Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2017 diprediksikan hampir 9 juta orang meninggal di seluruh
dunia akibat kanker dan akan terus meningkat hingga 13 juta orang per tahun di 2030. Di
Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Menurut data (Riskesdas, 2013),
prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk atau sekitar 347.000 orang.
Sedangkan jika melihat data BPJS Kesehatan, terdapat peningkatan jumlah kasus kanker
yang ditangani .

Melihat situasi tersebut, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


(Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan, dr. M. Subuh, MPPM, dalam acara Press Briefing
Hari Kanker Sedunia Tahun 2017 hari ini (1/2) di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta,
menekankan pentingnya langkah deteksi dini penyakit kanker, baik oleh individu
maupun masyarakat. Program deteksi dini utamanya dilakukan pada kanker leher rahim
dan payudara yang merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia. Upaya tersebut berupa
skrining kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
dan kanker payudara dengan edukasi periksa payudara sendiri (SADARI) dan
Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS). Kemenkes menyatakan bahwa sejak
dicanangkan menjadi program nasional pada tahun 2008, cakupan metode dan
pemeriksaan yang menyasar wanita usia 30-50 tahun tersebut terus mengalami
peningkatan.(Riskesdas ,2013)

Karsinoma/ kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita
di seluruh dunia. Kanker payudara adalah penyakit yang ditandai adanya pertumbuhan
abnormal dari payudara yang tumbuh cepat, dimulai dari sistem saluran kelenjar susu,
kemudian tumbuh menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. Jika tidak cepat di atasi akibatnya dapat menyerang seluruh bagian tubuh
(metastasis).Oleh sebab itu penting sekali bagi wanita untuk melakukan deteksi dini
kanker payudara, dengan tujuan mendeteksi kanker sedini mungkin agar lebih mudah
ditangani.Salah satu cara yang paling sederhana dan paling murah untuk deteksi kanker
payudara adalah dengan mengenali payudara sendiri melalui Self Breast Examination atau
pemeriksaan payudara sendiri di singkat dengan SADARI. ( Irianto,2015)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit Ca Mammae, rumusan
masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mammae ?”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mammae
sesuai standar keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengkajian pada pasien dengan Ca Mammae beserta keluarganya.
b) Mampu menganalisa data pada pasien dengan Ca Mammae
c) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Ca Mammae
d) Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien Ca Mammae.
e) Mampu melaksanakan implementasi pada pasien Ca Mammae
f) Mengetahui evaluasi pada pasien dengan Ca Mammae.
1.3 Manfaat

1) Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam
penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit Ca Mammae dan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Ca Mammae.

2) Bagi Pasien dan Keluarga


Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien Ca
Mammae.

3) Bagi Institusi Pelayanan


Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai tingkat
asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita Ca
Mammae.

4) Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien Ca Mammae terutama
dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
1. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T,
2005)
2. Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak
terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang
jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang
tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor
merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa.
Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau
menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis
jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran
atau kelenjar susu.

2.2 ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi payudara

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam.


Perluasan kauda ( ekor ) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman pada masa lemak dan nifas dini saat jaringan tersebut membengkak.
Konstituen utama payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta
jaringan lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara dibagi
menjadi bagian atau lobus oleh septum fibrosa,yang berjalan dari belakang
putting payudara kearah otot pektoralis. Septum ini penting untuk melokalisasi
infeksi, yang sering terlihat sebagai meradang di permukaan payudara.
( dunstall, 2007 )
Secara anatomi fisologi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke
kelenjar interpektoralis.setiap payudara terdiri dari 15-20 lobulus dari jaringan
kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap
lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli. Kelenjar ini
bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan,mirip buah anggur yang
merambat. Alveoli (alveoli dan acinus singular) menghasilkan susu dan subtansi
lainnya selama menyusui . Setiap bola memberikan makanan ke dalam
pembuluh darah tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui putting
susu. Sebagai hasilnya terdapat 15-20 saluran putting susu, mengakibatkan
banyak lubang pada putting susu. Di belakang putting susu pembuluh
lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpangan kecil yang di
sebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Lemak dan jaringan
penghubung mengelingi bola-bola jaringan kelenjar.
Gambar 1 lobulus dan duktus
Payudara ( Zuiedema, 1999)

Keterangan:

A. Duktus pembesaran

B. Lobulus A. sel-sel normal

C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu B. membrane sel

D. putting susu C. lumen

E. Jaringan lemak

F. Otot pektoralis mayor

G. Dinding dada
Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk
usia,persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper
menghubungkan dinding dada pada kulit payudara dan memberikan bentuk
payudara dan keelatisannya.( Long, 2000 )

Gambar 2 payudara

( Zuidema, 1999)
 Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.


Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur
menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai
semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan
menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)
2.3 ETIOLOGI

Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah
mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-faktor
resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah
kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup:
 Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
 Riwayat kanker payudara
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan
 Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
 Menarke dini
Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum
usia 12 tahun.
 Nulipara dan usia maternal
Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun
lebih berisiko mengalami kanker payudara.
 Menopause pada usia lanjut (setelah usia 50 tahun).
 Riwayat penyakit payudara jinak
 Kontrasepsi oral
 Mengkonsumsi alkohol setiap hari
 Hormon
Diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan
carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih banyak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki
 Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium
 Pernah mengalami radiasi didaerah dada.
 Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas
mammae
 Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi yang
berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat pewarna, sinar
radioaktif
 Obesitas pasca maunopause

2.4 KLASIFIKASI

A. JENIS KANKER PAYUDARA


1. Karsinoma insitu
Karsinoma insitu artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang  belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya.
2. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju
puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
3. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi
setelah menopause.
4. Karsinoma invasive
Karsinoma invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, biasanya terinkalisir (terbatas pada payudara) maupun melastatik
(menyebar kebagian tubuh lainnya).
5. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

B. KLASIFIKASI  TNM KANKER PAYUDARA


1. Tumor primer (T)
a. Tx: Tumor primer tidak dapat ditentukan
b. To: Tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis:
 Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor
 Kanker intraduktal atau lobuler insitu
 Penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d. T1: Tumor < 2 cm
 T1a: Tumor < 0,5 cm
 T1b: Tumor 0,5 – 1 cm
 T1c: Tumor 1 – 2 cm
e. T2: Tumor 2 – 5 cm
f. T3: Tumor diatas 5 cm
g. T4: Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax
atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior,
tidak termasuk otot pektoralis
 T4a: Melekat pada dinding dada
 T4b: Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah payudara
yang sama
 T4c: T4a dan T4b
 T4d: karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
a. Nx: Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0: Tidak teraba kelenjar aksila
c. N1: Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d. N2: Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama
lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e. N3: Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
a. Mx: Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b. M0: Tidak ada metastase jauh
c. M1: Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

C. STADIUM KANKER PAYUDARA


Pentahapan Kanker Payudara dibagi menjadi 4, yaitu:
 Tahap 0: Kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam
payudara yang normal
 Tahap I: Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe
dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
 Tahap II: Terdiri tas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
 Tahap III: Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan
sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe
terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa bukti adanya metastasis.
 Tahap IV: Teridri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe
normal atau kankerosa dan adanya metastasis jauh.

2.5 PATOFISIOLOGI

Proses pembentukan kanker berlangsung lama dan dibagi menjadi tiga

tahap yaitu inisiasi, promosi dan perkembangan. Pada tahap inisiasi kondisi sel

sudah mengalami perubahan permanen akibat kerusakan DNA yang berakhir pada

mutasi gen. Sel yang telah berubah ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan

sel normal di sekitarnya. Tahap inisiasi memakan waktu satu sampai beberapa

hari. Tahap yang kedua yaitu tahap promosi. Periode berlangsungnya tahap ini

memakan waktu hingga sepuluh tahun lebih karena pada tahap ini merupakan
proses panjang yang disebabkan oleh kerusakan yang melekat dalam materi

genetik sel. Diawali dengan mekanisme epigentic akan terjadi ekspansi sel-sel

rusak membentuk premalignasi (mengarah ke kanker). Tahapan yang terakhir

yaitu tahap perkembangan (Progression). Pada tahapan ini terjadi ketidakstabilan

genetik yang menyebabkan perubahan-perubahan mutagenik dan epigenetik. Hasil

dari proses ini adalah klon baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas pembelahan

terus menerus, bersifat ganas, berkembang biak, menyerbu jaringan sekitar, lalu

menyebar ke tempat lain.


