Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEPERAWATAN

MENARIK DIRI ( ISOLASI SOSIAL)

Ditunjukan Untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen
NS. Nera Djanuar, S.Kep.M.,Kep

Disusun Oleh:
Keperawatan Non-Reguler
Kelompok 4
N. Pina Yulinar

Ratna Sumirat

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan tugas Asuhan keperawatan ini. Dan tidak lupa pula penulis

panjatkan syukur penulis kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

penulis dari alam kegelapan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan

seperti sekarang ini. Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada dosen

pembimbing penulis,

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Cirebon, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan masalah ..............................................................................2
C. Tujuan Penelitian................................................................................3
D. Manfaat Penelitian .............................................................................3
BAB II
A. Konsep Biomedis ...............................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ........................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................18
C. Perencanaan .....................................................................................19
D. Implementasi ....................................................................................44
E. Evaluasi ............................................................................................66
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................67
B. Saran ................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada

masyarakat. Disisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang

sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola

konflik stres tersebut dan akhirnya menyebabkan orang tersebut mengalami

gangguan jiwa. (Zelika dan Dermawan, 2015).Salah satu penyakit

gangguan jiwa yang menjadi masalah utama di negara-negara berkembang

adalah skizofrenia.

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 21 juta terkena

skizofrenia. Penderita Skizofrenia dapat dikenali dari gejala yang dibagi

dalam dua kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif (Sadock et

al.,2014). Data Riskesdas 2013 menunjukan prevalensi gangguan jiwa

berat,seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7

per 1000 penduduk. Dinas kesehatan provinsi Jawa Barat menunjukan

jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat melonjak tajam. Pada tahun

2014 tercatat 296.943 orang yang mengalaminya.Sedangkan berdasarkan

hasil pendataan Dinkes Jabar pada tahun 2015 jumlah penderita gangguan

jiwa mencapai 465.975 orang (Sudrajat, 2016).

1
Skizofrenia adalah bagian dari psikosis yang terutama ditandai

dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya

tilik diri.(Sadock et al.,2014) Salah satu tanda negatif dari skizofrenia

adalah Isolasi sosial, yaitu kesendirian yang dialami individu dan

kondisi tersebut dirasakan mengganggu orang lain sebagai kondisi

negatif atau mengancam. Isolasi sosial adalah keadaan dimana

seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali

tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu

membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor

presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak

percayaan individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah,

tidak percaya pada orang lain, merasa tertekan, keadaan yang seperti

ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk

berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka

berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,

2011).Sehingga memerlukan penanganan yang serius salah satunya

melalui Asuhan Keperawatan yang Komprehensif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimana asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama isolasi sosial?”

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

utama isolasi sosial.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan tujuan khusus makalah ini adalah sebagai

berikut:

a. Dapat melaksanakan pengkajian kepada klien dengan masalah utama

isolasi sosial.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan isolasi

sosial .

c. Dapat membuat perencanaan keperawatan kepada klien dengan

gangguan isolasi sosial.

d. Dapat melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan

perencanaan.

e. Dapat melakukan evaluasi dari hasil-hasil tindakan yang telah

dilaksankan kepada klien dengan gangguan isolasi sosial.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi dalam kegiatan proses belajar mengajar dan praktik

klinik tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya Isolasi sosial.

3
2. Bagi Penulis

Sebagai sumber untuk menambah pengetahuan dan memperoleh

pengalaman khususnya di bidang keperawatan jiwa.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Biomedis

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia (schizophreniap; dibaca “ skit-se-fri-nia”) adalah

salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran,

perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari psikosis

yang terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas

dan hilangnya daya tilik diri (Sadock et al.,2014). Menurut Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-III),

skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalan penyakit (tak selalu bersifat

kronis atau diketahui) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung

pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Berdasarkan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

Skizofrenia adalah gangguan mental emosional berupa gangguan proses

berpikir, gangguan persepsi, gangguan alam perasaan, gangguan tingkah

laku yang disebabkan oleh banyak penyebab dari psoses perjalannan

penyakitnya.

2. Etiologi

Penyebab skizofrenia masih belum diketahui secara

jelas.Penelitian menunjukan adanya kelainan pada struktur dan fungsi

5
otak.Kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam

perkembangan skizofrenia. Faktor genetik dapat menjadi penyebab

skizofrenia (Chisholm – Burns et al,2016).

Adapun faktor –faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut :

a. Faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan

pikiran ,keyakinan ,pendapat yang salah, ketidakmampuan membina,

mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi

abnormal dan gangguan afektif.

b. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung memunculkan

gejala skizofrenia, adopsi keluarga skizofrenia, dan tuntunan hidup

yang tinggi pada penderita skizofrenia.

c. Faktor organis yaitu adanya perubahan atau kerusakan pada sistem

syaraf sentral, terdapat gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan

pituitari yaitu kelenjar yang berada dibawah otak manusia. (Julianan

& Nengah, 2013). Beberapa patofisologi skizofrenia berdasarkan

penyebabnya adalah:

1) Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan

asimetri otak. Penurunan volume hipokampus berhubungan

dengan kerusakan neuropsikologis dan penurunan respons

terhadap antipsikotik tipikal (Well et al, 2009)

2) Hipotesis dopaminergik Skizofrenia dapat disebabkan oleh

hiperaktivitas atau hivoaktivitas dopaminergik pada area tertentu

6
diotak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA). (Guyton

and Hall,2011)

3) Disfungsi glautamatergik, penurunan aktivitas glautamatergik

berkaitan dengan munculnya gejala skizofrenia (Well et al, 2009).

