ASGA Arthritis Gout
ASGA Arthritis Gout
B DENGAN ARTHRITIS
GOUT DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR KOTA
BANJARMASIN
DI SUSUN OLEH
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Keluarga tentang “Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Ny. B Dengan Arthritis Gout Di Wilayah Kecamatan Banjarmasin
Timur Kota Banjarmasin”
Tugas Asuhan Keperawatan Keluarga ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
tugas Asuhan Keperawatan Keluarga ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas
Asuhan Keperawatan Keluarga l ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat memperbaiki proposal ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas Asuhan Keperawatan Keluarga ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................4
B. TUJUAN.............................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................28
BAB V.........................................................................................................................34
PENUTUP...................................................................................................................34
i. KESIMPULAN................................................................................................34
ii. SARAN.............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35
A. LATAR BELAKANG
Menurut American College of Rheumatology (2012), gout arthritis
adalah suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang
sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari
nyeri inflamasi satu sendi. Gout arthritis adalah bentuk inflamasi artritis
kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki.
Namun, gout arthritis tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,
pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya
hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin
parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout
arthritis merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia). Penyakit gout arthritis merupakan penyakit akibat
penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan
nyeri sendi disebut gout artritis.
Prevalensi Arthritis Gout didunia menalami kenaikan dengan jumlah
1370 (33,3%). Prevalensi asam urat juga menngkat pada kalangan orang
dewasa 3,2 % dan amerika serikat sebesar 3,9% , Korea prevalensi asam urat
meningkat dari 3,49% menjadi per 1000 orang pada tahun 2007 menjadi
7,58% per 1000 orang pada tahun 2015 (WHO, 2018) Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS), menyatakan bahwa prevalensi penyakit sendi di
Indonesia berdasarrkan diagnosis tenaga kesehata (NAKES) sebesar 7,3% di
provinsi Sulawesi Utara sebesar 8,3% ( Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018).
Seseorang menderita Arthritis Gout karena memiliki perilaku yang
dapat meningkatkan faktor risiko Arthritis Gout . Gaya hidup yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang
aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena
penyakit Arthritis Gout (Aulia dkk, 2008). Gaya hidup sering menjadi
penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia produktif, karena
generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan
seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah
serat. Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula
yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan yang berakibat
terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013)
Penyakit Arthritis Gout sering dianggap sebagai penyakit monopoli
orang tua. Dulu, Arthritis Gout hanya terjadi pada usia tua mulai 60
tahun, namun sekarang mulai usia 40 tahun seseorang sudah memiliki risiko
Arthritis Gout , meningkatnya penderita Arthritis Gout usia muda lebih
disebabkan pola hidup, terutama pola makan tinggi kolesterol. Berdasarkan
pengamatan di berbagai rumah sakit, justru Arthritis Gout di usia produktif
sering terjadi akibat kesibukan kerja yang menyebabkan seseorang jarang
olahraga, kurang tidur, dan stres berat yang juga jadi faktor penyebab
(Dourman, 2013).
Berbagai hasil penelitian diatas, faktor risiko Arthritis Gout pada usia
muda itu tidak jauh berbeda, seperti riwayat Arthritis Gout pada keluarga,
merokok, hipertensi, diabetes melitus dan aktivitas fisik serta tingkat stres
hampir ada di setiap penelitian. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat
faktor risiko jenis kelamin, riwayat Arthritis Gout pada keluarga, obesitas,
merokok, hipertensi, diabetes melitus, aktivitas fisik dan tingkat stres.
Faktor itu diambil karena dari berbagai penelitian faktor- faktor tersebut
termasuk faktor yang paling berisiko
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Arthritis Gout
masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada
umumnya. Untuk mengatasi masalah penting ini di perlukan strategi
penanggulangan Arthritis Gout yang mencakup aspek promotif atau promosi
kesehatan yaitu suatu kegiatan untuk membantu indivudu, kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk
mencapai kesehatan secara optimal. Preventif yaitu suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit., dan rehabilitasi yaitu usaha untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat sesuai dengan kemampuannya
Perawatan kesehatan keluarga sebagai tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga, sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuannya dengan perawatan sebagai sasarannya.
Dalam perawatan kesehatan, masyarakat yang menerima asuhan keperawatan
dibagi menjadi 3 tingkat yaitu tingkat individu, tingkat keluarga dan tingkat
masyarakat. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperaatan
karena keluarga menyediakan sumber sumber yang penting untuk memberikan
pelayanan kesehatan/Keperawatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga
(Ali, 2010).
Oleh karena itu Universitas Sari Mulia melakukan Asuhan
Keperawatan Keluarga binaan yang merupakan usaha dari aspek preventif dan
rehabilitatif dengan target masyarakat dapat memahami mengenai Arthritis
Gout serta penyakit-penyakit yang menjaddi pencetusnya dan mengetahui
pengobatan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Arthritis Gout
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga terhadap keluarga kelolaan
dengan Arthritis Gout
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang dasar Arthritis Gout
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam
mendeteksi secara dini faktor resiko Arthritis Gout
c. Mengidentifikasi tentang konsep asuhan keperawatan keluarga
d. Melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Arthritis Gout
e. Mengidentifikasi tentang masalah kesehatan dengan asuhan
keperawatan keluarga dengan Arthritis Gout
f. Melakukan intervensi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan Arthritis Gout
g. Melakukan implementasi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan Arthritis Gout
h. Melakukan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan keluarga
dengan Arthritis Gout
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
kelainan yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan
yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam
nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.
Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri
dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada
syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada
glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim
fructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob.
Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan
karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau
pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan pemecahan
ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau
purine nucleotide dalam metabolisme
3. Faktor Risiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout arthritis :
a. Suku bangsa /ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada suku maori di
Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi
sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Papua.
b. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang
tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
c. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan
hiperurisemia. Misalnya Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal,
hipertensi, dislipidemia. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan
faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan
penurunan berat badan adalah faktor pelindung.
d. Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya
hiperurisemia. Misalnya Diuretik, antihipertensi, aspirin. Obat-obatan
juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan
untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi
hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk
membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout
yang disebabkan oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan"
dengan menyesuaikan dosis. Serangan gout juga bisa dipicu oleh
kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi
memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga
merupakan faktor risiko penting independen untuk gout. Aspirin
memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah
menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat,
sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik
e. Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi
dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio
jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam
Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki
dengan perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1.
