Anda di halaman 1dari 5

ketika kelompok kepentingan terlibat dalam 'solusi' krisis COVID-19

Resya Kania, University of Birmingham

April 30, 2020 10.36am WIB

Artikel ini merupakan bagian dari rangkaian tulisan untuk memperingati Hari Buruh pada 1 Mei.

Modifikasi Kartu Prakerja di tengah pandemi

Sebagai sebuah kebijakan, Kartu Prakerja bukanlah solusi yang mengakar pada masalah publik.
Kartu Prakerja adalah solusi yang dimodifikasi untuk mengakomodir kepentingan kelompok.
Dari sisi manajemen hingga pelaksanaan, Kartu Prakerja tidak memperlihatkan kesesuaian
dengan rencana pemerintah.

Dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2020, pemerintah menargetkan pembentukan sebuah
lembaga pengelola Kartu Prakerja yang profesional. Lembaga ini perlu dijalankan oleh orang-
orang yang punya keahlian di bidang pelatihan dan ketenagakerjaan.

Saat ini, manajemen pelaksana program Kartu Prakerja diisi oleh pejabat dari di Kantor Staf
Presiden (KSP), sebuah pusat kendali pemerintahan dan pengendalian prioritas nasional, yang
tidak memiliki latar belakang yang selaras dengan kebutuhan lembaga. Misalnya, posisi direktur
eksekutif diisi seorang ekonom; sedangkan posisi direktur komunikasi diisi orang yang
sebelumnya memegang jabatan Government Relation di Gojek dan Treasury Director di Visa.

Kartu Prakerja tidak mendorong pelatihan yang terkait industri 4.0 seperti yang dicanangkan
dalam (RPJMN) 2020-2024 maupun oleh Kementerian Perindustrian. Berdasarkan peta jalan
“Making Indonesia 4.0”, Kementerian Perindustrian menetapkan lima sektor manufaktur
prioritas: industri makanan dan minuman; tekstil dan pakaian; otomotif; elektronik; dan kimia.

Dalam laman resmi Kartu Prakerja, tidak ada pelatihan terkait kelima industri diatas. Beberapa
contoh pelatihan yang ditawarkan lewat program ini adalah tentang berjualan online, tata rias,
dan fotografi.

Pelatihan yang diberikan juga bertentangan dengan prinsip-prinsip vokasi. Berdasarkan UU


tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan vokasi bertujuan meningkatkan penguasaan
keahlian terapan tertentu. Maka, pendidikan vokasi perlu mendorong lebih banyak praktek
daripada teori. Pelatihan yang ditawarkan Kartu Prakerja seluruhnya adalah teori; praktek
diserahkan sepenuhnya pada peserta. Jelas bahwa Kartu Prakerja yang saat ini ditawarkan
bukanlah solusi untuk masalah publik, seperti kemiskinan dan pengangguran. Kartu Prakerja
merupakan solusi untuk kelompok kepentingan yang dibungkus sebagai solusi untuk masalah
publik.
Diberlakukan Sistem Upah Berdasarkan Jam Kerja, Untung atau Rugi Bagi Pekerja?
BY : REDAKSI
DECEMBER 30, 2019
ARTIKEL KABAR NASIONAL