4) Kelainan seretonin (5-HT). Pasien skizofrenia memiliki kadar

serotonin 5-HT yang lebih tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan

adanya peningkatan ukuran ventrikel (Wells et al,2 C009)

3. Tanda dan Gejala Skizofrenia

Menurut Yosep (2010) secara general tanda dan gejala skizofrenia

dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Gejala Positif

1) Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak

tidak mampu merespon pesan atau rangsangan yang datang

2) Penyesatan pikiran (Delusi) adalah kepercayaan yang kuat

dalam mengintrepretasikan sesuatu yang kadang berlawan

dengan kenyataan

3) Kegagalan berfikir mengarah pada masalah dimana klien

skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.

Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara

kenyataan dengan logika .

b. Gejala Negatif

7
1) Kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan

minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang

malas.

2) Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong, selalu

menjadi bagian dari hidup skizofrenia. Mereka tidak merasa

memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina

hubungan relasi dengan orang lain.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan skizofrenia merupakan suatu model pendekatan

multimodal oleh suatu tim multidisipliner, walaupun pengobatan

psikofarmaka tetap merupakan pengobatan utama pada skizofrenia.

Pengobatan skizofrenia juga bersifat multidimensial, terdiri dari terapi

somatik (psikofarmakaterapi dan ECT) dan terapi psikososial

(psikoterapi individual, terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi

kelompok). Psikofarmaka utama yang digunakan untuk mengobati

skizofrenia adalah golongan antipsikotik (neuroleptika/ major

tranquilizers/ ataractics).Secara umum anti psikotik mempunyai

mekanisme kerja memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik

neuron diotak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.

(Luthunanana, 2013)

8
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh

individu dan dipersepsikan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif

dan mengancam (Townsend, 2010). Kondisi isolasi sosial seseorang

merupakan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan perasaan klien

yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan merupakan respon

destruktif individu terhadap stresor (Stuart, 2013).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain (Keliat, 2011).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami

individu dan sebagai kondisi yang negatif dan mengancam karena merasa

ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu berinteraksi

untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.

2. Rentang Respon Isolasi Sosial

Gambar 2.1

Rentang Respon Sosial

Respon Adaftif Respon Maladaptif

9
Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik Diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme

Saling

Ketergantungan
( Sumber Riyadi S dan Purwanto T, 2013)

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut

Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:

a. Menyendiri

Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa

yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri

dalam menentukan rencana-rencana.

b. Otonomi

Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial,

individu mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan

diri.

c. Kebersamaan

Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling

memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.

d. Saling ketergantungan

Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar

individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

10
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma

agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013)

respon maladaptive tersebut adalah:

a. Manipulasi

Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang

lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan

orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.

Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap

kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada

orang lain.

b. Impulsif

Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai

subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu

merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan

miskin penilaian.

c. Narsisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku

ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha

mendapatkan  penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat

dukungan dari orang lain.

3. Psikodinamika

11
Menurut Yosep (2010), Proses terjadinya masalah pada Isolasi Sosial

dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Pattern of Parenting ( Pola Asuh Keluarga)

Pada anak yang kelahirannya tidak dikehendaki akibat kegagalan KB,

hamil diluar nikah, jenis kelamin yang tidak diinginkan menyebabkan

keluarga mengeluarkan komentar negatif, merendahkan dan

menyalahkan anak.

b. Infective Coping ( Koping Individu tidak Efektif )

Saat individu menghadapi kegagalan menyalahkan orang lain,

menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri

dari lingkungan.

c. Lack of Development ( Gangguan Tugas Perkembangan)

Kegagalan proses menjalin hubungan intim dengan sesama jenis atau

lawan, tidak mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja,

bergaul menyebabkan ketergantungan pada orang tua, rendahnya

ketahanan terhadap kegagalan.

d. Stressor internal and external ( stress internal dan eksternal)

Stress akibat ansietas yang berkepanjangan dan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya.( Keperawatan Jiwa).

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistemastis untuk menetapkan masalah keperawatan, sehingga masalah

kesehatan yang dihadapi baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat

teratasi.Pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa data dan diagnosa

keperawatan (Lyer 2013, dalam Sudrajat 2016).

1. Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai status kesehatan

dan kemungkinan adanya masalah keperawatan yang memerlukan

intervensi dari perawat. Data yang dikumpulkan berupa data obyektif

yaitu data yang dapat secara nyata melalui observasi atau pemeriksaan

langsung oleh perawat. Sedangkan data subyektif yaitu data yang

disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarganya.Data ini didapat

melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya.

Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang

dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar

memudahkan dalam pengkajian. Sistematika pengkajian meliputi

(Dermawan & Rusdi 2013)

13
a) Faktor Presipitasi

Menurut Herman (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor

stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:

(1) Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya,

yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti

keluarga.

(2) Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu

stress yang terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang

berkepanjangan dan terjadi  bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat

terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat

atau tidak terpenuhi kebutuhan individu

b) Faktor Predisposisi

Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi

masalah isolasi sosial yaitu:

(1) Faktor Perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam

perkembangan respons sosial maldaptif.Beberapa orang percaya

bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang

tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua.Norma

keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak

luar keluarga, pesan keluarga seringkali tidak jelas.

14
(2) Faktor Komunikasi dalam Keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Dalam

teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga

menimbulkan ketidak jelasan (double bind) yaitu suatu keadaan

dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling

bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang

tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan

dengan lingkungan diluar keluarga.

(3) Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan

hubungan. Hal ini akibat dari transiensi norma yang tidak

mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak

menghargai anggota masyarakat yang produktif, seperti lanjut

usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit ironis, isolasi

bisa terjadi karena mengadopsi horma, perilaku dan sistem nilai

yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan

yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain

yang berkaitan dengan gangguan ini.