16

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar cairan dari
puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,   nyeri tekan atau rabas
khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang
menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda
lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada
daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau berat
badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing,  penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi
pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Ca payudara
umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras
dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan
yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Ca payudara pada tahap lanjut

Sedangkan menurut Irianto (2015) ada tanda dan gejala yang khas menunjukkan
adanya suatu keganasan, antara lain :

1. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam atau masuk dalam
payudara)berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk ( peau d “orange), mengkerut atau timbul borok ( ulkus ) pada payudara
. Ulkus makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara , sering berbau busuk dan mudah berdarah.

2. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari muara duktus satu
payudara dan mungkin berdarah ,timbul perbesaran kelenjar getah bening diketiak,
bengkak (edema) pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. Kanker payudara
yang sudah lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut :
17
a. Benjolan payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu mula-mula tidak nyeri makin lama makin besar, lalu melekat pada
kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
b. Adanya nodul satelit pada kulit payudara ,kanker jenis mastitis karsinimatosa;
terdapat nodul pada sternal; nodul pada supraklavikula; adanya edema lengan;
adanya metastase jauhkulit terfiksasi pada dinding thorak, kelenjar getah bening
aksila berdiameter 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran
limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan
adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan
aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan
cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit
selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan
bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang
menyulitkan.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar
kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-
kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan
suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar
sisi tumor.

6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan
cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan
berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.

2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi,
payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada
ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting
susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah
dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan
sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari
kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga
apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu
bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan
(tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan,
semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang
sama untuk payudara dan ketiak kanan
2. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh
jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi
mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral
otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi
aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
3. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar
limfe,aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.(Smeltzer, dkk. 2002. hal: 1596-
1600).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.
1. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Payudara terasa nyeri ,tegang dan tidak enak.
b. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan


pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks. Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang
lama. Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Eksplorasi keadaan pasien. Apakah pasien merasakan adanya benjolan


yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada


kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi
kulit seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak oedem,
dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian payudara).
Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan pengkajian luka meliputi jenis luka,
panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil (biasanya teraba
ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar getah bening,
kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

4. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1) Persepsi dan Manajemen


Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan
biasa.

2) Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,


muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

4) Aktivitas dan Latihan


Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

5) Kognitif dan Persepsi


Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik

6) Istirahat dan Tidur


Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.

8) Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam


melakukan perannya dalam berinteraksi social.

9) Reproduksi dan Seksual


Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.

10) Koping dan Toleransi Stress


Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputus asaan.

11) Nilai dan Keyakinan


Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a) Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk


diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara
digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada
pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor ganas
secara USG :
- lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur

- Struktur echo internal lemah dan heterogen

- Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada

- Adanya perbedaan besar tumor secara klinis danUSG

b) biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2


Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan
antara kistik atau padat . biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat
berupa eksisional ( seluruh masa di angkat ) atau insisional ( sebagian
dari
masa dibuang).Analisis makroskopis dari spesimen menyatakan ada
tidaknya keganasan.

c) Mammografi,

d) sinar X dada (radiologi )

II. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operasi
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
.
2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot
b. .Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder
terhadap pemberian sitostatika.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik
yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau
lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal
cramping.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi
dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan neuromuscular,
nyeri.
III. NCP
1. Pre Operasi

a. Diagnosa keperawatan : Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis


(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk
interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik.

Tujuan :

o Klien dapat mengurangi rasa cemasnya


o Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
o Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Kriteria Hasil :

Mengucapkan pemahaman mengenai informasi yang diberikan

Rencana Tindakan:

1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.


Rasional :
Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk
penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
2) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
Rasional:
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi.
Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
Rasional :
Dapat menurunkan kecemasan klien.
4)  Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan.
Rasional :
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek
sampingnya.
5)   Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
Rasional :
 Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi
dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
6)  Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system
Rasional :
  Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.

b. Diagnosa keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan
kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

Tujuan :
 Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan
siap.
 Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur 
tersebut.
 Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- 
batan.
 Bekerjasama dengan pemberi informasi.

