Bahan Ajar: Mata Kuliah: Ilmu Keperawatan Dasar I Kode Mata Kuliah: - SKS: 4 Sks I. Pendahuluan
Bahan Ajar: Mata Kuliah: Ilmu Keperawatan Dasar I Kode Mata Kuliah: - SKS: 4 Sks I. Pendahuluan
Dasar. Mata kuliah ini berfokus pada pemahaman konsep-konsep tentang konsep
legal etis dan isu etik (ethical issue), nursing advocacy, termasuk teknologi
Sebagai mata kuliah dasar untuk mata kuliah inti ilmu keperawatan. Selain itu
dan esensi keperawatan yang menjadi kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Materi ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang
3. Standar Kompetensi
cabang ilmu keperawatan yang lain serta memodifikasi sesuai dengan perkembangan
1
1. Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan
2
BAB III PRINSIP – PRINSIP PENDEKATAN SECARA HOLISTIK DALAM
KONTEKS KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
3
5. Petunjuk bagi mahasiswa
diberikan
Kegiatan Perkuliahan
Tugas Individual
1. Mahasiswa wajib menelaah satu jenis penelitian yang berkaitan dengan keilmuan
keperawatan
4
6. Ringkasan isi
Secara keseluruhan materi perkuliahan yang diberikan pada Ilmu Keperawatan Dasar
internasional; teori sistem, konsep berubah; konsep holistic care: caring, holisme,
beneficience, justice, moral right, nilai dan norma masyarakat; isu etik dalam praktik
menngirim tugas melalui email, mencari bahan untuk tugas pembelajaran melalui
internet.
7. Evaluasi
Dalam menetapkan nilai akhir, digunakan pembobotan sebagai berikut:
Tugas 10%
Kuis 15%
30%
Ujian Tengah Semester
30%
Ujian Akhir Semester
Kriteria penilaian menggunakan format berikut:
5
8. Tim pengajar
9. Materi Pendukung
Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC
Philadelphia
6
PRINSIP-PRINSIP LEGAL ETIS PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM
KONTEKS KEPERAWATAN
II. Penyajian
1. Deskripsi Sngkat
Pokok bahasan ini membahas tentang prinsip – prinsip etika keperawatan; informed
consent; isu etik; prinsip – prinsip legal yaitu malpraktik, kelalaian, pertanggunggugatan,
yang mempengaruhi dan langkah pembuatan keputusan etik dalam konteks keperawatan).
Mahasiswa memahami konsep etika keperawatan, prinsip legal dalam praktik, dan
profesional.
3. Relevansi
Materi pada pokok bahasan ini sangat dibutuhkan bagi seorang calon perawat
mengingat begitu banyaknya kejadian malpraktik terjadi lapangan yang dilakukan oleh
seorang perawat dan masih kurangnya pemahaman seorang perawat dalam memutuskan
4. Standar Kompetensi
konteks keperawatan
7
2. Menganalisa isu etik dalam praktik keperawatan
keperawatan
Pokok Bahasan :
5. Nursing advocacy
6. Penjelasan Materi
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlakuan seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan
salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan
8
memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika
adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di
tingkah laku yang benar, yaitu : a) baik dan buruk, b) kewajiban dan tanggung jawab
(Ismani,2001).
1. MENGATUR
ETIKA
HUBUNGAN
ANTARA PERAWAT
DAN PASIEN
2. PROFESI
KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEMILIKI KONTRAK
SOSIAL DENGAN
MASYARAKAT
laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan
keperawatan yang bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari
baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, diri sendiri
9
Fungsi Kode Etik Keperawatan
keperawatan.
4. Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb,
1989 )
Menurut Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar
atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada
keterlibatannya
diusulkan.
10
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
f. Membuat keputusan
1. Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri,
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan
2. Benefisience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak
3. Justice
Merupakan prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu
mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik
tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk
4. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan
yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kewajiban untuk
seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya
11
5. Menepati janji (Fidelity)
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meminimalkan penderitaan.
6. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah menjaga privasi (informasi) klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien
INFORMED CONSENT
Hak Pasien :
– Prosedur pelaksanaannya
12
– Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya
2. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari dokter lain untuk
membandingkan informasi
Mulai usia 21 tahun. Pasien yang masih dibawah batas umur ini tapi sudah menikah
Hal ini mengandung pengertian bahwa pasien tidak sedang pingsan, koma, atau
terganggu kesadarannya karena pengaruh obat, tekanan kejiwaan, atau hal lain,
1. Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan rencana tindakan medis ini
tinggi.
13
3. Setelah masa kritis terlewati dan pasien sudah bisa berkomunikasi, maka pasien
berhak untuk mendapat informasi lengkap tentang tindakan medis yang sudah
dialaminya tersebut
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
belajar terus-menerus
14
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan
Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional
terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat
15
sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai
saat-saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam isu-
isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak
tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi
isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan
oleh penulis).
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika
medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak
Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah
sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.
2. Isu-isu Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam arti
penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan
kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International
ilmu-ilmu biologi tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial,
16
hukum, agama, politik, pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan
tidak hanya terbatas pada kepedulian internal saja-misalnya penanganan masalah etika
medis ‘tradisional’- melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan
biomedis pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
demikian,identifikasi dan pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak
dibicarakan lebih lanjut pada presentasi ini. yang perlu diketahui dan diikuti
perkembangannya oleh pimpinan rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian
(diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi
nasional atau supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan
medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
malpraktek. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung jawab
17
institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada
ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-norma
etika.
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip
yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan,
tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan
untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini.
Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip
Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian
ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan. Apapun
bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang
profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai
dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab
mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya
hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu
terjadi justru menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing
profesi memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga
18
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita
terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan
intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien. Apapun bentuk dan tempatnya,
kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif
mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan
Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi dengan pasien.
rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja diunit
perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan prosedur
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan
19
pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat,
dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu
tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
20
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus
dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan
issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian
anggota tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang
dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang
masalah dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung
jawab. Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia
mengartikan sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara
orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap
anggota. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa
rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
21
- Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan dengan
profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung jawab hukum juga akan terpisah
malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak
terkait mengenai tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.
perawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi dalam lingkungan rumah sakit. Pihak
kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi
diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan pasien, ronde
bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan perawat dapat juga dijadikan strategi
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter-
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dokter dan
22
efektif. Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya untuk menanamkan sejak
perlu ditunjang oleh sarana komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien
secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status
kesehatan pasien yang memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara
efektif.
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”.
23
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
masalah.Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang
Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root
Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang
lagi terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah
24
jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari
rumah sakit.
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus saling bekerjasama. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa
berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling
bagaimana suatu tim berfungsi. Penangananan masalah yang efektif dan cepat dalam
berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin
lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul agar tidak saling
berbenturan.
1. MALPRAKTIK
Definisi
25
Malpraktik adalah kelalaian dari tenaga kesehatan dalam menerapkan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan
Kategori malpraktik
1. Kriminal Malpraktik
Contoh :
consent)
operasi
2. Civil Malpraktik
melakukannya
sempurna melakukannya
26
- Pertanggungjawaban dapat bersifat individual atau dialihkan ke pihak lain
3. Administratif Malpraktik
1. Kesalahan diagnosa
2. Penyuapan
permanen
27
2. Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah
Yang harus ditetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek atau kelalaian telah
terjadi :
1. Kewajiban (duty)
Contoh :
- Gagal dalam mencatat dan melaporkan apa yang telah dikaji dari pasien
28
- Gagal dalam melaksanakan dan mendokumentasikan tindakan yang telah
Contoh :
kewajiban perawat terhadap pasien dalam menggunakan cara pengaman yang tepat
4. Injury (Cedera)
Tenaga kesehatan yang menyebabkan pasien cedera dapat dituntut secara hukum
2. KELALAIAN
Definisi
Kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak
Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian tidak
sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang tersebut
menerimanya
Pertanggungguugatan
Pertanggunggugatan yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu
29
Contoh :
Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada
pasien tetapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit
pasien bertambah parah dan merenggut nyawa pihak keluarga dapat menggugat
Pertanggungjawaban
perbuatannya.