(4) Faktor biologis

15
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh

yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah

otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah

dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak

seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel

dalam limbic dan daerah kortika.

c) Mekanisme Koping

Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan

berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi

ansietas.Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah

hubungan yang spesifik. (Gail, W Stuart 2009).

2. Analisa Data

Analisa Data merupakan upaya atau cara untuk mengolah data

menjadi informasi sehingga data tersebut bisa dipahami untuk solusi

permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian

( Sora N,2015).

Tabel 2.1

Analisa Data

No. Data Masalah


1. DO : Halusinasi
1. Banyak berdiam diri dikamar.
2. Sering melamun
3. Kontak mata kurang
DS :
1. Respon verbal sangat sigkat

2. DO : Isolasi Sosial
1. Banyak diam tidak mau bdaicara
2. Tidak mau mengikuti kegiatan

16
3. Ekspresi datar
4. Apatis
5. Menarik diri
DS :
1. Merasa tidak aman dengan orang
lain
2. Respon verbal singkat
3. DO : Harga Diri Rendah
1. Tidak mau mengikuti kegiatan (HDR)
2. Banyak berdiam diri dikamar
3. Wajah ekspresi kurang berseri
DS :
1. Merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu
2. Merasa tidak berguna
3. Tidak yakin dapat melangsungkan
hidup
4. DO : Defisit Perawatan Diri
1. Rambut kotor acak-acakan (DPD)
2. Badan dan pakaian kotor serta bau
3. Mulut dan gigi bau
4. Kulit kusam dan kotor
5. Kuku panjang dan tidak
terawat
DS :
1. Merasa lemah
2. Malas untuk beraktivitas
3. Merasa tidak berdaya
1. Pohon Masalah

Pohon masalah adalah sebagai suatu alat atau teknik dalam

mengidentifikasi dan menganalisis masalah.Analisis ini membantu

untuk mengilustrasikan korelasi antara masalah, penyebab masalah, dan

akibat dari masalah dalam suatu hirarki faktor-faktor yang

berhubungan.

17
Gambar 2.2

Pohon masalah Isolasi Sosial

Halusinasi

Isolasi Sosial
Isolasi Sosial Defisit Perawatan diri

Harga Diri Rendah

( Sumber Darmawan, 2013)

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang

diambil dari pengkajian ( Carpenito, 2000 dalam Dermawan 2013).

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang dapat disimpulkan

dari hasil pengkajian sebagai berikut :

1. Isolasi sosial : Menarik Diri

2. Gangguan sensori persepsi

3. Defisit perawatan diri

4. Harga diri rendah

18
C. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-

langkah pemecahan masalah dan prioritasanya, perumusan tujuan,

rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada klien

berdasarkan analisis data dan diagnosis keperawatan.( Mayer, 2009).

Rencana tindakan pada klien Isolasi Sosial disajikan pada tabel dibawah:

19
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Nama Klien : Dx Medis : Schizophrenia

Tabel 2.2

Rencana Isolasi Sosial

Perencanaan Rasional
No
Dx Keperawatan
Dx
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Isolasi Sosial TUM:

Klien dapat
bersosialisasi

TUK:

1. Klien dapat
membina 1. Setelah 2 X interaksi klien 1.1.Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
hubungan saling menunjukkan tanda-tanda dengan: merupakan dasar untuk
percaya percaya kepada / terhadap kelancaran hubungan
perawat: a. Beri salam setiap interaksi selanjutnya.
berinteraksi.
a. Wajah cerah, tersenyum b. Perkenalkan nama, nama
b. Mau berkenalan panggilan perawat dan

20
c. Ada kontak mata tujuan perawat berkenalan
d. Bersedia menceritakan c. Tanyakan dan panggil nama
perasaan kesukaan klien
e. Bersedia mengungkapkan d. Tunjukkan sikap jujur dan
masalahnya menepati janji setiap kali
f. Bersedia mengungkapkan berinteraksi
masalahnya e. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi kllien
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien

2. Klien mampu 2.Setelah 2 x interaksi klien 2.1 Tanyakan pada klien tentang: Diketahuinya penyebab dan
menyebutkan dapat menyebutkan minimal dapat dihubungkan dengan
penyebab menarik satu penyebab menarik diri a. Orang yang tinggal faktor presipitasi yang
diri dari: serumah / teman sekamar dialami klien.
klien
a. diri sendiri b. Orang yang paling dekat
b. orang lain dengan klien di rumah/ di
c. lingkungan ruang perawatan
c. Apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah/di
ruang perawatan
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut

21
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan
orang lain.

2.3 Beri pujian terhadap kemampuan


klien mengungkapkan
perasaannya

3. Klien mampu 3. Setelah 2 X interaksi dengan 3.1. Tanyakan pada klien tentang : Mengevaluasi manfaat yang
menyebutkan klien dapat menyebutkan a. Manfaat hubungan sosial. dirasakan sehingga timbul
keuntungan keuntungan berhubungan b. Kerugian menarik diri. berinteraksi.
berhubungan sosial, misalnya 3.2. Diskusikan bersama klien
sosial dan a. banyak teman tentang manfaat berhubungan
kerugian menarik b. tidak kesepian sosial dan kerugian menarik diri.
diri. c. bisa diskusi 3.3. Beri pujian terhadap
d. saling menolong, kemampuan klien
dan kerugian menarik diri, mengungkapkan perasaannya.
misalnya:

a. sendiri
b. kesepian
c. tidak bisa diskusi

22
4. Klien dapat 4. Setelah 2 X interaksi klien 4.1 Observasi perilaku klien saat Meningkatkan hubungan
melaksanakan dapat melaksanakan berhubungan sosial . sosial klien
hubungan sosial hubungan sosial secara
secara bertahap bertahap dengan: 4.2 Beri motivasi dan bantu klien
untuk berkenalan /
a. Perawat berkomunikasi dengan :
b. Perawat lain
c. Klien lain a. Perawat lain
d. Kelompok b. Klien lain
c. Kelompok
4.3 Libatkan klien dalam Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi

4.4 Diskusikan jadwal harian yang


dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi

4.5 Beri motivasi klien untuk


melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat.

