Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A218117/November 2020


** Preseptor : dr. Ima Maria

HORDEOLUM

Oleh :
Sisvanesa, S.Ked
G1A218117

Preseptor:
dr. Ima Maria

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
HORDEOLUM

Oleh :
Sisvanesa, S.Ked
G1A218117

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Paal X
2020

Jambi, November 2020


Preseptor

dr. Ima Maria

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Hordeolum” sebagai kelengkapan persyaratan dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Rotasi
2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Ima Maria yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................9

BAB III ANALISIS KASUS.....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

iv
1

BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.M/ Perempuan/ 26 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : SMA
c. Alamat : RT 18 Kenali Asam Bawah

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke-3 dari 3 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :


Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Tidak ada masalah
psikologis dalam keluarga.

1.4 Keluhan Utama :


Benjolan dikelopak mata bagian atas sebelah kanan sejak ± 3 hari yang lalu

1.5 Riwayat Penyakit Sekarang : (alloanamnesa)


Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan timbul benjolan di kelopak mata
kanan bagian atas sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku benjolan timbul
awalnya kecil berwarna kemerahan dan lama-kelamaan keesokannya saat
bangun tidur kelopak mata kanan bagian atas semakin membesar. Pasien
merasa keluhan akan hilang dengan sendirinya namun benjolan tak kunjung
hilang. Menurut pasien, benjolan tersebut terasa panas, gatal dan nyeri
terutama bila tersentuh. Pasien merasa seperti ada yang mengganjal matanya.
Ibu pasien menyangkal keluar belekan. mata merah (-), rasa berpasir (-),
gangguan penglihatan (-). Demam (-), sakit kepala (-), mual dan muntah (-),
riwayat didahului trauma pada mata yang sakit (-).
2

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)
b. Riwayat trauma (-)
c. Riwayat sakit mata lainnya (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga :


a. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-)

1.8 Riwayat makan, alergi, obat-obatan dan perilaku kesehatan :


- Pasien merupakan seorang karyawan swasta dengan aktivitas keseharian
kerja di toko jual hp. Pasien mengatakan sering mengucek matanya tanpa
sadar. Alergi makanan (-)
- Alergi obat-obatan (-)

1.9 Pemeriksaan Fisik :


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan darah : tidak diukur
4. Nadi : 86x/ menit
5. Pernafasan : 20x/ menit
6. Suhu : 36,6°C
7. Berat Badan : 35 kg
8. Tinggi Badan : 128 cm
9. IMT : 21,36 kg/m2 (Normal)

Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocepal
2. Mata :
3

STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD OS
Visus 6/6 6/6
Kedudukan bola mata Ortoforia
Pergerakan bola mata

Versi : baik Versi : baik


Duksi : baik Duksi : baik
PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra supp Masa (+) , Edem (+), hiperemis Masa (-), Edem (-), hiperemis (-),
(+), nyeri tekan (+) nyeri tekan (-)
Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-), nyeri Masa (-), Edem (-), hiperemis (-),
tekan (-) nyeri tekan (-)
Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) hiperemis (-) Papil (-), folikel (-) hiperemis (-)

Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) hiperemis (-) Papil (-), folikel (-) hiperemis (-)

Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (-), Inj. Silier Inj. Konjungtiva (-), Inj. Silier (-),
(-), Sekret (-) Sekret (-)
Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-) desmetokel
desmetokel (-), infiltrat (-) (-), infiltrat (-)
COA Fibrin (-), hipopion (-), flare (-) Fibrin (-), hipopion (-), flare (-)
Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)
Pupil Isokor, D = 3 mm Isokor, D = 3 mm
Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)
Reflek cahaya tdk langsung (+) Reflek cahaya tdk langsung (+)
Lensa Jernih Jernih

3. Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)


4. Hidung : Deformitas (-), napas cuping hidung (-)
4

5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)


6. Tenggorok : Tonsil T1/T1, cavum oris hiperemis(-),faring hiperemis (-)
7. Leher : Pembesaran KGB (-)
8. Thorak : Bentuk dbn, otot bantu napas (-)

Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris, retraksi iga (-)
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Wheezing (-), Vesikuler (+) Wheezing
Rhonki (-) (-), Rhonki (-)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, thrill
(-)
Perkusi Batas Jantung
Atas : ICS II
Kanan : Linea parasternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midklavikula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi Datar, massa (-), jaringan parut (-), petekie (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri
ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-),
Inferior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)

1.10Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
5

1.11Diagnosis Kerja
Hordeolum Eksterna Okuli Dextra (H00.019)

1.12Diagnosis Banding :
- Kalazion (H00.19)

1.13Manajemen
1. Promotif :
- Memberikan informasi mengenai penyakit diderita oleh pasien dan
tatalaksananya
- Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola hidup bersih dan
sehat yang mencakup tentang pentingnya menjaga kebesihan dan
menjaga kesehatan mata anak
- Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir untuk kesehatan.
2. Preventif :
- Jangan menekan atau menusuk benjolan (hordeolum), hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Jangan mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum
mencuci tangan.
- Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu
3. Kuratif :
Non Farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Makan-makanan bergizi.
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 10 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
- Minum obat teratur

Farmakologi
-kloramfenikol 1% krim 3 kali sehari
- Ibuprofen tab 120 mg 3x1
6

- CTM tab 4 mg 3x1

Pengobatan Tradisional
1. Kencur
Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesik
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa
200 ml sari kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat
analgesik yang tidak berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan
penelitian dengan beras kencur menunjukkan bahwa beras kencur
mempunyai efek analgesik yang tidak berbeda dengan novalgin. Cara
mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea bag (5 g
serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1 cangkir air
diminum sebelum makan.
2. Bawang putih
Bahan yang digunakan yaitu cukup menyediakan sebutir bawang putih
yang sudah dicuci bersih dan dikupas. Kemudian, potong bagian
ujungnya agar dapat memoles bagian mata yang timbilan dengan
mudah. Poles timbil dengan irisan bawang secara perlahan-lahan dan
searah. Pada bagian ini perlu kehati-hatian, karena salah-salah bisa
mengenai mata. Lakukan berulang-ulang pada pagi dan sore hari,
sampai timbil mengempis.

4. Rehabilitatif
- Minum obat sesuai anjuran.
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau
shampoo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi.
- Tutuplah mata pada saat membersihkan hordeolum
- Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum
- Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS
7
8

Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Sisvanesa dr. Sisvanesa
SIP : G1A218117 SIP : G1A218117
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi 36129 Baru, Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, 2020 Jambi, 2020

R/ kloramfenikol 1% krim no. 1 R/Gentamicin salep 0,1 % no. 1


s.u.e.3.d.d s.2dd sue
R/ CTM tab 4 mg no. x R/Cetrizine tab 10 mg no. V
s.3 dd tab 1 S.1 dd tab1 R/

R/ibu profen tab 120 mg no. X R/ asam mefenamat tab 250 mg no. x
s.2 dd tab 1 s.3dd tab1

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra


Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi.1
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).2,6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Musculus orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra.Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian
orbita.Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.Bagian otot yang terdapat di
dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae
adalah bagian praseptal.Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.Orbikularis
okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior.Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).
5. Konjungtiva palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
10

Gambar 1. Anatomi Palpebra

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi


tepian anterior dan posterior.Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Tepian
posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau
tarsal).3,6
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra.Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.4,6
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.4
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
11

orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis.Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.4
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus),
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).4

2.2 Hordeolum
2.2.1 Definisi
Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi atas hordeolum
eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar
Meibom. Hordeolum sering dihubungkan dengan diabetes, gangguan pencernaan
dan jerawat.1,3

2.2.2 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan
jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.4,7

2.2.3 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada batasan
umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat ketidakseimbangan otot
atau kelainan refraksi.Kebiasaan mengucek mata atau menyentuh kelopak
mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik dan diabetes mellitus adalah
faktor-faktor yang umumnya berkaitan dengan hordeolum rekuren.
Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia, hygiene lingkungan dan riwayat
12

hordeolum sebelumnya juga mempengaruhi.2


2. Organisme penyebab
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.5,7

2.2.4 Faktor resiko


Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut :5,7
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes.
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya.
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
i. Sering terpapar debu.

