PENDAHULUAN
1
Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh darah limfe akan mengakibatkan
tekanan intraduktal yang mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri
walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kadang payudara lebih lebar sehingga sukar
dihisap oleh bayi. Akibatnya bayi akan kurang minum atau dehidrasi yang menyebabkan kulit
atau bibir kering, jarang buang air kecil, mata cekung, nafas cepat, lesu, dan mengantuk.
Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhirnya terjadi mastitis (Manuaba,
2010; h. 313).
Bila terjadi pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipomp a, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3
hari untuk membendung sementara produksi ASI.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Pembendungan ASI
2. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Pembendungan ASI
3. Untuk mengetahui etiologi dari Pembendungan ASI
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Pembendungan ASI
5. Untuk mengetahui Pencegahan terjadinya Pembendungan ASI
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Pembendungan ASI
2
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Pembendungan ASI
8. Untuk mengetahui Peran Perawat pada Ibu Nifas dengan Pembendungan ASI
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan
nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk
sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipom pa,
sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat
penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI
oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan.
Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI
dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI
pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan
puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
4
2.2 Manifestasi Klinis
2.3 Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu
menyusui. (Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang
dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
5
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk
sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau
dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
10
6. Sebagai konsultan
Peran perawat komunitas disini diharapkan mampu memberikan konsultasi terbaik pada
semua aspek yang bersangkutan dengan ibu nifas dengan bendungan asi. Hal ini
dikarenakan masalah dapat diselesaikan apabila semua pihak ikut berperan aktif.
11
BAB 3
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA AGREGAT IBU
NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI
1. Pengkajian
Data dasar anggota kelompok
Identitas anggota kelompok
Meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, Pendidikan, pekerjaan, agaima, dan suku
Status kesehatan anggota kelompok
a) Keadaan umum
Pada umumnya ibu nifas dengan bendungan asi mengeluh payudara panas, bengkak,
terasa nyeri dan pengeluaran ASI hanya sedikit.
Tanda-tanda vital
Pada umumnya ibu nifas dengan bendungan asi tidak mengalami perubahan abnormal
pada tanda-tanda vital. Tekanan darah dalam keadaan, nadin normal, frekuensi nafas
serta sushu normal.
b) Status gizi
Status gizi pada ibu nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh
dari keinginan menyusui bayinya sehingga mengalami peningkatan berat badan.
c) Konjungtiva
Konjungtiva normal, tidak anemis
d) Riwayat penyakit
Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya pada ibu nifas seperti penyakit kronis atau
menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus, riwayat lalu tidak pernah menderita.
12
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu yang disebabkan oleh penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar karena asi tidak dikosongkan dengan sempurna atau k arena
kelainan pada putting susu maupun faktor dari bayi.bendungan asi dapat dicegah dengan
Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan, Susui
bayi tanpa dijadwal (on demand), Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi
melebihi kebutuhan bayi, Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169),
Menyusui yang sering, Memakai kantong yang memadai, Hindari tekanan local pada payudara.
4.2 Saran
1. Tenaga Kesehatan
a. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui
secara eksklusif.
b. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang
sudah memenuhi standard.
2. Pasien
a. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan.
b. Hendaknya pasien secara rutin control ke petugas kesehatan
22
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Jakarta : Salemba Medika
23
Gand, MacDonald, Cunningham, 1995, Obsteri Williams Edisi 18,Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Abdul Bari Saifuddin. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternitas
Arif Mansjoer. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius
Carpenito, Linda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Gynekologi dan KB
.Jakarta: EGC
23