4.6 Beri pujian terhadap


kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan.

5. Klien mampu 5. Setelah 2 X interaksi klien 3.1. Diskusikan dengan klien tentang Mengurangi beban pikiran

23
menjelaskan dapat menjelaskan perasaannya setelah dan mengevaluasi perasaan
perasaannya perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : klien
setelah berhubungan sosial dengan : a. Orang lain
berhubungan b. Kelompok
sosial. a. Orang lain 3.2. Beri pujian terhadap
b. Kelompok kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.

6. Klien mendapat 6.1. Setelah 1 X pertemuan 6.1. Diskusikan pentingnya peran Meningkatkan
dukungan keluarga dapat menjelaskan serta keluarga sebagai penyembuhan klien.
keluarga dalam tentang : pendukung untuk mengatasi
memperluas a. Pengertian menarik diri prilaku menarik diri.
hubungan sosial b. Tanda dan gejala
menarik diri 6.2. Diskusikan potensi keluarga
c. Penyebab dan akibat untuk membantu klien
menarik diri mengatasi perilaku menarik diri
d. Cara merawat klien
menarik diri 6.3. Jelaskan pada keluarga tentang :
6.2. Setelah 1 X pertemuan
a. Pengertian menarik diri
keluarga dapat
b. Tanda dan gejala menarik
mempraktekkan cara
diri
merawat klien menarik diri.
c. Penyebab dan akibat
menarik diri
d. Cara merawat klien menarik
diri
6.4. Latih keluarga cara merawat
klien menarik diri.

6.5. Tanyakan perasaan keluarga


setelah mencoba cara yang

24
dilatihkan

6.6. Beri motivasi keluarga agar


membantu klien untuk
bersosialisasi.

6.7. Beri pujian kepada keluarga atas


keterlibatannya merawat klien
di rumah sakit.

7. Klien dapat 7.1. Setelah 2 x interaksi klien 7.1. Diskusikan dengan klien tentang - Klien dan keluarga
memanfaatkan menyebutkan; manfaat dan kerugian tidak dapat mengetahui
obat dengan baik. a.Manfaat minum obat minum obat, nama , warna, nama-nama obat yang
b. Kerugian tidak minum dosis, cara , efek terapi dan efek diminum
obat samping penggunan obat - Klien dan keluarga
c.Nama,warna,dosis, efek 7.2. Pantau klien saat penggunaan dapat mengetahui
terapi dan efek samping obat kegunaan obat yang
obat dikonsumsi oleh klien
7.3. Beri pujian jika klien - Klien dan keluarga
7.2. Setelah 2 x interaksi klien menggunakan obat dengan benar mengetahui prinsif 5
mendemontrasikan 7.4. Diskusikan akibat berhenti benar gar tidak terjadi
penggunaan obat dgn benar minum obat tanpa konsultasi kesalahan dalam
7.3. Setelah 2 x interaksi klien dengan dokter mengkonsumsi obat
menyebutkan akibat berhenti 7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi - Klien dapat memiliki
minum obat tanpa konsultasi kepada dokter/perawat jika kesadaran pentingnya
dokter terjadi hal – hal yang tidak di minum obat dan
inginkan . bersedia minum obat
dengan kesadaran
sendiri
- Mengetahui efek
samping sedini
mungkin sehingga
tindakan dapat

25
dilakukan segera
mungkin untuk
menghindari
komplikasi.

Sumber : SAK RSMM (2016)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

26
Nama Klien : Tn.E Dx Medis : Schizophrenia
Tabel 2.3

Rencana Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

No Dx Perencanaan
Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM :
Sensori
Persepsi : Klien dapat mengontrol
halusinasi halusinasi yang 1. SetelaH 2 x interaksi klien
dengar/ dialaminya menunjukkan tanda – tanda
penglihatan percaya kepada perawat :
Tuk 1 : 1. Bina hubungan Pembinaan hubungan saling
penghidu/ raba/ a. Ekspresi wajah
saling percaya dengan percaya merupakan dasar
kecap) bersahabat.
Klien dapat membina menggunakan prinsip terjadinya komunikasi
b. Menunjukkan rasa
hubungan saling komunikasi terapeutik : terapeutik.
senang.
percaya a. Sapa klien dengan ramah
c. Ada kontak mata.
baik verbal maupun non
d. Mau berjabat tangan.
verbal
e. Mau menyebutkan
b. Perkenalkan nama, nama
nama.
panggilan dan tujuan perawat
f. Mau menjawab salam.
berkenalan
g. Mau duduk
c. Tanyakan nama lengkap dan
berdampingan dengan
nama panggilan yang disukai
perawat.
klien
h. Bersedia
d. Buat kontrak yang jelas

27
mengungkapkan e. Tunjukkan sikap jujur dan
masalah yang menepati janji setiap kali
dihadapi. interaksi
f. Tunjukan sikap empati dan
menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien

TUK 2 : 2. Setelah 1 x interaksi klien 2.1 Adakan kontak sering dan Pemahaman klien dalam
Klien dapat mengenal menyebutkan : singkat secara bertahap menganal halusinasi akan
halusinasinya a. Isi Observasi tingkah laku klien terkait membantu kien untuk
b. Waktu dengan halusinasinya (* dengar mengenal gejala sehingga
c. Frekunsi /lihat /penghidu /raba /kecap), jika dapat mengendalikan
d. Situasi dan kondisi menemukan klien yang sedang kondisi dirinya saat timbul
yang menimbulkan halusinasi: halusinasi.
halusinasi a. Tanyakan apakah klien
mengalami sesuatu
( halusinasi dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap )
b. Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
c. Katakan bahwa perawat

28
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
( dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal
yang sama.
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
2.2 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
a. Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan
kadang-kadang)
b. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi

Identifikasi perilaku yang


bermasalah membantu klien
dan perawatan mencapai
perubahan yang diinginkan.

