Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PERIODONSIA

SPLINTING

DIAN PERMATA PRATAMA

NIM. 40617044

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2020/2021

Kegoyangan dapat disebabkan adanya kerusakantulang yang mendukung gigi,


trauma dari oklusi, dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan
pendukung yang lebih dalam, serta proses patologik rahang. Menurut Fedi dkk5
kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat.

A. Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal.

B. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm

C. Derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan
ke arah apikal. Salah satu perawatan untuk stabilisasi kegoyahan gigi adalah splinting.

Splinting adalah suatu alat yang bertujuan untukimobilisasi atau stabilisasi


kegoyangan gigi. Splinting biasanya dilakukan pada fase I, sebelum fase bedah,baik
berupa splinting sementara maupun splinting permanen.

Indikasi splinting :

1. Pada keadaan kegoyangan gigi derajat 3 dengan kerusakan tulang berat.

2. Imobilisasi kegoyangan yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien serta

3. Menstabilkan gigi pada tingkat kegoyangan yang makin bertambah.

4. Untuk mengurangi gangguan oklusal dan fungsimastikasi.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat splint :

1. Jaringan pendukung gigi sekurang kurang nya masih ada 1/3 gigi

2. Tidak mengganggu estetik

3. Tidak mengganggu oklusi

4. Tidak mengiritasi jaringan gingiva

5. Mudah dibersihkan.

 Klasifikasi Splint berdasarkan bahan yang digunakan :

A. Wire-composite splint meliputi kawat lentur yang diadaptasikan pada kurvatura


lengkung gigin dan difiksasi ke gigi dengan komposit adesif

B. Resin splint dilakukan dengan pemasangan full resin splint kepermukaan gigi.

C. Kevlar/fiber glass splint menggunakan fiber nilon, Kevlar bands atau fiber glass
yang dibasahi dalam resin dan dipasang dengan serangkaian polimerisasi
kepermukaan gigi yang telah dietsa.

 Klasifikasi berdasarkan lamanya pemakaian :

A. Splint sementara sebaiknya mudah diaplikasikan pada gigi goyang dan mudah
dilepaskan setelah penyembuhan, dan digunakan untuk membantu penyembuhan
setelah cedera atau pembedahan. Jika stabilisasi yang baik belum terjadi dalam 2
bulan, maka bentuk splin tsementara diganti dengan splint permanen .Bahankomposit
yang ditempatkan pada gigi yang telah dietsa merupakan splint sementara yang paling
sederhana tetapi sangat berguna untuk kasus darurat. Splint kawat dan akrilik juga
mudah diaplikasikan dan biasanya untuk stabilisasi gigi insisivus. Biasanya gigi dari
kaninus ke kaninus atau premolar pertama ke premolar pertama yang diikutkan dalam
splint. Kawa t0,002 inci stainless-steel dilingkarkan mengelilingi gigi lalu akhir kawat
diplintir kuat sampai ke sisi distal gigi terakhir yang diikutkan. Setelah penyesuaian,
kawat interdental dikuatkan, akrilik ditempatkan tetapi tidak sampai menutupi
embrasur. Bentuk lain splint sementara adalah band ortodontik terutama untuk gigi
posterior menggunakan kawat0,005 inci stainless-steel. Plint intrakoronal yang terdiri
dari bar intrakoronal kontinyu, dapat dianggap sebagai splint permanen..

B. Splint permanen ada dua yaitu

1) Splint permanen lepasan adalah GTSL. Untuk mencapai stabilitas yang maksimal
digunakan cengkram jenis kontinyu dan menyertakan seluruh gigi yang ada. Splint
permanen lepasan ini desainnya merupakan bagian dari gigi tiruan kerangka logam
(GTKL).

2) Splint permanen cekat merupakan penggabungan dan restorasi yang membentuk


suatu kesatuan yang kaku dan direkatkan dengan penyemenan. Splint cekat ini dapat
berupa multiple crown, inlay dan mahkota ¾. Jumlah gigi yang diperlukan untuk
menstabilkan gigi goyang bergantung kepada derajat dan arah kegoyangan.

 Prosedur pembuatan splinting fiber :

1. Preparasi bagian palatal pada titik kontak dengan cara membuat alur dengan
kedalaman 2x1.5 mm. Pada kontak proksimal dari gigi paling distal tidak dipreparasi.

2. Gigi dibersihkan dengan pumice.


3. Panjang alur diukur dengan wire (Gambar 2). Fibre dipotong sesuai panjang wire,
kemudian diletakkan di atas glassplate.

4. Isolasi daerah kerja dengan gulungan kapas. Gigi dietsa dengan asam phosporik
30% selama 30 detik, bilas dengan air dan keringkan.

5. Lalu aplikasi bonding (Gambar 3) dan disinar selama 10 detik (Gambar 4).

6. Aplikasi selapis komposit resin flow ke dalam alur (Gambar 5).


7. Fibre yang telah dipotong dibasahi dengan bonding lalu diletakkan diatas flow
composite, dan ditekan-tekan dengan plastic filling (Gambar 6).

8. Penyinaran dilakukan bertahap masing-masing gigi dengan cara membatasi sinar


dengan cement spatel ditekan ke interdental gigi.

9. Kemudian flow composite diaplikasikan diatas fiber dan dibentuk dengan plastic
filling (Gambar 7).

10. Dilakukan penyinaran masing-masing gigi 20 detik. Pemolesan dilakukan bila


diperlukan. Setelah itu dilakukan penyesuaian oklusal kembali

Instruksi pasca splinting :

1. Pasien diinstruksikan tidak makan dan minum, meludah ataupun berkumur selama
1 jam.

2. Kontrol pertama (satu minggu) setelah pemasangan splinting pasien tidak ada
keluhan sakit, merasa lebih nyaman, tidak goyang, gingiva tidak berdarah saat
menyikat gigi.

3. .Kontrol kedua (dua minggu) pasien merasakan nyaman dan tidak ada keluhan.

 Prosedur pembuatan splinting wire

Indikasi :

A. untuk gigi goyang rahang atas dan bawah

B. Ada gigi abutment yang masih kuat

Prosedur :

1, isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll

2. Membersihkan gigi yang akan dilakukan splinting

3. Mengukur panjang kerja

4. Mengukur kawat sepanjang 2x panjang kerja, lalu potong kawat yang berlenih

5. Menekuk kawat menjadi 2 bagian dan dipilin

6. Melakukan pembuatan parit untuk menempatkan kawat pada gigi yang akan
displinting

7. Melakukan aplikasi etsa pada gigi yang akan displinting

8. Melakukan aplikasi bonding agent pada gigi yang akan displinting

9. Melakukan aplikasi komposit pada permukaan salah satu gigi yang akan displinting

10. Meletakkan salah satu ujung kawat pada area yang telah diberi komposit

11. Melakukan penyinaran komposit menggunakan light cure


12. Melanjutkan aplikasi komposit ke seluruh permukaan kawat hingga tertutup
komposit.

13. Melakukan penyinaran komposit menggunakan light cure

14. Melakukan cek gigitan

15. Melakukan polishing.

DAFTAR PUSTAKA
Nyman S, Lang N. Tooth mobility and thebiological rationale for splinting teeth.
J Periodontol20001994;4: 15-22.

Suwandi, T., 2010. Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang


padapenderita periodontitis kronis dewasa. Jurnal PDGI 59 (3) Hal. 105-10

Anda mungkin juga menyukai