Anda di halaman 1dari 5

ESSAI DENGAN TEMA

“AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAAN BANGSA INDONESIA”


SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN BEASISWA UNGGULAN
MASYARAKAT BERPRESTASI BATCH 2 TAHUN ANGGARAN 2020

Pengorbanan adalah hal yang wajib

Generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia adalah hal yang sangat diperlukan untuk
memajukan kehidupan bangsa. Bibit-bibit unggul perlu terus di asah sebagaimana
kehidupan membentuk jati diri mereka dengan berbagai macam ujian serta pengorbanan
yang di lakukan. Menurut saya generasi unggul ialah suatu kelompok atau angkatan
orang-orang yang memiliki kelebihan tersendiri yang terbentuk dari pengorbanan selama
menjalani hidupnya.

Menjadi salah satu generasi unggul ialah keinginan saya sedari dahulu, menjadi manusia
yang bermanfaat serta memiliki potensi dalam membangun dan memajukan bangsa juga
merupakan harapan saya. Jati diri yang terbentuk pada diri saya saat ini ialah hasil
pengorbanan saya di masa lalu. Suatu hal yang amat membanggakan bisa
membagikannya perjuangan sekaligus pengorbanan. Saya dalam tulisan ini yang
kemudian akan di gunakan sebagai syarat beasiswa unggulan yang sangat diminati dari
seluruh penjuru Nusantara.

Zahra Nurizza Wulan Maharani, sebuah nama yang berarti bunga cahaya kehidupan.
Saya terlahir sebagai agama Islam dan keluarga yang religius, dan menyebabkan saya
harus masuk sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Khoiriyah yang letaknya tak jauh dari
rumah saya.

Selama 6 tahun saya menempuh pendidikan di sekolah dasar, saya tidak hanya
menekuni mata pelajaran wajib yang ada di sekolah saja, akan tetapi saya pun menekuni
ekstrakulikuler yang ada di sekolah, salah satunya pramuka. Banyak sekali hal yang harus
saya pelajari dan saya perjuangkan untuk dapat mengikuti lomba pramuka. Dengan terus
latihan dan terus belajar, pada akhirnya saya pun bisa dipilih untuk mewakili sekolah.
Selain pramuka, saya juga di pilih untuk mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah,
tentunya terpilihnya saya untuk mengikuti lomba cerdas cermat tidaklah di dapat dengan
hal yang mudah, saya pun harus mengikuti beberapa seleksi untuk dapat mewakili
sekolah.

Saat saya menginjak sekolah dasar saya memiliki penyakit eksim (peradangan
kulit) yang membuat saya terkadang merasa tidak percaya diri di hadapan teman-teman
saya karena kondisi telapak tangan kanan saya yang sering di katakan orang seperti luka
yang merusak kulit, yang sangat mengganggu aktivitas saya, sampai tangan saya harus di
perban, tetapi itu semua tidak menjadi penghalang saya untuk terus berjuang dan belajar
untuk mengasah skill yang saya miliki. Dari yang sudah saya ceritakan mengenai
pengalaman saya di sekolah dasar, pada intinya jika kita ingin mencapai suatu
keberhasilan harus di iringi dengan sebuah usaha dan doa, tidak bisa di dapat dengan cara
yang instan.

Setelah lulus dari sekolah dasar, saya pun masuk ke salah satu pondok pesantren di
daerah Banten, yaitu pondok pesantren Daar El-Qolam. sebetulnya pondok saya
merupakan pondok yang terbilang cukup mahal bagi keluarga saya yang ekonominya
kurang baik. Saya sebagai anak pertama dan memiliki dua adik, tmembuat kedua orang
tua saya terus bekerja keras dan tetap yakin dapat membiayai anaknya hingga lulus
pesantren, tepatnya 6 tahun.

Kehidupan di pondok pesantren itu amatlah jauh berbeda dengan kehidupan di luar
pesantren. Budaya mengantri sudah sangat lekat di keseharian anak santri. Mulai dari
mengantri mandi, mengambil makan, berwudhu, membeli jajanan di kantin, dan masih
banyak lagi. Sungguh sangat berbeda dengan kehidupan saya sebelum masuk pondok
yang biasanya makan langsung ambil di dapur, lalu mandi langsung ke kamar mandi
tanpa harus ada kata “mengantri” terlebih dahulu. Tetapi dari semua yang sudah saya
alami, saya jadi belajar bahwa semua itu adalah kedisiplinan, agar dapat selalu di
terapkan di kehidupan sehari-hari.

Di pondok, saya di tekankan untuk bisa berbicara bahasa asing, yaitu bahasa Arab dan
Inggris. Dari dua bahasa itu saya lebih mahir menggunakan bahasa Arab dan cukup untuk
bahasa Inggris. Ada banyak peraturan di pondok yang wajib kita patuhi, dan banyak
sanksi juga bagi siapapun yang melanggar, entah telat ke sekolah, ke masjid, melanggar
keamanan, melanggar bahasa dan masih banyak lagi aturan-aturannya. Tetapi dari
banyaknya peraturan di pondok, saya dapat mengambil hikmah bahwa hidup saya jadi
lebih berdisiplin dan teratur.

Saat paling menegangkan saat di pondok adalah apabila sudah mulai masukwaktunya
ujian. Karena ujian ini sangat berbeda sekali dengan yang terjadi di sekolah umum.
Dengan menggunakan ujian lisan dan ujian tulis sebagai tipe ujiannya, dan menggunakan
bahasa Arab dan Inggris, saya menjadi lebih tertantang dan lebih berusaha untuk belajar,
memahami dan menghafal pelajaran lebih giat lagi. Terlebih saya agak kurang di
pelajaran matematika, ataupun pelajaran hitugan lainnya. Maka pada saat itu saya ingin
terus belajar agar mendapatkan hasil yang bagus, dan dapat membanggakan kedua orang
tua saya.

Amaliyah tadris pun menjadi agenda pondok yang cukup menegangkan, karena saya di
latih untuk menjadi seorang guru. Atau banyak yang bilang Amaliyah tadris itu melatih
untuk latihan membuat skripsi. Karena saat itu berulang kali saya bertemu dengan Ustadz
pembimbing saya untuk terus di koreksi materi yang sudah saya buat. Awalnya materi
saya selalu di coret oleh Ustadz pembimbing saya, tapi setelah saya terus beruaha
merevisinya, akhinya lulus juga dan dapat mengajar di salah satu kelas adek kelas saya.
Di pondok saya mengalami berbagai macam masalah, pengalaman, dan lain-lain. Dan
dari pondok pun saya belajar untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi, bukan hanya
pelajaran agamanya saja yang dapat saya ambil dan saya amalkan, akan tetapi ada banyak
pelajaran hidup yang patut saya banggakan dan saya syukuri.

Setelah 6 tahun berjalan, hingga akhirnya saya pun lulus dari pondok pesantren tersebut.
Sudah dari lama saya memiliki keinginan untu dapat menjadi salah satu bagian dari
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Awalnya saya mendaftar Span PTKIN,
tetapi pada akhirnya saya tidak lolos, kemudian saya pun daftar jalur UMPTKIN dan juga
mandiri. Setelah saya jalani seleksi ujian dari jalur UMPTKIN dan mandiri, tibalah
pengumuman kelulusan dari jalur UMPTKIN terlebih dahulu, dan ternyata sat saya lihat
hasilnya saya tidak lolos, saat itu saya merasa amat terpukul dan putus asa. Tetapi saya
tidak putus semangat karena masih ada satu jalur lagi, yaitu mandiri. Saya mencoba
mendengarkan anjuran orang tua saya, untuk terus berdoa, tahajud, dan dhuha, samapai
akhirnya tiba saat pengumuman kelulusan, dan Alhamdulillah saya lulus di jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Saya merasa amat sangat bersyukur dan bahagia karena di
beri kesempatan untuk menjadi mahasiswi di jurusan tersebut.

Awal semester, saya masih kurang percaya diri untuk presentasi di depan banyak orang,
atau menjadi pembicara. Karena salah satu kelemahan saya yang sulit di ubah adalah rasa
tidak percaya diri dan malu. Lalu, saya memutuskan untuk mengikuti organisasi di luar
kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), tujuan saya masuk HMI agar pandai
berorgansasi dan belajar untuk percaya diri dan tidak malu apabila mejadi seorang
pemimpin ataupun berbicara dihadapan banyak kalangan, karena sering di latih saya pun
sudah mulai merasa percaya diri untuk berbicara di depan banyak orang ataupun segala
hal yang berbau komunikasi.

Pada tahun 2019 lalu, saya mulai mendapat tawaran untuk menjadi guru ngadji di salah
satu TPA di dekat rumah saya, saya bersyukur karena di percaya untuk mengajar ngadji
anak-anak, akhirnya saya pun merasakan bagaimana sulitnya mengajarkan anak-anak
kecil, terkadang saya harus menahan emosi saya jikalau mereka bandel. Memang tidak
lah mudah untuk menahan emosi, tetapi saya hanya ingin ilmu yang sudah saya pelajari
di pondok bisa saya amalkan ke yang lain. Karena ada salah satu mahfudzotnya, yaitu (
ِ ‫ا َوأَ ْنفَ ُع ُه ْم لِلنَّا‬11ً‫نُ ُه ْم ُخلُق‬11‫س‬
‫س‬ َ ‫س أَ ْح‬
ِ ‫ ُر النَّا‬11‫ ) َخ ْي‬yang artinya sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat untuk orag lain. Lalu tak lama saya pun di tawarkan untuk mengajar di salah
satu pondok pesantren dekat rumah saya. Memang tidak besar dan tidak banyak
muridnya, tetapi mengajar di sana saya sangat bahagia. Saya mulai mengajar di sekolah
mulai dari tahun 2020, dan saya pun merasa lebih tertantang mengajar di sekolah, karena
menyampaikan suatu materi dengan cara formal, dan sesuai kurikulum. Dengan
mengajar, cara berfikir saya menjadi lebin terbuka dan lebih luas, dan saya bisa
menerapkan tata cara berkomunikasi yang baik yang sudah di pelajari di kampus kepada
semua murid-murid saya.

Saya mempunyai sebuah cita-cita selaku mahasiswi komunikasi dan dakwah. Saya
sebagai umat muslim ingin sekali dapat berdakwah di hadapan orang banyak dan ingin
sekali memberikan ilmu yang saya pahami dengan melakukan metode yang tidak
membosankan dan menarik, mungkin dengan metode melalui sebuah seni ataupun
dengan metode pendekatan dengan cara merangkulnya sehingga mereka nyaman dengan
apa yang saya sampaikan. Dan apa yang saya sampaikan dapat di amalkan dengan baik.
selain berdakwah, saya pun ingin mendidik anak-anak bangsa menjadi lebih unggul untuk
generasi yang akan datang. Maka dari itu saya akan terus belajar agar dapat memahami
dan menguasai ilmu komunikasi yang baik dan benar serta dapat berguna di masyarakat.

Perjalanan saya masih panjang, ibarat ketika kita ingin memetik dan merasakan buah
kelapa, pasti harus banyak proses yang di lalui, memanjatnya sampai ke puncak pohon,
lalu memilih buah kelapa yang sudah matang,dan memetiknya, setelah itu baru dapat
merasakan kesegaran dari buah kelapa. Begitu pul dengan hidup, jika ingin mencapai
sebuah kesuksesan pasti tidak akan bisa di dapat dengan cara instan, pasti harus berusaha,
bejuang dan melewati berbagai macam rintangan. Dan ketika kita sudah berhasil
melewati sebuah rintangan tersebut, barulah kita dapat menikmati hasilnya. Saya pernah
berusaha untuk mendapatkan keringanan untuk biaya keringanan uang kuliah tunggal,
akan tetapi selalu gagal, karena adanya sebuah mobil yang di miliki orang tua saya,
padahal mobil tersebut di gunakan untuk pekerjaan Ayah saya sebagai driver online, yang
tidak memiliki penghasilan yang tentu. Maka dari itu, saya berharap sekali dapat
membantu kondisi keluarga dengan berkesempatan menjadi penerima beasiswa unggulan
ini.

Depok, 25 September 2020

Zahra Nurizza Wulan Maharani

Anda mungkin juga menyukai