29
2. Setelah 2 x interaksi klien 2.3 Diskusikan dengan klien apa Pembinaan hubungan saling
menyatakan perasaan dan yang dirasakan jika terjadi percaya merupakan dasar
responnya saat mengalami halusinasi dan beri kesempatan terjadinya komunikasi
halusinasi : untuk mengungkapkan terapeutik.
a. Marah perasaannya.
b. Takut 2.4 Diskusikan dengan klien apa
c. Sedih yang dilakukan untuk
d. Senang mengatasi perasaan tersebut.
e. Cemas 2.5 Diskusikan tentang dampak
f. Jengkel yang akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.

TUK 3 : 3.1. Setelah 2 x interaksi klien 3.1. Identifikasi bersama klien cara Pemahaman klien dalam
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan atau tindakan yang dilakukan menganal halusinasi akan
halusinasinya yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, membantu kien untuk
untuk mengendalikan marah, menyibukan diri dll) mengenal gejala sehingga
halusinasinya 3.2. Diskusikan cara yang digunakan dapat mengendalikan
3.2. Setelah 2.x interaksi klien klien, kondisi dirinya saat timbul
menyebutkan cara baru a. Jika cara yang digunakan halusinasi.
mengontrol halusinasi adaptif beri pujian.
b. Jika cara yang digunakan
3.3. Setelah 2 x interaksi klien maladaptif diskusikan
dapat memilih dan kerugian cara tersebut
memperagakan cara 3.3. Diskusikan cara baru untuk
Identifikasi perilaku yang
mengatasi halusinasi memutus/ mengontrol
bermasalah membantu klien
(dengar/lihat/penghidu/raba timbulnya halusinasi :
dan perawatan mencapai
/kecap ) a. Katakan pada diri sendiri
perubahan yang diinginkan.
bahwa ini tidak nyata ( “saya
3.4. Setelah 2 x interaksi klien tidak mau dengar/ lihat/
melaksanakan cara yang penghidu/ raba /kecap pada

30
telah dipilih untuk saat halusinasi terjadi)
mengendalikan b. Menemui orang lain
halusinasinya (perawat/teman/anggota
3.5. Setelah 2 X pertemuan keluarga) untuk menceritakan
klien mengikuti terapi tentang halusinasinya.
aktivitas kelompok c. Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
d. Meminta keluarga/teman/
perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara yang
sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih , jika berhasil
beri pujian
3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi
TUK 4 : 4.1. Setelah 2 X pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga - Identifikasi tindakan yang
Klien dapat dukungan keluarga, keluarga untuk pertemuan (waktu, dilakukan membina,
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk tempat dan topik) menimbulkan alternative
mengontrol mengikuti pertemuan 4.2 Diskusikan dengan keluarga tindakan
halusinasinya dengan perawat ( pada saat pertemuan
4.2. Setelah 2 x interaksi keluarga/ kunjungan rumah) - Reinforcement positif akan
keluarga menyebutkan a. Pengertian halusinasi menaikan harga diri &
pengertian, tanda dan b. Tanda dan gejala halusinasi mendukung perilaku klien
gejala, proses terjadinya c. Proses terjadinya halusinasi yang diharapkan
halusinasi dan tindakan d. Cara yang dapat dilakukan

31
untuk mengendali kan klien dan keluarga untuk - Memberikan dukungan
halusinasi memutus halusinasi kepada klien untuk dapat
e. Obat- obatan halusinasi mengendalikan situasinya
f. Cara merawat anggota sendiri secara bertahap
keluarga yang halusinasi di dalam menghadapi
rumah ( beri kegiatan, jangan halusinasi
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama, - Kesempatan yang
memantau obat – obatan dan diberikan untuk klien
cara pemberiannya untuk memilih cara yang dilatih
mengatasi halusinasi )
g. Beri informasi waktu kontrol - Meminimalkan kontak
ke rumah sakit dan klien dengan
bagaimana cara mencari halusinansinya.
bantuan jika halusinasi tidak
- Peran serta keluarga
tidak dapat diatasi di rumah
maupun umpan balik yang
berupa dukungan positif
terhadap klien halusinasi

- Peninhkatan pengetahuan
keluarga akan
menjadi/membuat
keluarga dapat melakukan
tindakan alternative agar
klien dapat kembali ke
dunia realita.

TUK 5 : 5.1. Setelah 2 x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui dosis,
Klien dapat menyebutkan; tentang manfaat dan kerugian frekuensi, & manfaat obat
memanfaatkan obat a. Manfaat minum obat tidak minum obat, nama , klien & keluarga dapat
dengan baik b. Kerugian tidak warna, dosis, cara , efek terapi melaksanakan program
minum obat dan efek samping penggunan

32
c. Nama,warna,dosis, obat pegobatan secara benar.
efek terapi dan efek
samping obat
5.2. Setelah 2 .x interaksi klien 5.2 Pantau klien saat penggunaan
mendemontrasikan obat
penggunaan obat dgn benar 5.3 Beri pujian jika klien
5.3. Setelah 2 x interaksi klien menggunakan obat dengan benar
menyebutkan akibat 5.4 Diskusikan akibat berhenti
berhenti minum obat tanpa minum obat tanpa konsultasi
konsultasi dokter dengan dokter
5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
kepada dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang tidak di
inginkan .