2.2.5 Klasifikasi
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :1
a. Hordeolum eksterna
Hordeolum eksterna merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Gambar 2. Hordeolum Eksterna


b. Hordeolum interna
13

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di


dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva
tarsal.Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan
hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah
konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang
mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri8

Gambar 3. Hordeolum Interna

2.2.6 Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus.Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll.Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis
hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara
histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris
nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom di lempeng tarsal.1,9

2.2.7 Manifestasi klinis


1. Gejala Klinis
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak adanya
benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan dan
nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
Hordeolum interna adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada
hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata
bagian dalam). Benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak
14

mata. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding


hordeolum eksternum.6
2. Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras, kemerahan,
lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.
Pada stadium abses ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa
bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya
pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih dari satu/multipel
(hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
mata sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar
preaurikel kadang ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang umumnya
dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak
mata, nyeri tekan dan intensitas nyeri bertabah bilapasien menunduk.
Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan
mengeluarkan nanah.6

2.2.8 Diagnosa banding


KALAZION
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini
dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.3
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan
pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.3

2.2.9 Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.4,10
a. Non farmakologi4,10
15

1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
b. Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak
ada perbaikandan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.4,10
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. 4Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum
eksterna dan hordeolum interna yang ringan.4
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular.4Pada kasus hordeolum internum
dengan kasus yang sedang sampai berat.Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi
penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4
kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7
hari.4

c. Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.5
16

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan


pantokain tetes mata.Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain
di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:5
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruhisi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep
antibiotik.4

2.2.10 Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis
palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra.6

2.2.11 Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut :6
a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk
membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Menjagakebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman.
d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

2.2.12 Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa


mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.1
17

BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Pada kasus ini tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga:

Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Tidak ada masalah
psikologis dalam keluarga. Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis
di keluarga tidak ada hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam
keluarga pasien hubungan pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada
hubungan diagnosis dengan aspek psikologis dalam keluarga.

3.1 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga


Pasien mengaku selalu memakan makanan yang bergizi. Perilaku kesehatan
pasien yang sering mengucek mata dan jarang mencuci tangan. Hal ini dapat
menjadi timbulnya penyakit pada pasien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara diagnosis
dengan perilaku kesehatan dalam keluarga.

3.2 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Beberapa etiologi dan faktor predisposisi timbulnya hordeolum adalah adanya
infeksi oleh bakteri pada kelenjar dimata. Hal ini dapat disebabkan karna
faktor kebersihan tangan yang kurang terjaga. Sehingga bisa menjadi transmisi
masuknya kuman ke bagian mata melalui tangan yang kotor tersebut.

3.3 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini:
Untuk mengurangi resiko penyakit, pasien harus membiasakan hidup bersih
18

dan sehat. Pasien harus menjaga kebersihan diri tertama dengan cara mencuci
tangan dan menghindari mengucek mata.

3.4 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
diderita oleh pasien dan tatalaksananya, pengetahuan tentang pola hidup
bersih dan sehat yang mencakup tentang pentingnya menjaga kebesihan dan
menjaga kesehatan mata anak, anjuran istirahat yang cukup, makan-makanan
bergizi serta memulai menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Pasien juga diinformasikan agar jangan menekan atau menusuk benjolan
(hordeolum), hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. Jangan
mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum mencuci tangan.
Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu.
Menaati nasihat dokter dan minum obat teratur serta jika keluhan tidak
membaik atau justru timbul penyulit seperti demam, agar langsung kontrol ke
unit pelayanan kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri M S. Hordeolum Eksterna. Fakultas KedokteranUniversitas


Mulawarman, Kalimantan Timur. 2011.
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2014.
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2013
4. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,
Jakarta, 2010: Hal 17-20
5. Jane Olver and Lorraine Cassidy. 2011. At a Glace Oftalmologi. Jakarta :
Erlangga Medical Series.
6. American academy of opthalmology. 2008. Clasification and management
of eyelid disorders. In orbit, eyelids, and lacrimal system. Singapore :
lifelong education opthalmologist.
7. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 1473/MENKES/SK/X/2005. c2005.
9. Kanski J and Bowling B. 2011. Clinical Ophthalmology a Systematic Approcach.
7th ed. London: Elsevier.
10. Riordan P, Whitcher J. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC;
2009.

19

Anda mungkin juga menyukai