Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN CHAPTER 11

SUSTAINABILITY AND ENVIRONMENTAL ACCOUNTING


BUKU CONTEMPORARY ISSUES IN ACCOUNTING

Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Kontemporer

Oleh :
Ernawati
(19/452288/PEK/25240)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
SUMMARRY CHAPTER 11
SUISTANABILITY AND ENVIRONMENTAL ACCOUNTING

A. Keberlanjutan (Suistanability)
Sebelum mempertimbangkan bagaimana keberlanjutan mempengaruhi
lingkungan bisnis kontemporer dan profesi akuntan, arti dari keberlanjutan perlu
diklarifikasi. Pengembangan keberlanjutana diidentifikasikan sebagai isu yang signifikan
oleh General Assembly of The United Nations pada tahun 1987. Definisi keberlanjutan
awalnya mempertimbangkan pembangunan global di pemerintahan yang kemudian
dikaitkan dengan organisasi dan perusahaan. Mengingat entitas memegang kendali/
mengendalikan sebagian sumber daya bumi. Artinya, setiap tindakan menuju
keberlanjutan dalam entitas tidak akan terjadi kecuali entitas tersebut mempertimbangkan
bagaimana operasional mereka mempengaruhi lingkungan sekitar dan masyarakat
sekitarnya.
Ekuitas antar-generasi memiliki fokus jangka panjang dan mengakui konsumsi
sumber daya seharusnya tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup untuk generasi
selanjutnya. Sedangkan ekuitas inter-generasi berkaitan dengan kemampuan untuk
menemukan kebutuhan dari semua penduduk saat ini. Artinya strategi yang dibutuhkan
mempertimbangkan kemiskinan dan akses untuk pangan, air dan penampungan untuk
semua penduduk secara bersamaan. Definisi kedua hal tersebut dapat diistilahkan sebagai
Eco-efficiency yang fokus pada penggunaan yang efisien dari sumber daya untuk
meminimalisir dampaknya terhadap lingkungan.
B. Laporan Keberlajutan (Suistanability Report)
Laporan keberlanjutan merujuk pada laporan sosial korporasi,laporan CSR,
laporan triple bottom line, laporan lingkungan, audit sosial, laporan lingkungan sosial dan
tata kelola dan laporan pemangku kepentingan. Laporan triple bottom line atau laporan
keberlanjutan mengacu pada laporan yang tidak hanya menyajikan informasi mengenai
nilai ekonomi suatu entitas, namun menyediakan informasi kepada para pemangku
kepentingannya yang memperhatikan nilai sosial dan lingkungan entitas.
Laporan yang terintegrasi merupakan inisiatif terbaru yang dirancang untuk
meningkatkan laporan keberlanjutan dan mengintegrasikan lebih dekat dengan laporan
keuangan dan tata kelola dalam entitas. Sedangkan laporan lingkungan entitas merupakan
bagian dari laporan keberlanjutan, entitas yang menyusun laporan keberlanjutan biasanya
memasukkan informasi tentang kinerja lingkungannya dan dampaknya terhadap
lingkungan entitas. Banyak riset menunjukkan bahwa pendekatan lingkungan
berdasarkan perspektif teori legitimasi dimana berdasarkan teori tersebut menunjukkan
kontrak sosial yang berargumen bahwa organisasi tidak hanya melanjutkan eksistensinya
apabila masyarakat ditempat mereka beroperasi mengakui bahwa mereka beroperasi
dalam sistem nilai yang konsisten terhadap masyarakat mereka.
C. Pedoman dalam Laporan Keberlanjutan
Terdapat pedoman yang telah muncul untuk menyediakan petunjuk sesuai laporan
keberlanjutan. The United Nations bertanggung jawab atas inisiatif pedoman tersebut.
The UN Global Compact menginisiasi kebijakan strategis dalam bisnis untuk
berkomitmen untuk menyeleraskan operasi mereka dan strategi dengan prinsip area hak
asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan dan anti korupsi. Entitas-entitas yang
tergabung dalam Global Compact diminta mengkomunikasikan progress mereka tentang
penerapan prinsip tersebut secara tahunan.
GRI atau (Global Reporting Inisiative) pertama kali diluncurkan pada tahun 1997
oleh The Coalition of Environmentally Responsible Economies (CERES) dan The United
Nations Environment Program (UNEP) yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi,
keterbandingan, kejelasan diantara prinsip-prinsip lainnya. Laporan keberlanjutan
berbasis rerangka GRI dapat digunakan untuk menunjukkan komitmen organisasi untuk
pengembangan yang berkelanjutan, pembandingan kinerja organisasi dari waktu ke waktu
dan mengukur kinerja operasional dengan memperhatikan hukum yang berlaku, norma,
standar dan inisiatif sukarela. GRI menyediakan rerangka prinsip dan indikator kinerja
bahwa organisasi dapat menggunakannya untuk mengukur dan melaporkan kinerja
ekonomi, sosial dan lingkungan.
D. Pengaruh Pemangku Kepentingan
Pemahaman mengenai entitas yang mengadopsi praktik laporan keberlanjutan
dapat diperoleh dari pemeriksaan jangkauan pemangku kepentingan organisasi dan
bagaimana pemahaman tersebut dapat diubah. Secara tradisional, pemegang saham
merupakan pemangku kepentingan yang utama, dimana entitas menjalankan bisnis
dengan satu-satunya tujuan meningkatkan profitabilitas dan nilai pemegang saham.
Organisasi kontemporer saat ini mempertimbangkan jangkauan pemangku kepentingan
yang lebih luas dalam pengambilan keputusan yaitu mempertimbangkan karyawan/
pekerja, pelanggan, pemasok, media, pemerintah, dana pension, pemberi pinjaman dan
komunitas. Entitas mengikuti GRI yang dibutuhkan untuk melakukan penilaian
pemangku kepentingan sebagai bagian dari proses pelaporannya. Demikian pula bisnis
sebagai soal biasa dalam mengidentifikasi dan mengikutsertakan pemangku kepentingan
sebagai sarana menurunkan resiko dan mengelola reputasi entitas.
Investasi etis dan dana investasi etis menimbulkan pengaruh yang berkembang
pada laporan dan kinerja lingkungan di suatu perusahaan. Entitas ditantang dengan sosial,
lingkungan dan tekanan peraturan sebagai investor institusi semakin menyuarakan
keprihatinan mereka tentang ekonomi, keuangan dan resiko aturan dari pemanasan
global. Banyak investor institusi telah meningkatkan permintaan mereka terhadap laporan
keberlanjutan dengan menjadi penandatangan Carbon Disclosure Project (CDP). CDP
mewakili banyak investor dalam jumlah yang besar dan perhatian terhadap resiko terkait
perubahan iklim dan meminta lebih banyak informasi tentang bagaimana perusahaan
mengatasi tantangan terhadap perubahan iklim.
E. Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Management System - EMSs)
Kepentingan EMSs diintensifkan dan diimplementasikan untuk mengukur,
merekam dan mengelola kinerja lingkungannya. Implementasi dari EMS memberikan
saran komitmen organisasi untuk memonitor, mengelola dan menilai dan melaporkan isu
lingkungan yang terjadi. Sistem ini tidak hanya menyediakan organisasi dengan alat
manajemen lingkungan, tetapi juga fasilitas komunikasi organisasi kepada pemangku
kepentingannya.
F. Perubahan Iklim dan Akuntansi
Satu hal tentang isu keberlanjutan yang penting ialah tentang perubahan iklim.
Rerangka UNFCCC telah mengembangkan rerangka tentang aksi internasional yang
didesain untuk meminimalisir perubahan iklim seperti Kyoto Protocol. Kyoto Protokol ini
merupakan perjanjian yang memiliki komitmen mengakses pencapaian GHG atau reduksi
emisi karbon. Dibawah Kyoto Protokol ini, negara akan dialokasikan batas emisi yang
diijinkan. Skema dari pengurangan emisi ini sering disebut sebagai sistem yang didesain
untuk mengendalikan emisi dengan mengijinkan member yang tergabung di dalamnya
mendapatkan ijin berlebih.

Anda mungkin juga menyukai