Sumber : SAK RSMM (2016)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

33
KLIEN DENGANDEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama Klien : Tn.E Dx Medis : Schizophrenia

Tabel 2.4
RencanaDefisit Keperawatan Diri

Tgl No DX Perencanaan
DX Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Defisit Perawatan TUM :


Diri
Klien dapat
mandiri dalam
melakukan
perawatan diri.

TUK : 1.1. Bina hubungan saling percaya dengan


menggunakan prinsip komunikasi
1. Klien dapat terapeutik :
membina a. Sapa klien dengan ramah baik
hubungan verbal maupun non verbal
1. Dalam 1X interaksi klien Hubungan saling
salaing b. Perkenalkan diri dengan sopan
menunjukkan tanda-tanda percaya percaya merupakan
percaya. c. Tanyakan nama lengkap dan
kepada perawat: dasar untuk
a. Wajah cerah, tersenyum nama panggilan yang disukai kelancaran
b. Mau berkenalan klien hubungan interaksi
c. Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan pertemuan selanjutnya.
d. Menerima kehadiran perawat e. Jujur dan menepati janji

34
e. Bersedia menceritakan f. Tunjukan sikap empati dan
perasaannya. menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.

2. Klien 2. Dalam 1X interaksi klien 2.1. Diskusikan dengan klien: Klien mengetahui
mengetahui menyebutkan: a. Penyebab klien tidak merawat diri tentang manfaat dan
pentingnya a. Penyebab tidak merawat diri b. Manfaat menjaga perawatan diri tanda perawatan diri
perawatan b. Manfaat menjaga perawatan untuk keadaan fisik, mental, dan yang baik
diri diri sosial. diharapkan klien
c. Tanda-tanda bersih dan rapi c. Tanda-tanda perawatan diri yang terhindar dari
d. Gangguan yang dialami jika baik penyakit/gangguan
perawatan diri tidak d. Penyakit atau gangguan kesehatan kesehatan sehingga
diperhatikan. yang bisa dialami oleh klien bila klien dapat
perawatan diri tidak adekuat. menghilangkan
penyebab klien
tidak merawat diri.

3. Klien 3. Dalam 1X interaksi klien a.1. Diskusikan frekuensi menjaga Reinforcement


mengetahui menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini positif atas tindakan
cara-cara perawatan diri: a. Mandi yang dilakukan
melakukan a. Frekuensi mandi b. Gosok gigi dapat meningkakan
perawatan b. Frekuensi gosok gigi c. Keramas harga diri.
diri c. Frekuensi keramas d. Berpakaian
d. Frekuensi ganti pakaian e. Berhias
e. Frekuensi berhias f. Gunting kuku
f. Frekuensi gunting kuku
a.2. Diskusikan cara praktek perawatan diri
yang baik dan benar :
4. Dalam 1X interaksi klien menjelaskan a. Mandi
cara menjaga perawatan diri: b. Gosok gigi
a. Cara mandi

35
b. Cara gosok gigi c. Keramas
c. Cara Keramas d. Berpakaian
d. Cara Berpakaian e. Berhias
e. Cara berhias f. Gunting kuku
f. Cara gunting kuku
3.1. Berikan pujian untuk setiap respon
klien yang positif

4. Klien dapat 4. Dalam 1X interaksi klien 4.1. Bantu klien saat perawatan diri : Klien dapat
melaksanakan mempraktekkan perawatan diri b. Mandi termotivasi
perawatan diri dengan dibantu oleh perawat: c. Gosok gigi melakukan
dengan a. Mandi d. Keramas perawatan diri
bantuan b. Gosok gigi e. Ganti pakaian diawali dengan
perawat c. Keramas f. Berhias bantuan dari
d. Ganti pakaian g. Gunting kuku perawat.
e. Berhias
f. Gunting kuku

4.2. Beri pujian setelah klien selesai


melaksanakan perawatan diri

5. Klien dapat 5. Dalam 1X interaksi klien 5.1. Pantau klien dalam melaksanakan Klien semakin
melaksanakan melaksanakan praktek perawatan perawatan diri: termotivasi karena
perawatan diri diri secara mandiri e. Mandi mampu melakukan
secara a. Mandi 2 X sehari f. Gosok gigi perawatan diri
mandiri b. Gosok gigi sehabis makan g. Keramas secara mandiri.
c. Keramas 2 X seminggu h. Ganti pakaian
d. Ganti pakaian 1 X sehari i. Berhias
e. Berhias sehabis mandi j. Gunting kuku

36
f. Gunting kuku setelah mulai 5.2. Beri pujian saat klien melaksanakan
panjang perawatan diri secara mandiri.

6. Klien 6.1. Dalam 1X interaksi keluarga 6.1 Diskusikan dengan keluarga: Mendorong
mendapatkan menjelaskan cara-cara membantu a. Penyebab klien tidak keluarga untuk
dukungan klien dalam memenuhi kebutuhan melaksanakan perawatan diri mampu merawat
keluarga perawatan dirinya b. Tindakan yang telah dilakukan klien mandiri di
untuk 6.2. Dalam 1 X interaksi keluarga klien selama di rumah sakit rumah.
meningkatkan menyiapkan sarana perawatan diri dalam menjaga perawatan diri
perawatan diri klien: sabun mandi, pasta gigi, dan kemajuan yang telah
sikat gigi, shampoo, handuk, dialami oleh klien
pakaian bersih, sandal, dan alat c. Dukungan yang bisa diberikan
berhias. oleh keluarga untuk
6.3. Keluarga mempraktekan perawatan meningkatkan kemampuan
diri pada klien klien dalam perawatan diri
6.2. Diskusikan dengan keluarga tentang:
a. Sarana yang diperlukan untuk
menjaga perawatan diri klien
b. Anjurkan kepada keluarga
menyiapkan sarana tersebut
6.3. Diskusikan dengan keluarga hal-hal
yang perlu dilakukan keluarga dalam
perawatan diri :
a. Anjurkan keluarga untuk
mempraktekkan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas,
ganti baju, berhias dan gunting
kuku)
b. Ingatkan klien waktu mandi,
gosok gigi, keramas, ganti baju,
berhias, dan gunting kuku.
c. Bantu jika klien mengalami

37
hambatan dalam perawatan diri.
d. Berikan pujian atas keberhasilan
klien

Sumber : SAK RSMM (2016)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

38
KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Nama Klien : Tn.E Dx Medis : Schizophrenia

Tabel 2.5

Rencana Harga Diri Rendah

No DX Perencanaan
DX Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Harga diri rendah TUM :

Klienmampu
mencapai kembali
harga diri terdahulu
yang positif.

