Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan V.

Sindrom Koroner Akut/SKA

Tugas Individu:

1. Sebutkan yang termasuk dalam sindrom coroner akut! Apa saja yang membedakan
ketiganya!
Jawab:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial
infarction): Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan
indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Diagnosis STEMI
ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang
persisten di dua sadapan yang bersebelahan.
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation
myocardial infarction): Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan
jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua
sadapan yang bersebelahan.
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris): Angina pektoris tidak
stabil ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST
yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan.

2. Buatlah algoritma dan tatalaksana Sindrom coroner akut!


Jawab:
3. Sebutkan cardiac marker!
Jawab:
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan marka nekrosis miosit
jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard. Troponin I/T sebagai marka
nekrosis jantung mempunyai sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB.
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis NSTEMI, di mana
peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam waktu 2 hingga 4 jam.
Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis NSTEMI harus digabungkan dengan kriteria
lain yaitu keluhan angina dan perubahan EKG. Diagnosis
Peningkatan marka jantung hanya menunjukkan adanya nekrosis miosit, namun tidak
dapat dipakai untuk menentukan penyebab nekrosis miosit tersebut (penyebab
koroner/nonkoroner). Dalam keadaan nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau
troponin I/T menunjukkan kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah awitan SKA,
pemeriksaan hendaknya diulang 8-12 jam setelah awitan angina. Jika awitan SKA tidak
dapat ditentukan dengan jelas, maka pemeriksaan hendaknya diulang 6-12 jam setelah
pemeriksaan pertama. Kadar CK-MB yang meningkat dapat dijumpai pada seseorang
dengan kerusakan otot skeletal (menyebabkan spesifisitas lebih rendah) dengan waktu
paruh yang singkat (48 jam). Mengingat waktu paruh yang singkat, CK-MB lebih terpilih
untuk mendiagnosis ekstensi infark (infark berulang) maupun infark periprosedural.
Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil
pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis
menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non ST-Elevation Myocardial
Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat
secara bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang untuk peningkatan CK-MB
yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper limits of normal,
ULN).
4. Sebutkan keadaan apa saja yang dapat meningkatkan kadar Troponin dalam tubuh!
Jawab:
Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab kelainan kardiak nonkoroner seperti
takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung, hipertrofi ventrikel kiri,
miokarditis/perikarditis. Keadaan nonkardiak yang dapat meningkatkan kadar troponin
I/T adalah sepsis, luka bakar, gagal napas, penyakit neurologik akut, emboli paru,
hipertensi pulmoner, kemoterapi, dan insufisiensi ginjal.

Perlu diingat bahwa selain akibat STEMI dan NSTEMI, peningkatan kadar troponin juga
dapat terjadi akibat:
1. Takiaritmia atau bradiaritmia berat
2. Miokarditis
3. Dissecting aneurysm
4. Emboli paru
5. Gangguan ginjal akut atau kronik
6. Stroke atau perdarahan subarakhnoid
7. Penyakit kritis, terutama pada sepsis

5. Apa yang dimaksud dengan terapi fibrinolitik? Sebutkan indikasi dan kontraindikasinya!
Jawab:
Fibrinolisis merupakan strategi reperfusi yang penting, terutama pada tempattempat yang
tidak dapat melakukan IKP pada pasien STEMI dalam waktu yang disarankan. Terapi
fibrinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam sejak awitan gejala pada pasien-
pasien tanpa indikasi kontra apabila IKP primer tidak bisa dilakukan oleh tim yang
berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis pertama (Kelas I-A). Pada pasien-
pasien yang datang segera (<2 jam sejak awitan gejala) dengan infark yang besar dan
risiko perdarahan rendah, fibrinolisis perlu dipertimbangkan bila waktu antara kontak
medis pertama dengan inflasi balon lebih dari 90 menit (Kelas IIa-B). Fibrinolisis harus
dimulai pada ruang gawat darurat.
Indikasi:
 Antikoagulan direkomendasikan pada pasien-pasien STEMI yang diobati dengan
fibrinolitik hingga revaskularisasi (bila dilakukan) atau selama dirawat di rumah
sakit hingga 5 hari.
 Pemindahan pasien ke pusat pelayanan medis yang mampu melakukan IKP
setelah fibrinolisis diindikasikan pada semua pasien (Kelas I-A). IKP
“rescue”diindikasikan segera setelah fibrinolisis gagal, yaitu resolusi segmen ST
kurang dari 50% setelah 60 menit disertai tidak hilangnya nyeri dada (Kelas I-A).
IKP emergency diindikasikan untuk kasus dengan iskemia rekuren atau bukti
adanya reoklusi setelah fibrinolisis yang berhasil (Kelas I-B). Hal ini ditunjukkan
oleh gambaran elevasi segmen ST kembali.
 Angiografi emergensi dengan tujuan untuk melakukan revaskularisasi
diindikasikan untuk gagal jantung/pasien syok setelah dilakukannya fibrinolisis
inisial (Kelas I-A). Jika memungkinkan, angiografi dengan tujuan untuk
melakukan revaskularisasi (pada arteri yang mengalami infark) diindikasikan
setelah fibrinolisis yang berhasil (Kelas I-A). Waktu optimal angiografi untuk
pasien stabil setelah lisis yang berhasil adalah 3-24 jam (Kelas IIa-A).

Kontraindikasi: TABEL hal 54

6. Sebutkan terapi pencegahan sekunder setelah serangan SKA


Jawab:
Pencegahan sekunder penting dilakukan karena kejadian iskemik cenderung terjadi
dengan laju yang tinggi setelah fase akut. Beberapa pengobatan jangka panjang yang
direkomendasikan adalah:
1. Aspirin diberikan seumur hidup, apabila dapat ditoleransi pasien.
2. Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan kecuali bila risiko
perdarahan tinggi
3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL
<70 mg/dl (KelasI-B).
4. Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri
(LVEF ≤40%) (Kelas I-A).
5. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan yang
menderita gagal jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK, kecuali diindikasikontrakan
(Kelas I-B).
6. ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya kejadian
iskemik, dengan memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya (Kelas I-B).
7. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan memilih agen dan
dosis yang telah terbukti efikasinya (Kelas I-B).
8. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah mendapatkan
ACE-I dan penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan diabetes atau gagal jantung,
apabila tidak ada disfungsi ginjal yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dl pada pria
dan >2 mg/dl pada wanita) atau hiperkalemia (Kelas I-A). Selain rekomendasi di atas,
pasien juga disarankan menjalani perubahan gaya hidup terutama yang terkait dengan
diet dan berolahraga teratur.

7. Sebutkan komplikasi SKA


Jawab:
Ganguan hemodinamik
 Gagal jantung: Hipotensi, kongesti paru, keadaan output rendah, syok
kardiogenik,
 Aritmia dan gangguan konduksi dalam fase akut: Aritmia supraventricular,
aritmia ventricular, sinus bradikardi dan blok jantung

Komplikasi kardiak

 Regurgitasi katup mitral


 Ruptur jantung
 Ruptur septum ventrikel
 Infark ventrikel kanan
 Perikarditis
 Aneurisma ventrikel kiri
 Trombus ventrikel kiri

Anda mungkin juga menyukai