Contoh :
Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tidak
bisa diterima oleh keluarga pasien maka tenaga kesehatan bertanggung jawab
1. Kelalaian
2. Pencurian
3. Fitnah (pernyataan palsu dan merugikan pasien baik secara verbal maupun
tertulis)
4. Penyerangan / pemukulan
membahayakan pasien)
Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
30
derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga
memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian
yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi,
1. UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari
UU No. 9 tahun 1960. Undang- undang ini membedakan tenaga kesehatan sarjana
dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi.
Tenaga perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU ini juga
2. UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada
pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan
rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam UU
ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan
31
paramdis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini
bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga termasuk katagori keperawatan.
keperawatan dan system kredit poin. Sistem ini menguntungan perawat, karena
dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak- hak pasien, kewenagan,
Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang dapat dipakai sebagai
b) Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-
32
4.5 NURSING ADVOCACY
maupun bertingkah laku. Di dalam etika keperawatan membahas dua jenis prinsip yaitu
etika dan moral. di dalam moral kita ditentukan tentang sifat baik atau buruk, benar atau
salah dan juga layak atau tidak layak. Ketika mengambil keputusan secara etis kita harus
perlunya materi ini agar calon perawat mengetahui dan memahami tentang keputusan etis
dan moral.
1. Pengertian moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores
yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam
kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk
benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. (fauziah,
2012)
a. Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik
33
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu.( John
Stone, 1989 ).
Fry (1991) menjelaskan bahwa dalam praktik keperawatan, ada beberapa konsep
penting yang harus termaktub dalam standar praktik keperawatan, diantaranya yaitu:
a. Advokasi
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten
dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun. Fry (1987) sendiri mendefinisikan
sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang memiliki dampak/penyebab penting.
Sementara itu Gadow (1983) mengatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah
dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu
Peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan bantuan
kepada klien atas keputusan yang telah dibuat klien. Hal ini berarti perawat
perawat dalam memberikan bantuan memiliki dua peran yaitu peran aksi dan
mereka memiliki hak dan tanggung jawab dalam memnentukan pilihan atau
harus menahan diri untuk tidak mempengaruhi klien. Dalam menjalankan peran
sebagai advokat, perawat harus menghargai klien sebagai individu yang memiliki
34
b. Responsibilitas dan Akuntabilitas
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat . perawat yang selalu bertanggung
atau profesi lain. Sehingga ia akan tetap kompeten dalam pengetahuan dan
etik profesi.
suatu tindakan yang dilakukan, dan menerima konsikuensi dari tindakan tersebut
(Kozier, erb, 1991). Mengandung dua komponen utama yaitu tanggung jawab dan
tanggung gugat (Fry, 1990) dan dipandang dalam suatu tingkatan hierarki, dimulai dari
bertanggung gugat terhadap dirinya, profesi , klien, sesama karyawan, dan masyarakat.
Agar dapat bertanggung gugat, perawata harus bertindak profesional serta sesuai
c. Loyalitas
Merupakan suatu konsep yang meliputi simpati, peduli dan berhubungan dengan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat. Untuk
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan pihak yang
harmonis, loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik kepada klien, teman
argumerntasi:
1). Masalah klien tidak boleh didiskusikan dengan klien lain, karena informasi klien harus
35
2). Perawat harus menhindari pembicaraab yang tidak manfaat.
3). Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
4). Perawat harus menunjukan loyalitasnya kepada profesi dengan berprilaku secara tepat
4. Teori/prinsip-prinsip etika
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli
etika, di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang
mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis. Beberapa kerangka disusun
pendidikan keperawatan. Berikut ini merupakan contoh model yang dikembangkan oleh
Thompson dan Thompson dan model oleh Jameton: Metode Jameton dapat digunakan
36
keperawatan pasien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991), terdiri dari
enam tahap:
konflik dan hati nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya terhadap
masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk protes pembuatan
keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan:
Hal apakah yang membuat tindakan benar adalah benar? Nilai-nilai diklasifikasi dan
tahap ini meliputi: orang-orang yang dekat dengan pasien yang terlibat dalam
membuat keputusan bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang yang
kisah dari konflik yang terjadi. Perawat harus mengindentifikasi semua pilihan atau
alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang memung-
kinkan harus terjadi termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya.
c. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat
dasar manusia yang menjadi pusat dari masalah, dan prinsip-prinsip etis yang dapat
d. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pem-buat keputusan
memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab
e. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
37
Tahap Model Keputusan Bioetis terdiri dari 10 tahapan (J.B Thompson and HO
Thompson, Ethic ini Nursing, New York: MacMilan Publishing Co. Inc., 1981,
10. Review situasi yang dihadapi untuk mendeterminasi masalah kesehatan, keputusan
informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut meliputi: Orang yang terlibat,
Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari tindakan yang
diusulkan.
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat.
38
5. Mendefinisikan kewajiban perawat.
6. Membuat keputusan.
Disamping beberapa bentuk kerangka pembuatan keputusan dilema etik yang terdapat
etik. Diantaranya adalah factor agama dan adat istiadat, social, ilmu
pasien maupun perawat, kode etik keperawatan dan hak-hak pasien (Priharjo, 1995).
Beberapa kerangka pembuatan dan pengambilan keputusan dilema etik diatas dapat
diambil suatu garis besar langkah-langkah kunci dalam pengambilan keputusan, yaitu:
a. Klarifikasi dilema etik, baik pertanyaan fakta dan komponen nilai etik yang seharusnya
b. Dapatkan informasi yang lengkap dan terinci, kumpulkan data tambahan dari berbagai
sumber, bila perlu ada saksi ahli berhubungan dengan pertanyaan etik dan apakah ada
pelanggaran hukum/legal
c. Buatlah beberapa alternatif keputusan dan identifikasi beberapa alternative tersebut dan
d. Pilih dari beberapa alternative dan paling diterima oleh masing-masing pihak dan buat
e. Laksanakan keputusan yang telah dipilih bila perlu kerjasama dalam tim dan tentukan
Observasi dan lakukan penilain atas tindakan/keputusan yang dibuat serta dampak
yang timbul dari keputusan tersebut, bila perlu tinjau kembali beberapa alternative
Ada tiga langkah yang biasa digunakan dalam pengambilan keputusan moral.
39
adalah paham yang berpendapat bahwa yang baik itu adalah yang berguna,
menguntungkan, berfaedah, dan yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat,
tak berfaedah, merugikan. Berasal dari kata Latin utilis tersusunlah teori tujuan
perbuatan ini. Secara umum, utilitarianisme menilai sebuah tindakan berdasarkan hasil
yang dicapainya, apakah mereka membawa kebaikan bagi manusia atau tidak. Paham
ini juga disebut dengan paham teleologis, bahwa semua sistem terarah kepada tujuan.
Ends justifies means. (pemerintah: menggusur, demi kepentingan orang banyak, sedikit
dikorbankan).
prinsip dengan jelas dan rasional. Dengan prinsip ini, pemerintah sering membangun
Intuisionisme adalah sistem etika lainnya yang tidak mengukur baik tidaknya
pelaku dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Sistem ini menyoroti wajib tidaknya
perbuatan dan keputusan ini. Sistem lain tersebut adalah intuisionisme. Intuisionisme,
berasal dari bahasa Inggris: intuition, adalah pandangan bahwa manusia memiliki
sebuah kacakapan, yang biasa disebut hati nurani, yang memampukan mereka untuk
melihat secara langsung apa yang disebut benar atau salah, jahat atau baik secara moral.
Pengetahuan intuitif ini adalah pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui
proses logika baik deduktif maupun induktif. Teori ini juga dikenal sebagai teori
deontologi (dari kata Yunani: deon: apa yang harus dilakukan; kewajiban). (berdasarkan
Pendekatan yang ketiga ditawarkan oleh seorang tokoh etika, Joseph Fletcher,
adalah pendekatan situasional. Bagi Fletcher tidak ada sistem yang benar-benar dapat
40
digunakan bagi semua situasi. Menurut dia, semuanya tergantung kepada situasi yang
dihadapi oleh pelaku. Pandangan ini memang lebih condong kepada paham
Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah
Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif yaitu
Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang
yaitu : masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan dalam forum
41
terbuka. nteraksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran serta
rapat. Rapat melatih menerima pendapat orang lain. Melalui rapat peserta dilatih belajar
tentang pemikiran orang lain dan belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.
pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan
Pada saat menghadapi masalah yang menyangkut etika, perawat harus mempunyai
kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya. Beberapa ahli menyatakan bahwa
bahkan Thompson dan Thompson menyatakan semua keputusan yang dibuat dengan,
atau tentang pasien mempunyai dimensi etis. Setiap perawat harus dapat
kepercayaan atau falsafah moral tertentu yang menyatakan hubungan kebenaran atau
mempertimbangkan segi baik dan buruk dari keputusannya, ada pula yang membuat
pekerjaan/posisi pasien maupun perawat, kode etik keperawatan dan hak-hak pasien.
42
a. Faktor agama dan adat istiadat
Agama
berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga
dengan pemuka agama tentang metode kontrasepsi, sehingga tenaga kesehatan tidak
Adat Istiadat
Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh dalam membuat
keputusan etis. Contohnya adalah falsafah budaya jawa “makan tidak makan asalkan
kumpul”. Falsafah ini masih dipegang erat oleh masyarakat jawa sehingga jika ada
anggota keluarga yang sakit biasanya seluruh anggota keluarga akan ikut menanggung
b. Faktor sosial
Faktor ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
yang pada awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga yang tergantung pada suaminya
telah beralih pada pendamping suami yang mempunyai pekerjaan dan bahkan banyak
yang telah menjadi wanita karir. Dengan semakin meningkatnya orang yang menekuni
profesinya, semakin banyak pula yang menunda perkawinan dan banyak pula yang
mempertahankan kesendirian.
nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat
43
menyebabkan perubahan beberapa kebijakan pemerintah termasuk mahalnya biaya
pengobatan.
manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru
adanya mesian hemodialisa, ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat dibantu
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi
orang yang bertindak tidak sesuai dengan hukum dapat menimbulkan konflik. Hampir
disemua negara, pemerintah berupaya untuk melindungi hak-hak asasi manusia dengan
Misalnya masalah abortus merupakan topik pembicaraan yang hangat secara nasional.
Di Amerika Serikat beberapa negara bagian mengijinkan adanya aborsi dengan alasan
setiap ibu berhak menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan dibeberapa negara lain
melarang aborsi dengan alasan perlindungan nyawa calon bayi. Selain masalah
pengaturan abortus aktivitas lain juga menjadi masalah hukum, diantaranya pengaturan
pengangkatan dan penjualan bayi, fertilisasi in vitro, ibu pengganti, hak pilih mati dan
44
e. Faktor dana/keuangan
pemerintah telah mengalokasikan dana yang besar untuk pembangunan kesehatan, namun
dana ini belum sepenuhnya dapat mengatasi berbagai program atau masalah kesehatan
JamKesMas.
f. Faktor pekerjaan
pekerjaannya. Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktik sendiri
tetapi bekerja di rumah sakit, dokter praktik swasta atau institusi kesehatan yang lain.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus disesuaikan
Merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
bahwa tanggung jawab dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Apabila seorang anggota melanggar kode etik profesi, maka organisasi profesi dapat
45
7. Rangkuman
2. Isu etik yang ada meliputi isu etika biomedis, etika medis, pelaksanaan pelayanan
3. Prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan terdiri dari malpraktik, kelalaian,
perawat.
46
8. Latihan Menganalisa Kasus
CONTOH KASUS
Kasus I
hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan
menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk
mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga
menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak
meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada
keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan
Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati.
Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak
mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak
Untuk kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan moralnya?
47
PEMBAHASAN KASUS I
eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat
dengan pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu
perawat A mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi
penderitaan tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak
sesui dengan kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan
adalah dokter.
Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam
kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan
tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar
peraturan rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak
memenuhi keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan
adalah
1. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal inipun
harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak
ini: hak klien terpenuhi, mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi
48
dan berkurangnya beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak konsisten
2. Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding killing.
Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa, klien dan keluarga
akan menuntut rumah sakit, serta beban keluarga terutama biaya perawatan
meningkat. Dengan demikian rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah
dibuat
3. Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau
Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan
kematian klien.
Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit
dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang
diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap
Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan
asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan
martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien
seperti keluarga, teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat tetap harus
49
6. Mengambil keputusan yang tepat
Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada
klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan
menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan
alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat.
Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah
diputuskan oleh pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent).
50
TUGAS
Kasus II
Seorang pria tua datang ke poliklinik dengan keluhan perdarahan gastrointestinal, dia
mengaku mengkonsumsi alkohol setiap hari , dia kotor dan kasar .dia akan memerlukan
beberapa trasnfusi darah . anda mendonorkan darah kepada palang merah amerika. Apakah
Anda mendengar perawat lain bahwa mereka tidak mau mendonorkan darah untuk
pasien seperti dia . apakah anda bersimpati dan merasa kasihan pada pasien ini ?
Secara profesional anda dapat bergabung untuk menangani keadaan kritis pada pasien
ini. Temukan saat yang tepat untuk melakukan pengarahan / bertanya padanya untuk
membuatnya merasa bermakna, apakah pasien ini depresi ? banyak lansia yang depresi dan
berpaling ke alkohol . mencari cara untuk mengubah pola hidupnya. Meminta bantuan kepada
anda sebagai pekerja sosial. mengingat dalam pendidikan keperawatan ketika mereka
membahas mengingat bahasa? pasien ini dapat mengambil manfaat dari mengingat masa lalu
dan saat pertumbuhan pribadi layanan agamawan akan sesuai untuk seseorang yang
membutuhkan sentuhan terapeutik . apakah pasien ini mengalami defisit perawatan diri ? ini
bisa memberi kontribusi untuk persaan sedih dan marah, mungkin konsultasi terapi okulpasi
bisa membantunya menemukan cara alternatif untuk memenuhi ADL nya. Mengingat kan diri
sendiri mengapa anda menyumbangkan darah itu adalah untuk menyelamatkan nyawa
51
TUGAS
Kasus III
Pasien Tn. M, umur 60 tahun dengan diagnose dokter suspek syok kardiogenik, dirawat
di icu RSUD “PB” baru beberapa jam, kesadaran koma, terpasang ventilator, obat-obatan
sudah maksimal untuk mempertahankan fungsi jantung dan organ vital lainnya. Urine tidak
keluar sejak pasien masuk icu. Keluarga menginginkan dicabut semua alat bantu yang ada
pada pasien. Penjelasan sudah diberikan kepada keluarga, dokter meminta kesempatan
kepada keluarga untuk mencoba menyelamatkan nyawa pasien, tetapi keluarga tetap pada
icu dan surat penolakan dilakukannya tindakan. Akhirnya ventilator dimatikan oleh anak
pasien dan semua alat dicabut dari pasien dengan disaksikan oleh keluarga, dokter dan
52
TUGAS
Kasus IV
Seorang pasien (72 tahun) sudah tidak bekerja dan tidak mempunyai mata pencaharian
lagi, jatuh sakit. Hidupnya tergantung dari para saudara yang tidak bisa menolong banyak.
Suatu hari dia jatuh pingsan dan dibawa ke suatu rumah sakit dan dimasukkan ke High
Care Unit. Pasien diberikan oksigen. Pemeriksaan laboratorium menujukkan bahwa kedua
ginjalnya sudah tidak berfungsi, sehingga harus dipasang kateter. Setelah dilakukan observasi
beberapa jam, sang dokter menganjurkan memasukkan ke ICU karena perlu diberi bantuan
atas pertimbangan manfaat dan finansial walaupun dirawat di ICU, belum tentu pasien
tersebut akan bisa disembuhkan dan bisa normal kembali seperti sedia kala. Apakah
keputusan untuk menolak ini salah ? Penolakan ini tentu sudah diperhitungkan dan dipikirkan
matang-matang.