1.1 Bina hubungan saling percaya


dengan menggunakan prinsip
TUK :
komunikasi terapeutik :
1. Klien dapat a. Sapa klien dengan ramah baik
membina hubungan verbal maupun non verbal
saling percaya. b. Perkenalkan diri dengan
1. Setelah 2 X interaksi, klien sopan Hubungan saling percaya
menunjukan ekspresi wajah c. Tanyakan nama lengkap dan merupakan dasar untuk

39
bersahabat, menunjukan rasa nama panggilan yang disukai kelancaran hubungan
senang, ada kontak mata, mau klien interaksi selanjutnya.
berjabat tangan, mau d. Jelaskan tujuan pertemuan
menjawab salam, mau e. Jujur dan menepati janji
menyebutkan nama, klien f. Tunjukan sikap empati dan
mau duduk berdampingan menerima klien apa adanya.
dengan perawat, mau g. Beri perhatian dan perhatikan
mengutarakan masalah yang kebutuhan dasar klien
dihadapi.
2. Klien dapat 2. Setelah 2 X interaksi klien 2.1. Diskusikan dengan klien tentang: Mendiskusikan kemampuan
mengidentifikasi menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki klien sebagai dasar asuhan
aspek positif dan a. Aspek positif dan klien, keluarga, lingkungan. keperawatan.
kemampuan yang kemampuan yang dimiliki b. Kemampuan yang dimiliki
dimiliki. klien. klien.
b. Aspek positif keluarga. 2.2 Bersama klien buat daftar
Aspek positif lingkung-an tentang:
klien. a. Aspek positif klien,
Reinforcement positif akan
keluarga, lingkungan.
meningkatkan harga diri.
b. Kemampuan yang dimiliki
klien.
2.3. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif.

Pujian realistik tidak


menyebabkan klien
melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapat
pujian.

40
3. Klien dapat me- 3. Setelah 2 X interaksi klien 3.2. Diskusikan dengan klien Keterbukaan dan pengertian
nilai kemampuan menyebutkan kemampuan kemampuan yang dapat tentang kemampuan yang
yang dimiliki un- yang dapat dilaksanakan. dilaksanakan. dimiliki adalah prasat untuk
tuk dilaksanakan. berubah.

3.3. Diskusikan kemampuan yang Pengertian tentang


dapat dilanjutkan kemampuan yang dimiliki
pelaksanaannya. diri, motivasi untuk tetap
mempertahankan
pelaksanaanya.

4. Klien dapat 4. Setelah 2 X interaksi klien 4.1. Rencanakan bersama klien Klien perlu bertindak realitas
(menetapkan) membuat rencana kegiatan aktivitas yang dapat dilakukan dalam kehidupannya.
merencanakan harian. setiap hari sesuai kemampuan
kegiatan sesuai klien:
dengan a. Kegiatan mandiri.
kemampuan yang b. Kegiatan dengan bantuan.
dimiliki c. Kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien

41
lakukan.

Contoh peran yang dilihat


klien akan memotivasi klen
melaksanakan kegiatan.

5. Klien dapat 5. Setelah 2 X interaksi klien 5.1. Anjurkan klien untuk Meningkatkan motivasi dan
melakukan melakukan kegiatan sesuai melaksanakan kegiatan yang harga diri klien.
kegiatan sesuai jadual yang dibuat. telah direncanakan.
rencana yang 5.2. Beri pujian atas usaha yang
dibuat. dilakukan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan Memberi kesempatan klien
pelaksanaan kegiatan setelah untuk tetap melakukan
pulang kegiatan yang bisa
dilakukan.

6. Klien dapat 6. Setelah 1 X interaksi klien 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada Mendorong keluarga untuk
memanfaatkan memanfaatkan sistem keluarga tentang cara merawat mampu merawat klien
sistem pendukung pendukung yang ada di klien dengan harga diri rendah. mandiri di rumah.
yang ada. keluarga. 6.2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.
7. Klien dapat 7.1. Setelah 2 X interaksi klien 7.1. Diskusikan dengan klien tentang Klien dan keluarga dapat
memanfaatkan obat menyebutkan; manfaat dan kerugian tidak mengetahui nama obat yang
dengan baik. a. Manfaat minum obat minum obat, nama, warna, dosis, diminum oleh klien.
b. Kerugian tidak minum cara , efek terapi dan efek
obat samping penggunan obat.
c. Nama,warna,dosis, 7.2. Pantau klien saat penggunaan
efek terapi dan efek obat
samping obat 7.3. Beri pujian jika klien

42
menggunakan obat dengan benar
7.2. Setelah 1 X interaksi klien 7.4. Diskusikan akibat berhenti
mendemontrasikan minum obat tanpa konsultasi
penggunaan obat dengan dengan dokter
benar. 7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi
7.3. Setelah 1 X interaksi klien kepada dokter/perawat jika terjadi
menyebutkan akibat hal – hal yang tidak di inginkan .
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.

Sumber : SAK RSMM (2016)

43
D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk  membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang  baik.

1) Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial menurut (Gordon, 1994, dalam

Potter & Perry 2010 ):

a) Strategi Pelaksanaan kepada Klien

44
(1) SP 1 klien mengidentifikasi penyebab isosali sosial, berdiskusi

dengan klien, tentang keuntungan berimteraksi dengan orang

lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

Mengajarkan klien berkenalan dengan 1 orang

45
(2) SP 2 klien melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih

46
(3) SP 3 klien melatih klien berkenalan dengan 2 sampai 5 orang

47
(4) SP 4 klien melatih klien berkenalan lebih dari 5 kenalan

b) Strategi Pelaksanaan kepada Keluarga

(1) SP 1 keluarga mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh

keluarga dalam merawat pasien, menjelaskan pengertian, tanda

gejala isolasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya,

menjelaskan cara merawat pasien

48
49
(2) SP 2 keluarga melatih kelurga mempraktikan cara merawat

pasien dengan isolasi sosial, melatih keluarga cara merawat

langsung kepada pasien isolasi sosail

50
(3) SP 3 kleuarga mebantu keluarga membuat jadwal akifitas

dirumah termasuk minum obat, menjelaskan follow up pasien

51
2) Startegi Pelaksanaan Halusinasi menurut Dermawan & Rusdi (2013) :

a) Strategi Pelaksanaan kepada klien

(1) SP 1 Klien membantu klien mengenal halusinasi, menjelaskan

cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan klien mengontrol

halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi.

52
(2) SP 2 Klien melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara

kedua: menggunakan obat secara teratur.

53
(3) SP 3 Klien melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara

ketiga: bercakap-cakap dengan orang lain.

54
(4) SP 4 Klien melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara

melakukan kegiatan atau aktivitas terjadwal.

55
b) Strategi Pelaksanaan kepada Keluarga

(1) SP 1 Keluarga pendidikan kesehatan tentang pengertian

halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh keluarganya

(klien), tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat klien

halusinasi.

56
57
(2) SP 2 Keluarga melatih keluarga praktik-praktik merawat klien

langsung di hadapan klien.

58
(3) SP 3 Keluarga membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

59
3) Startegi Pelaksanaan Harga Diri Rendah (HDR) menurut SAK RSJ

Marzoeki Mahdi, (2016):

a) Strategi Pelaksanaan kepada Klien

(1) SP 1 Klien membina hubungan saling percaya, membantu

pasien mengidentifikasi kemampuan kegiatan dan aspek positif

klien dan memilih salah satu kegiatan untuk dilatih.

60
61
(2) SP 2 Klien membantu klien memilih kegiatan kedua yang

dipilih.

(3) SP 3 Klien membantu kegiatan ketiga yang akan dilatih.

(4) SP 4 Klien membantu memilih kegiatan keempat yang akan

dilatih.

62
b) Strategi Pelaksanaan kepada Keluarga

(1) SP 1 Keluarga mejelaskan proses terjadinya harga diri rendah

dan mendiskusikan aspek positif yang pernah dipilih.

63
(2) SP 2 Keluarga bersama keluarga melatih klien melakukan

kegiatan yang ketiga.

64
(3) SP 3 Keluarga bersama keluarga melatih klien dalam

melakukan kegiatan kedua yang dipilih klien.

65
E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan tindakan keperawatan. Evaluasi dilaksanakan terus-menerus

pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi

dibagi menjadi 2 jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan

dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan khusus

yang telah ditentukan. (Dermawan & Rusdi 2013). Evaluasi dapat

dilakukan dengan melakukan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,

dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan

A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data yang

kontraindikasi dengan masalah yang ada

P : Perencnaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon

klien.

66
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Implementasi yang dilakukan yaitu : Isolasi Sosial dengan


cara :Sp I membina hubungan saling percaya antara perawat dan
klien, mengidentifikasikan penyebab Isolasi Sosial Pasien,
mendiskusikandengan klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain
dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan, Sp II yaitu memberikan kesempatan pada klien untuk
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, menganjurkan
klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal harian.Sp III yaitu
memberikan kesempatan pada klien untuk memperaktekkancara
berkenalan dengan dua orang atau lebih,memasukkan kegiatan yang
dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Evaluasi yang dapat dicapai dari hasil tindakan keperawatan
adalah hubungan saling percaya antara perawat dan klien, klien dapat
dapat menyebutkan penyebab Isolasi Sosial, menyebutkan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang. Klien dapat memperaktekkan cara berkenalan dengan dua orang,
klien dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal harian apa yang sudah
diajarkan dan dilakukan
B. Saran

Diharapkan menambah referensi dan literatur mengenai keperawatan

jiwa.Diharapkan perawat dapat melakukan tindakan keperawatan yang

belum terlaksana oleh penulis, dan melakukan tindakan yang belum

terlaksana.

67
DAFTAR PUSTAKA

Siswanto.(2007). Kesehatan Mental (Konsep cakupan dan

perkembangannya). Yogyakarta:

ANDI Stuart and Sundeen, “ Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa “,

alih bahasa Hapid AYS, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stuart. (2006).

Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. Stuart,

G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Spsychiatric Mental Health Nursing. 2008. Jakarta: EGC. Yosep & Sutini

(2014).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung:

Refika Aditama Videbeck, Sheila L. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Spsychiatric Mental Health Nursing. 2008. Jakarta: EGC.

Copel, Linda Carman (2007). Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri Pedoman

Klinis Perawat. Jakarta: EGC. Direja, Ade (2011).

Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar, (2012). Asuhan

Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Keliat, B.A. &

Akemat.(2006). Proses Keperawatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta: EG

Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional

Jiwa, Jakarta: EGC.

68

Anda mungkin juga menyukai