Dalam populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin
pasien laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka
yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh enam
persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua dari
60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai
gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua
dari 80 tahun.
f. Diet tinggi purin
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang
merupakan bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan
oleh asupan makanan dengan purin tinggi.
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl.
Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan
dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang
– ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi
akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan
telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan
disertai penyakit ginjal kronis.
Gambar 1
Pathway gout arthritis
5. Manifestasi
Klinis
Gout arthritis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus
berkembang menjadi tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat
mempunyai 4 tahapan, yaitu:
a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut)
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada
laki- laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25
tahun merupakan bentuk tidak lazim gout artritis, yang mungkin
merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit
ginjal atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan
berupa arthritis monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa
disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi
yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien
tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri,
bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan endap
darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan
pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat
membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun. Pada
perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang
adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti
pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan
beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya,
dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan
yang lama
b. Tahap 2 (Tahap Gout
interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang
waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari
rentang waktu 1- 10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara
1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan
seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout
arthritis akut. Atau menyangka serangan pertama kali yang dialami
tidak ada hubungannya dengan penyakit gout arthritis
6. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan
edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan
dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun
komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan
menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-
obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun gout arthritis seperti
alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut.
Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun
gout arthritis, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium interkritik dan
menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat, sampai
kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat
alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.
7. Komplikas
i
B. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Menurut Harmoko (2012), banyak definisi yang diuraikan tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Keluarga adalah
kumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
2. Struktur Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi struktur keluarga
sebagai berikut :
a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Struktur peran keluarga
2) Nilai atau norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi dimana masing-masing
anggota. Keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing dapat
tercapai.
2) Keterbatasan dalam mncapai tujuan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya
masing - masing sehingga dalam berinteraksi tidak bisa semena-
mena.
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-
masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang
berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah
utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
3. Tipe keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi tipe keluarga
sebagai berikut:
a. Tipe tradisional
1) The nuclear family
Keluarga yang terdiri dari suami - isteri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami, isteri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami isteri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri.
4) The childress family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extenden family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
6) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini
terjadi melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan keluarga saat
akhir pecan.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin network family
Ini adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah yang saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama seperti
dapur, kamar mandi, TV, telpon dan lain-lain.
10) Blanded family
Keluarga yang di bentuk oleh duda atau janda yang menikahi
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau ditinggal mati.
b. Tipe non tradisional
1) The unmarriedteenage mather
2) Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dengan hubungan tanpa nikah.
3) The stepparents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
4) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak sama
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
5) The non marital heteroseksual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
6) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana seorang suami-isteri.
7) Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
8) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.
9) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan tanggung jawab membesarkan anak-anaknya.
Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan
dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
4) Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah
untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan skor pada kriteria ini, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah.
Dalam hal ini, jika keluarga menyadari masalah dan merasa
perlu untuk menangani segera, maka harus diberi skor yang
tinggi (Suprajitno, 2014)
Menurut Ardiansyah (2012), diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien Diabetes Melitus adalah:
a) Gangguan perfusi Jaringan b/d
melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah
ganggren akibat obstruksi pembuluh darah
b) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga
(kmk) mengenal masalah kesehatan keluarga yang sakit
c) nyeri akut b/d kmk merawat anggota keluarga yang
sakit.
d) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d kmk
mengenal masalah kesehatan keluarga.
e) Kurang pengetahuan tentang diabetes melitus b/d kmk
mengenal masalah kesehatan keluarga.
3. Intervensi
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila masalah
kesehatan maupun masalah keperawatan telah teridentifikasi, maka
langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai
dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana keperawatan
yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan
serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan keperawatan keluarga diantaranya:
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan
dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai dengan
prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk
keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini selain
berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim
kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan membantu
mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah
perilaku hidup sehat. Guna membangkitkan minat keluarga dalam
berprilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik
motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah
ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
dan mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, penggunaan
alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga dan membantu keluarga cara menggunakan fasilitas
tersebut.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap
penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau belum
berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan
ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik pada individu
maupun keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan
dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung pada
dimensi evaluasi yang diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-
sumber data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah perawatan)
dengan kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang optimal
atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu
ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak
tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat
diatasi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang berbeda
dari metode problem-solving. Dokumentasi keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, intervensi. Perawat
kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada profesi kesehatan lainnya. Kekurangan dalam pendokumentasian
proses keperawatan meliputi penggunaan terminology dan cara
pendokumentasian yang tidak standar yang tidak menunjukkan adanya
suatu perbedaan asuhan keperawatan yang kompleks (Nursalam 2009)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Keadaan
Keterangan
Nama Anggota
Immunisasi
L
Umur (thn)
Pendidikan
Pekerjaan
keluarga
Agama
No / KB
P
Kesehatan
Keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Ny. B KK P 72 SD Wiraswas Islam Sakit Tidak Tidak Arth
ta ritis
Gout
2. Ny. I Anak P 48 SD Wiraswas Islam Sehat Tidak Tidak -
ta
9. Tipe keluarga
Keluarga ini merupakan tipe keluarga The single – parent family yaitu
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini terjadi
melalui proses perceraian atau kematian. Dengan Ny. B sebagai kepala
keluarga
10. Genogram
Ny. M
II. 72 th
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
Keterangan :
: Laki-laki : Sakit
C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Tipe rumah semi permanen, Luas rumah 6 x 8 m2. Status kepemilikan
rumah saat ini adalah rumah sendiri. Rumah yang dihuni sekarang adalah
rumah sederhana, berdinding papan, lantai papan yang dilapisi tikar
plastik, rumah memiliki wc leher angsa, 2 kamar tidur, dapur, ruang tamu
2. Ventilasi dan penerangan
Luas jendela > 20% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah baik,
terdapat ventilasi di atas jendela, terdapat 8 jendela yang bisa dibuka.
Rumah memiliki penerangan baik dengan menggunakan lampu pada
malam hari dan cahaya matahari dapat masuk kerumah.
Ruang Tamu
Keterangan :
Pintu :
Jendela :
D. SOSIAL
1. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong royong
dalam melakukan suatu kegiataan.