Suatu hari dirawat diruang HCU dengan obat-obat saja sudah menelan biaya beberapa
juta. Bagaimana jika harus diteruskan di ICU ? pembiayannya akan tidak bisa terbayar dan
bagaimna pemecahannya kelak ? Apakah saudara itu dapat dipersalahkan karena tega tidak
apakah bisa terbayar biaya-biaya ICU dan obat-obatannya yang mahal itu yang setiap hari
harus dikeluarkan? Brapa lama pasien itu harus dirawat ? Apakah masih bisa dikembalikan
kesehatanya seperti semula, sedangkan umurnya sudah 72 tahun ? seandainya bisa tertolong
bagaimana selanjutnnya ? bukan kah fungsi ginjalnya sudah tidak bekerja ? ini berarti ia
harus dilakukan dialisis seminggu dua kali yang perkalinya kurang lebih berjumlah beberapa
53
ratus ribu rupiah. Bagaimana bissa membiayainya terus-menerus, sedangkan saudaranya juga
orang bekerja dan mana mungkin membiayai cuci darah disamping mengongkosi rumah
tangganya sendiri ?Apa salah jika ia menolak saudaranya dirawat di ICU ? dan jika ia harus
berbaring terus di tempat tidur, buang air harus ditolong, siapa yang bias mengurusnya dan
bagaimana membiayainya ? Rumusan dilema etik dilema keluarga yang tidak setuju dengan
pemasangan ventilator dilema pasien yang ingin dimasukkan ke ICU dilema keluarga tentang
Dilema dokter tentang pemasangan ventilator dilema keluarga tentang masa depan
pasien. Suatu hari dia jatuh pingsan dan dibawa ke suatu rumah sakit dan dimasukkan ke
High Care Unit. Pasien diberikan oksigen. kedua ginjalnya sudah tidak berfungsi, sehingga
harus dipasang kateter. Sang dokter menganjurkan memasukkan ke ICU karena perlu diberi
Dokter jaga meminta persetujuan anggota keluarganya. ANALISIS: Pada kasus ini
seorang dokter ingin melakukan yang terbaik buat pasiennya dan tidak ingin lebih
memperburuk keadaan pasien dimana memasukkan pasien ke HCU dan memberikan bantuan
oksigen serta memberikan informasi tentang apa yang yang sebaiknya dilakukan pasien.
surat penolakan. Apakah masih bisa dikembalikan kesehatanya seperti semula, sedangkanJ
umurnya sudah 72 tahun ? seandainya bisa tertolong bagaimana selanjutnnya ? bukan kah
fungsi ginjalnya sudah tidak bekerja ? ini berarti ia harus dilakukan dialisis seminggu dua kali
54
III. PENUTUP
1. TES FORMATIF
WAKTU : 90 MENIT
SOAL ESSAY :
CONTOH ?
PERAWAT ?
5. KASUS :
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu
Rumah Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama
6 hari. Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan
Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10
Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering
pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2
55
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang
menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada
darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut
untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore
harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan
Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang
menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan
tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga
meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini
kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi
yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan
informasi.
56
2. Umpan Balik
Setiap tugas yang diberikan oleh mahasiswa akan mendapatkan feed back (umpan
3. Tindak Lanjut
Mahasiswa yang memiki nilai dibawah standar rata-rata (D dan E) akan diberikan
bimbingan khusus
Mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I (IKD I)
akan mengikuti Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II sebagai tindak lanjut dari
4. Kunci Jawaban
1. Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri,
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan
2. Benefisience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak
3. Justice
Merupakan prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu
mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik
57
tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk
4. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan
yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kewajiban untuk
seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meminimalkan penderitaan.
6. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah menjaga privasi (informasi) klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien
58
2. Kategori malpraktik
1. Kriminal Malpraktik
Contoh :
consent)
operasi
2. Civil Malpraktik
melakukannya
sempurna melakukannya
3. Administratif Malpraktik
59
- Contoh : tentang persyaratan bagi tenaga keperawatan untuk menjalankan
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah
Kelalaian
Pencurian
Fitnah (pernyataan palsu dan merugikan pasien baik secara verbal maupun
tertulis)
Penyerangan / pemukulan
membahayakan pasien)
60
REFERENSI
A.Aziz Alimul Hidayat (2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Salemba
Medika, Jakarta
Potter. P (1997), Fundamental of Nursing, Conceps, Prosess and Practice, Fouth Edition,
Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC
Philadelphia.
61