Pemerintah menyatakan sistem upah di Indonesia akan dikaji kembali, dengan perhitungan berdasarkan
jam kerja. Sistem upah adalah bagian dari aturan terkait ketenagakerjaan dan karenanya akan diatur
dalam RUU Omnibus Law. Sementara ini, DPR masih urung mengesahkan Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) prioritas 2020 yang semestinya dilakukan pada Rapat Paripurna Penutupan Masa Sidang I
(17/12). Penundaan ini lantaran DPR masih tunggu surat presiden (supres) tentang RUU Omnibus Law
usulan pemerintah. Baleg DPR memang sepakati 50 RUU masuk dalam Prolegnas 2020 dan tiga di
antaranya mencakup Omnibus Law.
RUU Omnibus Law Ketenagakerjaan ini bersifat lintas kementerian, akan mengatur sistem kerja dan
sistem upah di Indonesia. Sistem upah adalah isu signifikan menyambut era digitalisasi saat ini.
Aturan ini akan berkaitan dengan 30 kementerian/lembaga (K/L). RUU Omnibus Law Ketenagakerjaan ini
akan menyelaraskan 82 UU dan 1.194 pasal yang cakup 11 klaster. Soal penentuan sistem upah di
Indonesia sendiri, konon akan melibatkan banyak instansi ini. Sejauh ini, pemerintah telah menetapkan
upah minimum di sejumlah daerah yang ditentukan oleh tiga pemangku kepentingan, yakni pekerja,
pengusaha, dan pemerintah.
Pemerintah godok alternatif sistem upah di Indonesia lewat Omnibus Law
sistem upah adalah Persoalan sistem upah selalu menjadi pembicaraan yang alot setiap tahunnya.
Hingga saat ini, upah minimum telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 78/2015 tentang
Pengupahan. Akan tetapi, berbagai faktor seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi memantik
pertanyaan tentang perlunya formulasi yang lebih strategis terkait penentuan dan sistem upah di
Indonesia. Dua faktor seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi negara selama ini telah menjadi dasar
penghitungan, hanya saja dirasa perlu ada alternatif atas soal ini. Beleid RUU Omnibus Law disusun
pemerintah untuk bahas alternatif sistem upah ini. Prinsip fleksibilitas menjadi kunci dalam penyusunan.
Target penyerahan Omnibus Law ke DPR tadinya disepakati akhir tahun ini, tetapi mundur hingga paling
lambat awal tahun depan. Ida Fauziyah, Menteri Ketenagakerjaan, sebutkan bahwa faktor yang
membuat pembahasan Omnibus Law menjadi alot adalah sulitnya mempertemukan kepentingan
pengusaha dan buruh atau tenaga kerja. Salah satu bahasan yang alot dikaji adalah soal sistem upah di
Indonesia yang diusulkan dihitung berdasarkan jam kerja.
Mengapa sistem upah dihitung berdasarkan jam kerja?
Saat ini, sistem yang berlaku dalam pemberian upah umumnya adalah skema gaji tetap. Dalam artian,
pekerja yang masuk dengan jumlah hari yang berbeda tetap memperoleh gaji yang sama.
Sementara, apabila sistem upah dengan bayaran per jam ditetapkan, pekerja akan menerima
kompensasi atas pekerjaannya yang dihitung sesuai dengan jam kerja.
Skema upah berdasarkan jam kerja ini telah lumrah diberlakukan di negara-negara maju. Ida Fauziyah
menjelaskan, kini Kementerian Ketenagakerjaan sedang dalam proses inventarisasi dan mendengarkan
masukan buruh dan dunia usaha terkait upah minimum dan pesangon.
Inventarisasi dan masukan ini juga dilakukan terkait prinsip easy hiring dan easy firing dalam dunia kerja
yang kini mulai marak diberlakukan oleh pemberi kerja.
Adapun, kepastian penyelesaian Omnibus Law Ketenagakerjaan ini baru akan diperoleh per Januari
2020.
Dijelaskan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, selain soal sistem upah di
Indonesia, UU ini akan merevisi beberapa aturan mengenai gaji dan pesangon, prinsip easy hiring dan
easy firing, hingga kemudahan untuk rekrut tenaga kerja asing.
Bahkan, Omnibus Law juga akan atur upaya memperlonggar aturan mengenai fleksibilitas jam kerja.
Sementara ini, pembahasan soal-soal ini belum final, karena masih ada pembahasan meliputi definisi
jam kerja, kesepakatan kerja, dan regulasi terkait ketenagakerjaan.
Sumber: Tempo, Kontan, Kontan
LAMPIRAN

LEMBAR UNJUK KERJA PESERTA DIDIK

Anggota Kelompok Asal :

Kelas :

Tulislah hasil diskusi kelompok pada kolom dibawah ini!

Anda mungkin juga menyukai