2. Mobilitas geografis keluarga
Ny. B tinggal bersama dengan 1 anaknya. Keluarga Ny. B tinggal menetap
dan memiliki kepemilikan rumah sendiri.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul dengan tetangga pada acara pengajian atau
hajatan masyarakat sekitar sebelum adanya wabah Covid-19
4. Sistem pendukung keluarga
Keluarga mengatakan keluarga selalu mendukung apa yang dilakukan
anggota keluarga lain tetapi untuk melakukan hal positif dan hal yang baik
untuk keluarga.
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi yang di pakai menggunakan bahasa
banjar atau bahasa yang saling di mengerti oleh semua anggota keluarga.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Semua anggota kelurga saling menghargai satu sama lain. Tempat tinggal
keluarga dekat dengan keluarga atau kerabat dekat dan bisa membantu
kelurga ketika mengalami kesusahan.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga menerapakan hubungan baik antar keluarga dan berkomunikasi
dengan baik dengan masyarakat sekitar
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga mengatakan di dalam keluarga hanya Ny. B yang mnederita
penyakit. Anak-anak beliau tidak ada yang menderita penyakit serius.
Apabila sakit keluarga berobat ke puskesmas atau berkonsutasi dengan
menantu beliau yang seorang tenaga kesehatan.
4. Fungsi reproduksi
Ny. B sudah mengalami menopause, dan anak tiga klien belum menikah.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga mengatakan penghasilan setiap bulan di peroleh dari pemberian
anak-anak klien yang sudah menikah.
I. HARAPAN KELUARGA
Keluarga mengatakan yang sangat di harap yaitu agar semua masalah
keluarganya terselesaikan dengan baik serta Ny. B agar selalu sehat
Pemeriksaan Ny. B Ny. I
No
1 2 3
1 Penampilan Tampak bersih, klien tampak bungkuk Tampak bersih
2 Kesadaran Composmentis Composmentis
3 Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah 130/90 mmHg 120/ 90 mmHg
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
b. Nadi 80 x / m 78 x / m
c. Respirasi 22 x / m 26 x / m
d. Suhu 36,5 36, 5
e. Berat badan
4 Kepala
a. Bentuk Simetris Simetris
b. Rambut Penyebaran merata, berwarna putih Penyebaran merata, berwarna hitam
c. Kulit kepala Bersih bersih
5 Mata
a. Bentuk Simetris Simetris
b. Konjungtiva Tidak anemis Tidak Anemis
c. Sclera Tidak ikterik Tidak ikterik
d. Fungsi penglihatan Baik baik
6 Hidung
a. Bentuk hidung Simetris Simetris
b.Fungsi penciuman Fungsi penciuman baik Fungsi penciuman baik
7 Telinga
a. Bentuk Simetris Simetris
b. Fungsi pendengaran Fungsi pendengaran baik Fungsi pendengaran baik
8 Mulut
a. Bentuk Simetris Simetris
b. Bibir Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat sianosis
c. Gigi Tidak lengkap Tidak lengkap
9 Leher
Tidak ada kelainan dari bentuk leher dan
a. Bentuk Tidak ada kelainan dari bentuk leher dan
pergerakan leher normal tidak ada
b. JVP pergerakan leher normal tidak ada keterbatasan
J. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
No Daftar masalah Kesehatan
1 Ancaman
Ny. B memiliki riwayat penyakit gastritis karena makan tidak teratur
2 Kurang/tidak sehat
Ny. B mengatakan sering merasa nyeri pada daerah ekstremitas bawah
dan persendian
3 Defisit
Kurang tau tentang penyebab dan makanan dan sayuran apa yang
menyebabkan terjadinya peningkatan asam urat atau penyakit Arthritis
Gout
L. DAFTAR MASALAH
No Data Problem Etiologi
1. DS : Ketidakefektifan Kurangnya pemaparan
- Ny. B mengatakan manajemen kesehatan tentang kondisi
sering merasa nyeri di keluarga kesehatan
pada daerah
ekstremitas bawah
dan persendian
- Ny. B mengatakan
tidak memiliki
pantangan makanan
dan cukup sering
memakan singkong
- Keluarga
mengatakan Ny. B
sering mengalami
nyeri pada daerah
perut karena makan
tidak teratur
- Klien mengatakan
jika pola makan
tidak teratur dan
hanya makan jika
ingin
- Klien mengatakan
tidur 4-6 jam per
hari, dan jika
terbangun tengah
malam tidak akan
tidur lagi sampai
pagi hari
- Klien mengatakan
sering
mengkonsumsi kopi
DO :
- Pasien menggunakan
pengobatan
tradisional (minyak
urut) jika merasa
nyeri pada bagian
kaki atau
persendiannya
GDS : 101
Urine Acid : 12.0
Kolestrol : 351
2. DS : Kurangnya Ketidakmampuan
- Keluarga pengetahuan tentang keluarga Mengenal
mengetahui
penyebab dari
penyakit.
- Klien mengatakan
kurang mengetahui
makanan yang dapat
meningkatkan kadar
asam urat
DO :
- Klien tampak kurus
- Klien
mengkonsumsi obat
obatan yang
dibelikan oleh
anaknya jika
mengalami nyeri
- TD : 130/90
mmHg
N : 80 x / m
RR : 22 x / m
T: 36,5
Rendah 1 dikonsumsi
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus segera 2 ½ x 1 = Klien takut untuk
ditangani ½ = 0.5 mengkonsumsi makanan
Ada masalah tetapi tidak perlu 1 yang berdampak pada
Segera ditangani pemenuhan nutrisi
Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah Skor 2,7
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
Tinggi 3 3/3 x 1 = Dapat dicegah dengan
Cukup 2 1 mengontrol makanan yang
Rendah 1 dikonsumsi
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus segera 2 1/2 x 1 = Masalah dapat menggangu
ditangani 0,5 aktivitas klien
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah Skor 3,1
N. Prioritas Masalah
1. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan di keluarga
O. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA INTEGRASI DOKUMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN NANDA/ICNP, NOC, NIC
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas
normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas
tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila
tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas
tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun).
Pembahasan asuhan keluarga ini dimulai dari tahapan-tahapan seperti yang
ada dalam proses keperawatan, yaitu pengkajian, intervensi, implementasi,
evaluasi dan dokumentasi.
Tujuan dilkaukan pembahasan dalam kasus ini adala untuk mengupas
kembali pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkannya
dengan tinjauan pustaka pada BAB II, hal ini dilkukan karena respon setiap
manusia terhadap suatu masalah berbeda-beda.
Asuhan keperawatan keluarga ini kelompok melakukan kunjungan
sebanyak 5 kali dalam 3 minggu, kunjungan pertama dimulai dari meminta
persetujuan kepada keluarga untuk dikelola serta membina hubungan saling
percaya, kunjungan kedua melakukan pengkajian keluarga, kunjungan ketiga
menentukan rencana keperawatan atau intervensi tentang penggunaan terapi
komplementer terhadap penyakit Hipertensi, kunjungan keempat melakukan
pendidikan kesehatan tentang Hipertensi dan melakukan terapi komplementer
terhadap penyakit Hipertensi, kunjungan kelima melakukan evaluasi kepada
pasien perkembangan terapi komplementer dan kepatuhan pasien melaksanakan
terapi komplementer terhadap penyakit Hipertensi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data yang ada pada keluarga mengingat begitu pentingnya pengkajian maka
diharapkan perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat bantu,
dan format pengkajian yang digunakan.
Secara teori menurut Widjadja (2009) etiologi hipertensi ini terbagi
menjadi dua yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder, ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit
hipertensi antara lain usia, jenis kelamin, keturunan, kegemukan, kurang
olahraga, konsumsi garam berlebih, stress, dan merokok. Dengan
bertambahnya usia, resiko terkena hipertensi lebih tinggi. Ny. S memiliki
riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu sampai sekarang, Ny.S juga sering
merasakan nyeri pada lututnya saat sedang beraktifitas dan Ny. S juga suka
memakan makanan yang asin karena Ny. K suka memasak menggunakan
penyedap rasa (MSG) dan garam.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kumpulan pernyataan, uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan
status kesehatan mulai dari potensi, resiko tinggi sampai dengan masalah
actual. Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga diambil dari 5 tugas
keluarga, maka kesenjangan antara teori dan kasus yang dijumpai pada
keluarga Ny.S berikut ini kelompok akan membahas setiap masalah.
C. Intervensi Keperawatan
Perenanaan yang pertama adalah penapisan masalah yang perlu
diperhatikan adalah kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk
diubah, potensi masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Secara teori
sifat masalah terbagi menjadi 3 yaitu actual dengan nilai 3, resiko dengan nilai
2, dan potensi dengan nilai 1. Namun keluarga Ny. S ada diagnosa
keperawatan resiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dan potensi yaitu
ketidakefektifan koping keluarga. Intervensi yang bisa dilakukan sesuai
dengan teori pengendalian hipertensi menurut Ardiansyah (2012) yang
menyatakan bahwa degan promosi kesehatan, preventif, kuratif diharapan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku
hidup sehat dalam perawatan serta pencegahan hipertensi. Intervensi yang
dapat dilakukan kepada Ny. S adalah memberikan pendidikan kesehatan
tentang Hipertensi, penerapan diet, hipertensi manajemen, pengobatan dan
menganjurkan pasien dan keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam membantu
merawat anggota keluarga. Selain itu, pendidikan kesehatan juga diberikan
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan anggota keluarga lain dalam
hal mencegah timbulnya penyakit atau penurunan status kesehatan.
D. Implementasi Keperawata
Pelaksanaan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Pelaksanaan secara teori yaitu berdasarkan pelaksanaan yang
mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat, pelaksanaan dilakukan
dengan tetap mempertahankan prioritas masalah, dan kekuatan-kekuatan
keluarga berupa finansial, motivasi dan sumber-sumber pendukung lainnya.
Pelaksanaan yang dibuat pada kasus tidak ada perbedaan dengan yang ada
pada teori.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan keluarga.
Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai
sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncanakan keperawatan.
F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat
seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan keperawatan, perencanaan,
tidakan keperawatan dan penilaian keperawatan yang disusun secara
sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hokum.
Pendokumentasian pada keluarga Ny. S selama 3 minggu dibagi dalam 5
kali pertemuan. kunjungan pertama dimulai dari meminta persetujuan kepada
keluarga untuk dikelola serta membina hubungan saling percaya, kunjungan
kedua melakukan pengkajian keluarga, kunjungan ketiga menentukan rencana
keperawatan atau intervensi tentang penggunaan terapi komplementer
terhadap penyakit Hipertensi, kunjungan keempat melakukan pendidikan
kesehatan tentang Hipertensi dan melakukan terapi komplementer terhadap
penyakit Hipertensi, kunjungan kelima melakukan evaluasi kepada pasien
perkembangan terapi komplementer dan kepatuhan pasien melaksanakan
terapi komplementer terhadap penyakit Hipertensi.
BAB V
PENUTUP
i. KESIMPULAN
Adanya perdarahan pada jaringan otak menyebabkan terganggunya
sirkulasi di otak yang megakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan otak
yang mengakibatkan otak tidak menapat darah lagi, serta terbentuknya
hematom di otak yang mengakibatkan penekanan. Proses ini memacu
peningkatan tekanan intracranial sehingga terjadi perubahan dan herniasi
jaringan otak yang dapat mengakibatkan kompresi pada batang.
Vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dapat menghambat sirkulasi
darah dan meningkatkan tahanan vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi.
Salah satu gerakan dalam pemijatan, yaitu effleurage yang dilakukan pada
daerah kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan
efeknya memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah
menuju ke jantung.
ii. SARAN
Jika sudah mengalami kerusakan persyarafan atau kelumpuhan biasanya
bersifat permanen. Maka dari itu, perlu adanya pendampingan ekstra baik
kepada klien maupun keluarga karena pada tahap awal tentunya klien akan
merasakan stress yang amat mendalam. selain itu, perlu diberitahukan kepada
keluarga untuk tidak merendahkan klien karena dapat timbul tekanan yang
lebih dalam lagi kepada klien sehingga akan menimbulkan distress kepada
klien yang mempengaruhi proses penyembuhan klien. Oleh karena itu perlu
adanya peran perawat yang lebih peka terhadap perasaan klien dan
keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Adib,M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Arthritis Gout . Edisi ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika.
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Budistio, M. (2001). Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi pada Pasien Usia
Dewasa.Jurnal kedokteran trisakti, 2 (20).
Cha,J.H.,Lee,S.H.,Yoo,Y.S.(2010). Effect of aromatherapy on changes in the
autonomic nervous system, aortic pulse wave velocity and aortic
augmentation index in patients with essential hypertention. Journal of
Korean Academy Nursing, 40 (5):705.
Corwin, J Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta
Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Infokes.(2007).Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. diakses dari
http://www.depkes.go.id, diperoleh 8 April 2011.
Safitri, P.(2009). Efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun
XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli
Serdang. Medan: USU, diakses dari
http://www.repositoryusu.abstract.ac.id , diperoleh 6 April 2011.
LAMPIRAN 1 (POWER POINT/ LEMBAR BALIK)
LAMPIRAN 2 (LEAFLET)
LAMPIRAN 3 (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari
jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah
tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan
stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas
ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health
Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari
130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009).
Cerebrovascular Accident (CVA) yang lazimnya disebut Arthritis
Gout merupakan sejenis penyakit yang menyerang sistem saraf manusia yang
menderitanya. Arthritis Gout , yang menduduki peringkat tinggi sebagai
penyebab kematian di banyak negara, adalah penyakit di mana terjadi
kerusakan sel-sel saraf di otak akibat terganggunya pasokan darah ke bagian
otak. Di Amerika Serikat, Arthritis Gout menduduki peringkat ketiga sebagai
penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia sendiri,
Arthritis Gout merupakan penyebab utama kematian dengan prevalensi
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah 8 kasus per
1000 jiwa (Sedyaningsih, 2011). Faktor resiko utama Arthritis Gout adalah
hipertensi kronik yang lebih dikenal oleh orang awam dengan tekanan darah
tinggi. Dengan demikian, karena sebagian besar kasus hipertensi dapat diobati,
dan karena penurunan tekanan darah ke tingkat nor-mal akan mencegah
Arthritis Gout (Sylvia & Lor-raine, 2005).
Arthritis Gout menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah
perkotaan. Sekitar 2,5 persen dari jumlah total penderita Arthritis Gout di
Indonesia meninggal dunia dan sisanya mengalami gangguan atau cacat ringan
maupun berat pada tubuhnya pasca Arthritis Gout . Angka penderita Arthritis
Gout di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan di tahun-tahun
mendatang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian faktor risiko
Arthritis Gout seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, gangguan
kesehatan mental, merokok dan obesitas abnormal.
Tekanan darah dapat dikontrol dengan terapi farmakologis dan terapi
nonfarmakologis. Terapi non farmakologis adalah terapi pengobatan tanpa
menggunakan obat-obatan. Departemen kesehatan mencatat ada 20 jenis
pengobatan komplementer, terbagi dalam pendekatan dengan ramuan
(aromaterapi, sinshe), dengan pendekatan rohani dan supranatural (meditasi,
yoga, reiki) dan dengan keterampilan (pijat refleksi) (Azwar, 2004, hal. 51).
Pijat refleksi adalah terapi yang bersifat holistik. Manfaat pijat terasa
pada tubuh, pikiran, dan jiwa. Pijat melancarkan peredaran darah dan aliran
getah bening. Efek langsung yang bersifat mekanis dari tekanan secara
berirama dan gerakangerakan yang digunakan dalam pijat secara dramatis
meningkatkan tingkat aliran darah. Rangsangan yang ditimbulkan terhadap
reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah melebar secara refleks
sehingga melancarkan aliran darah yang sangat berpengaruh bagi kesehatan.
(Hadibroto, 2006)
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Arthritis Gout
masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada
umumnya. Untuk mengatasi masalah penting ini di perlukan strategi
penanggulangan Arthritis Gout yang mencakup aspek promotif atau promosi
kesehatan yaitu suatu kegiatan untuk membantu indivudu, kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk
mencapai kesehatan secara optimal. Preventif yaitu suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit., dan rehabilitasi yaitu usaha untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat sesuai dengan kemampuannya
Oleh karena itu Uniersitas Sari Mulia mengadakan melakukan Asuhan
Keperawatan Keluarga binaan yang merupakan usaha dari aspek preventif
dengan target masyarakat dapat memahami mengenai hitertensi, Arthritis
Gout dan mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit Arthritis Gout
B. Tujuan
1. Menambah pengetahuan dalam memahami tentang penyakit hipertensi,
Arthritis Gout , dan pijat hipertensi
2. Dapat menambah pengetahuan masyarakat terkait pengobatan pijat
hipertensi untuk mencegah Arthritis Gout .
3. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui keluarga
binaan
C. Kriteria Peserta Penyuluhan
Kriteria peserta penyuluhan ini adalah
1. Usia peserta lebih dari 50 tahun
2. Menderita hipertensi
3. Mempunyai riwayat hipertensi
D. Daftar peserta penyuluhan
No Nama Alamat Tanda tangan
E. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Jum’at, 17 Mei 2019
Pukul : 09.00-11.00 Wita
Tempat Kegiatan : Jl. Hikmah Banua No 12
F. Setting
Ketua Pembimbing : Malisa Ariani,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Skema kegiatan
Ket :
Merah : Lembar bolak-balik
Ungu : Mc
Orange : Pemateri
Hitam : Sasaran / Peserta
Abu-abu : Dokumentasi
Putih : Konsumsi
Kuning : Tempat Pijat
Hijau : Panitia
G. Alat Media : 1. Leaflet
2. Lembar bolak-balik
H. Metode : ceramah dan simulasi terapi pijat hipertensi
I. Langkah-langkah Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran Media
kegiatan
1 Pembukaan 5 menit Mengucapkan Keluarga Kata-kata
salam Tn. Y atau kalimat
Memperkenalkan
diri
Menyampaikan
tujuan dan pokok
materi
Menyampaikan
pokok
pembahasan
Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 20 Menyampaikan Keluarga Leaflet dan
menit materi Tn. Y Lembar
Menjelaskan apa bolak-balik
itu hipertensi dan
Arthritis Gout
Menjelaskan
perjalanan
penyakit
hipertensi dan
Arthritis Gout
Tanya jawab
3 Simulasi 30 Mengajarkan Masyarakat Demonstrasi
menit cara melakukan
terapi pijat
hipertensi
Latihan bersama-
sama
Menunjuk 2
orang untuk
melakukan
secara mandiri
3 Penutup 5 menit Melakukan Keluarga Kata-kata
evaluasi terhadap Tn. Y atau kalimat
pemaparan
materi yang di
sampaikan
Menyampaikan
kesimpulan
materi
Menganjurkan
masyarakat
memeriksakan
kesehatannya
Mengakhiri
pertemuan
Lampiran 4
Materi
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi Dan Arthritis Gout
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan
darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut
darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan,
walaupun emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu.
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas
ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health
Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang
dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun)
(Adib, 2009).
Menurut definisi WHO, Arthritis Gout adalah suatu tanda klinis
yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vascular.
Faktor resiko utama Arthritis Gout adalah hipertensi kronik yang
lebih dikenal oleh orang awam dengan tekanan darah tinggi. Dengan
demikian, karena sebagian besar kasus hipertensi dapat diobati, dan karena
penurunan tekanan darah ke tingkat nor-mal akan mencegah Arthritis
Gout (Sylvia & Lor-raine, 2005). Sering disebut sebagai the silent killer
karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya Arthritis Gout sebanyak
6 kali. Dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih besar dari 140/90
mmHg. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan Arthritis Gout
akan semakin besar, karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh
darah sehingga memudahkanterjadinya penyumbatan bahkan pecahnya
pembuluh darah di otak. Jika serangan Arthritis Gout terjadi berkali-kali,
maka kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup akan semakin kecil.
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO :
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan
>180 >105
berat
Hipertensi sistolik
>140 <90
terisolasi
Hipertensi sistolik
140-160 <90
perbatasan
2. Epidimiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia
terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang
memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya
35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%.
Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi.
Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total
jumlah penduduk (Widiyani, 2013).
Arthritis Gout merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab
utama kecacatan, Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena Arthritis Gout
setiap tahunnya yang sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya
dan sepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya
dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di dunia,
ternyata Arthritis Gout sebagai penyebab kematian mencapai 9% (sekitar
4 juta) dari total kematian per tahunnya.
Insidens kejadian Arthritis Gout di Amerika Serikat yaitu 500.000
pertahunnya dimana 10-15% merupakan Arthritis Gout hemoragik
kuhusnya perdarahan intraserebral. Mortalitas dan morbiditas pada
Arthritis Gout hemoragik lebih berat dari pada Arthritis Gout iskemik.
Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali
kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya
meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50%
meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251
penderita Arthritis Gout , ada 47% wanita dan 53% kali-laki dengan rata-
rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur
lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome
yang lebih buruk.
3. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan
gejala. Meskipun demikian secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi (padahal
sebenarnya tidak). Gejala yang di maksud adalah sakit kepala,pendarahan
dari hidung,pusing,wajah kemerahan dan kelelahan .
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati bisa timbul
gejala berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
b. Sesak nafas
c. Gelisah
d. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata, jantung dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopoti
hipertensif yang memerlukan penanganan segera.
4. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum di
ketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopaik. Tedapat 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,
hiperativitis susunan simpatis, system renin-angiotensis, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan factor-faktor
yang meningkatkan risiko,seperti obesitas, alcohol, merokok serta
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder . Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan estrogen,penyakit ginjal. hipertensi
vascular renal,hiper aldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositomo, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubung dengan
kehamilan, dan lain-lain.
5. Faktor Resiko Hipertensi
a. Usia: risiko meningkat seiring dengan pertambahan usia
b. Riwayat Kesehatan Keluarga: orang cenderung lebih mudah untuk
menderita hipertensi jika ada anggota keluarganya yang pernah
menderita penyakit yang sama sebelumnya
c. Berat: kelebihan berat badan atau obesitas
d. Pola Makan: terlalu banyak garam (natrium) dalam makanan untuk
jangka waktu yang lama
e. Gaya hidup: merokok, minum, stres, dan kurang olahraga
1. Cara Mencegah Hipertensi
Sebelum penyakit hipertensi menyerang kita akan lebih baik jika
kita mencegahnya terlebih dahulu. Cara yang tepat untuk mencegah
hipertensi yaitu :
a. Tidak merokok karena nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan
jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah
kecil yang menyebabkan jantung terpaksa memompa lebih kuat untuk
memenuhi keprluan tubuh kita
b. Kurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat
menyebabkan lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan
tekanan darah menjadi tinggi
c. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling
pembuluh darah dan menjadikannya tebal dan kaku
d. Pertahankan berat badan ideal
e. Olahraga secara teratur
f. Hindari konsumsi alcohol
g. Konsumsi makanan sehat,rendah lemak,kaya vitamin dan mineral
alami
B. PIJAT HIPERTENSI
1. Definisi foot-massage
Massage (pijat) adalah tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-
gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak
tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk-nepuk, memotong-motong, meremas-
remas, dan gerakan meliuk-liuk (Henderson, 2006). Massage memiliki
banyak jenis, salah satunya adalah foot-massage atau foot-massage.
Foot-massage atau refleksi kaki merupakan terapi yang berasal dari
Cina. Terapi ini sudah lebih dari 3000 tahun yang lalu dan digunakan
dalam pencegahan dan penyembuhan banyak penyakit. Prinsip foot-
massage terletak pada jaringan meridian yang menghubungkan semua
jaringan, organ dan sel-sel dalam tubuh kita. Setiap organ dalam tubuh
terhubung ke titik refleksi tertentu pada kaki melalui perantara 300 saraf.
Seorang ahli refleksi akan memberikan tekanan pada meridian berbeda dan
garis energi di telapak dan sisi kaki untuk menentukan penyebab penyakit
(Nelson, 2013).
Foot-massage dapat merangsang organ-organ dan kelenjar yang
terkait dengan meridian dan saraf. Foot-massage dapat dilakukan sendiri di
rumah pada baik menggunakan ibu jari atau ruas jari telunjuk untuk
menekan dan menggosok dengan dalam secara berirama di berbagai titik
kaki yang penting.
2. Manfaat foot-massage Pada Pasien Hipertensi
Melancarkan sirkulasi peredaran darah, Gaya hidup sebagian besar
orang-orang saat ini memungkinkan orang-orang utuk selalu melakukan
mobilisasi dengan cepat. Otot-otot dikaki hampir setiap hari digunakan,
namun sirkulasi perdarahannya sering kali dirugikan dengan penggunaan
sepatu yang ketat dan tidak nyaman. Foot-massage dapat meningkatkan
sirkulasi di ekstremitas bawah.
3. Persiapan sebelum foot-massage
Foot-massage pada otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar
sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah
varises. Tekanan pada otot secara bertahap dapat mengendurkan
ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung.
Foot-massage akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki
sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi. Hal-
hal yang harus dilakukan sebelum melakukan foot-massage adalah sebagai
berikut (Aslani, 2003):
4. Menyediakan tempat yang nyaman
Lingkungan tempat massage harus membuat suasana rileks dan
nyaman, pemijat harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak terlalu
panas dan tidak terlalu dingin, penerangan yang cukup, permukaan tempat
massage yang rata dan nyaman jika diperlukan gunakan karpet dengan
busa karet agar menambah suasana nyaman pada klien.
5. Menyeimbangkan diri
Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika
ingin memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak
membatasi gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan kedua
tangan dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk memasuki daerah
pusar kemudaian bukalah mata perlahan-lahan.
6. Effleurage
Effleurage adalah gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan saat memulai dan mengakhiri massage, gerakan ini
bertujuan untuk meratakan minyak untuk pijat dan menghangatkan otot
agar lebih rileks.
7. Masase pada klien
Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk
dilakukan massage. Massage ini dilakukan dengan posisi berbaring dan
menutup tubuh klien dengan handuk kecuali pada kaki
8. Teknik melakukan foot-massage
Langkah-langkah pijat kaki:
a. Gunakan handuk yang lembab dan hangat untuk membersihkan dan
merilekskan kaki. Kompres kaki dengan handuk, dan usap.
b. Mulai pijat salah satu kaki dengan menggunakan beberapa tetes baby
oil atau lain sebagainya. Pijat kaki masing-masing selama 12 menit
setiap.
l. Selipkan tangan di setiap sisi kaki dan getarkan. Hal ini akan membuat
jaringan lebih hangat dan mengendur otot.
m. Sementara memegang tumit, jari kaki, dan bagian atas kaki, putar
pergelangan kaki ke kiri dan kemudian ke kanan, masing-masing lima
kali.
n. Terapkan gesekan yang mendalam pada bagian bawah kaki, bola kaki,
dan tumit. Terapkan gesekan melingkar mendalam sepanjang tulang
prominences.
o. Terapkan sapuan melingkar secara mendalam disepanjang bawah kaki.
p. Lakukan pijatan dengan buku jari ke bagian bawah kaki.
r. Tarik kari kaki dengan gerakan memutar dimulai dari jari kelingking
menuju jempol.
s. Gesekkan diatas telapak kaki keseluruh permukaan kaki secara bolak
balik sampai pergelangan kaki.
t. Selipkan tangan di pada salah satu kaki dan getarkan.
u. Regangkan pergelangan kaki, dorong ke atas dan keluar secara
bertahap.
v. Ketika gerakan mencapai lutut lepaskan tekanan dan luncurkan
kembali ke pergelangan kaki. Ulangi 3 kali di salah satu betis
kemudian pindah ke lainnya.
w. Ayunkan pergelangan kaki ke Achilles tendon dan otot gastrocnemius.
x. Gunakan gerakan melingkar di sekitar lutut, betis, dan turun ke
pergelangan kaki
y. Ulangi urutan massage dengan kaki yang yang satunya.
z. Handuk lembab untuk menyelimuti kaki. Gunakan handuk lembab
pada kedua kaki untuk mengompres kaki, mulai dari lutut hingga
talapak kaki.
(.............................................)
(............................................)
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT ARTHRITIS GOUT
DI WILAYAH RT. 08 DESA SIMPANG LAYANG
1. Latar Belakang
Pada dasarnya, inti dari keperawatan adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada orang lain dimana asuhan keperawatan tersebut diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat. Sedangkan tujuan dari
keperawatan adalah untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan. Diawali dengan perkenalan
dan menjelaskan tujuan agar keluarga mengenali mahasiswa yang akan
memberikan asuhan keluarga pada klien.
Kepercayaan merupakan suatu hal yang sulit untuk diciptakan antara
individu satu dengan individu lain. Sulit untuk diciptakan antara individu satu
dengan yang lain. Butuh sebuah perjuangan untuk menciptakan sebuah
kepercayaan orang lain terhadap diri kita sendiri. Terlebih lagi jika
kepercayaan tersebut ingin kita dapatkan dari orang yang sebelumnya tidak
kita kenal.Namun kepercayaan bias kita dapatkan jika diantara individu
terdapat komunikasi yang meyakinkan .Pada saat ini masih banyak orang-
orang yang tidak bias menjaga sebuah kepercayaan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya komunikasi dan rasa mempercayaiapa yang dikatakan orang lain.
Keluarga merupakan sub sistem komunitas sebagai sistem sosial yang
bersifat unik dan dinamis.Allender & Spradley (2003): memberikan alasan
mengapa keluarga menjadi penting karena keluarga sebagai sistem,
membutuhkan pelayanan kesehatan seperti individu.
52
2. Tujuan
1. Tujuan umum
Membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan keluarga
binaan.
2. Tujuan khusus
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
3. Metode Pelaksanaan
Tanya jawab, memperkenalkan diri, dan menjelaskan maksud dan tujuan
4. Sasaran Dan Target
Sasaran : Keluarga Ny. M
Target : Ny. M (56 tahun)
5. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
6. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 22 Agustus 2019
Waktu : 30 menit
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
(20 menit)
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 2. Salam penutup
7. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasisw
53
: Ny. S
8. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
b. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa.
54
PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT ARTHRITIS GOUT
DI WILAYAH RT. 08 DESA SIMPANG LAYANG
A. Latar Belakang
Perawat keluarga dalam praktiknya menunjang keterlibatan anggota
keluarga dalam pengkajian, pengambilan kepuusan, perencanaan dan
perawatan. Disamping itu perawat keluarga memobilisasi sumber-sumber dan
pelayanan yang mencakup pengkajian, pendidikan dan bantuan serta
menyampaikan sumber-sumber dari profesi lain. Pengkajian merupakan tahap
awal dari proses keperawatan dan merupakan proses pengumpulan data yang
sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Nursalam, 2013).
Keluarga telah lama dipandang sebagai suatu lingkup yang paling vitas
bagi tumbuh-kembang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting pada
pembentukan identitas dan rasa percaya diri sesorang. Terdapat suatu
keterkaitanyang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya,
sehingga peran keluarga amat penting dalam setiap aspek pelayanan kesehatan
individu anggota keluarganya, mulai dari tahap promosi kesehatan hingga
dalam tahap rehabilitasi. Pengkajian dari pemberian layanan kesehatan
55
keluarga adalah hal penting dalam membantu tiap anggota mencapai tingkat
kesejahteraan yang optimum
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Keperawatan keluarga merupakan proses
pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup
praktik keperawatan (IPKKI, 2017). Sumber informasi dari tahap pengkajian
dapat menggunakan metode Wawancara, Observasi/pengamatan, Pemeriksaan
fisik dari anggota keluarga, serta Data sekunder/studi dokumentasi.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang
tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan,
memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga,
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan pengkajian kepada seluruh keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji Data Umum keluarga
b. Mengkaji riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Mengkaji lingkungan
d. Mengkaji sosial
e. Mengkaji struktur keluarga
f. Mengkaji fungsi keluarga
g. Mengkaji stress dan koping keluarga
h. Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
i. Mengkaji harapan keluarga
j. Mengkaji pemeriksaan fisik keluarga
k. Menentukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjut nya
56
C. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab
D. Sasaran Dan Target
Sasaran : Keluarga Ny. M
Target : Ny. M (56 tahun)
E. Media dan Alat
1. Stetoskop
2. Spygmomanometer
3. Jam Tangan
4. Buku Catatan
5. Pulpen
F. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Minggu, 25 Agustus 2019
Pukul pelaksanaan : 11.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2 Interaksi 1. Mengkaji keluarga
(20 menit)
3 Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya
(5 menit) 2. Salam penutup
G. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa
: Ny. S
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
57
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali masalah yang dialami keluarga
A. Latar Belakang
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi atau
penyusunan rencana tindakan keperawatan yng telah diidentifikasi pada
diagnosis keperawatan. (Nursalam, 2013). .Perencanaan asuhan keperawatan
58
kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan
tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil
untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).
B. Tujuan umum
Keluarga dan mahasiswa dapat menetapkan intervensi asuhan
keperawatan keluarga untuk penaganan masalah hipertensi.
C. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu menentukan intervensi untuk penanganan hipertensi.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi penaganan
hipertensi.
c. Keluarga dan mahasiswa menentukan kontrak waktu untuk pertemuan
yang ke 4
D. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Spygmomanometer
2. Stetoskop
3. Thermometer
G. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Minggu 12 Mei 2019
Pukul pelaksanaan: 15.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Pra interaksi 1. Menyampaikan salam
( 5 menit ) 2. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
59
3. Menjelaskan tujuan
4. Apersepsi.
5. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
( 30 menit ) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcemant positif
atas jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang
belum dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah didiskusikan
9. Memberikan reinforcement positif
atas jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari
( 5 menit ) berikutnya.
2. Salam penutup
H. Setting Tempat
Keterangan :
: Mahasiswa
: Ny. S
I. Kriteria Evaluasi
60
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan
3. Evaluasi hasil
a. Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan mendatang
pada hari yang telah ditentukan.
Pokokbahasan : Implementasi
61
keperawatan yang muncul dan intervensi yang telah
ditetapkan
Waktu : 30 menit
B. Latar Belakang
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi di susun dan ditujukan padaperawat untuk membantu klien mencapai
tujuan ysng diharapkan (Nursalam, 2013)
62
Dengan adanya masalah tersebut diatas maka perlu dilakukan tindakan
keperawatan berupa pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi agar
keluarga bisa mengambil keputusan dan tidak terjadi komplikasi yang tidak
diharapkan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat mengetahui masalah hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
d. Keluarga mampu memprktekkan pijat hipertensi
e. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat untuk
mengatasi masalah hipertensi.
D. Metode Pelaksanaan
Ceramah, Tanya jawab, Terapi Pijat Hipertensi
No Tahap Kegiatan
63
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
2. Mengulangi kontrak yang telah
( 5 menit )
disepakati
3. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang hipertensi baik
pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
( 20 menit )
komplikasi, pengobatan
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcement positif
atas jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang
belum dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah di diskusikan
9. Melakukan Terapi Pijat Hipertensi
3. Terminasi 1. Memberikan pujian dan
mengucapkan terimakasih
( 5 menit )
2. Kontrak kembali untuk hari
berikutnya.
3. Salam penutup
H. SETTING TEMPAT
: Mahasiswa
: Ny. S
64
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan media.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga memperhatikan terhadap materi yang disampaikan
c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
e. Keluarga memperhatikan saat terapi pijat hipertensi
3. Evaluasi hasil
Untuk Hipertensi :
a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian Hipertensi.
b. Keluarga mampu menyebutkan klasifikasi Hipertensi
c. Keluarga mampu menyebutkan penyebab Hipertensi
d. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
e. Keluarga mampu mengikuti tahapan pijat hipertensi
f. Keluarga mampu menyebutkan pelayanan kesehatan yang terdekat.
65
PRE PLANNING KUNJUNGAN 5
KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI JALAN HIKMAH BANUA RT 5 BANJARMASIN TIMUR
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
keperawatan dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, perencanaan maupun
implementasi.Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan (Nursalam, 2013).
Tahap evaluasi memungkinkan perawat dalam memonitor apa yang
terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan asuhan keperawatan keluarga secara optimal dan berkualitas
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan keluarga
b. Menyatakan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai
C. Metode Pelaksanaan
66
Ceramah dan Tanya jawab
F. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Jumat, 13 Juli 2019
Pukul pelaksanaan : 13.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Pra interaksi 4. Menyampaikan salam
5. Mengulangi kontrak yang telah
(5 menit)
disepakati
6. Menjelaskan tujuan
7. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 10. Menanyakan keluhan keluarga
11. Menanyakan progres terhadap
(20 menit)
penyakit
12. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
13. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
14. Melakukan pengukuran tekanan
darah
15. Memberikan reinforcement positif
atas jawaban keluarga yang benar
3. Terminasi 4. Memberikan pujian dan
67
( 5 menit ) mengucapkan terimakasih
5. Salam penutup
G. Setting Tempat
Keterangan :
: Mahasiswa
: Ny. S
H. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan pre planning
2. Kontrak waktu dengan keluarga.
3. Menyiapkan media.
b. Evaluasi Proses
1. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
2. Keluarga memperhatikan terhadap materi yang disampaikan
3. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
4. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
68
69