Kriteria Hasil :

Pasien dapat mengetahui tentang diagnosis dan pengobatan yang akan di jalani

Rencana Tindakan :
1)  Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada
klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker
Rasional :

Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi


serta kesalahan pengertian.
2)  Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
Rasional:
Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
3) Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya.
Rasional:
Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai
penyakit klien.
4) Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
Rasional :
  Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.

2. Post Operasi
a) Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma
jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Tujuan :
 Tampak rileks
 Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
 Mengekspresikan penurunan nyeri
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mengontrol nyeri dan mampu mengekspresikan nyeri
Rencana Tindakan:
1)  Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10)
Rasional:
Membantu klien mengkaji keluhan nyeri yang dirasakan
2) Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
Rasional:
Memberi pengetahuan klien tentang sensasi payudara klien
3)  Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Rasional :
Agar pasien dapat nyaman dan aman
4)  Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi
Rasional :
Memberikan kenyamanan pada pasien
5)   Sokong dada saat latihan nafas dalam
Rasional :
Membantu pasien mengurangi rasa nyeri
6)  Berikan obat  nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan sebelum
aktivitas dijadwalkan
Rasional :
Membantu mengurangi rasa nyeri

b) Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan
dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil

Kriteria Hasil
 Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
 Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
 Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara
konstruktif.
 Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

Rencana Tindakan :
1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positi
Rasional :
Perasaan empatik dan perhatian untuk siap membantu klien dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran tentang
kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan
Rasional :
  Perasaan yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan membuat perasaan
lega dan tidak tekanan batin.
3) Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan,
penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan
masa depan.
Rasional :
 Respon klien yang negatfi diperlukan bantuan baik fisik mapun psikis-moral untuk
memenuhi kebutuhan sehari-sehari
4)  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara
profesion
Rasional :
Konseling kesehatan secara bersama akan lebih lebih efektif.

c) Diagnosa Keperawatan :Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan


dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien
mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan
turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,
konstipasi, abdominal cramping.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi

Kriteria Hasil :
• Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
• Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
• Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya

Rencana Tindakan :
1)  Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya
Rasional :
Memberikan informasi tentang status gizi klien.
2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
Rasional :
Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
3)  Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
Rasional :
   Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
Rasional :
 Kalori merupakan sumber energi.
5)    Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau
keluarga.
Rasional :
Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
6) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
Rasional :
Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).

d) Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,
prosedur invasive pembedahan.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat menurunkan infeksi

Kriteria Hasil :
Pertahankan lingkungan akseptik yang aman, mengidentifikasi faktor-faktor resiko
individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.

Rencana Tindakan :
1) Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
Rasional :
Untuk mengetahui karakteristik luka
2)   Awasi vital sign
Rasional :
Mengetahui TTV pasien
3)    Ganti balutan / rawat luka tiap hari
Rasional :
Agar luka tetap bersih dan menurunkan infeksi
4) Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
Rasional :
Mengkaji tanda tanda infeksi
5) Kolaborasi, pemberian antibiotic
Rasional :
Menurunkan infeksi pada luka pasien

e) Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan pembedahan, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan
intake nutrisi dan anemia.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan integritas kulit dapat teratasi

Kriteria Hasil :
• Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi
spesifik
• Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

Rencana Tindakan
1) Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati
penyembuhan luka.
Rasional :
  Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi
awal terhadap perubahan integritas kulit.
2)  Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
Rasional :
  Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
3)  Ubah posisi klien secara teratur.
Rasional :
 Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
4) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak
tanpa rekomendasi dokter.
Rasional :
 Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif

f) Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


gangguan neuromuscular, nyeri.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mulai beraktifitas

Kriteria Hasil :
• Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
• Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
• Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Rencana Tindakan :
1) Rencanakan periode istirahat yang cukup
Rasional :
mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan
untuk aktivitas seperlunya secar optimal
2) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional :
tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
3)  Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan  sesuai kebutuhan.
Rasional :
 mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons  pasien.
Rasional :
 menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.
38

a. cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan
dan  pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC
Donsu Jenita D. , Bondan P., Sutejo . Rosa D. & Dewi Sari C. ( 2018). Panduan
Penulisan Tugas Akhir Dalam Bentuk Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Poltekes
Kemenkes Yogyakarta.

Juall,Lynda,Carpenito. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC


Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Herdman, T.Heather . (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014: alih bahasa, Sumarwati M , Subekti N.B ; Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai