1. Absorbsi
Amfetamin sangat efisien diabsorbsi di saluran cerna, nasofaring, cabang
trakheobronkus dan vagina. Penggunaan intravena akan langsung mencapai otak dalam
hitungan detik, sedangkan dengan cara ditelan setidaknya amfetamin memerlukan waktu
lebih lama untuk memberikan efek karena melalui proses pencernaan. Penggunaan
amfetamin secara intravena memberikan efek yang begitu besar karena memiliki
bioavaibilitas mencapai 100% (Tabel 1). Penggunaan dengan cara dihirup pertama kali
dikondensasikan di paru-paru dan secara cepat diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
Amfetamin mencapai kadar puncak dalam plasma sekitar 20 menit dan diperkirakan
memiliki bioavaibilitas dalam tubuh sebesar 67–90,3 % (Schep, et al., 2010).
Absorbsi molekul obat amfetamin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain Lipinski’s Rule of Five dari struktur amfetamin, sifat kepolaran struktur amfetamin
dan pH. Berdasarkan Lipinski’s Rule of Five struktur amfetamin (Gambar 1), amfetamin
memiliki tingkat absorbsi yang baik saat menembus membran karena telah memenuhi
aturan Lipinski’s Rule of Five. Amfetamin dapat terabsorbsi melalui celah-celah antara
sel-sel dinding saluran cerna, karena memiliki BM rendah yaitu <200 g/mol (Patrick,
2013).
2. Distribusi
Amfetamin pada umumnya memiliki ikatan protein rendah (<20%). Dalam
praktiknya, pengikatan yang rendah ini berarti bahwa hampir total jumlah obat yang
tersedia dalam plasma dapat berdifusi ke kompartemen ekstravaskular (bagian di luar
pembuluh darah). Mengenai distribusi dua isomer amfetamin, telah ditunjukkan bahwa
pengikatan protein dan volume distribusi (S)-(+) dan (R)-(-) enantiomer amfetamin
adalah serupa (Torre, et al., 2004).
Bagian senyawa yang larut dalam lemak (lipid-soluble) dari darah ke cairan atau
ke matriks lainnya diatur oleh pKa dan pH dalam setiap cairan biologis yang saling
terkait oleh persamaan Henderson-Hasselbach, yang memungkinkan perhitungan teoritis
rasio cairan terhadap konsentrasi plasma (Rasio F / P) (Torre, et al., 2004).
Untuk distribusi amfetamin terjadi secara difusi yang bergantung pada sifat fisik
dan kimia obat tersebut serta pada gradien pH. pKa amfetamin adalah sekitar 9,9
sehingga memfasilitasi terjadinya difusi untuk melintasi membran. Karena amfetamin
adalah basa lemah dengan ikatan protein yang umumnya rendah, senyawa ini cenderung
terakumulasi dalam cairan biologis dan matriks dengan nilai pH lebih rendah daripada
plasma (pH 7,4) (Torre, et al., 2004).
Amfetamin didistribusikan hampir ke seluruh tubuh. Dalam suatu studi
melaporkan setiap dosis 0,25 mg/kg maka volume yang didistribusikan dalam tubuh
mencapai 3,73 ± 0,94 L/kg. Selain itu, amfetamin diduga dapat mengalami perpindahan
dari ibu kepada janinnya (Schep, et al., 2010).
3. Metabolisme
Amfetamin mengalami metabolisme dalam hati dengan melibatkan sistem
sitokrom isoenzim (CYP2D6). Amfetamin yang dimetabolisme akan menghasilkan
sejumlah metabolit dan beberapa diantaranya masih memiliki efek farmakologi lalu
sisanya akan disekresikan melalui urin. Metabolisme amfetamin di hati dapat melalui
beberapa cara, yaitu:
Gambar 4. Ringkasan jalur metabolisme amfetamin dalam liver dan beberapa enzim yang
berperan di dalamnya: (i) enzim aromatic hydroxylation, (ii) enzim Ndemethylation, (iii)
enzim β-hydroxilation (Schep, et al., 2010).
Cruickshank, C.C. and Dyer, K.R., 2009. A Review of The Clinical Pharmacology of
Methamphetamine. Jounal Compilation. 104(10): 85-95.
Logan, B.K., 2002. Methamphetamine: Effects on Human Performance and Behavior. Forensic
Science Review. 14(1): 34-50.
NCBI, 2020a. Pubchem Compound Summary: Amphetamine, online.
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Amphetamine#section=Structures,
diakses 24 Maret 2020).
NCBI, 2020b. Pubchem Compound Summary: Amphetamine, online.
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Amphetamine#section=Chemical-and-
Physical-Properties, diakses 24 Maret 2020).
NCBI, 2020c. Pubchem Compound Summary: Amphetamine, online.
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Amphetamine#section=Pharmacology
-and-Biochemistry, diakses 24 Maret 2020).
Patrick, G.L., 2013. An Introduction to Medicinal Chemistry, 5th Ed. United Kingdom: Oxford
University Press. 154-155.
Schep, L.J., Slaughter, R.J., and Beasley, D.M., 2010. The Clinical Toxicology of
Methamphetamine. Informa Health Care. 48(6): 75-95.
Toolaney, G.H., 2007. New Research on Methamphetamine Abuse. New York: Nova Science
Publisher. 1-30.
Torrer, R., et al., 2004. Clinical Pharmacokinetics of Amfetamine and Related Substances. Clin
Pharmacokinet, 43 (3).