Farmakoterapi anemia
Seorang remaja wanita 13 th, dibawa ibunya ke Klinik karena sering merasa pusing dan pernah
pingsan di Kamar mandi. Dari keterangan remaja ini tiap menstruasi, bisa lebih dari 7 hari dan
sering siklus menstruasi tidak teratur. Tidak terdapat penyakit kongenital.
Pada pemeriksaan Fisik: wajah, tampak pucat, konjungtiva anemis, tidak ditemukan ikterik.
Hepar dan lien dalam batas normal. Suara jantung dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium:
Hb : 8,5g/dl (12-16)
Hmt : 28 (36-48)
MCV : 65 fl (80-100)
MCH : 22 pg (26-34pg)
Feritin : 10 (20-200µg/L)
Diagnosis: Anemia defisiensi besi karena adanya perdarahan akibat menorrhagia dan
adanya kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan
2. Hal-hal apa yang dapat mempengaruhi proses ADME obat yang diberikan, bagaimana
saran yang anda berikan!
Jawab:
Hal yang dapat mempengaruhi ADME obat yang diberikan adalah:
Makanan: karena dapat mempengaruhi proses absorbsi dari obat yang diberikan.
Sehingga terapi besi oral sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan.
Pemberian obat golongan H2-blocker atau PPI: karena obat golongan H2-blocker
atau PPI dapat mengganggu proses penyerapan zat besi. Jadi, sebaiknya saat
sedang mengkonsumsi obat besi, hindari mengkonsumsi obat holongan H2-
blocker atau PPI.
Jika preparat besi diminum dalam keadaan kosong, penderita maag dapat
mengiritasi lambung. Makanan yang seperti apa yg mempengaruhi absorbsi zat
besi
Farmakoterapi TROMBOSITOPENIA
HIT (Heparin induced trombositopenia). Jawablah soal dibawah ini. HIT (DIPIRO Edisi 6 Hal
406)
Efek samping warfarin perdarahan jadi diberi antikoagula yang terbaru. Trombosit
150.000 diberi transfusi dan warfarin
ACCP telah menetapkan rekomendasi untuk pengobatan HIT. Setelah diagnosis HIT
ditegakkan atau dicurigai dengan kuat, semua sumber heparin, termasuk flush heparin,
harus dihentikan, dan agen antikoagulan alternatif harus dimulai (Gbr. 19-12). Bahkan
dengan tidak adanya trombosis, penderita HIT berada pada risiko yang sangat tinggi
untuk berkembang menjadi komplikasi trombotik yang serius selama 30 hari berikutnya
tanpa pengobatan. Waktu yang dibutuhkan agar hasil laboratorium bisa dilaporkan lebih
lama. Ini penting bahwa pasien harus diberi antikoagulan untuk mencegah hal baru dari
trombosis. Agen antikoagulan yang dengan cepat menghambat aktivitas trombin dan
tidak memiliki reaktivitas silang yang signifikan dengan heparin-PF-4 antibodi adalah
obat pilihan untuk pengelolaan HIT. Dalam kasus trombosis yang parah atau mengancam
jiwa, ekstraksi dengan pembedahan trombi mungkin diperlukan. Ada data terbatas
tentang penggunaan terapi trombolitik pada HIT berat dengan trombosis. Penggunaan
warfarin untuk antikoagulasi jangka panjang di HIT dengan pasien thrombosis
direkomendasikan. Namun, kehati-hatian harus diberikan ketika memulai warfarin pada
pasien ini karena risiko memicu trombosis lebih lanjut.
4. Sebutkan obat-obat Direct thrombin inhibitor pada terapi HTI! Begaimana dosis?
pemeriksaan apa yang diperlukan dalam terapi ini?
Jawab:
CBC pemeriksaan darah lengkap ; Serum Cr ; aPTT dan PT
DTI banyak disfungsi ginjal
DTI adalah obat pilihan untuk pengobatan HIT dengan atau tanpa trombosis (Tabel 19-
23). Untuk pengobatan HIT, lepirudin dan argatroban diberikan melalui infus intravena.
Lepirudin dan argatroban harus dititrasi berdasarkan pengujian aPTT dengan target 1,5
hingga 3,0 kali kontrol normal atau kisaran terapeutik khusus institusi. Beberapa dokter
lebih memilih argatroban karena memiliki waktu paruh yang lebih pendek, risiko
perdarahan sedang, dan biaya lebih rendah dibandingkan dengan lepirudin. Fondaparinux
adalah pilihan yang menarik untuk pengelolaan HIT, tetapi belum dipelajari secara
sistematis untuk indikasi ini. Faktor terkait pasien, seperti keberadaan disfungsi ginjal
atau hati, serta preferensi kelembagaan, ketersediaan, dan biaya, harus digunakan untuk
menentukan agen. LMWH tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien HIT
karena mereka memiliki reaktivitas silang hampir 100% dengan antibodi heparin secara
pengujian in vitro.
Farmakoterapi Netropenia
Seorang wanita 44 tahun, dengan riwayat kanker payudara dan telah menjalani kemoterapi siklus
ke- 4. Pasien masuk rumah sakit dengan riwayat adanya demam paska kemoterapi.
BB; 50 kg, TB: 164cm, TD:120/80mmHg, suhu : 38,5 ℃, Respirasi : 20x/menit, nadi:
100x/menit.
Pada pemeriksaan kepala didapatkan:rambut menipis, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, Pemeriksaan dada tampak asimetris, terlihat lokasi pemasangan chemoport pada dada
kiri tampak agak kemerahan dan bengkak, nyeri pada perabaan.
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 12,5g/dl (12-16)
Hmt : 39 (36-48)
MCV : 85 fl (80-100)
MCH : 28 pg (26-34pg)
Kesimpulan: