NPM : 200110180044
Kelas : F
A. Mastitis
berbagai penyebab dan derajat keparahan, lama penyakit serta akibat penyakit
yang ditimbulkan sangat beragam. Menurut Karimuribo dkk. (2008) pada sapi
perah, kejadian mastitis lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri dibandingkan
oleh agen penyebab lainnya seperti cendawan atau kapang. Mastitis yang
disebabkan oleh cendawan atau kapang disebut mastitis mikotik, biasanya bersifat
kronis dan gejala klinisnya sulit diamati karena tidak berbeda dengan mastitis
bacterial.
B. Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit menular pada hewan dan manusia yang disebabkan
Keguguran merupakan gejala klinis yang patognomonis pada awal infeksi. Setelah
beberapa kali keguguran, atau adanya gangguan kelahiran, perlekatan plasenta
negatif yang disebut Brucella abortus. Brucella abortus memiliki 9 biotipe (biotipe
biologik dan biokemiknya, dan yang paling banyak ditemukan pada sapi adalah
biotipe 1. kuman patogen dapat masuk kedalam tubuh sapi perah melalui saluran
pencernaan selanjutnya kuman menyebar dan menetap pada organ tubuh melalui
dan paru-paru foetus (janin) dan di keluarkan bersama-sama foetus dan cairan
uterus waktu abortus . Pada sapi jantan, kuman brucella bermukim di dalam testis,
C. Diare
Diare pada pedet sering terjadi saat masa paling kritis umur 2-3 minggu
Bifidobacteria. Diare pada pedet bisa disebabkan oleh faktor infeksius dan non
infeksius.
kering yaitu dua minggu setelah penghentian pemerahan dan dua minggu
menjelang waktu beranak. Pada saat kering, ambing paling peka terhadap
laktasi. Kejadian mastitis subklinis yang terjadi pada masa kering mencapai
63%. Menurut Nurhayati dan Martindah (2015), infeksi yang terjadi pada
adalah:
secara dini
4) Desinfeksi Kandang
ekor sapi sebaiknya diikat agar tidak mengganggu. Terdapat beberapa cara untuk
1) Ambing dicuci dengan air mengalir, dan putingnya dikeringkan dengan lap atau
2) Mencuci ambing dengan larutan Chlorhexidine 0,01% atau Iodophor 0,01%, atau
larutan Hypochlorite 0,06%, atau dengan air mengalir dan disabun dengan sabun
pembersih (paper towel) secara terpisah, masing-masing kertas untuk satu puting
3) Membersihkan seluruh puting dengan air hangat dan menggunakan sarung tangan
karet yang halus, kemudian dikeringkan dengan kertas pembersih atau disikat
dengan kapas bertangkai yang telah dicelupkan dalam alkohol 70%. Setelah itu,
B. Brucellosis
maupun dengan vaksin mati, terutama yang diberikan kepada anak-anak sapi
umur 3-8 bulan dan sapi dara, diharapkan mampu memberikan imunitas sampai
menghindari pemasukan bibit sapi dari daerah tertular ke daerah bebas brucellosis.
C. Diare
Pencegahan dengan menekan pencemaran agen penyebab, melalui sanitasi
2) Pengkondisian kandang yang nyaman, bersih, hangat, terlindung dari angin dan
cuaca dingin.
volumenya.
A. Mastitis
menjaga kehigienisan sapi yang menderita mastitis itu sendiri. Pemerah sebaiknya
mencegah puting dan lubang dimasuki bakteri penyebab mastitis yang selalu ada
menggunakan cawan puting, susu jangan dipancarkan ketangan atau lantai dan
3) Sesudah pemerahan, selang cangkir puting bubuhi disinfektan dan kemudian cuci
perlu gunakan satu handuk untuk satu sapi. Lebih baik gunakan handuk kertas
6) Bila menggunakan air untuk membersihkan ambing, air sebaiknya diganti setiap
Uraian tersebut di atas tidak akan mencegah setiap insfeksi. Dalam usaha
dilakukan dengan benar, terutama mikroba yang datang selama pemerahan. Alas
mamae dengan takaran 0,8cc jika dalam beberapa hari keadaan tidak membaik,
hari, kelenjar mamae ambing yang busuk akan mengelupas. Ambing yang
B. Brucellosis
yang dilakukan antara lain sanitasi dan higiene, memberikan sertifikat bebas
penularan . Hal ini berhubungan dengan sifat kuman brucella yang peka terhadap
apabila dengan uji serologik dua kali dengan selang waktu 30 hari seekor sapi
C. Diare
Gejala klinis yang terlihat pada pedet penderita diare adalah feses encer, warna
tidak normal, antara putih sampai kuning kehijauan, lemas, mata cekung.
Penderita mengalami penurunan berat badan secara cepat, dan dehidrasi. Beberapa
upaya penanggulangan yang bisa dilakukan pada kasus diare pedet pengobatan
Biosolamine.
Karimuribo ED, Fitzpatrick JL, Swai ES, Bell C, Bryant MJ, Ogden NH,Kambarage DM,
French NP. 2008. Prevalence of subclinicalmastitis and associated risk factors
in smallholder dairy cows inTanzania. Vet Rec. 163:16-21
Partodihardjo, Soebandi. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara, Jakarta.
Krehbiel, C.R. , S.R. Rust, G. Zhang, and S.E. Gilliland. 2003. Bacterial direct fed
microbials in ruminants diet: Performance response and mode of action. J. Dairy Sci. 81
(E. Suppl. 2) E120-132