laboratorium:
a) Tes darah (hb, glukosa, protein serum, albumin)
b) Kadar enzim pencernaan
c) Biopsi hati, biasanya ditemukan perlemakan ringan sampai berat,
nekrosis. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung
vakuol lemak besar
d) Pemeriksaan tinja dan urin
2. Malnutrisi Marasmus
a. Anamnesis. 8
Keluhan utama: Kurus (perubahan BB) dan wajah tampak seperti orang
tua
Keluhan tambahan
Riwayat makanan
Kebiasaan makan
b. Pemeriksaan fisik. 8
Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kg) dibagi dengan TB
(dalam meter)
Mengukur ketebalan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat
diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kapiler). Lemak
dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Status gizi juga diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lead body massa)

c.  Pemeriksaan penunjang. 8

10
Hb, Ht , Albumin, Serum ferritin, Elektrolit
3. Malnutrisi Marasmus Kwasiorkor
a. Anamnesis
Keluhan utama: 8
a) Berat badan berkurang
b) Kurus
c) Tampak seperti orang tua
Keluhan tambahan:
a) Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut
b) Anak tampak lemas dan menjadi pendiam
c) Sering menderita sakit yang berulang
Riwayat sosial :
a) Lingkungan rumah
b) Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga
c) Hubungan anggota keluarga
d) Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
a) Pengukuran antoprometri (BB, TB, lingkaran kepala atas, dan lengan
lipatan kulit)
b) Kulit keriput
c) Ascites
d) Edema
e) Pucat
f) Moon face
g) Hiperpigmentasi
c. Pemeriksaan penunjang. 8
a) Pada pemeriksaan laboraturium, anemia selalu ditemukan karena asupan
zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan absorbs.
b) Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menemukan adanya kelainan
pada paru
6. Tatalaksana Malnutrisi

11
a. Pengobatan
Beri makanan : tinggi kalori, protein, cukup cairan, vitamin & mineral
Makanan : mudah dicerna & diserap Diberikan secara bertahap
Penangann terhadap penyakit penyerta. 8
Tindak lanjut : pemantauan kesehatan & penyuluhan terhadap keluarga
b. Therapi awal
Aatasi kelainan akut : diare atau bronkopneumonia atau penyakit infeksi
lain; gangguan elektrolit, keseimbangan asam basa, dehidrasi, gagal ginjal/
jantung. Jika dehidrasi & asidosis beri cairan infuse.. Jumlah cairan : 200
ml/kgBB/hr (kwashiorkor/marasmus-kwasiorkor ) & 250 ml/kgBB/hr
(marasmus) jenis cairan : KaEN3B -- hipoglikemia : glukosa 10%
Makanan : kalori 150-200 kkal/kgBB/hr dengan protein 3-5 g/kgBB/hr
Pemberian vitamin mineral: vit A, asam folat, KCL, Mg-sulfat, fero-sulfat.
8

c. Thearpi Dietetik
Tahap penyesuaaian (1-2 minggu)
BB < 7 kg berikan makanan bayi
Susu yang diencerkan /rendah laktosa (1/3, 2/3, 3/3)
Penambahan kalori : tambahkan glukosa 2-5%, tepung 2%
Berangsur-angsur tambahkan buah, biscuit, makanan lumat dan lembek.
BB > 7kg berikan makanan anak > 1 tahun
Klalori 50 kkal/kgBB/hr, protein 1 g/kgBB, cairan 200 ml/kgBB
Makanan cair yang diencerkan (1/3, 2/3, 3/3 ) bahan dasar susu dan
glukosa 5% .porsi kecil tapi lebih sering.. 8
d. Tahap penyembuhan
Toleransi makan dan nafsu makan baik jumlah kalori meningkat / 1-2 hari,
sampai mencapai 150-200 kkal/kgBB/hr. 8
e. Tahap lanjutan
7. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Pencegahan malnutrisi pada balita juga harus dimulai sejak janin masih
berada dalam kandungan karena pertumbuhan dan perkembangan pada

12
masa bayi dan balita tidak bisa terlepas dari pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Pencegahan dapat dimulai dengan
menjaga asupan ibu hamil selalu tercukupi sejak awal kehamilan. Setelah
janin dilahirkan, pencegahan malnutrisi dilakukan dengan memberikan
ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja selama 6 bulan berturut-turut.
Apabila pemberian ASI eksklusif tidak memungkinkan karena berbagai
alasan, maka bisa diganti atau ditambah dengan susu formula. Namun
sebaiknya diusahakan tetap memberikan ASI eksklusif. Setelah usia bayi
mencapai 6 bulan, selain ASI bayi harus segera diberikan makanan
pendamping ASI secara bertahap, disesuaikan dengan umur bayi.
Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai usia dua tahun. 9
Imunisasi harus diberikan secara rutin sejak usia 0 bulan. Imunisasi yang
rutin dan lengkap akan mencegah bayi terserang penyakit infeksi.
Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang sesuai dengan program
pemerintah. Imunisasi juga harus diulang supaya status kekebalan bayi
tetap optimal. Selain imunisasi, bayi juga harus mendapatkan suplementasi
vitamin A karena kadar vitamin A dalam ASI tidak tinggi, tidak bisa
mencukupi kebutuhan. Pemerintah sudah membuat program suplementasi
vitamin A yang diberikan setiap bulan Februari dan Agustus.Pemantauan
kesehatan balita secara rutin juga harus dilakukan supaya mampu
mendeteksi adanya gangguan kesehatan atau gangguan gizi. Hal ini dapat
dilakukan dengan membawa balita ke Posyandu yang dilaksanakan setiap
satu bulan sekali. Penimbangan, imunisasi, dan pemberian vitamin A juga
dilakukan di Posyandu. Imunisasi lanjutan (booster) juga perlu diberikan
sejak usia 2 tahun. Hal ini perlu karena imunisasi dasar yang diperoleh
pada waktu bayi sudah mulai menurun sehingga perlu dilakukan imunisasi
ulang untuk meningkatkan kembali imunitas tubuh.
Program seribu hari pertama kehidupan yang telah dicanangkan oleh
UNICEF menyatakan bahwa pada periode ini anak harus memperoleh
ASI, makanan pendamping ASI yang kaya zat gizi dan suplementasi
mikronutrien. Suplementasi mikronutrien yang penting untuk balita adalah

13
vitamin A, zat besi, zink, dan iodium. Zat-zat gizi tersebut penting karena
berperan dalam pertumbuhan dan imunitas. Namun di Indonesia program
suplementasi yang sudah ada untuk balita hanya suplementasi vitamin A.
Harga suplemen atau multivitamin yang mengandung mikronutrien
penting sebenarnya terjangkau dan dan dapat dibeli di mana saja. Bila ada
kecurigaan seorang balita mengalami defisiensi mikronutrien maka
tindakan yang perlu dilakukan adalah segera memberi suplementasi
multivitamin untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.9,10

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland WA, Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2010.
2. Kemenkes RI. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development
Goals (SDG’s). Jakarta : 2015.
3. Rusli Sjarif, Damayanti, dkk. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik. Jilid I. IDAI. Jakarta : 2015.
4. Sulfana. A. Pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap
kejadian gizi kurang dan stunting pada balita di kecamatan pamijahan.
Tesis. Institut pertanian bogor. 2014.
5. Torlesse, H., Cronin, A.A., Sebayang, S.K., dan Nandy, R.
Determinants of Stunting in Indonesian children: 2016.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina
Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Direktorat Bina Gizi 2011.
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Indonesia. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika; 2007.
8. Beck, Mary E. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia
Medico. 2000
9. Marimbi, Hanum, Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar
Pada Balita, Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.
10. Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.2003

15
16

Anda mungkin juga menyukai